You are on page 1of 37

BAB I PENDAHULUAN

Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin dari pada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolic yang berasal dari makanan. Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Suhu Tubuh Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi, suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
PANAS YANG DIPRODUKSI PENGELUARAN PANAS=SUHU TUBUH

Meskipun kondisi tubuh yang ekstrem dan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan . Bagaimana pun suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 36C sampai 38C. Fungsi jaringan dan set tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit. Tempat pengukuran suhu (oral, rektal, aksila,.membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, atau bahkan kandung kemih) merupakan salah satu faktor yang menentukan suhu tubuh klien dalam rentang sempit ini. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu oral 37C. Pada praktik klinik, perawat mempelajari kisaran suhu dan klien individu. Tidak ada nilai suhu yang berlaku untuk semua orang. Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran. Tempat yang menunjukkan suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang lebih dapat diandalkan daripada tempat yang menunjukkan suhu permukaan . Arteri paru menunjukkan nilai yang paling representatif karena darah bercampuk dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri paru merupakan standar diban-

dingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat. Regulasi Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh Map konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. Kontrol Neural Dan Vaskular Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada "set point" di mana sistem panas beroperasi. Di rumah, turunnya suhu ruangan mengaktifkan perapian, sebaliknya naiknya suhu mematikan perapian. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas. Bila set saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point, impuls akan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh (Gambar 32-2). Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau kordaspinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu. Produksi Panas Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan reaksi kimia pada semua set tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosin trifosfat

(ATP). Jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktivitas yang memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila metabolisme meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun, panas yang diproduksi lebih sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil. 1. Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh saat istirahat. Jumlah rata-rata lajumetabolik basal (BMR) bergantung pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga mempey ngaruhi BMR. Dengan cara meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh, hormon tiroid meningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel tubuh. Bila hormon tiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100% di atas normal. Tidak adanya hormon tiroid dapat mengurangi setengah jumlah BMR, yang menyebabkan penurunan produksi panas. Stimulasi sistem saraf simpatis oleh norepinefrin dan epinefrin juga dapat meningkatkan laju metabolik jaringan tubuh. Mediator kimia ini menyebabkan glukosa darah turun, yang akan menstimulasi sel Untuk menghasilkan glukosa. Hormon seks pria, testosteron meningkatkan BMR. Pria memiliki BMR yang lebih tinggi daripada wanita. 2. Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan, membutuhkan tambahan energi. Laju metabolik dapat meningkat di atas 2000 kali normal. Produksi panas dapat meningkat di atas 50 kali normal. 3. Menggigil merupakan respons tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh. Gerakan otot skelet selama menggigil membutuhkan energi yang signifikan. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebih besar dari normal. Panas diproduksi untuk mempertahankan suhu tubuh. Pengeluaran Panas Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Radiasi Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan (Thibodeau dan Patton, l9)3). Panas berpindah

melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat. Vasodilatasi perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran yang ke luar. Vasokonstriksi perifer meminimalkan kehilangan panas ke luar. Sampai 85% area permukaan tubuh manusia menyebarkan panas ke lingkungan. Namun, bila lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorpsi panas melalui radiasi. Perawat meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dengan melepaskan pakaian atau selimut. Posisi klien meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi (mis.berdiri memajankan area permukaan radiasi lebih besar dan berbaring dada posisi janin. meminimalkan radiasi panas). Menutup tubuh dengan pakaian gelap dan rajutan juga mengurangi jumlah kehilangan panas melalui radiasi. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, dan cair. Konduksi normalnya menyebabkan sedikit kehilangan panas. Perawat meningkatkan kehilangan panas konduktif ketika memberikan kompres es atau memandikan klien dengan air dingin. Memberikan beberapa lapis pakaian mengurangi kehilangan konduktif. Tubuh menambah panas dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang lebih hangat dari suhu kulit.

Konveksi Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus

udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat. Kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melalui konveksi. Kehilangan panas konvektif meningkat ketika kulit lembab kontak dengan udara yang bergerak ringan. Evaporasi Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap (Guyton, 1991). Tubuh secara kontinu kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600 sampai 900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata dan tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu. Dengan mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meninggalkan kehilangan panas evaporatif tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang terletak dalam dermis kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior memberi sinyal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stres emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering. Diaforesis adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada di bawah dermis kulit. Kelenjar menyekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Suhu tubuh rendah menghambat sekresi kelenjar keringat. Diaforesis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi. Individu yang tidak mempunyai kelenjar keringat congenital atau yang mempunyai penyakit kulit serius yang merusak diaforesis tidak dapat menoleransi suhu hangat karena mereka tidak dapat mendinginkan diri mereka sendiri secara adekuat. Kulit Pada Regulasi Suhu

Peran kulit pada regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi) tubuh, vasokonstriksi (yang mempengaruhi jumlah aliran darah dan kehilangan panas pada kulit), dan sensasi suhu. Kulit, jaringan subkutan, dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Ketika aliran darah antara lapisan kulit berkurang, kulit itu sendiri adalah insulator paling baik. Individu dengan lemak tubuh lebih banyak mempunyai insulasi alamiah lebih banyak daripada individu yang kurus dan berotot. Cara kulit mengontrol suhu tubuh sama dengan cara radiator mobil mengontrol suhu mesin. Mesin mobil melakukan pengendalian panas yang baik. Air dipompa melalui system mesin untuk menampung panas dan membawanya ke radiator, ketika kipas memindahkan panas dari air ke udara luar. Radiator dan kipas mempertahankan suhu mesin dalam batas aman untuk mencegah kerusakan karena terlalu panas. Pada tubuh manusia, organ internal menghasilkan panas, dan selama latihan atau peningkatan stimulasi simpatis, jumlah panas yang dihasilkan lebih tinggi dari suhu inti normal. Aliran darah dari organ internal, yang membawa panas ke permukaan tubuh. Kulit juga disuplai oleh pembuluh darah. Pada area tubuh yang paling terpajan, darah dapat mengalir secara langsung dari arteri ke vena. Aliran darah melalui area kulit yang lebih banyak pembuluh darah dapat bervariasi dari aliran minimal sampai sebanyak banyaknya 30% darah yang diejeksikan dari jantung. Panas berpindah dari darah, melalui dinding pembuluh, ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas. Suhu inti tubuh tetap dalam batas aman. Derajat vasokonstriksi menentukan jumlah aliran darah dan kehilangan panas ke kulit. Bila suhu inti terlalu tinggi, hipotalamus menghambat vasokonstriksi. Sebagai akibat pembuluh darah berdilatasi dan lebih banyak pembuluh mencapai permukaan kulit. Pada hari panas dan lembab pembuluh darah di tangan berdilatasi dan mudah dilihat. Sebaliknya, bila suhu inti menjadi terlalu rendah, hipotalamus menimbulkan vaokonstriksi dan aliran darah ke kulit berkurang. Sehingga panas tubuh dihemat. Kulit disuplai baik oleh reseptor panas dan dingin. Karena reseptor dingin lebih banyak, fungsi kulit terutama untuk mendeteksi suhu permukaan dingin. Bila kulit kedinginan, sensornya mengirim informasi ke hipotalamus, yang menimbulkan menggigil untuk meningkatkan produksi panas tubuh, menghambat berkeringat, dan vasokonstriksi.

Kontrol Perilaku Manusia secara sadar bertindak untuk mempertahankan suhu tubuh yang nyaman ketika terpajan pada suhu ekstrem. Kemampuan individu untuk mengontrol suhu tubuh tergantung pada: 1. Derajat ekstrim tubuh 2. Kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan 3. Proses fakir atau emosi 4. Mobilitas atau kemampuan individu untuk melepaskan atau menambahkan pakaian. Kontrol suhu tubuh sulit bila salah satu dari kemampuan ini tidak ada atau hilang. Ketika suhu tubuh menjadi sangat panas atau dingin, perilaku peningkatan kesehatan mempunyai keterbatasan efek pada pengendalian suhu. Disini perawat mwngkaji variable yang menempatkan klien pada resiko tinggi untuk ketidakefektifan termoregulasi. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh: 1. Usia Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relative konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Suhu tubuh bayi dapat berespons secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Produksi panas akan meningkat seirinh dengan pertumbuhan bayi memasuki anak anak. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia lebih sensitive terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme control, terutama pada control vasomotor (control vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat dan penurunan metabolisme.

2. Olahraga Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41oC. 3. Kadar hormon Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesterone meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus siklus menstruasi. Bila kadar progesterone rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Selama ovulasi, jumlah progesterone yang lebih besar memasuki system sirkulasi dan meningkatkan suhu tubuh sampai kadar batas atau lebih tinggi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita selama menopause, hal itu terjadi karena control vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokonstriksi. 4. Irama sirkadian Suhu tubuh berubah secara normal 0,50C sampai 10C selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. 5. Stress Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan

persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas akan menyebabkan suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.

6. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada di lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien. Perubahan Suhu Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang dialami klien. Demam Demam dapat terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 390C. Davis dan Lentz (1989) merekomendasikan untuk menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal orang tersebut pada waktu yang sama, di samping terhadap tanda vital dan gejala infeksi.

Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen akan mempengaruhi system imun. Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebi banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu, substansi sejenis hormone dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien meras hangat dan kering. Jika set point baru telah melampaui batas, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, menimbulkan respons pengeluaran-panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis membantu evaporasi pengeluaran panas. Ketika demam berhenti klien menjadi afebris. Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 390C meningkatkan system imun tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung denagn

infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk berespons. Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Fekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan. Jika klien memiliki masalah jantung atau saluran pernapasan, stress karena demam dapat menjadi besar. Demam yang lama dapat melelahkan klien dengan menghabiskan simpanan energi. Peningkatan metabolisme membutuhkan tambahan oksigen. Jika kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, terjadi hipoksia selular (oksigen tidak adekuat). Hipoksiamiokard mengakibatkan angina (nyeri dada). Hipoksia serebral mengakibatkan konvusi. Intervensi selama demam termasuk terapi oksigen. Mekanisme regulasi digunakan untuk mengatasi demam yang membuat klien beresiko kekurangan volume cairan. Kehilangan air melalui peningkatan pernapasan dan diaforesis dapat menjadi berlebihan. Dehidrasi dapat menjadi masalah serius pada lansia dan anak-anak yang berat badannya rendah. Mempertahankan keadaan volume cairan yang optimum merupakan tindakan keperawatan yang penting. Kelelahan Akibat Panas Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Hipertermia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah

hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu. HEAT STROKE Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan kering. Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai. HIPOTERMI Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti: DERAJAT CELCIUS FAHRENHEIT

Ringan Sedang Berat Sangat berat

33-36 30-33 27-30 <30

(91,4-96,8) (86,0-91,4) (80,6-86,0) <80,6

Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Kulit menjadi sianotik. Jika hipotermia terus berlangsung, klien akan mengalami disritmia jantung, kehilangan kesadaran dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Dalam kasus hipotermia berat, klien dapat menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (mis. tidak ada respons terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah). Termometer dengan bacaan khusus rendah mungkin dibutuhkan karena termometer standar tidak ada angka di bawah 35C. Radang beku (frosbite) terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Daerah yang terutama rentan terhadap radang dingin adalah lobus telinga, ujung hidung, jari, dan jari kaki. Daerah yang cedera berwarna putih berlilin, dan kers jika disentuh Klien hilang sensasi pada daerah yang terkena. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena

BAB III PEMBAHASAN

Proses Keperawatan dan Termoregulasi Pengetahuan fisiologis tentang regulasi suhu tubuh membantu perawat untuk mengkaji respon klien terhadap gangguan tubuh dan dapat di lakukan tindakan secara aman. Tindakan mandiri dapat dilakuakan untuk meningkatkan kenyamanan. Tindakan ini menambah efek terapi dari pengobatan selama sakit. Banyak tinadakan yang juga dapat di ajarkan lepada anggota keluarga, orang tua, atau pemberi perawatan lain. PENGKAJIAN

TEMPAT Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Suhu inti dari arteri paru, esofagus dan kandung kemih digunakan untuk perawatan intensif. Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang dipasang invasif secara secara terusmenerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini harus memili pembacaan akurat yang tepat dan terus-menerus menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik. Tempat yang paling sering digunakan untuk untuk pengukuran suhu inti juga invasif tetapi dapat digunakan secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut, rektum, dan aksila. Lapisan termometer noninvasif yang disiapkan secara kimia juga dapat digunakan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila, dan kulit mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran. Panas dari darah dialirkan ke alat termometer. Suhu timpani mengandalkan radiasi panas tubuh terhadap sensor inframerah. Karena suplai darah arteri membran timpani dianggap suhu inti. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36C dan 38C. Secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5C lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila 0,5C lebih rendah dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran memiliki keuntungan dan kerugian. Perawat memilih tempat yang paling aman dan akurat untuk pasien Tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak mengetahui dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan rebilitas pembacaan suhu. Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversiskala dengan cara mengaktifkan tombol. Rumus yang digunakan: 1. Untuk mengonversi Fahrenhit ke Celcius, dikurangi 32 dari bacaan Fahrenheit dan hasilnya dikalikan 5/9. C = F-32) x 5/9 Contoh: 40C = (104F-32F) x 5/9) 2. Untuk mengonversi derajat Celcius ke Fahrenheit, kalikan bacaan derajat celcius dengan 9/5 dan tambahkan 32 terhadap hasilnya.

F = (9/5 x C) + 32 Contoh: 104F = (9/5 x 40C) +32 TERMOMETER AIR RAKSA-KACA Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang terbuat dari tabung kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup pada ujung lannya dengan pentolan berisi air raksa. Paparan pentolan (bulb) terhadap panas menyebabkan air raksa memuai dan naik pada tabung yang tertutup. Panjang termometer diberi angka dengan kalibrasi Fahrenheit atau derajat Celcius. Titik paling jauh yang dicapai air raksa di dalam tabung merupakan pembacaan suhu. Air raksa tidak akan berfluktuasi atau turun kecuali termometer dihentakkan dengan kuat. Perawat membaca termometer air raksa dengan menggunakan ujung jari untuk memegang termometer secara horizontal dewngan pentolan diarahkan ke kiri. Dengan memutar termometer secara perlahan, kolom air raksa berwarna perak atau kelihatan. Garis yang dikalibrasi pada bagian akhir kolom air raksa adalah pembacaan suhu. Pentolan jangan di sentuh. PENGUKURAN SUHU TUBUH LANGKAH Persiapan Untuk Pengukuran Suhu tubuh 1. Kaji tanda dan gejala perubahan suhu dan faktor yang secara normal mempengaruhi suhu tubuh. 2. Jelaskan bagaimana cara mengukur suhu tubuh tersebut adalah pentingnya menjaga posisi yang tepat sampai pembacaan lengkap. 3. Ketika mengukur suhu oral, tunggu 20 sampai 30 menit sebelum mengukur suhu, jika klien merokok atau makan atau minum yang panas atau dingin. 4. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan: a. Termometer yang tepat b. c. d. e. f. Tisu lembut Pelumas (untuk termometer kaca rektal) Pena, lembar pencatatan Sarung tangan sekali pakai Pembungkus plastik atau pembungkus probe sekali pakai.

5. Cuci Tangan Suhu Oral-Termometer elektronik 1. Selesaikan langkah persiapan 1-5. 2. Bantu klien dalam mengambil posisi nyaman untuk memudahkan akses ke mulut. 3. Gunakan sarung tangan sekali pakai (pilihan). 4. Keluarkan pak termometer dari unit charging. Pastikan bahwa probe oral (ujung biru) melekat pada unit termometer. Genggam bagian atas gagang probe, hati-hati jangan menekan tombol ejeksi. 5. Pasangkan pembungkus probe plastik sekali pakai pada probe termometer sampai terkunci pada tempatnya. RASIONAL Tanda dan gejala fisik dapat mengindikasikan suhu tubuh yang abnormal. Perawat dapat secara akurat mengkaji sifat dan variasi suhu tersebut. Klien sering ingin tahu mengenai beberapa suhu tubuhnya dan harus diperingatkan supaya tidak mengambil termometer sebelum waktunya untuk hasil pembacaan. Merokok dan substansi yang panas atau dingin dapat menyebabkan kesalahan pembacaan suhu dalam rongga oral. Pemilihan tempat pengukuran berdasarkan pengukuran suhu yang dipilih. Mengurangi penularan mikroorganisme. Menjamin kenyamanan dan keakuratan pembacaan suhu. Sarung tangan harus digunakan jika ada resiko memegang benda kotor oleh cairan tubuh (mis. saliva). Tombol ejeksi melepaskan pembungkus plastik dari probe. Pembungkus plastik yang lembut tidak akan sobek dalam mulut serta mencegah penularan mikroorganisme di antara klien. Pengukuran Suhu Tubuh (lanjutan) Langkah Rasional 7. Dengan tangan non dominan, Supaya anus renggangkan bokong untuk memaparkan anus. terlihat seluruhnya

untuk memasukkan termometer.

8. Minta klien untuk bernapas Merilekskan perlahan dan rileks. 9. Memasukkan termometer dengan lembut ke dalam anus ke arah umbilicus. Masukkan 1,2 cm untuk anak-anak dan 3,5 cm untuk dewasa. Jangan mendorong paksa termometer. memasukkantarik termometer. paksakan. kira-kira ketentuan. 3 menit segera Jangan Mencegah

sfinger

anal

untk

memudahkan pemasukan termometer. Memastikan paparan yang adekuat terhadap pembuluh darah dinding.

Mencegah trauma terhadap mukosa.

a. Jika terasa ada tahanan saat Termometer kaca dapat pecah. cidera untuk pada klien.

Penelitian mengenai lamanya waktu sesuai pencatatan bahwa menit dengan sesuai berbeda-beda. Stepen dan Sexon (1987) perubahan Menghindari menyimpulkan setelah kontak 3

10. Biarkan termometer selama yang

signifikannya kecil. mikroorganisme. Menyeka dari area yang sedikit kontaminasi ke yang 11. Keluarkan termometer dengan hatidengan tisu. Seka paling terkontaminasi. partisipasi dalam hati dan seka sekresi Memastikan bacaan yang akurat. dengan Meningkatkan

gerakan memutar dari jari ke perawatan dan pemahaman kondisi. arah pentolan. Buang tisu. 12. Baca termometer sejajar mata. 13. Beri tahu klien hasil pembacaan suhunya. 14. Seka area anal membuang pelumas atau feses. Secara mekanis membuang materi untuk organic yang mungkin mengandung microorganisme dan menghalangi Memberikan kenyamanan. Memulihkan kenyamanan.

15. Bantu klien kembali ke posisi efek desinfektan.

nyaman. 16. Basuh bersabun, dingin, dan taruh termometer air cuci kemudian dengan hangat air pada keringkan menggunakan

Tempat pecah.

penyimpanan

mencegah penularan

Mengurangi mikroorganisme.

dengan

kembali

tempatnya. 17. Buka sarung tangan. Cuci tangan. Memberi privasi dan meminimalkan rasa malu. Memberi akses mudah ke aksila. SUHU AKSILA-TERMOMETER ELEKTRONIK 1. Pasang gorden di sekeliling tempat tidur dan atau tutup pintu kamar. 2. Tempatkan klien pada posisi terlentang atau duduk. 3. Singkirkan pakaian atau gown dari bahu dan lengan. 4. Hubungkan bagian rectal (merah) ke unit termometer. Siapkan termometer elektronik. 5. Masukkan probe ke bagian tengah aksila, turunkan lengan diatas termometer, dan letakkan lengan menyilang pada dada klien. Meningkatkan partisipasi dalam 6. Biarkan probe tersebut sampai perawatan dan pamahaman kondisi terdengar tanda bunyi. Baca kesehatan. Pembacaan terlihat beberapa detik setelah insersi. Mempertahankan posisi termometer yang sesuai terhadap pembuluh darah aksila. Pembungkus klien. probe mencegah penularan mikroorganisme diantara Memberi pemaparan aksila yang optimal.

suhu pada tampilan digital. tahu klien hasil bacaan

Mengurangi

penularan

7 . Ambil probe dari aksila dan beri mikroorganisme. suhunya. Melindungi probe dari kerusakan. Secara otomatis menyebabkan bacaan 8. Tekan tombol ejeksi untuk digital akan menghilang. membuang plastik probe Mengembalikan kenyamanan. kedalam wadah pembuangan. 9. Kembalikan probe elektronik Mengurangi penularan infeksi. ketempat penyimpanan yang benar. Memberi privasi dan meminimalkan rasa malu. 10. Bantu klien dalam mengenakan Memudahkan akses ke aksila. pakaian atau gown. 11. Cuci tangan. SUHU AKSILA-TERMOMETER KACA 1. Pasang gorden di sekeliling pintu kamar. duduk atau terlentang 3. Singkirkan pakaian atau gown Diantara institusi waktu yang di dari bahu dan lengan. 4. Siapkan termometer kaca rekomendasikan berbeda. Menghindari kontak dengan organisme. Seka dari daerah yang 5. Letakkan termometer di tengah paling sedikit terkontaminasi ke yang aksila, turunkan lengan paling terkontaminasi. Meningkatkan partisipasi dalam menjepit termometer dan taruh Menjamin pembacaan yang akurat. lengan menyilang di dada klien. 6. Biarkan termometer selama 5-10 perawatan dan pemahaman kondisi Air raksa harus lebih rendah dari derajad suhu sebelum insersi. yang tepat terhadap pembuluh darah Memberi pemaparan aksila optimal.

tempat tidur dan /atau tutup Mempertahankan posisi termometer 2. Tempatkan klien pada posisi di aksila.

menit atau sesuai ketentuan.

kesehatan. mekanik menghilangkan dan

7. Ambil termometer dan seka area Secara cara memutar dari jari ke arah tempat pentolan. Buang tisu. 8. Baca termometer sejajar mata. 9. Beri tahu klien berapa suhunya.

basah dengan tisu. Seka dengan materi organic yang dapat menjadi mikroorganisme menghalagi kerja desinfektan. Wadah penyimpanan mencegah pecah. Memulihkan rasa nyaman. Mengurangi 10. Cuci termometer dalam air mikroorganisme. hangat bersabun, cuci di air dingin, keringkat dan taruh kembali penyimpanan. di tempat Menjamin kenyamanan dan memajankan kanal auditorius untuk pembacaan suhu akurat. 11. Bantu klien memasang gown Basa atau baju kembali. 12. Cuci tangan. TERMOMETER TIMPANI nyaman perawat. 2. Keluakan unit termometer dari tempat hati-hati basa charging-nya, menekan Memperbaiki posisi probe dengan menyesuaikan menjamin 3. Pasangkan kanal pembacaan telinga akurat. jangan dengan memberi sumber batere. Pembuangan unit tangan dari basa menyiapkan untuk mengukur suhu. MEMBRAN Tombol ejeksi melepaskan penutup spekulum plastik. penularan kepala mikroorganisme. penularan

1. Bantu klien untuk posisi yang Mengurangi berpaling ke satu sisi, menjauhi

tombol ejeksi.

pembungkus Penarikan telinga meluruskan kanal

speculum dari plastik sekali auditori pakai diatas ujung seperti memungkinkan

eksternal,

yang pemajanan

otoskop sampai terkunci pada maksimum membran timpani. tempatnya. 4. Ikuti instruksi dari pabrik untuk penempatan timpani. posisi probe Menekan tombol pemindai a. Tarik ujung atas menyebabkan energi infra merah ditempatnya, yang memungkinkan maksimal partisipasi memahami membran dalam status timpani. jangan perawatan kesehatan. ke hidung, dan

telinga ke atas dan ke belakang untuk diukur. Probe harus tetap pada orang dewasa. ke belakang pada anak. kedalam dipindahkan. d. Arahkan mengikuti petunjuk penempatan dari pabrik 5. Tekan tombol pemindai pada unit tangan. Suhu tampak pada Mengurangi displai digital. a. Dengan hati-hati lepaskan sensor dari meatus Secara otomatis menyebabkan auditorius dan informasikan Melindungi probe dari kerusakan. klien tentang pembacaan. b. Tekan untuk tombol pelepasan pembacaan digital menghilang. mikroorganisme. penularan kanal, b. Tarik ujung atas telinga dan pemaparan c. Pasang probe yang sempit Meningkatkan

mengeluarkan Memulihkan kenyamanan Mengurangi penularan

penutup plastik speculum. c. Buang kewadah yang tepat. d. Kembalikan unit untuk basa charging. tangan mikroorganisme.

Suhu posisi nyaman 7. Cuci tangan.

tubuh

normal

berfluktuasi

6. Bantu klien dalam mendapatkan dengan rentang sempit. Perbandingan menyatakan adanya abnormalitas. Penempatan memindahkan menyebabkan PENYELESAIAN UNTUK Pembacaan MENGUKUR SUHU TUBUH tidak tepat atau dapat termometer kedua

ketidakakuratan. memastikan

temuan awal suhu tubuh abnormal.

1. Bandingkan pembacaan suhu Pengukuran tanda vital harus dicatat dengan data dasar dan rentang dengan segera pada lembar alur untuk suhu normal untuk kelompok menghindari usia klien. pengukuran. Bila diindikasikan, pilih tempat atau alat alternatif. 2. Bila suhu abnormal, ulangi terapi segera. kelalaian mencatat. Abnormalitas mungkin memerlukan

3. Catat suhu pada lembar alur tanda vital atau catatan perawat dan laporkan temuan abnormal pada perawat atau dokter yang bertanggung jawab.

Keuntungan dan Kerugian Pemilihan Tempat Pengukuran Suhu Timpani

Keuntungan 1. Tempat yang mudah dicapai 2. 3. 4. 5. 6. Kerugian 1. Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran 2. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami beda telinga atau membran timpani 3. Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai 4. Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu 5. Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak di bawah tiga tahun masih diragukan (Davis, 19930 6. Variabilitas pengukuran melebihi variabilitas alat suhu inti yang lain (Erikson dan Kirkin, 1993) Rektal Keuntungan 1. Terbukti dapat diandalkan bila suhu oral tidak diperoleh 2. Kerugian 1. Pengukuran suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu yang cepat 2. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau yang cenderung pendarahan 3. Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien 4. Risiko terpajan cairan tubuh 5. Memerlukan lubrikasi 6. Dikontradiksikan pada bayi baru lahir Menunjukkan suhu inti Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal Memberi pembacaan inti yang akurat Waktu Pengukuran Sangat sangat cepat (2-5 detik0 Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau mengganggu klien Secara emosional kurang invansif untuk anak-anak dan remaja yang sedang membangun identitas seksual dan citra diri

Oral Keuntungan 1. Mudah dijangkau, tidak membutuhkan perubahan posisi 2. 3. Kerugian 1. Dipengaruhi oleh cairan atau makanan yang dicerna, merokok dan pemberian oksigen (Neff et al, 1988) 2. Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut (Kresovich Wendler et al, 1988) 3. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat pendinginan. 4. Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif. 5. resiko terpapar cairan tubuh AKSILA Keuntungan 1. Aman dan invansif 2. Cara yang disukai pada bayi yang baru lahir dan klien yang tidak kooperatif Kerugian 1. Waktu pengukuran lama 2. Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien 3. Tertinggal pada pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang cepat 4. Memerlukan paparan toraks KULIT Keuntungan 1. Murah 2. 3. Kerugian Memberi pembacaan kontinu Aman dan non-invansif Nyaman bagi klien Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat

1. Pengukuran lebih lambat dari tempat pengukuran lain selama perubahan suhu, khususnya pada saat hipertermia 2. Diaforesis atau keringat dapat mengganggu adhesi Ada tiga jenis termometer kaca, yaitu oral (ujungnya ramping), stubby, da rektal (ujungnya berbentuk buah pir) (Gambar 32-6). Ujung termometer oral langsing, sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru. Termometer stubby biasanya lebih pendek dari lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh di mana saja. Termometer rektal memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat insersi. Termometer ini biasanya dikenali dengan ujung yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan mudah pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca. Air raksa adalah materi yang berbahaya jika tidak disimpan dengan baik. Kecelakaan pecahnya termometer air raksa-kaca merupakan bahaya kesehatan bagi klien, perawat, dan pekerja perawatan kesehatan. Air raksa dapat menembus kulit dan membran mukosa; uap yang terisap berdifusi dengan cepat ke dalam darah dan dialirkan ke jaringan tubuh termasuk otak. Isi dua termometer air raksa-kaca dalam ruang tertutup yang melebihi batas paparan yang diizinkan oleh Occuppational Safety dan Health Administration (OSHA) ( Material Safety Data Sheet, 1989). Langkah yang diambil saat air raksa tumpah disajikan dalam kotak dia atas. Keuntungan dari termometer air raksa kaca adalah harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia. Keakuratan termometer air raksa-kaca ini tergantung pada lamanya waktu termometer tersebut disimpan tanpa digunakan. Biasanya termometer ini tidak boleh disimpan lebih dari 8 bulan. Termometer elektronik. Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga baterai yang dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai (Gambar 32-7). Salah satu bentuk termometer elektronik menggunakan alat seperti pencil. Probe tersendiri yang anti-pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan

terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan suhu terukur. Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk pengukuran timpanik (Gambar 32-8). Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi sebaran panas dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai di masukan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai. Termometer elektronik dengan menggunakan probe oral tidak lebih akurat dari pada termometer air raksa-kaca. Misalnya, variabel yang mengubah pengukuran suhu oral mempengaruhi semua jenis termometer. Keuntungan yang paling besar dari termometer elektronik adalah dapat digunakan dengan cepat, hasil terlihat dalam beberapa detik dan mudah dibaca. Sarung plastiknya tidak dapat sobek dan cocok untuk anak-anak. Harga mahal merupakan kerugian utama. Alat termometer elektronik yang mengukur suhu oksila telah dilaporkan kurang akurat dibanding termometer air raksa-kaca. Termometer sekali pakai. Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut terdiri atas matriks dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan untuk oral dan oksila, terutama pada anak-anak (Gambar 32-9). Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer oksila dan digunakan hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik (Eriksonet al, 1996). Termometer diambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil. Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang berbeda. Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahui suhu, khususnya pada bayi baru lahir (lihat kotak di bawah). Namun, termometer gelas atau elektronik lebih dipilih karena keakuratannya. Diagnosa Keperawatan. Perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokan karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit

kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis, hipertermia. Diagnosa keperawatan mengidentifikasi risiko klien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan suhu yang aktual. Jika klien memiliki faktor risiko, perawat meminimalkan atau menghilangkan faktor yang meningkatkan perubahan suhu. Pengkajian suhu di luar batas normal mengarah pada diagnosa keperawatan. Saat diagnosa ditentukan, perawat harus memilih dengan akurat faktor yang berhubungan atau etiologi. Faktor yang berhubungan memudahkan perawat untuk memilih intervensi keperawatan yang sesuai. Pada contoh hiperternia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda dari pada faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Perencanaan Klien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor risiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke Batas normal. Misalnya, hasil dari masukan yang sama dengan haluaran penting untuk menetapkan Cairan yang diberikan perawat untuk menangani risiko klien terhadap ketidakseimbangan Cairan dan elektrolit. Pendidikan penting sehingga klien dapat berpartisipasi dalam mempertahankan normotermia. Hal ins terutama sekali penting pada kasus orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau a4ak mereka terjadi perubahan suhu di rumah. Rencana perawatan bags klien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan (lihat rencana perawatan pada hlm. 780). Seringkali, masalah medis lain menyulitkan rencana perawatan. Misalnya, perubahan suhu tubuh mempengaruhi kebutuhan tubuh terhadap cairan. Klien dengan masalah jantung dapat memiliki kesulitan dalam menoleransi kebutuhan terhadap terapi penggantian cairan. Contoh Proses Diagnostic Keperawatan terhadap Termolegulasi AKTIVITAS PENGKAJIAN BATASAN KARAKTERISTIK DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ukur tanda vital, termasuk suhu, nadi pernapasan

Peningkatan suhu tubuh di atas bawah normal Takikardia Takipnea Kulit hangat

Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi

Palpasi kulit Observasi penampilan perilaku klien saat berbicara dan istirahat Kaji perubahan suhu, nadi, pengisisan kapiler dan tekanan. Observasi kekeringan membrane mukosa mulut, hidung, mata, dan kulit. Kaji turgor kulit dengan cara mencubit kulit unuk melihat kerutan yang lambat, elastic Pantau dengan cermat masukan dan tingkt keluaran terhadap masukan yang lebih sedikit dari haluaran

Gelisah Tampak kemerahan

Peningkatan suhu tubuh Takikardia Hipotensi Kulit dan membrane mukosa kering Haus Penurunan turgor kulit Masukan cairan berkurang

Kekurangan

volume

cairan yang berhibungan dengan hipertemia

Urine pekat Perubahan nilai elektrolit

Evaluasi nilai laboratorium terhadap adanya perubahan kadar natrium, kalium, klorida Beratnya perubahan suhu dan efeknya, disertai dengan status kesehatan klien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat dalm merawat klien. IMPLEMENTASI Hipertermia Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatasi naiknya suhu bergantung pada penyebab demam, efek yang merugikan, kekuatan, intensitas, durasinya. Dokter dapat mencoba demam dengan mengisolasi pirogen penyebab. Perawat mengambil kultur specimen untuk analisis laboratorium seperti urine, darah, sputum dan tempat luka. Pengumpulan specimen ini memerlukan teknik aseptic yang tepat untuk menghindari masukna organisme dari luar yang dapat mempengaruhi hasil kultur. Dokter akan menginstruksikan pemberian obat antibiotik setelah kultur didapat. Pemberian antibiotic menghancurkan bakteri pirogen dan menghilangkan stimulus tubuh terhadap demam. Perawat memberi antibiotic dengan tepat dan mengajarkan klien mengenai pentingnya mengkonsumsi dan melanjutkan antibiotic sampai pengobatan selesai. Infeksi virus tidak dapat diidentifikasi dengan kultur. Kebanyakan demam pada anak-anak disebabkan oleh virus, berakhir dengan singkat dan efeknya terbatas. Namun, anak-anak masih memiliki mekanisme control suhu yang imatur dan dapat naik dengan cepat pada anak-anak di bawah 5 tahun. Beberapa penelitian meyakini bahwa jumlah kenaikan lebih penting dari pada suhu sebenarnya dalam mencetuskan kejang. Anak-anak sangat berisiko terhadap kekurangan cairan karena mereka dapat kehilangan cairan dalam jumlah yang besar dengan cepat karena proporsi berat tubuh mereka. Perawat mempertahankan keakuratan pencatatan masukkan dan haluaran dan

mendorong asupan cairan. Suhu tubuh lansia secara normal berada pada nilai akhir terendah dari batasan suhu. Meskipun demikian lansia sangat sensitive terhadap perubahan suhu yang sedikit saja. Perawat harus menyadari bahwa suhu dalam batas normal dapat merupakan demam pada lansia. Secara keseluruhan, kondisi fisik mempengaruhi klien untuk menoleransi peningkatan frekuensi pernapasan, penurunan volume cairan, dan peningkatan kebutuhan oksigen metabolic saat demam. Lansia, klien yang lemah dan luka baker berat, penyakit neoplastik atau gangguan system imun beresiko tinggi terhadap komplikasi yang diinduksi oleh demm. Suhu yang lebih tinggi dari 39 oC menunjukkan sedikit perubahan fisiologis. Jika suhu tubuh mencapai 40oC, intervensi perlu sekali untuk menghindari kerusakan ireversibel terhadap sel. Demam mungkin merupakan respon hipersensitif terhadap obat. Demam yang disebabkan obat dapat disertai dengan gejala alergi seperti ruam atau pruritus (gatalgatal). Pengobatan mencakup menghentikan terapi. Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk termoregulasi Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan: Pakaian tidak sesuai Cedera system saraf pusat Paparan terhadap lingkungan (panas/dingin) Kerusakan system termoregulasi Termogulasi tidak efektif yang berhubungan dengan: Imaturitas Perubahan fisiologis pnuaan Cedera system saraf pusat Suhu lingkungan Hiportemia yang berhubungan dengan:

Penurunan kecepatan metabolic Pakaian yang tidak adekuat Paparan terhadap lingkungan dingin Ketidakmampuan untuk untuk menggigil Konsumsi obat/alcohol Inaktivitas penuaan Hipertemia yang berhubungan dengan: Peningkatan laju metabolic Pakaian tidak sesuai Paparan terhadap lingkungan yang panas Tidak dapat berkeringat Medikasi Aktivitas banyak dan berat Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/virus) Terapi terhadap demam, menurunkan produksi panas, meningkatkan pengeluaran panas dan mencegah komplikasi. Antipiretik, obat yang menurunkan pamnas, termasuk kortikosteroid dan campuran nonsteroid. Kortikosteroid tidak digunakkan untuk mengobati demam; meskipun demikian, perawat harus waspada terhadap efek menekan system imun dan meningkatkan resiko munculnya demam pada klien. Pada klien yang menggunakkan steroid dapat muncul infeksi tanpa terlihat tanda-tanda klasik. Obat nonsteroid seperti asetaminofen, salisilat, indometasin dan ketoralak menurunkan demam melalui peningkatan pengeluaran panas. Obat-obat ini biasanya diresepkan untuk mengontrol suhu. Terapi nonfragmakologis untuk demam menggunakan metoda yang meningkatkan pengeluaran panas melelui evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunaka mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan alcohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas angin. Riset terbaru tidak menunjukkan adanya keuntungan dari metoda-metoda

ini disbanding medikasi antipiretik. Selimut yang didinginkan dengan mensirkulasi air yang dihantarkan oleh yunit yang menggunakan motor, meningkatkan pengeluaran panas konduktif. Perawat harus mengikuti instruksi yang dibuat pabrik dalam menggunakan selimut hiportemia ini karena resiko rusaknya kulit dan freeze burns. Menempatkan selimut mandi diantara klien dan selimut hipotermia serta dianjurkan membungkus ekstremitas distal (jari tengah, kaki, genitalia) Tindakan keperawatan untuk meningkatkan pendinginan tubuh harus mennghindari stimulasi terhadap menggigil. Menggigil merupakan counterproductive karena panas yang dihasilkan oleh aktivitas otot. Intensitas menggigil direntang dari dapat diraba tetapi tidak terlihat sampai kontraksi ektremitas telah direkomendasikan untuk menurunkan insiden dan intensitas menggigil. Interverensi kerawatan dependen terhadap menggigil termasuk memberi medikasi yang dapat menurunkan menggigil. Tindakan energi. Heatstroke Tindakan pengobatan yang paling baik untuk heatstroke adalah pencegahan. Perawat mengajarkan klien untuk menghindari latihan yang berat dalam cuaca yang panas dan lembab; meminum cairan seperti jus buah yang jenih sebelum, selama dan setelah latihan fisik; untuk menggunakan pakaian yang terang, longgar, berwarna cerah; untuk menghindari latihan dalam area kurang ventilasi; menggunakan penutup kepala jika berada diluar rumah; dan untuk memaparkan diri mereka dalam cuaca panas secara berangsur-angsur. Tindakan pertolongan pertama untuk heatstroke termasuk memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin, mengurangi pakaian yang menutupi tubuh, menaruh handuk basah pada kulit, dan menggunakan kipas bergerak untuk meningkatkan pengeluaran panas melalui konveksi. Pengobatan kedaruratan medis meliputi cairan intravena dan selimut hipotermia. Hipotermia keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan metabolic dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan

Pencegahan merupakan kunci bagi klien yang beresiko terhadap hipetermia dan radang dingin. Pencegahan mencakup mengajarkan pasien, anggota keluarga dan teman-teman. Klien yang paling beresiko termasuk yang sangat muda, dan undividu yang lemah karena trauma, stroke, diabetes, intoksikasi obat atau alcohol, sepsis dan penyakit raynaud. Secara mental klien yang sakit atau tidak mampu pernah mengalami hipotermia karena mereka tidak menyadari bahaya kondisi yang dingin. Kelemahan, warna kulit (warna hitam lebih rentan), malnutrisi dan hipoksemia juga memperberat risiko radang dingin. Individu dengan pemanas ruangan rumah yang tidak adekuat, yang dietnya tidak baik atau memakai pakaian hangat yang kurang memadai juga berisiko. Pengobatan prioritas terhadap hipotermia adalah untuk mencegah penurunan suhu tubuh lebih lanjjut. Perawat mengganti pakaian yang basah, memberikan yang kering dan menyelimuti klien dengan selimut. Dalam suasana kedaruratan di lingkungan perawatan kesehatan, klien berbaring di bawah selimut dekat dengan orang yang hangat. Pasien yang sadar akan lebih baik dengan meminum cairan yang panas seperti sup. Menempatkan klien dengan api atau dalam ruangan yang hangat atau menaruh bantal pemanas dekat denagn area tubuh (kepala dan leher) yang pengeluaran panasnya paling cepat. Pada saat klien masuk ke bagian kedaruratan, pengobatan bergantung pada beratnya kondisi. Cairan intravena yang dihangatkan, selimut pemanas dan cairan hangat dapat digunakan. Klien dipantau dengan ketat tentang adanya iregularitas jantung dan ketidakseimbangan elektrolit. Contoh Rencana asuhan Keperawatan untuk Hipertermia DIAGNOSA KEPERAWATAN: Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi. DEFINISI: Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh individu meningkat diatas batasan suhu normalnya. TUJUAN Klien kembali batasan HASIL YANG INTERVENSI RASIONAL ruangan dapat DIHARAPKAN akan Suhu tubuh turun Pertahankan suhu Suhu ke paling sedikit 1oC ruangan pada sekitar

suhu setelah terapi (pada 21oC keuali jika meningkatkan

tubuh normal 19/3). pada 21/3.

klien menggigil.

suhu Namun,

tubuh.

menggigil harus dihindari karena meningkatkan Suhu tubuh tetap Berikan sama antara 36oC- asetaminofen 38oC sampai sesuai paling sedikit 24 program ajm (pada 20/3). suhu tubuh. Antipiretik denagn menurunkan set medik point.

apabila suhu lebih tinggi dari 39oC.

Keseimbangan Masukan cairan dipertahankan pada 21/3. Klien nyaman 21/3. keseimbangan pada 20/3. elektrolit akan dengan

akan Anjurkan PO jam.

cairan sebagai Cairan kehilangan yang keluar air

haluaran pilihan klien tiap 4 melalui tidak kasat mata

Klien menyatakan Batasi dan peningkatan fisik dan sumber

membutuhkan aktivitas penggantian. Aktivitas stress laju metabolic dan

mencapai rasa adanya

istirahat pada kepuasan terhadap yang istirahat dan pola menyebabkan tidur pada 21/3. Klien istirahat mampu terjadi hipetermia. dengan Kurangi ekstrernal tubuh klien. Jaga

stress emosi bila meningkatkan penutup serta pada membutuhkan tambahan energi. yang atau basah supaya Pakaian

tenang pada 21/3.

pakaian dan alas basah tempat tidur tetap terlalu

kering. mulut permintaan kenyamanan.

mencegah sesuai panas melalui

Berikan perawatan pengeluaran demi radiasi, kinveksi dan konduksi. Pendinginan yang berlebihan dari dapat evaporasi membuat

menggigil. Membrane mukosa mongering dengan mudah karena dehidrasi.

Evaluasi Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons actual klien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana perawatan. Apakah status klien saat ini, pada saat evaluasi, sebanding dengan yang sudah diperhitungkan? Hal ini menunjukkan apakah tujuan perawatan telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan revisi terhadap rencana. Setelah semua intervensi, perawat mengukur suhu klien untuk mengevaluasi perubahan. Selain itu, perawat menggunakan tindakan evaluatif yang lain seperti palpasi kulit dan peng-..

You might also like