You are on page 1of 11

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

1. Pengertian hakikat
Menurut bahasa artinya kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

2. Pengertian manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap

introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang

tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek. Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia. Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas. Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-muminuum : 33). Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep alnas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif. Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain. Sebenarnya maniusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu: 1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah. 2. Ruh Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja. 3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

3. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA


Dibandingkan dengan makhlukm lainnya, manusia mempunyai kelebihan . Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia

adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanpun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Di samping itu, manusia di beri akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan allah. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaikbaiknya (at-tiin,95:4). Manusia tetap bermartabat mulia, kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternative) tetap hidup dengan ajaran allah (QS. Al-anam:165). Oleh karena ilmu manusia di lebihkan dari makhluk lainnya. A. Tujuan penciptaan manusia Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu allah. Pengertian penyembahan kepada allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia. Oleh kerena penyembahan harus dilkukan secara suka rela, karena allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual

penyembahannya. Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah allah ciptakan. B. Fungsi dan peran manusia

Berpedoman pada al-quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempolori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antanya adalah: Belajar Mengajarkan ilmu Membudayakan ilmu Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

4. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT


a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT. Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan quu anfusakun waahlikun naran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka). b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus

dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi, serta pegolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UNM. Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama Islam UNM.

HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Proses penciptaan manusia Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya. Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Quran di jelaskan tentang proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14. Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari sulatin minthin (sari pati tanah). Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadi nuthfah (air mani). Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah, perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar (makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah. Izham (tulangbelulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.

Selanjutnya Al-Quran juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54) dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada (Q.S af-tariq 86:6-7) pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air (Q.S Al-anbiyu 21). Menurut ajaran islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri utamanya adalah :

1. Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya (Q.S al-tin 95). 2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan ) beriman kepada Allah. 3. Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. 4. Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. 5. Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak. 6. Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya. 7. Berakhlak.

Di dalam Al-Quran juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal kejadian manusia antara lain sebagai berikut : 1. Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37. 2. Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7. 3. Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-shaffaat (37) :11. 3 4. Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar). 5. Shalshalin min hamain masnuun ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk) sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26. 6. Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan dari sesuatu yang lain.

7.

Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut dalam Q.S (251) :54.

a.

Ruh dan Nafs Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat , nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan dalam AlQuran , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan. Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik, dapat menjalin interaksi sebab akibat. Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.

b. Fitrah manusia. Kata fitrah berasal dari kata sfatara yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7): 172. Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang

lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran/rasio. Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).

B. Fungsi dan tujuan hidup manusia menurut islam. 1. Fungsi manusia Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin, wakil, pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti wakil Allah, manusia dibekali dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaan-Nya. Dengan pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang baru dalam perkembangan manusia yang dinamis. Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan ketundukan dan ketaatan kepada Allah Swt.

Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung jawabkan oleh manusia. 2. Tujuan hidup manusia Tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah Swt. Adapun semua tujuantujuan kecil yang lain tunduk dan di dalam lingkaran tujuan tertinggi pengabdian tersebut. Penciptaan manusia sebagai pengabdi /untuk beribadat dipahami dengan kepatuhan, ketundukan dan pengabdian manusia kepada Allah. Tuntutan pelaksanaan ibadah dengan ikhlas ini di jelaskan oleh Allah dalam Q.S (98) : 5 artinya sebagai berikut:

dan manusia tidak di perintahkan kecuali semata-mata menyembah Allah dengan tulus,dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang kokoh (Q.S 98:5).

3. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan atau Allah. Tuhan sebagai pencipta disebut khalik dan selain dari Tuhan di namakan makhluk. Idenya setiap makhluk harus patuh bertingkah laku sesuai dengan aturan yang di tetapkan penciptanya, dalam kenyataan yang di temui, ada manusia yang baik atau patuh,dan ada juga ingkar kepada khalik (Q.S 95:45). Tuhan mau mengangkat posisi atau derajat manusia, tetapi sebagian manusia ada yang engkar di sebabkan oleh kebodohan atau kesombongannya, karena tidak bersedia untuk memahami aturan Tuhan. 4. Hakikat manusia sebagai khalifah Tuhan yang maha pengasih dan penyanyang mau memposisikan manusia pada tempat yang paling tinggi dari segala makhluknya yaitu sebagai khalifah (maneger) untuk mengatur alam ini berdasarkan aturan Tuhan.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali pers. Anwar, Fuadi, dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum : UNTUK PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Padang: UNP Press.

You might also like