You are on page 1of 109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ........ TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I. Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 10, Pasal 11, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 25, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64, Pasal 69, Pasal 76, Pasal 81, dan Pasal 84 UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air perlu menetapkan peraturan 1.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR . TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

UMUM Pengaturan mengenai proses dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dalam peraturan pemerintah ini sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dimaksudkan agar: a. pendayagunaan sumber daya air dapat diselenggarakan dengan menjaga kelestaraian
1/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

pemerintah tentang pengelolaan sumber daya air; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR.

2.

fungsi sumber daya air secara berkelanjutan; b. terciptanya keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air; c. tercapainya sebesar-besar kemanfaatan umum sumber daya air secara efektif dan efisien; d. terwujudnya keserasian untuk berbagai kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis; e. terlindunginya hak setiap warga negara untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan menikmati hasil pengelolaan sumber daya air; dan f. terwujudnya keterbukaan dan akuntabilitas pengelolaan sumber daya air. Kebijakan pengelolaan sumber daya air dimaksudkan sebagai arahan strategis yang menjadi dasar dalam mengintegrasikan kepentingan pengembangan wilayah administrasi dengan pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai. Kebijakan pengelolaan sumber daya air disusun dengan memperhatikan kondisi wilayah administratif seperti perkembangan penduduk dan ekonomi, sosial budaya, serta kebutuhan air. Kebijakan pengelolaan sumber daya air disusun di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi dan di tingkat kabupaten/kota secara
2/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

berjenjang. 3. Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang terbaharui dan secara alami keberadaaannya di dalam wilayah hidrografis yang disebut daerah aliran sungai (DAS) mengikuti siklus hidrologis. Ketersediaan sumber daya air dalam setiap DAS sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan hidrogeologi setempat, sehingga mengakibatkan adanya DAS dengan ketersediaan air melimpah dan DAS yang sangat kekurangan air. Untuk mewujudkan asas keseimbangan dan asas keadilan dalam pengelolaan sumber daya air maka untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaannya perlu dilakukan penyatuan beberapa DAS dalam satu wilayah pengelolaan yang disebut wilayah sungai. Namun demikian, dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan suatu DAS dapat merupakan satu wilayah pengelolaan apabila mampu mencukupi kebutuhan sumber daya air di wilayahnya. Selain itu, dengan pertimbangan yang sama, kumpulan pulaupulau kecil dapat pula menjadi satu wilayah pengelolaan. Mengingat sumber daya air adalah sumber daya alam yang mempunyai sifat mengalir sehingga membentuk suatu sistem yang meliputi berbagai komponen sumber daya yang akan terkait satu sama lain. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya air akan berdampak terhadap kondisi sumber daya lainnya dan sebaliknya pengelolaan sumber daya lainnya dapat berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air. Oleh karena itu, agar pengelolaan berbagai sumber daya
3/109

4.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat secara optimum, diperlukan suatu acuan pengelolaan terpadu antarinstansi dan antarwilayah, yaitu berupa pola pengelolaan sumber daya air. Agar pola pengelolaan sumber daya air tersebut menjadi bingkai yang mengikat, proses penyusunannya harus dilakukan secara terbuka melalui perlibatan berbagai pihak yang berkepentingan dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. 5. Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendaliaan daya rusak air pada wilayah sungai. Pola pengelolaan sumber daya air disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah administrasi yang bersangkutan. Pola pengelolaan sumber daya air memuat tujuan beserta dasar pertimbangan pengelolaan sumber daya air, skenario dan strategi pengelolaan sumber daya air, serta langkah operasional dalam pelaksanaan strategi pengelolaan sumber daya air. Pola pengelolaan sumber daya air dijabarkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air. Rencana pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui inventarisasi sumber daya air, penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya air. Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk yang menjadi dasar bagi penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan konservasi sumber
4/109

6.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air oleh masing-masing sektor dan wilayah administrasi. Rencana induk tersebut memuat pokok-pokok program konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air yang meliputi upaya fisik dan nonfisik, termasuk prakiraan kelayakan serta desain dasar upaya fisik. Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu unsur dalam penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah. 7. Pelaksanaan kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air, dilakukan melalui pelaksanaan kontruksi prasarana sumber daya air, operasi dan pemeliharaan sumber daya air yang meliputi pemeliharaan sumber air serta operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air. Kegiatan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air tersebut dilaksanakan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya atau dengan saling bekerja sama antara Pemerintah dan pemerintah daerah atau antarpemerintah daerah, serta dengan melibatkan masyarakat dan badan usaha. Untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air dilakukan konservasi sumber daya air melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan
5/109

8.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

air, pengelolaan kualitas air, serta pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air. Pemerintah atau pemerintah daerah wajib melibatkan peran masyarakat dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air dengan menerapkan sistem insentif kepada masyarakat yang telah berperan dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air serta disinsentif kepada masyarakat yang mengabaikan prinsip konservasi. Dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air, Pemerintah atau pemerintah daerah sedapat mungkin mengutamakan kegiatan yang bersifat nonfisik daripada yang bersifat fisik serta mendorong kepada masyarakat untuk melakukan upaya pengawetan dan penghematan air. 9. Pendayagunaan sumber daya air bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan fungsi sosial sumber daya air guna mewujudkan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat akan air secara adil. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air. Pengendalian daya rusak air perlu dilakukan terpadu, menyeluruh, dan terkoordinasi mencakup upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan akibat bencana dengan mengutamakan upaya pencegahan. Upaya pencegahan dilakukan dengan peringatan dini, pemindahan dan/atau penyelamatan penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana, serta penyebarluasan informasi dan penyuluhan kepada
6/109

10.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

masyarakat. Upaya penanggulangan diutamakan untuk keselamatan jiwa manusia dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasarnya dan bersifat segera. Sedangkan upaya pemulihan ditujukan untuk memfungsikan kondisi lingkungan hidup serta sarana dan prasarana umum yang terkena bencana. 11. Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya. Sistem informasi sumber daya air, yang merupakan jaringan informasi yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi baik pada tingkat pusat maupun daerah, perlu dikelola secara terpadu sehingga informasi yang tersedia dapat terjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktunya, serta dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Pembiayaan pengelolaan sumber daya air diperlukan untuk mendukung terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan. Pengguna sumber daya air wajib menanggung biaya jasa pengelolaan sumber daya air. Biaya jasa pengelolaan air bukan merupakan pembayaran atas harga air, tetapi mengganti sebagian biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sumber daya air. Kewajiban ini dikecualikan bagi penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk pertanian rakyat. Pembebanan biaya jasa pengelolaan sumber daya air ini dimaksudkan sebagai instrumen agar masyarakat berhemat dalam penggunaan air serta
7/109

12.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

menumbuhkan rasa ikut memiliki sumber daya air ataupun prasarana sumber daya air. 13. Perizinan dalam penggunaan sumber daya air merupakan instrumen pengendalian untuk mewujudkan ketertiban pengelolaan sumber daya air dan melindungi hak masyarakat untuk memperoleh akses atas air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada, serta menjamin hak ulayat masyarakat hukum adat setempat.

8/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

BAB I KETENTUAN UMUM

II.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Pasal 1 Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan: Cukup jelas. 1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. 2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. 3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. 4. Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 5. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. 6. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. 7. Kebijakan pengelolaan sumber daya air adalah arahan strategis untuk mengatasi masalah sumber daya air dan mengantisipasi perkembangan situasi dan kondisi sumber daya air. 8. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak
9/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

9.

10.

11.

12. 13.

14.

15.

air. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
10/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

16.

17. 18.

19.

20.

21.

22. 23.

24. 25.

26.

Konsultasi publik adalah kegiatan untuk menampung aspirasi para pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya air melalui dialog dan musyawarah. Pemulihan adalah upaya merehabilitasi suatu keadaan sehingga kembali pada fungsinya semula. Perlindungan sumber air adalah upaya pengamanan sumber air dari kerusakan yang ditimbulkan, baik akibat tindakan manusia maupun gangguan yang disebabkan oleh daya alam. Pengawetan air adalah upaya memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air agar tersedia sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengelolaan kualitas air adalah upaya mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang berada di sumber air. Zona pemanfaatan sumber air adalah ruang pada sumber air yang dialokasikan, baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi budidaya. Peruntukan air adalah penggolongan air pada suatu sumber air menurut jenis penggunaannya. Penyediaan sumber daya air adalah penentuan dan pemenuhan volume air persatuan waktu untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan waktu, kualitas, dan kuantitas. Penggunaan sumber daya air adalah pemanfaatan sumber daya air dan prasarananya sebagai media dan/atau materi. Pengembangan sumber daya air adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air, dan/atau sumber air, dan/atau daya air. Modifikasi cuaca adalah upaya dengan cara memanfaatkan parameter cuaca dan kondisi iklim pada lokasi tertentu untuk
11/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

tujuan meminimalkan dampak bencana alam akibat iklim dan cuaca, seperti kekeringan dan/atau banjir. 27. Pengusahaan sumber daya air adalah upaya pemanfaatan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan usaha, seperti penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media usaha, ataupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi. 28. Masyarakat adalah seluruh rakyat Indonesia, baik sebagai orang perseorangan, kelompok orang, masyarakat adat, badan usaha, maupun yang berhimpun dalam suatu lembaga atau organisasi kemasyarakatan. akan dicermati kembali apakah akan dihilangkan? Setiap pasal yang menyebutkan masyarakat akan dicermati kembali untuk disesuaikan dengan konteks. Apakah masyrakat termasuk badan usaha?. 29. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 30. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 31. Departemen adalah departemen yang membidangi sumber daya air. 32. Menteri adalah menteri yang membidangi sumber daya air. 33. Menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air atau kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait dengan bidang sumber daya air adalah menteri atau kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang bidang tugasnya,
12/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

34.

35. 36.

37.

antara lain meliputi fungsi pengelolaan hutan, air tanah, pertanian, perikanan, transportasi air, pantai, penataan ruang, meteorologi, lingkungan hidup, dan teknologi modifikasi cuaca. Dinas adalah organisasi pemerintahan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota yang memiliki lingkup tugas dan tanggung jawab di bidang sumber daya air. Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air. Wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air adalah institusi tempat segenap pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air melakukan koordinasi dalam rangka mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Dewan Sumber Daya Air Nasional adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat nasional.

Pasal 2 Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan dalam peraturan pemerintah ini meliputi Cukup jelas. proses dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air yang terdiri dari: a. penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air; b. penyusunan pola pengelolaan sumber daya air; c. perencanaan pengelolaan sumber daya air; d. pelaksanaan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan sumber daya air; e. konservasi sumber daya air; f. pendayagunaan sumber daya air; g. pengendalian daya rusak air.

13/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

BAB II LANDASAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Bagian Kesatu Umum Pasal 3 Pasal 3 (1) Pengelolaan sumber daya air diselenggarakan secara Cukup jelas. menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup, dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (2) Pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlandaskan pada kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta pola pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai. Pasal 4 Pasal 4 Kebijakan pengelolaan sumber daya air merupakan arahan strategis yang memuat visi, tujuan, dan prinsip pengelolaan sumber daya air.

Bagian Kedua Lingkup Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Pasal 5

Pasal 5 Yang dimaksud dengan kebijakan pengelolaan sumber daya air meliputi kebijakan pengelolaan air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
14/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air mencakup aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan sistem informasi sumber daya air, yang disusun dengan memperhatikan kondisi masingmasing wilayah. Pasal 5a Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional, yang selanjutnya disebut sebagai kebijakan nasional sumber daya air dirumuskan oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional dan ditetapkan oleh Presiden. Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi yang bernama dewan sumber daya air provinsi atau dengan nama lain, dan ditetapkan oleh gubernur. Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat kabupaten/kota dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota yang bernama dewan sumber daya air kabupaten/kota atau dengan nama lain, dan ditetapkan oleh bupati/walikota.

Yang dimaksud dengan kondisi masing-masing wilayah, misalnya kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, demografis, dan sosial budaya.

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

Pasal 5b Kebijakan nasional sumber daya air sebagaimana dimaksud Ayat (2) pada Pasal 5 ayat (1) menjadi acuan bagi Menteri, menteri, Cukup jelas. atau kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait dengan bidang sumber daya air dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan sumber daya air. Kebijakan nasional sumber daya air, menjadi acuan bagi Ayat (3) penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat Cukup jelas. provinsi.
15/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(3)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi menjadi acuan bagi penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat kabupaten/kota. Pasal 5c Kebijakan pengelolaan sumber daya air dapat ditetapkan baik sebagai kebijakan tersendiri maupun atau terintegrasi ke dalam kebijakan pembangunan provinsi atau kabupaten/kota.

Ayat (3) Cukup jelas.

Perbaikan tgl 30 April 2007

(1)

(2)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan secara tersendiri, diupayakan keselarasannya dengan kebijakan pembangunan di wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Pasal 5c Ayat (1) Dalam hal kebijakan pengelolaan sumber daya air belum tidak ditetapkan secara tersendiri, maka kebijakan pengelolaan sumber daya air ditetapkan secara terintegrasi dalam kebijakan pembangunan provinsi atau kabupaten/kota. dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air untuk menghindari terhentinya proses pengelolaan sumber daya air. Yang dimaksud dengan terintegrasi misalnya dituangkannya kebijakan pengelolaan sumber daya air dalam rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pembangunan provinsi, dan rencana pembangunan kabupaten/kota. Ayat (2) Yang dimaksud dengan keselarasan adalah bahwa kebijakan pengelolaan sumber daya air dapat mendukung atau sebagai bahan peninjauan kembali dan penyempurnaan kebijakan pembangunan di wilayah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan keterbatasan sumber daya air.

Bagian Ketiga Pola Pengelolaan Sumber Daya Air


16/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

Pasal 7 Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan sebagai kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, serta keseimbangan antara upaya konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air. Pola pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) disusun sebagai berikut : a. Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional disusun dengan memperhatikan kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi dan/atau kabupaten/kota yang bersangkutan; b. Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi yang terkait; c. Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas kabupaten/kota disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat kabupaten/kota terkait; dan d. Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota disusun dengan

Pasal 7 Ayat (1) Prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah merupakan keterpaduan dalam pengelolaannya yang diselenggarakan dengan memperhatikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing instansi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

(2)

17/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan. Pasal 7b Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) memuat: a. tujuan pengelolaan sumber daya air;

b.

dasar pertimbangan yang dipergunakan melakukan pengelolaan sumber daya air;

dalam

Pasal 7b Huruf a Yang dimaksud dengan tujuan pengelolaan sumber daya air adalah tujuan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan. Tujuan pengelolaan sumber daya air ditetapkan dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sebagian atau seluruh wilayahnya berada dalam wilayah sungai yang bersangkutan. Penetapan tujuan pengelolaan sumber daya air perlu dilakukan dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada di wilayah sungai yang bersangkutan untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan sumber daya air dan dalam mendukung pembangunan wilayah. Huruf b. Dasar-dasar yang dipergunakan dalam merumuskan upaya pengelolaan sumber daya air, antara lain mencakup analisis kondisi yang ada, asumsi, standar, dan kriteria. Asumsi, standar, dan kriteria tersebut perlu ditetapkan secara jelas sehingga analisis dan perhitungan yang dilakukan mempunyai dasar yang jelas. Kejelasan tersebut diperlukan dalam penyusunan skenario, strategi, dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
18/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

c.

beberapa skenario pengelolaan sumber daya air;

Huruf c. Skenario pengelolaan sumber daya air adalah asumsi kondisi pada masa yang akan datang yang mungkin terjadi di luar kemampuan kendali pengelola sumber daya air, misalnya kondisi perekonomian, perubahan iklim, dan politik. Huruf d. Strategi pengelolaan sumber daya air merupakan rangkaian upaya atau kegiatan pengelolaan sumber daya air untuk mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air sesuai dengan skenario pengelolaan sumber daya air. Penyusunan strategi meliputi: merumuskan kegiatan pengelolaan sumber daya air secara fisik dan nonfisik; merumuskan prioritas sasaran; merumuskan urutan prioritas kegiatan. Kegiatan pengelolaan sumber daya air misalnya penetapan kelas air, upaya pemulihan kualitas air, upaya menambah tampungan air, pembangunan jaringan distribusi, dan upaya penghematan air. Huruf e. Langkah operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air adalah rangkaian kegiatan pendahuluan dan/atau kegiatan pendukung yang perlu dilakukan
19/109

d.

alternatif pilihan strategi pengelolaan sumber daya air untuk setiap skenario pengelolaan sumber daya air;

e.

langkah operasional untuk pengelolaan sumber daya air.

melaksanakan

strategi

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

sehingga upaya dan kegiatan yang terdapat di dalam strategi pengelolaan sumber daya air dapat terlaksana. Termasuk di dalam penyusunan langkah operasional ini adalah penyusunan pokok-pokok kebijakan operasional atau peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air. Misalnya, rekomendasi penyusunan instrumen untuk penghematan penggunaan air dan rekomendasi penyusunan instrumen untuk mendukung upaya konservasi sumber daya air (baku mutu air limbah yang boleh dibuang ke perairan umum). Pasal 8 (1) Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mengacu pada data dan/atau informasi mengenai: a. penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan; b. kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang bersangkutan; c. keberadaan masyarakat hukum adat setempat; Pasal 8 Ayat (1) Huruf a. Cukup jelas.

d.

sifat alami dan karakteristik sumber daya air dalam satu

Huruf b. Ketentuan ini dimaksudkan agar tercapai keterpaduan pengelolaan sumber daya air. Huruf c. Keberadaan masyarakat hukum adat mencakup unsur masyarakatnya, unsur wilayahnya, dan unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya. Huruf d.
20/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

kesatuan sistem hidrologis; e. aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air; kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan hidup. (2) Pola pengelolaan sumber daya air ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. (3) Pola pengelolaan sumber daya air yang sudah ditetapkan dapat ditinjau dan dievaluasi sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali. (4) Hasil peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi dasar pertimbangan bagi penyempurnaan pola pengelolaan sumber daya air. Pasal 9 Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota disusun oleh bupati setelah berkonsultasi dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait. (2) Bupati menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan. (3) Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, bupati/walikota dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota. (1) f.

Cukup jelas. Huruf e. Cukup jelas. Huruf f. Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas.

21/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(4)

Dalam hal pada kabupaten/kota tersebut tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota, bupati/walikota dapat langsung menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 10 Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas kabupaten/kota disusun oleh gubernur setelah berkonsultasi dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait Gubernur menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan. Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, gubernur dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi. Pasal 11 Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara, dan strategis nasional disusun oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait. Menteri menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan. Dalam hal pada wilayah sungai lintas provinsi atau strategis nasional dimaksud tidak atau belum terbentuk wadah Pasal 10 Cukup jelas.

(1)

(2)

(3)

(1)

Pasal 11 Cukup jelas.

(2)

(3)

22/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

koordinasi pengelolaan sumber daya air, Menteri dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi melalui gubernur terkait. (4) Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada wilayah sungai lintas negara digunakan sebagai dasar penyusunan perjanjian dengan negara terkait. Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas negara dilakukan sesuai dengan perjanjian dengan negara terkait berdasarkan pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh Menteri. (5) Dalam hal belum ada perjanjian dengan negara terkait, pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang berada dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 12 Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 11 diatur dengan peraturan Menteri. BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Bagian Pertama Umum Pasal 13 Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan
23/109

Pasal 12 Cukup jelas.

Pasal 13 Cukup jelas.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi sumber daya air, penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya air.

Bagian Kedua Inventarisasi Sumber Daya Air Pasal 14 Pasal 14 Inventarisasi sumber daya air dimaksudkan untuk Ayat (1) mengumpulkan data dan informasi sumber daya air sebagai Cukup jelas. dasar penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air. Inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 meliputi Ayat (2) pengumpulan data dan informasi tentang: Huruf a a. kuantitas dan kualitas sumber daya air; Yang dimaksud dengan kuantitas sumber daya air termasuk kuantitas penggunaan, ketersediaan, dan kebutuhan, serta kontinuitas sumber daya air. Yang dimaksud dengan kualitas sumber daya air mencakup parameter fisik, kimia, dan biologi. b. kondisi lingkungan hidup dan potensi yang terkait dengan Huruf b sumber daya air; Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan hidup yang terkait dengan sumber daya air misalnya: kondisi daerah tangkapan air, tingkat erosi, daerah rawan banjir, keanekaragaman hayati pada sumber air, kondisi daerah resapan air, dan kondisi sanitasi lingkungan. Yang dimaksud dengan potensi yang terkait
24/109

(1)

(2)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

c.

sumber air dan prasarana sumber daya air;

dengan sumber daya air misalnya: ketersediaan potensi untuk pengembangan irigasi, industri, perkotaan, ketenagaan, dan pariwisata. Huruf c. Data dan informasi tentang sumber air dan prasarana sumber daya air mencakup jenis, kapasitas, jumlah, dan kondisinya.

Huruf d. Cukup jelas. e. kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkait dengan Huruf e. sumber daya air. Cukup jelas. Bagian Ketiga Pasal 15 Penyusunan dan Penetapan Rencana Pengelolaan Ayat (1) Rencana pengelolaan sumber daya air terpadu disusun dengan memperhatikan wewenang dan Pasal 15 tanggung jawab masing-masing instansi sesuai (1) Rencana pengelolaan sumber daya air disusun secara dengan tugas pokok dan fungsinya. terpadu pada setiap wilayah sungai berdasarkan pola pengelolaan sumber daya air. (2) Rencana pengelolaan sumber daya air sebagaimana Ayat (2) dimaksud pada ayat (1) disusun dengan Dalam hal cekungan air tanah melintasi wilayah mempertimbangkan penggunaan dan ketersediaan air sungai, pengelolaan cekungan air tanah tersebut tanah dalam cekungan air tanah pada wilayah sungai harus mempertimbangkan wilayah sungai yang tersebut dengan tetap mengutamakan penggunaan air terkait. permukaan. (3) Rencana pengelolaan sumber daya air sebagaimana Ayat (3) dimaksud pada ayat (2) disusun untuk jangka panjang, Cukup jelas. jangka menengah, dan jangka pendek. (4) Rencana pengelolaan sumber daya air jangka panjang Ayat (4) d.
25/109

kelembagaan pengelolaan sumber daya air; dan

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(5)

(6)

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan rencana induk pengelolaan sumber daya air yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terkoordinasi berbasis wilayah sungai. Rencana pengelolaan sumber daya air jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan program pengelolaan sumber daya air masing-masing sektor dan wilayah administrasi yang terkait dengan wilayah sungai bersangkutan. Rencana pengelolaan sumber daya air jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air masingmasing sektor dan wilayah administrasi yang terkait dengan wilayah sungai bersangkutan.

Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

(1)

(2)

(3)

Pasal 16 Pasal 16 Rencana induk pengelolaan sumber daya air Ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) disusun Strategi terpilih merupakan kesepakatan wadah berdasarkan pilihan strategi yang disepakati oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air yang koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah didapat dari beberapa pilihan strategi yang terdapat sungai yang bersangkutan. dalam pola pengelolaan sumber daya air. Dalam hal wadah koordinasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) ayat (1) pada wilayah sungai lintas provinsi tidak Cukup jelas. dibentuk, kesepakatan pemilihan strategi dilakukan secara bersama oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi yang terkait. Dalam hal wadah koordinasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) ayat (1) pada wilayah sungai lintas negara tidak Cukup jelas.
26/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(4)

(5)

dibentuk, pilihan strategi dilakukan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi. Dalam hal wadah koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota atau wilayah sungai strategis nasional lintas kabupaten/kota tidak dibentuk, kesepakatan pemilihan strategi dilakukan secara bersama oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat kabupaten/kota terkait atau oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi. Dalam hal wadah koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota atau wilayah sungai strategis nasional lintas kabupaten/kota belum atau tidak dibentuk, kesepakatan pemilihan strategi dilakukan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat kabupaten/kota atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

(1)

(2)

Pasal 17 Pasal 17 Rencana induk pengelolaan sumber daya air memuat Ayat (1) upaya fisik dan nonfisik. Yang dimaksud dengan upaya fisik, misalnya pembangunan bendungan, check dam, embung, bendung, reboisasi hutan, terasering lahan,. Yang dimaksud dengan upaya nonfisik, misalnya pengaturan pola pemanfaatan lahan, pengaturan tata guna lahan. Upaya fisik dalam rencana induk pengelolaan sumber Ayat (2) daya air dilengkapi dengan desain dasar dan prakiraan Desain dasar memuat, misalnya tentang lokasi, tata kelayakan. letak dan perkiraan tipe dan ukuran bangunan,
27/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Cttn : desain dasar mencakup prakiraan kelayakan dijelaskan dalam penjelasan prakiraan kelayakan bukan bagian dari desain dasar

ketersediaan bahan bahan galian.

bangunan,

lokasi

buangan

(1)

(2)

Pasal 18 Pasal 18 Rencana induk pengelolaan sumber daya air pada setiap Ayat (1) Keanggotaan tim teknis berasal dari unsur-unsur wilayah sungai disusun untuk jangka waktu 20 (dua terkait dengan pengelolaan sumber daya air di puluh) tahun oleh tim teknis. wlayah sungai bersangkutan dan unsur lainnya Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk sesuai dengan kebutuhan. oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Rencana induk pengelolaan sumber daya air disusun dengan berpedoman pada standar dan prosedur yang ditetapkan oleh Menteri (4) Sebelum penetapan dilakukan, rancangan rencana induk pengelolaan sumber daya air atau perubahannya wajib dilakukan konsultasi publik. Cttn : mekanisme pengumpulan dan penentuan pendapat publik diatur dalam pedoman (5) Informasi mengenai rancangan rencana induk pengelolaan sumber daya air disebarluaskan kepada masyarakat terlebih dahulu sebelum konsultasi publik dilaksanakan. (6) Rencana induk pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. (3)

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

28/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(7)

Rencana induk pengelolaan sumber daya air yang telah ditetapkan dapat ditinjau kembali paling sedikit setiap 5 (lima) tahun sekali. Rencana induk pengelolaan sumber daya air yang sudah ditetapkan merupakan bagian dari rencana strategis setiap sektor yang terkait sesuai dengan bidang kegiatan masing-masing sektor dan sebagai salah satu unsur dalam penyusunan, peninjauan kembali dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah yang bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan Menteri

Ayat (3) Cukup jelas.

(8)

Ayat (8) Cukup jelas.

(9)

Ayat (7) Cukup jelas.

Pasal 19 Pasal 19 Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman teknis dan tata cara Cukup jelas. penyusunan rencana induk pengelolaan sumber daya air diatur dengan peraturan Menteri. Pasal 20 Pasal 20 Rencana induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Ayat (1) ayat (4) ditindaklanjuti dengan melakukan studi Studi kelayakan merupakan kajian untuk menilai kelayakan. kelayakan dari kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya air yang terdapat di dalam rencana induk pengelolaan sumber daya air yang dapat
29/109

(1)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2)

Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk menyeleksi kegiatan pengelolaan sumber daya air yang dapat dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun. (3) Studi kelayakan mencakup : a. kelayakan teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan; b. kesiapan masyarakat untuk menerima rencana kegiatan; c. keterpaduan antarsektor; d. kesiapan pembiayaan; dan e. kesiapan kelembagaan. (4) Studi kelayakan untuk upaya yang bersifat fisik harus dilengkapi dengan pra-desain struktur yang akan dibangun dan rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali. (5) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh instansi yang terkait dengan sumber daya air.

dilaksanakan dalam jangka menengah. Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 21 Pasal 21 (1) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 20 ditindaklanjuti dengan penyusunan Cukup jelas. program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air. (2) Program dan rencana kegiatan sebagaimana Ayat (2) dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan Cukup jelas. oleh instansi terkait sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing-masing dengan berpedoman
30/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

pada rencana induk pengelolaan sumber daya air dan peraturan perundang-undangan. (3) Program pengelolaan sumber daya air mencakup rangkaian kegiatan pengelolaan yang dapat dilaksanakan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. (4) Rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan program pengelolaan sumber daya air. (5) Rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya air yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air merupakan rincian kegiatan yang terdapat di dalam program pengelolaan sumber daya air untuk dilaksanakan secara tahunan. Cttn : perlu perbaikan rumusan tentang rincian kegiatan terkait dengan ayat 4 sudah diperbaiki (6) Penyusunan program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (7) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diuraikan ke dalam rencana detail yang memuat rencana pelaksanaan konstruksi dan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Apabila dalam rencana detail sebagaimana dimaksud pada ayat ini terdapat rencana pengadaan lahan/tanah, rencana detail tersebut mencakup juga rencana pembebasan tanah atau rencana pemukiman kembali.
31/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(8) Studi kelayakan, program, rencana kegiatan, dan rencana detail pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (6) disosialisasikan kepada pemilik kepentingan. Cttn : Akhir Pembahasan tgl. 23 Maret 2007 sudah diperbaiki pada tanggal 10 April 2007 Awal Pembahasan tgl 30 April 2007 BAB IV PELAKSANAAN KONSTRUKSI, OPERASI DAN PEMELIHARAAN Pasal 22 (1) Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dilakukan berdasarkan program dan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2). Pemerintah atau pemerintah daerah dapat menugaskan pengelola sumber daya air untuk melaksanakan sebagian wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturan

Ayat (7) Cukup jelas.

Pasal 22 Cukup jelas.

Untuk melaksanakan sebagian wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah atau pemerintah daerah dapat menugaskan pengelola sumber daya air.

(2)

(3)

(4)

32/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

perundang-undangan. Pasal 23 akan direlokasi ke Pasal terakhir dari konstruksi & OP (1) Pasal 23 Ayat (1) Yang dimaksud dengan untuk kepentingan sendiri, misalnya membangun tampungan air untuk Badan usaha, kelompok masyarakat, atau perseorangan memenuhi kebutuhan air bersih, membangun masyarakat atas prakarsa sendiri dapat melaksanakan mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi kegiatan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebagaimana lingkungannya. dimaksud pada ayat (1) untuk kepentingan sendiri. Ayat (2) Cukup jelas.

(2) Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemeliharaan sumber air dan prasarana sumber daya air dilakukan melalui kegiatan pencegahan dan perbaikan kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sumber daya air dan sumber air.

Pasal 24 Pasal 24 (1) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air Ayat (1) terdiri atas: Prasarana sumber daya air meliputi prasarana yang berfungsi untuk konservasi dan pendayagunaan a. pemeliharaan sumber air; dan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air b. operasi dan pemeliharaan prasarana termasuk sarana pendukungnya dan jaringan sumber daya air. hidrologi. Ayat (3) (2) Pemeliharaan sumber air dilakukan melalui kegiatan Yang dimaksud dengan kegiatan pencegahan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi sumber mencakup, antara lain, pemeliharaan rutin dan air serta perbaikan kerusakan sumber air. berkala. Penjelasan: Pemeliharaan sumber air ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber daya air dan prasarana sumber daya air.

Operasi prasarana sumber daya air terdiri atas kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air.

(3) Operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air meliputi:

Ayat (2) Cukup jelas.


33/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

operasi prasarana sumber daya air yang terdiri dari kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air; b. pemeliharaan prasarana sumber daya air yang terdiri dari kegiatan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi prasarana sumber daya air serta perbaikan kerusakan prasarana sumber daya air Penjelasan: Operasi prasarana sumber daya air ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air dan prasarana sumber daya air. Pemeliharaan prasarana sumber daya air ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi prasarana sumber daya air. (4) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas rencana tahunan operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Penjelasan: Yang dimaksud dengan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan sumber daya air adalah rencana untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia sesuai dengan kondisi prasarana sumber daya air dan perkembangan kebutuhan pengguna sumber daya air selama satu tahun. (5) Rancangan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disusun oleh pengelola sumber daya air berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. (6) Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya setelah mendapat pertimbangan dari wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air.

a.

Ayat (4)
Dalam hal di suatu wilayah sungai terdapat dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, kesepakatan dikoordinasikan melalui dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air.

34/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Pasal 24b (1) Operasi dan pemeliharaan sumber daya air yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat melibatkan peran masyarakat. berdasarkan
program dan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4).

Ayat (5) Bentuk peran serta misalnya masyarakat diikutsertakan untuk memelihara tanggul terkait dengan pemanfaatan lahan pada bantaran sungai
Ayat (6) Cukup jelas.

Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Dalam hal prasarana sumber daya air dibangun oleh badan usaha, kelompok masyarakat, atau perseorangan atas prakarsa sendiri, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air dilakukan oleh pihak-pihak yang membangun berdasarkan rencana tahunan operasi dan pemeliharaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4). (3) Setiap prasarana sumber daya air dilengkapi dengan manual operasi dan pemeliharaan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 25 Pasal 25 (1) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota Ayat (1) Kerja sama dalam pelaksanaan konstruksi dan/atau dapat melakukan kerja sama dalam pelaksanaan konstruksi operasi dan pemeliharaan misalnya: dan/atau operasi dan pemeliharaan. a. Pemerintah menyiapkan rencana teknis (detail desain) dan pemerintah daerah melaksanakan konstruksi; b. Pemerintah menyediakan pembiayaan konstruksi dan pemerintah daerah menyediakan lahan. c. Pemerintah menyediakan dana untuk pemeliharaan dan pemerintah daerah menyediakan sumber daya untuk operasi.
35/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH
Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air yang bersangkutan.

PENJELASAN

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota dalam wilayah sungai bersangkutan. (3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bidang: a. konservasi sumber daya air; b. pendayagunaan sumber daya air; dan/atau c. pengendalian daya rusak air. (4) Pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus berpedoman pada rencana induk dan/atau program pengelolaan sumber daya air yang telah ditetapkan di wilayah sungai yang bersangkutan.
Kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk keputusan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud ketentuan ini, tanggung jawab provinsi, dan/atau Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas.

dengan kerja sama dalam berupa pembagian peran dan antara Pemerintah, pemerintah pemerintah kabupaten/kota

(5)

Pedoman pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri melalui konsultasi dengan menteri terkait.

Pasal 26 Pasal 26 (1) Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah Cukup jelas. kabupaten/kota dapat melakukan kerja sama konstruksi dan/atau operasi dan pemeliharaan dengan pihak swasta dalam bidang konservasi sumber daya air, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air. (2) Pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berpedoman pada rencana induk dan/atau program pengelolaan sumber daya air yang telah ditetapkan di wilayah sungai yang bersangkutan. (3) Kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
36/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama pelaksanaan konstruksi, operasi, dan/atau pemeliharaan sesuai dengan peraturan perundangan. Pasal 27 Pasal 27 Cukup jelas. Pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air serta operasi dan pemeliharaan sumber daya air memperhatikan ketentuan pengelolaan lingkungan hidup dan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Konstruksi prasarana sumber daya air serta operasi dan pemeliharaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan norma, standar, pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri. Sebelum konstruksi dan/atau operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air dilaksanakan, pemrakarsa menginformasikan kepada kelompok masyarakat yang diperkirakan terkena dampak kegiatan pelaksanaan konstruksi. Dalam hal pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air serta operasi dan pemeliharaan sumber daya air menimbulkan kerusakan pada sumber air dan/atau lingkungan di sekitarnya, pemrakarsa pelaksanaan konstruksi serta operasi dan pemeliharaan wajib melakukan upaya pemulihan atau perbaikan atas akibat kerusakan yang ditimbulkannya. Dalam hal pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air serta operasi dan pemeliharaan sumber daya air menimbulkan kerugian kepada masyarakat, pemrakarsa pelaksanaan konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan wajib memberikan ganti kerugian yang ditimbulkan. kompensasi sebagai pengganti atas kerugian yang ditimbulkan. Ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
kompensasi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

37/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

diberikan undangan.

dalam

bentuk

dan

cara

yang

sesuai dengan peraturan perundang-

kesepakatan antara pemrakarsa dan pihak yang dirugikan.

Batas akhir pembahasan 30 April 2007

BAB V KONSERVASI Bagian Pertama Tujuan dan Lingkup Konservasi Pasal 28 (1) Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. (2) Tujuan konservasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan: a. perlindungan dan pelestarian sumber air; b. pengawetan air; dan c. pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. (3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai. Bagian Kedua
38/109

Pasal 28 Cukup jelas.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air Pasal 29 Pasal 29 (1) Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan melalui: Ayat (1) a. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan Huruf a. daerah tangkapan air; Yang dimaksud dengan daerah tangkapan air b. pengendalian pemanfaatan sumber air; termasuk daerah penampung air (situ, embung, c. pengisian air pada sumber air; dan tempat-tempat yang mempunyai fungsi d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi; menampung air (retarding basin)). e. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air; f. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu; g. pengaturan daerah sempadan sumber air; h. rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau i. pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. (2) Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan Ayat (2) dengan kegiatan fisik dan nonfisik. Yang dimaksud dengan kegiatan fisik adalah kegiatan konstruksi, misalnya pembuatan groundsill, dam pengendali sedimen, dan sumur resapan. Yang dimaksud dengan kegiatan nonfisik adalah kegiatan nonkonstruksi, misalnya kegiatan yang bersifat pengaturan, penyuluhan, dan pemberdayaan masyarakat dalam perlindungan dan pelestarian sumber air. (3) Kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air Ayat (3) dilakukan dengan mengutamakan kegiatan yang lebih bersifat Cukup jelas. nonfisik. (4) Untuk menegakkan pelaksanaan perlindungan dan Ayat (4)
39/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

pelestarian sumber air dilakukan melalui sistem perizinan, pemantauan dan pengawasan. Catatan: Ayat ini dihapus, substansi pemantauan dan pengawasan akan dimasukkan ke dalam masing2 kegiatan2 perlindungan dan pelestarian sumber air. Tujuan perizinan akan dimasukkan ke dalam intro bab perizinan. (5) Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air sesuai dengan tanggung jawabnya atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat ditugaskan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air sesuai dengan tanggung jawabnya atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya kepada pengelola sumber daya air. (6) Dalam melaksanakan perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dapat melibatkan peran masyarakat. Penjelasan: Keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan perlindungan dan pelestarian sumber air dapat berupa pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan pemantauan dan pengawasan ,

Pemantauan dan pengawasan dilakukan tidak hanya pada kepatuhan terhadap syarat-syarat perizinan tetapi juga terhadap dampak yang terjadi setelah kegiatan yang diizinkan dilaksanakan. Pemantauan dan pengawasan terhadap dampak ini dilakukan untuk mengevaluasi terhadap izin yang diberikan.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

misalnya menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada pihak

Ayat (7) Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan perlindungan dan pelestarian sumber air dapat berupa: - Pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya dalam rangka perizinan; - Pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan pemantauan dan pengawasan.

40/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

yang berwenang. (7) Dalam melaksanakan perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mempertahankan keberadaan tempat-tempat penampungan air dan memperhatikan kearifan lokal. Ayat (8) Yang dimaksud dengan tempat-tempat penampungan air, misalnya situ, embung, dan tempat-tempat yang mempunyai fungsi menampung air sementara (retarding basin). Yang dimaksud dengan kearifan lokal adalah perbuatan, kebiasaan, dan/atau adat istiadat yang bersifat lokal dalam perlindungan dan pelestarian sumber air. Ayat (9) Cukup jelas.

Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air sesuai dengan tanggung jawabnya dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menerapkan sistem insentif kepada daerah dan masyarakat yang melakukan perlindungan dan pelestarian sumber air. (9) Sistem insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan dengan: d. peraturan daerah kabupaten/kota untuk wilayah sungai dalam kabupaten/kota; e. Peraturan daerah provinsi untuk wilayah sungai lintas kabupaten/kota; f. Peraturan daerah masing-masing provinsi untuk wilayah sungai lintas provinsi; g. Keputusan presiden untuk wilayah sungai lintas negara. (10) Pedoman penghitungan dan tata cara sistem insentif ditetapkan oleh Menteri. (8)

Ayat (10) Cukup jelas.

Ayat (11) Cukup jelas.


41/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Paragraf 1 Pasal 30 Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah Cukup jelas. tangkapan air Pasal 30 (1) Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dilakukan pada kawasan-kawasan yang ditetapkan berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air yang bersangkutan. (2) Kawasan yang berfungsi sebagai resapan air dan daerah tangkapan air Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi salah satu acuan dimasukkan dalam penyusunan dan pelaksanaan rencana tata ruang wilayah. (3) Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya: a. menetapkan kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); b. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan peraturan untuk melestarikan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); c. mengelola kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan daerah tangkapan air; d. menyelengga
42/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

e.

rakan program pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); mendorong dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan
menetapkan dan mengawasi pelaksanaan peraturan untuk melestarikan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan-kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

f.

(4) Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) (6) Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan program pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mendorong dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan-kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan dan mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan untuk melestarikan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air pada kawasan-kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(7)

(1)

Paragraf 2 Pasal 31 Pengendalian Pemanfaatan Sumber Air Huruf a Pasal 31 Yang dimaksud sumber air tertentu adalah sumber air diluar kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian Pengendalian pemanfaatan sumber air dapat berupa alam. pengaturan melalui: a. perizinan pemanfaatan sebagian atau seluruh sumber air tertentu; dan/atau b. pelarangan untuk memanfaatkan sebagian atau seluruh sumber air pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam., kawasan hutan, dan kawasan pantai.
43/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Penjelasan: Huruf a Yang dimaksud sumber air tertentu adalah sumber air diluar kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. (2) Pengendalian pemanfaatan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan pemanfaatan zona pada sumber air yang bersangkutan. (3) Dalam pelaksanaan perizinan dan pelarangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pemantauan dan pengawasan berdasarkan ketentuan pemanfaatan zona pada sumber air yang bersangkutan. (4) Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan program pengendalian pemanfaatan sumber air. Paragraf 3 Pasal 32 Ayat (1) Pengisian Air Pada Sumber Air Huruf a. Pasal 32 Cukup jelas. Pengisian air pada sumber air dapat dilaksanakan antara lain dalam bentuk: a. penambahan pengisian air dari suatu sumber air ke sumber air yang lain dalam suatu wilayah sungai atau dari wilayah sungai yang lain; b. pengimbuhan air ke lapisan air tanah (akuifer); Huruf b. Cukup jelas. c. peningkatan daya resap lahan terhadap air hujan di Huruf c. daerah aliran sungai melalui penatagunaan lahan; atau Peningkatan daya resap lahan dapat dilakukan antara lain melalui perbaikan vegetasi penutup
44/109

(1)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca untuk meningkatkan curah hujan dalam kurun waktu tertentu. (2) Bentuk lain dalam pelaksanaan pengisian air pada sumber air diatur dengan peraturan Menteri. (3) Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengisian air pada sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Pelaksanaan pengisian air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur melalui peraturan daerah.

d.

lahan dan pembuatan teras atau sengkedan, serta pembuatan sumur resapan air hujan di kawasan permukiman. Huruf d. Cukup jelas. Ayat (2)

Ayat (3) Substansi peraturan daerah, misalnya memuat ketentuan mengenai kewajiban membangun sumur resapan yang dikaitkan dengan persyaratan izin mendirikan bangunan.

Paragraf 4 Pasal 33 Pengaturan Prasarana dan Sarana Sanitasi Cukup jelas. Pasal 33 (1) Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dilakukan melalui: a. penetapan pedoman pembangunan prasarana dan sarana sanitasi; b. pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan; c. pembuangan air limbah melalui jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan ke dalam sistem instalasi pengolah air limbah terpusat; d. pembangunan sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap lingkungan; dan/atau
45/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

penerapan teknologi pengolahan air limbah yang ramah lingkungan. f. penerapan larangan membuang sampah pada sumber air. Catatan 1 Mei 2007: spirit melarang membuang sampah ke sumber air akan dipindah ke pengendalian pencemaran??? (2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c diatur dengan mekanisme perizinan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur lebih lanjut oleh menteri yang bertanggung jawab dalam bidang lingkungan hidup setelah berkoordinasi dengan instansi menteri terkait. (4) Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengaturan prasarana dan sarana sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). e. Paragraf 5 Pasal 34 Perlindungan Sumber Air dalam Hubungannya dengan Kegiatan Ayat (1) Pembangunan dan Pemanfaatan Lahan pada Sumber Air Huruf a. Pasal 34 Pengaturan kegiatan pembangunan pada (1) Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan sumber air bertujuan untuk melindungi fungsi dan keberadaan sumber air, misalnya: kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air dilakukan melalui pengaturan terhadap : - pengaturan terhadap pembangunan jembatan, prasarana pariwisata, prasarana a. kegiatan pembangunan pada sumber air; dan transportasi air untuk melindungi fungsi
46/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

b.

kegiatan pemanfaatan lahan pada sumber air.

(2)

(3)

(4)

Perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketetapan ketentuan pemanfaatan zona pada sumber air yang bersangkutan. Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya Penyelenggaraan perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

sumber air; - pengaturan terhadap pembangunan permukiman untuk menjaga keberadaan sumber air. Huruf b. Pengaturan pemanfaatan lahan antara lain meliputi untuk kegiatan pertambangan, pertanian, dan perikanan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

(1)

Paragraf 6 Pasal 35 Pengendalian Pengolahan Tanah di Daerah Hulu Cukup jelas. Pasal 35 Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu dilakukan untuk:
47/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

mencegah longsor; mengurangi laju erosi tanah; mengurangi tingkat sedimentasi pada sumber air dan prasarana sumber daya air; dan d. meningkatkan peresapan air ke dalam tanah. (2) Pengendalian pengolahan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan kaidah konservasi dan tetap mempertahankan fungsi lindung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengendalian pengolahan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diutamakan pada lahan dengan tingkat kemiringan lereng sebesar 40 (empat puluh) prosen atau lebih. (3) Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Paragraf 7 Pasal 36 Pengaturan Daerah Sempadan Sumber Air Ayat (1) Pasal 36 Cukup jelas. Pengaturan daerah sempadan sumber air dilakukan untuk mengamankan dan mempertahankan fungsi sumber air serta prasarana sumber daya air. Pengaturan daerah sempadan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa penetapan batas sempadan sumber air dan penetapan pemanfaatan daerah sempadan
48/109

a. b. c.

(1)

(2)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(3)

(4)

sumber air. Daerah sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya setelah berkonsultasi dengan dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan. berdasarkan rekomendasi dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air. Pedoman penetapan dan pemanfaatan daerah sempadan sumber air ditetapkan oleh Menteri.

Ayat (2) Cukup jelas.

(1)

Ayat (3) Yang dimaksud dengan daerah sempadan sumber air adalah kawasan tertentu di sekeliling sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber air. Garis sempadan sumber air adalah garis maya batas luar perlindungan sumber air. Pasal 37 Pasal 37 Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan Cukup jelas. sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya mempertahankan fungsi daerah sempadan sumber air. Untuk mempertahankan fungsi daerah sempadan sumber air, Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya: a. mencegah pembuangan air limbah yang tidak memenuhi baku mutu, limbah padat, dan/atau limbah cair; b. mencegah pendirian bangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu aliran air, mengurangi kapasitas tampung sumber air, atau tidak sesuai dengan
49/109

Untuk mempertahankan fungsi daerah sempadan sumber air setiap orang dan badan usaha melakukan upaya pencegahan terhadap:

(2)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

c.

peruntukannya; dan melakukan revitalisasi daerah sempadan sumber air.

Penjelasan: Yang dimaksud dengan revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau memfungsikan kembali daerah sempadan sumber air. (3) Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengaturan daerah sempadan sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1). Paragraf 8 Pasal 38 Ayat (1) Rehabilitasi Hutan dan Lahan Cukup jelas. Pasal 38 Rehabilitasi hutan dan lahan daerah tangkapan air dilakukan pada hutan rusak dan lahan kritis, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan Ayat (2) sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan Cukup jelas. kewenangan dan tanggung jawabnya melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan daerah tangkapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Rehabilitasi hutan rusak dapat dilakukan dengan Ayat (3) kegiatan yang menyeluruh dan terpadu, baik melalui upaya Cukup jelas. vegetatif, manajemen budi daya hutan, maupun kombinasi dari kegiatan dimaksud.
50/109

(1)

(2)

(3)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Catatan: akan diinformasikan oleh Pak Nas kepada Dep. Kehutanan agar sinkron dengan RPP RRHL (untuk ayat (3), (4), dan (5)) (4) Rehabilitasi lahan kritis dapat dilakukan dengan kegiatan yang menyeluruh dan terpadu baik melalui upaya vegetatif, sipil teknis, agronomis, maupun kombinasi dari kegiatan-kegiatan tersebut.

(5)

(6)

Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Ayat (4) Yang dimaksud dengan upaya vegetatatif, antara lain meliputi kegiatan penghijauan dan reboisasi. Yang dimaksud dengan upaya agronomis, antara lain termasuk pemilihan jenis tanaman budidaya dan teknis pengolahan lahan. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas.

Paragraf 9 Pasal 39 Pelestarian Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam, dan Kawasan Cukup jelas. Pelestarian Alam Pasal 39 (1) Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam dilakukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya dalam rangka menjamin ketersediaan air tanah, air permukaan, dan unsur hara tanah. (2) Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai
51/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(3)

dengan kewenangannya dan peraturan perundang-undangan. Pemerintah atau pemerintah daerah mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam menjaga pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.

Catatan: akan diinformasikan oleh Pak Nas kepada Dep. Kehutanan agar sinkron dengan RPP RRHL (ayat (1), (2), dan (3)) (4) Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Bagian Ketiga Pengawetan Air Pasal 40 Pasal 40 Ayat (1) (1) Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan Cukup jelas. ketersediaan air atau kuantitas air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. (2) Pengawetan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan Ayat (2) dengan cara: Cukup jelas. a. menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada waktu diperlukan; b. menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif; dan/atau c. mengendalikan penggunaan air tanah. (3) Penyimpanan air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a Ayat (3)
52/109

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

dapat dilakukan melalui pembuatan tampungan air hujan, kolam, embung, atau waduk. Penjelasan: Pembuatan tampungan air hujan bangunan gedung dan perumahan. dapat dilakukan pada

Cukup jelas.

Catatan: akan dikonsultasikan oleh Bu Martini dengan Ditjen. Cipta Karya mengenai pembuatan tampungan air hujan sebagai persyaratan dalam pemberian izin pembangunan gedung dan perumahan.
Pembuatan tampungan air hujan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian persyaratan dalam pemberian izin pembangunan gedung dan perumahan. Ayat (4) Cukup jelas.

(4) Pembuatan kolam dan/atau embung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian persyaratan dalam pemberian izin pengembangan kawasan atau lingkungan di daerah tertentu. (5) Menteri atau menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mendorong masyarakat dalam pembuatan tampungan air hujan, kolam, dan embung di daerah yang memerlukannya. Batas akhir pembahasan Tanggal 1 Mei 2007

Ayat (4) Yang dimaksud dengan kawasan atau lingkungan di daerah tertentu, misalnya perumahan, industri, perdagangan, wisata, atau kawasan lain yang mengubah fungsi resapan air. Ayat (5) Cukup jelas.

53/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Pasal 41 Pasal 41 (1) Menteri atau menteri yang terkait dengan tanggung jawab Ayat (1) pengelolaan sumber daya air atau pemerintah daerah Cukup jelas. mendorong masyarakat untuk melakukan upaya penghematan air guna mencegah terjadinya krisis air. (2) Penghematan air dapat dilakukan melalui: Ayat (2) a. penerapan tarif penggunaan air yang bersifat huruf a. progresif; Cukup jelas. b. penggunaan air yang efisien dan efektif untuk huruf b. segala macam kebutuhan; Cukup jelas. c. pencegahan kehilangan atau kebocoran air pada huruf c. sumber air, pipa atau saluran transmisi, instalasi Yang dimaksud dengan pipa atau saluran pengolahan air, jaringan distribusi dan unit pelayanan; transmisi adalah pipa atau saluran pembawa air baku dari intake ke instalasi pengolahan air atau pipa pembawa air minum dari instalasi pengolahan air ke reservoir. Yang dimaksud dengan instalasi pengolahan air adalah instalasi yang mengolah air baku menjadi air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum. Yang dimaksud dengan jaringan distribusi adalah jaringan perpipaan yang berfungsi membagi air sampai ke pelanggan atau ke unit pelayanan. Yang dimaksud dengan unit pelayanan adalah sambungan rumah atau hidran umum dimana pelanggan memperoleh air. Yang dimaksud dengan sambungan rumah adalah bagian dari sistem penyediaan air minum
54/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

yang langsung melayani pelanggan air minum, yang terdiri dari clamp saddle, pipa dinas, meter air, dan kran air. d. air; e. f. g. menerapkan praktek penggunaan air berulang; mendaur ulang air yang telah dipakai; secara pengembangan dan penerapan teknologi hemat huruf d. Cukup jelas. huruf e. Cukup jelas. huruf f. Cukup jelas. huruf g. Yang dimaksud dengan insentif, misalnya dengan memberikan kemudahan dalam penggunaan peralatan hemat air. huruf h. Yang dimaksud dengan disinsentif, misalnya dengan memberlakukan sanksi atau kewajiban ekstra bagi pelaku boros air. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas.

pemberian insentif bagi pelaku penghemat air; dan

h.

pemberian disinsentif bagi pelaku boros air.

(3)

Menteri setelah berkonsultasi dengan menteri terkait menetapkan pedoman penghematan air. (4) Pemerintah daerah menyelenggarakan upaya penghematan air sesuai kebutuhan daerahnya, berdasarkan pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 42 Pasal 42 (1) Pengendalian penggunaan air tanah dimaksudkan untuk Ayat (1) mencegah penurunan muka air tanah, penurunan kualitas air Cukup jelas. tanah, dan penurunan fungsi cekungan air tanah. (2) Pengendalian penggunaan air tanah dapat dilakukan Ayat (2) dengan cara: huruf a.
55/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

a. b.

c. d. e.

mengutamakan penggunaan air dari sumber air permukaan; mengutamakan penggunaan air tanah untuk kebutuhan pokok sehari-hari di atas keperluan lainnya, dalam hal sumber air permukaan terbatas ketersediaannya; memperhatikan keseimbangan pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah; menerapkan sistem perizinan dalam penggunaan air tanah; menerapkan tarif progresif penggunaan air tanah sesuai dengan tingkat konsumsi;

Cukup jelas. huruf b. Cukup jelas. huruf c. Cukup jelas. huruf d. Cukup jelas. huruf e. Yang dimaksud dengan tarif progresif penggunaan air tanah misalnya penggunaan air dalam jumlah besar terkena tarif dengan harga satuan yang lebih tinggi daripada pengguna air dalam jumlah kecil, penggunaan air untuk tujuan usaha dikenakan tarif dengan harga satuan yang lebih tinggi daripada penggunaan air untuk rumah tangga. huruf f. Cukup jelas. huruf g. Zona rawan air tanah dan zona kritis air tanah ditandai dengan gejala sebagai berikut: penurunan muka air tanah, penurunan muka tanah (land subsidence), intrusi air laut. Kriteria: Rawan apabila penurunan muka air tanah mencapai 40% sampai
56/109

f. g.

mengurangi alokasi pengambilan air tanah baru pada zona rawan air tanah; melarang pengambilan air tanah baru dan mengurangi secara bertahap pengambilan air tanah yang sudah ada di zona kritis air tanah.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

dengan 60%, dan kenaikan kandungan zat padat terlarut antara 1.000 sampai dengan 10.000 mg/liter (DHL 1.000 sampai dengan 1.500 S/cm) dari kondisi awal; Kritis apabila penurunan muka air tanah lebih besar dari 60%, dan kenaikan kandungan zat padat terlarut antara 10.000 sampai dengan 100.000 mg/liter (DHL lebih besar dari 1.500 S/cm) dari kondisi awal.

(3)

Larangan dan pengurangan pengambilan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g diikuti dengan upaya penyediaan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari oleh pengelola sumber daya air. (4) Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mengatur pengendalian penggunaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Pengaturan lebih lanjut tentang pengendalian penggunaan air tanah diatur dengan peraturan pemerintah tersendiri. Bagian Keempat Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

(1)

Pasal 43 Pasal 43 Ayat (1) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air Yang dimaksud dengan mempertahankan dan ditujukan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air memulihkan kualitas air antara lain dengan cara yang masuk dan yang berada pada sumber-sumber air. memelihara kondisi kualitas air yang terdapat dalam kawasan lindung, mata air sebagaimana kondisi alamiahnya dan pelestarian fungsi air melalui penetapan standar baku mutu air.
57/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2) Perbaikan kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melalui: a. penetapan kelas air dan baku mutu air pada sumber air; b. pemantauan kualitas air pada sumber air; c. pengendalian kerusakan sumber air;

Ayat (2) Huruf a. Cukup jelas.

d.

penanggulangan pencemaran air pada sumber air;

e. perbaikan fungsi lingkungan untuk mengendalikan kualitas air.

(3) Perbaikan kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan antara lain: a. aerasi pada sumber air dan melalui prasarana sumber daya air; b. pemanfaatan organisme dan mikro-organisme yang dapat menyerap bahan pencemar pada sumber air dan prasarana sumber daya air;

Huruf b. Cukup jelas. Huruf c Pengendalian kerusakan sumber air misalnya pencegahan terjadinya penggerusan palung atau dasar sungai yang menyebabkan kekeruhan air. Huruf d. Cukup jelas. Huruf e. Fungsi lingkungan adalah kemampuan alam untuk, antara lain: - melakukan purifikasi diri air; - memperkecil tingkat erosi tanah. Ayat (3) Huruf a. Yang dimaksud dengan aerasi adalah upaya meningkatkan kadar oksigen dalam air. Huruf b. Organisme atau mikro-organisme yang dapat menyerap bahan pencemar dapat diupayakan dengan cara menanam, mengembangbiakkan,
58/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

c.

d.

pembuatan sumur-sumur infiltrasi di sepanjang pantai untuk memperbaiki kualitas air tanah yang telah terkena intrusi air asin; penggelontoran sumber air pada suatu keadaan yang mendesak.

atau memanfaatkan sumber air yang mengandung organisme atau mikro-organisme tersebut. Huruf c. Cukup jelas. Huruf d. Penggelontoran adalah bukan merupakan kegiatan rutin dalam rangka perbaikan kualitas air. Penggelontoran hanya boleh dilakukan apabila terjadi keadaan mendesak, antara lain menurunkan kelas air dari yang ditetapkan dan/atau berakibat fatal bagi kehidupan. Ayat (4) Cukup jelas.

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. BAB VI PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR Bagian Pertama Umum

(1)

Pasal 44 Pasal 44 Pendayagunaan sumber daya air mencakup kegiatan: Cukup jelas. a. penatagunaan sumber daya air ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air;
59/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2)

b. penyediaan sumber daya air; c. penggunaan sumber daya air; d. pengembangan sumber daya air; e. pengusahaan sumber daya air. Kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terpadu berdasarkan rencana pendayagunaan sumber daya air yang telah ditetapkan. Bagian Kedua Penetapan Zona Pemanfaatan Sumber Air

(1) (2)

Pasal 45 Pasal 45 Penetapan zona pemanfaatan sumber air ditujukan Cukup jelas. untuk mendayagunakan fungsi atau potensi yang terdapat pada sumber air yang bersangkutan secara berkelanjutan. Penetapan zona pemanfaatan sumber air didasarkan pada pertimbangan: a. terakomodasinya semua jenis pemanfaatan secara layak; b. dampak negatif yang minimal terhadap kelestarian sumber daya air; c. potensi konflik kepentingan yang minimal antar jenis penggunaan; d. fungsi lindung dan budi daya; e. fungsi kawasan; dan/atau f. hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis.

60/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

a. b. c.

Pasal 46 Pasal 46 (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai Ayat (1) dengan kewenangannya dalam pengelolaan Penetapan rencana zona pemanfaatan sumber air sumber daya air merumuskan dan menetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan rencana zona pemanfatan sumber air. bagian dari proses penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana induk pengelolaaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 15 ayat (2). (2) Dalam merumuskan rencana zona pemanfaatan Ayat (2) sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat Cukup jelas. (1), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan kegiatan sebagai berikut: penelitian dan pengukuran parameter fisik dan karakter sumber air, kimia dan biologi pada sumber air; inventarisasi jenis-jenis pemanfaatan yang sudah dilakukan di seluruh bagian sumber air; menganalisa kelayakan dampak lingkungan serta potensi konflik dari jenis-jenis pemanfaatan yang sudah dilakukan, dan kesesuaiannya dengan peraturan perundangundangan. (3) Penetapan rencana zona pemanfaatan sumber Ayat (3) air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Cukup jelas. dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan. (4) Dalam hal wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tidak atau belum terbentuk, pertimbangan diberikan oleh wadah Ayat (4) Cukup jelas.
61/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. (5) Pedoman penetapan zona pemanfaatan sumber air ditetapkan oleh Menteri. Bagian Ketiga Peruntukan Air Pada Sumber Air

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 47 Pasal 47 Peruntukan air pada sumber air dimaksudkan untuk Penetapan peruntukan air dimaksudkan untuk mengelompokkan penggunaan air pada sumber air ke dalam mencegah terjadinya konflik antarpemanfaat air. beberapa golongan atau klasifikasi mutu air termasuk baku mutu air. Penyusunan rencana peruntukan air pada sumber air merupakan bagian dari proses penyusunan pola pengelolaan sumber daya air. (1) Pasal 48 Pasal 48 Penyusunan rencana peruntukan air Ayat (1) dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data dan informasi Huruf a. serta kajian pada wilayah sungai bersangkutan yang terkait Daya dukung sumber air mencakup kuantitas dengan: dan kualitas air. a. daya dukung sumber air; b. jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi Huruf b. pertumbuhannya; Cukup jelas. c. perhitungan dan proyeksi kebutuhan air; Huruf c. Perhitungan dan proyeksi kebutuhan air dilakukan dengan memperhatikan tata ruang wilayah yang ada dalam rangka penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah ke depan.
62/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

d. (2)

pemanfaatan air yang sudah ada.

(3)

(4)

Penyusunan rencana peruntukan air pada sumber air dikoordinasikan melalui wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan. Rencana peruntukan air pada sumber air yang terdapat di dalam pola pengelolaan sumber daya air ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Pedoman penyusunan rencana peruntukan air pada sumber air ditetapkan oleh Menteri.

Huruf d. Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Pedoman penyusunan rencana peruntukan air dapat disusun menjadi satu kesatuan dengan pedoman penyusunan pola pengelolaan sumber daya air.

Bagian Keempat Penyediaan Sumber Daya Air (1) Pasal 49 Pasal 49 Penyediaan sumber daya air dilakukan berdasarkan Cukup jelas. prinsip-prinsip: a. mengutamakan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada; b. menjaga kelangsungan penyediaan air untuk pemakai air lainnya yang sudah ada; c. memperhatikan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari penduduk
63/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2)

yang berdomisili dekat dengan sumber air dan/atau di sekitar jaringan pembawa air. Dalam hal penerapan prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyebabkan perubahan urutan prioritas penyediaan air yang menimbulkan kerugian bagi pemakai air sebelumnya, Pemerintah atau pemerintah daerah mengatur kompensasi kepada pemakainya. Pasal 50 Pasal 50 Urutan prioritas penyediaan sumber daya air ditetapkan pada Ayat (1) setiap wilayah sungai. Cukup jelas. Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari Ayat (2) dan irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang Cukup jelas. sudah ada merupakan prioritas utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan. Dalam hal terjadi situasi kekeringan yang ekstrim sehingga Ayat (3) timbul konflik kepentingan antara pemenuhan kebutuhan pokok Cukup jelas. sehari-hari dan pemenuhan kebutuhan air irigasi untuk pertanian rakyat, prioritas penyediaan air ditempatkan pada pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Prioritas penyediaan sumber daya air untuk kebutuhan lainnya Ayat (4) ditetapkan berdasarkan hasil penetapan zona pemanfaatan Yang dimaksud dengan kondisi setempat, misalnya sumber air, peruntukan air, kebutuhan air pada wilayah sungai kondisi sosial budaya yang berlaku, hak ulayat yang bersangkutan dan disesuaikan kondisi setempat. masyarakat hukum adat yang berkaitan dengan sumber daya air. Tata cara penetapan urutan prioritas penyediaan sumber daya Ayat (5) air dilakukan sebagai berikut: Cukup jelas. a. usulan urutan prioritas penyediaan sumber daya air disiapkan oleh instansi teknis yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang atau pengelola sumber daya air pada
64/109

(1) (2)

(3)

(4)

(5)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(6)

wilayah sungai yang bersangkutan; b. usulan urutan prioritas penyediaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai sebagai bahan untuk perumusan urutan prioritas; c. Dalam hal wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tidak atau belum terbentuk, usulan urutan prioritas penyediaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. d. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan urutan prioritas penyediaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai berdasarkan rumusan urutan prioritas sebagaimana dimaksud pada huruf b. Urutan prioritas penyediaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan untuk jangka waktu setiap 5 (lima) tahun sekali dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali.

Ayat (6) Cukup jelas.

(1)

Pasal 51 Pasal 51 Rencana penyediaan sumber daya air disusun Ayat (1) berdasarkan urutan prioritas penyediaan sumber daya air Cukup jelas. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1). (2) Rencana penyediaan sumber daya air Ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang Cukup jelas. berasal dari sumber air permukaan dan cekungan air tanah, disusun pada setiap wilayah sungai.
65/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

a. b.

(3) Rencana penyediaan sumber daya air yang berasal dari cekungan air tanah disesuaikan dengan kapasitas cekungan air tanah bersangkutan. (4) Rencana penyediaan sumber daya air terdiri dari rencana penyediaan sumber daya air tahunan dan rencana penyediaan sumber daya air rinci. (5) Rencana penyediaan sumber daya air tahunan disusun sesuai dengan: urutan prioritas penyediaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan; dan ketersediaan air pada musim kemarau dan hujan. (6) Rencana penyediaan sumber daya air tahunan ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan pertimbangan dari wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai. (7) Dalam hal wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tidak atau belum terbentuk, pertimbangan diberikan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. (8) Rencana penyediaan sumber daya air rinci merupakan rencana operasional dari rencana penyediaan sumber daya air tahunan pada setiap sumber air yang menggambarkan besaran volume, lokasi, dan waktu untuk memenuhi kebutuhan air dalam periode yang ditetapkan

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (7) Cukup jelas.

Ayat (8) Rencana penyediaan sumber daya air tahunan pada setiap sumber air misalnya rencana penyediaan sumber daya air pada setiap sungai. Periode yang ditetapkan, misalnya 5 (lima) harian, 7 (tujuh) harian, atau 15 (lima belas) harian.
66/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

sesuai kondisi setempat.

a. b.

Pasal 52 Pasal 52 (1) Penyediaan sumber daya air dilaksanakan oleh Ayat (1) pengelola sumber daya air wilayah sungai yang Cukup jelas. bersangkutan berdasarkan rencana penyediaan sumber daya air rinci yang telah ditetapkan. (2) Pihak yang berwenang dapat menetapkan Ayat (2) pengurangan, penambahan, atau penggiliran Cukup jelas. penyediaan sumber daya air, dalam hal penyediaan sumber daya air rinci tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana penyediaan air tahunan yang ditetapkan karena: berkurangnya ketersediaan air dan/atau kerusakan jaringan sumber air yang disebabkan peristiwa alam; atau berkurangnya kapasitas jaringan karena kegiatan pemeliharaan dan/atau pembangunan dalam rangka pengelolaan sumber daya air. (3) Dalam hal penyediaan sumber daya air tahunan Ayat (3) tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan yang Dalam hal di wilayah sungai bersangkutan belum ditetapkan karena peristiwa alam yang terbentuk dewan atau wadah koordinasi mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air pengelolaan sumber daya air wilayah sungai, dan/atau kerusakan jaringan sumber air, pihak pertimbangan diberikan oleh dewan atau wadah yang berwenang dapat melakukan penyesuaian koordinasi pengelolaan sumber daya air rencana penyediaan air tahunan dengan kabupaten/kota atau provinsi. mempertimbangkan masukan dari dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai.
67/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(4) Dalam hal penyediaan sumber daya air tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebagai akibat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah atau pemerintah daerah mengatur kompensasi dalam batas-batas tertentu kepada pihak pemegang hak yang dirugikan. (5) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa: memperoleh penyediaan air dari tempat lain; memperoleh perpanjangan masa izin; keringanan biaya jasa pengelolaan sumber daya air; ganti rugi; atau program pembangunan. (6) Tata cara penetapan dan pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya. (7) Pedoman tata cara penetapan dan pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh Menteri. Bagian Kelima Penggunaan Sumber Daya Air

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

a. b. c. d. e.

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (7) Cukup jelas.

68/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2)

(3)

Pasal 53 Pasal 53 Ayat (1) Penggunaan sumber daya air ditujukan untuk Cukup jelas. pemanfaatan sumber daya air dan prasarananya sebagai media dan/atau materi. Penggunaan sumber daya air sebagaimana Ayat (2) dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggunaan air, sumber Penggunaan air, sumber air, dan daya air sebagai air, dan/atau daya air. media, misalnya pemanfaatan sungai untuk transportasi dan arung jeram. Penggunaan air dan daya air sebagai materi misalnya pemanfaatan untuk air minum, rumah tangga, dan industri. Penggunaan sumber air sebagai media adalah pemanfaatan ruang pada sumber air misalnya areal parkir, areal rekreasi. Penggunaan air, sumber air, dan/atau daya air sebagai media dan materi, misalnya pemanfaatan untuk agroindustri, perikanan. Penggunaan sumber daya air sebagaimana Ayat (3) dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip: Cukup jelas. a. penghematan penggunaan; b. ketertiban dan keadilan; c. ketepatan penggunaan; d. keberlanjutan penggunaan; e. penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan. Pasal 54 Pasal 54
69/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1) Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dapat berupa: a. pemanfaatan air pada sumber air; b. pengambilan air dari sumber air;

Ayat (1) Huruf a. Cukup jelas. Huruf b. Yang dimaksud dengan pengambilan air dari sumber air, antara lain penyadapan bebas dan pemompaan air dari sungai. Huruf c. Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

c. pemanfaatan ruang pada sumber air. (2) Pedoman penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air.

Pasal 55 Pasal 55 (1) Pengelola sumber daya air pada wilayah sungai berkewajiban: Ayat (1) a. menjamin ketersediaan sumber daya air bagi pengguna Cukup jelas. sumber daya air yang mempunyai hak guna air di wilayah sungai yang bersangkutan; b. memelihara sumber daya air dan prasarananya agar terpelihara fungsinya; c. melaksanakan pemberdayaan kepada para pengguna sumber daya air; d. melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan sumber daya air. (2) Pengelola sumber daya air pada wilayah sungai berhak menerima Ayat (2) dana yang dipungut dari para pemegang izin penggunaan Cukup jelas. sumber daya air.

70/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2) (3) (4) (5)

(6)

Pasal 56 Pasal 56 Perseorangan, kelompok masyarakat, badan sosial, atau Ayat (1) badan usaha yang menggunakan air berhak memperoleh hak Yang dimaksud dengan perseorangan, badan guna air. sosial, atau badan usaha adalah subyek yang menggunakan air berdasarkan izin . Yang dimaksud dengan kelompok masyarakat misalnya kelompok petani pemakai air irigasi pada sistem irigasi yang sudah ada. Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Ayat (2) hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Cukup jelas. Hak guna pakai air diperoleh dengan izin atau tanpa izin. Ayat (3) Cukup jelas. Hak guna usaha air dinyatakan dalam izin pengusahaan Ayat (4) sumber daya air. Cukup jelas. Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak Ayat (5) dapat disewakan atau dipindahtangankan sebagian atau Cukup jelas. seluruhnya kepada pihak lain. Hak guna air batal dengan sendirinya atau dapat dibatalkan Ayat (6) dalam hal: Huruf a. a. musnahnya sumber daya air; Cukup jelas. b. pemegang izin melepaskan haknya Huruf b. secara sukarela; Cukup jelas. c. pemegang izin selama jangka waktu Huruf c. yang ditetapkan dalam keputusan pemberian izinnya, tidak Cukup jelas. mempergunakan hak sebagaimana mestinya; d. jangka waktu berlaku izin telah Huruf d. berakhir; Cukup jelas. e. pemegang izin tidak memenuhi Huruf e. ketentuan dan syarat-syarat diberikannya izin; Cukup jelas.
71/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

f.

pemegang izin menyalahgunakan haknya untuk tujuan yang menyimpang dari tujuan semula, atau tidak melaksanakan kewajiban konservasi sumber daya air;

g.

badan hukum atau badan pemegang izin dibubarkan atau dinyatakan pailit.

usaha

Huruf f. Yang dimaksud dengan tidak melaksanakan kewajiban konservasi sumber daya air, antara lain membiarkan air dan/atau sumber air menjadi rusak tanpa upaya untuk melakukan pencegahan atau penanggulangan. Huruf g. Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas.

(7)

Pembatalan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf e dapat dipulihkan kembali dalam hal pemegang izin telah memenuhi ketentuan dan syarat yang ditentukan dalam izin. (8) Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mulai berlaku setelah kegiatan penggunaan atau pengusahaan sumber daya air yang bersangkutan beroperasi. Bagian Keenam Pengembangan Sumber Daya Air

(1)

(2)

Pasal 57 Pasal 57 Pengembangan sumber daya air meliputi semua upaya yang Cukup jelas. dilaksanakan untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air melalui pengembangan kemanfaatan sumber daya air, dan/atau peningkatan ketersediaan air dan kualitas air. Pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Pasal 58 Pasal 58
72/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1) Perencanaan pengembangan sumber daya air disusun untuk menghasilkan rencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan pengembangan sumber daya air. (2) Rencana pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dengan kegiatan studi kelayakan. (3) Rencana pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan memperhatikan: a. daya dukung sumber daya air yang ada di wilayah sungai bersangkutan; b. kekhasan dan aspirasi daerah dan masyarakat setempat; c. kemampuan pembiayaan; dan d. kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air bersangkutan. (4) Pengembangan sumber daya air yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuanketentuan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Cukup jelas.

(1)

(2)

(3)

Pasal 59 Pasal 59 Pelaksanaan pengembangan sumber daya air dilakukan setelah Ayat (1) dinilai memenuhi kelayakan teknis, ekonomis, sosial dan Cukup jelas. lingkungan hidup. Pelaksanaan pengembangan sumber daya air wajib dilakukan Ayat (2) melalui kegiatan survai, investigasi, dan tahapan rencana detail Cukup jelas. sesuai norma, standar, pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri atau menteri terkait. Masyarakat diikutsertakan dalam pelaksanaan pengembangan Ayat (3) sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Keikutsertaan masyarakat

dalam

pengembangan
73/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(4)

Dalam hal sebagian besar masyarakat yang diperkirakan terkena dampak kegiatan pengembangan sumber daya air menyatakan keberatan, rencana pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) dapat ditinjau ulang.

sumber daya air diwujudkan dalam bentuk memberikan masukan atau pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 60 Pasal 60 Pengembangan teknologi modifikasi cuaca ditujukan untuk Ayat (1) kepentingan penelitian dan menambah volume air pada sumber Cukup jelas. air dan/atau mengendalikan curah hujan yang diperkirakan dapat mengakibatkan masalah banjir dan kekeringan. (2) Kegiatan modifikasi cuaca yang ditujukan untuk menambah Ayat (2) volume air pada sumber air dan/atau mengendalikan curah Yang dimaksud dengan penyimpangan kondisi iklim hujan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat atau cuaca adalah kondisi iklim atau cuaca di luar dilaksanakan untuk menanggulangi dampak penyimpangan kondisi normal (di atas normal atau di bawah kondisi iklim atau cuaca terhadap masyarakat luas. normal). (3) Penyimpangan kondisi iklim atau cuaca sebagaimana Ayat (3) dimaksud pada ayat (2) dinyatakan oleh instansi yang Cukup jelas. membidangi meteorologi dan geofisika. (4) Program kegiatan modifikasi cuaca diberitahukan kepada Ayat (4) masyarakat sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum Pemberitahuan kepada masyarakat dimaksudkan pelaksanaan program kegiatan modifikasi cuaca. agar masyarakat dapat mempersiapkan diri terhadap situasi yang diperkirakan akan turun hujan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan modifikasi cuaca. (5) Modifikasi cuaca dilaksanakan setelah memperoleh izin dari Ayat (5) instansi yang membidangi meteorologi dan geofisika dan Cukup jelas. (1)
74/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

disetujui oleh pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah provinsi yang bersangkutan. (6) Pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca harus sesuai dengan norma, standar, pedoman, dan kriteria yang ditetapkan oleh lembaga/instansi yang membidangi teknologi modifikasi cuaca. (7) Pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca dilakukan oleh penyedia jasa teknologi modifikasi cuaca dan/atau pengguna jasa teknologi modifikasi cuaca. (8) Pengawasan terhadap pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dilakukan oleh lembaga/instansi yang membidangi teknologi modifikasi cuaca. (9) Pemantauan dan evaluasi dampak kegiatan modifikasi cuaca menjadi tanggung jawab pemrakarsa.

Ayat (6) Yang dimaksud dengan lembaga/instansi yang membidangi teknologi modifikasi cuaca adalah kementerian yang membidangi riset dan teknologi. Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas. Ayat (9) Yang dimaksud dengan dampak, meliputi dampak positif (manfaat) dan dampak negatif (kerugian).

Pasal 61 Pasal 61 (1) Pemanfaatan air laut di darat dilaksanakan Cukup jelas. sesuai dengan rencana pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai bersangkutan. (2) Badan hukum, badan usaha, kelompok masyarakat, dan perseorangan yang memanfaatkan air laut di darat wajib memperoleh izin pemanfaatan dari Pemerintah atau pemerintah daerah yang berwenang atas pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai bersangkutan. (3) Pemanfaatan air laut di darat yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
75/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Bagian Ketujuh Pengusahaan Sumber Daya Air Pasal 62 Pengusahaan sumber daya air pada suatu wilayah sungai dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang bersangkutan. Pengusahaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah keperluan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada terpenuhi. Pengusahaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup. Pengaturan mengenai pengusahaan sumber daya air diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri. Pasal 62 Cukup jelas.

(1)

(2)

(3)

(4)

BAB VII PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR Bagian Pertama Umum Catatan Pak Oka (Hrm, 27 Nov. 2006): Agar hal2 mengenai bencana alam disinkronkan dengan RUU Penanggulangan Bencana Alam yang sedang dibahas di DPR. Pasal 63 Pasal 63
76/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2)

(3)

(4)

Pengendalian daya rusak air meliputi: a. upaya pencegahan sebelum terjadi bencana; b. upaya penanggulangan pada saat terjadi bencana; c. upaya pemulihan akibat bencana. Daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. banjir; b. kekeringan; c. erosi dan sedimentasi; d. longsoran tanah; e. banjir lahar dingin; f. amblesan tanah; g. perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi, dan fisika air; h. terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa; dan/atau i. wabah penyakit. Pengendalian daya rusak air dilakukan berdasarkan rencana pengendalian yang disusun secara terpadu, menyeluruh, terkoordinasi dan merupakan bagian dari rencana pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang bersangkutan. Rencana pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat. Pengendalian daya rusak air yang terkait dengan air hujan, air permukaan, air tanah, dan air laut yang berada di darat diatur

Cukup jelas.

(5)

77/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

dalam peraturan pemerintah tersendiri. Bagian Kedua Pencegahan Bencana (1) Pasal 64 Pasal 64 Dalam rangka melakukan pencegahan akibat daya rusak air, Cukup jelas. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kawasan rawan bencana di setiap wilayah sungai. Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wilayah yang rawan banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, banjir lahar dingin, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa, dan/atau wabah penyakit. Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi ke dalam zona-zona rawan bencana berdasarkan tingkat kerawanannya. Penetapan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri atau menteri lainnya yang terkait sesuai dengan kewenangannya. Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi masukan untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah di wilayah bersangkutan. Pemerintah daerah wajib mengendalikan pemanfaatan kawasan rawan bencana di wilayahnya masing-masing dengan melibatkan masyarakat.

(2)

(3) (4)

(5) (6)

78/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2) (3)

Pasal 65 Pasal 65 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan Cukup jelas. kewenangannya menetapkan sistem peringatan dini di setiap wilayah sungai, untuk pencegahan bencana akibat daya rusak air. Peringatan dini untuk pencegahan bencana akibat daya rusak air dilakukan oleh pengelola sumber daya air dan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri terkait sesuai dengan kewenangannya. Pasal 66 Pasal 66 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah Cukup jelas. sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan pemindahan penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana dalam upaya pencegahan bencana akibat daya rusak air. Pemindahan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pada kesepakatan dengan penduduk bersangkutan. Dalam hal tingkat kerawanan bencana mengancam keselamatan jiwa, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan upaya penyelamatan penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana. Biaya yang timbul akibat upaya penyelamatan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk selanjutnya ditetapkan sebagai
79/109

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

kawasan yang tertutup bagi permukiman. Pasal 67 Pasal 67 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan Cukup jelas. kewenangannya melakukan penyebarluasan informasi dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam rangka pencegahan bencana akibat daya rusak air. Pasal 68 Pemerintah dan/atau pemerintah kewenangannya mengupayakan alokasi jasa pengelolaan sumber daya air pencegahan bencana akibat daya rusak bersangkutan. Pasal 68 daerah sesuai dengan Cukup jelas. sebagian dana dari biaya sebagai kontribusi untuk air di wilayah sungai yang

Bagian Ketiga Penanggulangan Bencana Pasal 69 Pasal 69 Cukup jelas. (1) Tindakan penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air dilakukan dengan segera, terpadu, menyeluruh, dan terkoordinasi melalui suatu badan koordinasi penanggulangan bencana pusat, satuan koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana provinsi, atau satuan pelaksanaan penanggulangan bencana
80/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

kabupaten/kota. (2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyiapkan rencana penanggulangan bencana akibat daya rusak air. (3) Rencana penanggulangan bencana akibat daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disebarluaskan kepada masyarakat di wilayah bersangkutan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (4) Penanggulangan bencana akibat daya rusak air dilakukan berdasarkan urutan prioritas: a. keselamatan jiwa manusia; b. pemenuhan kebutuhan air dan pangan; c. pemenuhan kebutuhan tempat penampungan sementara; d. pemenuhan kebutuhan kesehatan dan sanitasi. (5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menyatakan terjadinya suatu bencana. (6) Pedoman penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri lain yang terkait. (7) Pernyataan terjadinya suatu bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (8) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mensosialisasikan pedoman penanggulangan kerusakan dan/atau bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (6) kepada masyarakat. (9) Prosedur operasi standar penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air ditetapkan di setiap provinsi dan kabupaten/kota oleh gubernur atau
81/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (10) Mekanisme dan tata kerja badan koordinasi penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Bagian Keempat Pemulihan Akibat Bencana Pasal 70 (1) Pemulihan akibat bencana dilakukan melalui upaya rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan. (2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya mengupayakan pemulihan fungsi lingkungan hidup serta sarana dan prasarana umum yang terkena bencana. (3) Tindakan pemulihan daya rusak air diprioritaskan untuk memulihkan kembali fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. BAB VIII PERIZINAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Pasal 71 Pasal 71 Perizinan dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan untuk Yang dimaksud dengan konstruksi yang melintasi kegiatan: sumber air misalnya jembatan, jaringan perpipaan, jaringan kabel listrik/telepon yang melintas di atas atau a. pelaksanaan kontruksi pada di bawah sungai. dan/atau melintasi sumber air; b. penggunaan sumber daya air
82/109

Pasal 70 Cukup jelas.

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

untuk tujuan tertentu; modifikasi cuaca. Pasal 72 Pasal 72 (1) Izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi sumber Cukup jelas. air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a untuk sumber air permukaan diberikan oleh: a. bupati/walikota untuk wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; b. gubernur untuk wilayah sungai lintas kabupaten/kota; c. Menteri untuk wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air wilayah sungai bersangkutan. (3) Izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a untuk cekungan air tanah dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang air tanah. (4) Izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi sumber air yang terkait dengan penggunaan sumber daya air menjadi satu kesatuan dalam izin penggunaan sumber daya air. (5) Tata cara permohonan dan pemberian izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi sungai dan danau, waduk dan bendungan, rawa, dan cekungan air tanah dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang sumber air yang bersangkutan.
83/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Pasal 73 Pasal 73 (1) Izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi sumber air Ayat (1) sekurang-kurangnya memuat tentang: Cukup jelas. nama, pekerjaan, dan alamat pemegang izin; b. tempat konstruksi yang akan dibangun; c. maksud/tujuan pembangunan; d. jenis/tipe prasarana yang akan dibangun; e. gambar dan spesifikasi teknis bangunan; f. jadwal pelaksanaan pembangunan; g. metode pelaksanaan pembangunan; (2) Izin dapat diubah ketentuannya apabila keadaan yang dipakai Ayat (2) sebagai dasar pertimbangan pemberian izin telah mengalami Yang dimaksud dengan perubahan dalam perubahan. ketentuan ini, misalnya karena perubahan kebijakan pengelolaan sumber daya air yang berkaitan dengan penggunaan ruang. (3) Izin pelaksanaan konstruksi dinyatakan batal apabila pemegang Ayat (3) izin tidak melaksanakan pembangunan selambat-lambatnya 3 Cukup jelas. (tiga) tahun terhitung sejak izin berlaku. Pasal 74 Pasal 74 (1) Pemegang izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi Cukup jelas. sumber air berkewajiban untuk: 2. mematuhi ketentuan-ketentuan dalam izin; 3. membayar retribusi dan kompensasi
84/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

lainnya sebagai akibat dari pelaksanaan konstruksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 4. melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air; 5. melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air disekitarnya; 6. mencegah terjadinya pencemaran air akibat pelaksanaan konstruksi; 7. memulihkan kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan konstruksi; 8. menjamin kelangsungan penggunaan sumber daya air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang terganggu akibat pelaksanaan konstruksi; 9. memberikan tanggapan yang positif apabila timbul gejolak sosial masyarakat di sekitar lokasi kegiatannya; 10. memberikan akses untuk dilakukan pemantauan, evaluasi, pengawasan, dan pemeriksaan; 11. memberikan laporan pelaksanaan konstruksi kepada pemberi izin. (2) Pemegang izin pelaksanaan konstruksi pada dan/atau melintasi sumber air hanya dapat membangun pada sumber air dan memanfaatkan ruang pada sumber air sebatas tempat bangunan yang telah disetujui rencana teknisnya oleh pengelola
85/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

sumber daya air. Pasal 75 Pasal 75 (1) Izin penggunaan sumber daya air sebagaimana Ayat (1) dimaksud dalam Pasal 71 huruf b untuk sumber daya air Cukup jelas. permukaan diberikan oleh: a. bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; b. gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; c. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. (2) Izin penggunaan sumber daya air sebagaimana Ayat (2) dimaksud dalam Pasal 71 huruf b pada cekungan air tanah Cukup jelas. diberikan oleh bupati/walikota. (3) Penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu Ayat (3) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf b meliputi Huruf a. penggunaan sumber daya air untuk: Yang dimaksud dengan mengubah kondisi a. pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari alami sumber air misalnya dengan dan pertanian rakyat yang dilakukan dengan cara mempertinggi, memperendah permukaan air mengubah kondisi alami sumber air; dan/atau membelokkan aliran air pada sumber air. b. pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari Huruf b. yang dilaksanakan oleh kelompok orang dan badan sosial; Cukup jelas. c. pemenuhan keperluan irigasi pertanian Huruf c. rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada; Cukup jelas. d. pemenuhan untuk usaha pertanian, usaha Huruf d. ketenagaan, usaha pertambangan, usaha pengapungan, Cukup jelas. usaha transportasi air; dan
86/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

e. lainnya.

pemenuhan

untuk

kebutuhan

usaha

(4)

Tata cara permohonan dan pemberian izin penggunaan sumber daya air pada sungai, danau, waduk dan bendungan, rawa, dan cekungan air tanah diatur dengan peraturan pemerintah tersendiri.

Huruf e. Yang dimaksud dengan pemenuhan kebutuhan usaha lainnya adalah pemenuhan kebutuhan usaha di luar ketentuan a, b, c, dan d yang dilakukan pada sumber air, misalnya pembangunan terminal bahan bakar minyak untuk usaha pelayanan bahan bakar transportasi air. Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 76 Pasal 76 (1) Jangka waktu izin penggunaan air ditetapkan oleh Cukup jelas. pejabat yang berwenang paling lama 10 (sepuluh) tahun sesuai dengan pertimbangan keperluannya dan/atau jenis dan besar investasi. (2) Jangka waktu izin penggunaan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimintakan perpanjangan oleh pemegang izin dengan mengajukan permohonan perpanjangan secara tertulis kepada pihak yang berwenang selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu izin tersebut berakhir.

87/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

Pasal 77 Izin penggunaan air sekurang-kurangnya Ayat (1) memuat tentang: Ketentuan yang tercantum dalam izin dapat a. nama pekerjaan atas usaha serta alamat pemegang ditambahkan sesuai dengan jenis penggunaan hak; sumber daya air, misalnya baku mutu air yang boleh dibuang ke sumber air, jadwal pengambilan air dari sumber air Huruf a. Cukup jelas. b. tempat penggunaan yang diizinkan; Huruf b. Cukup jelas. c. maksud/tujuan; Huruf c. Cukup jelas. d. cara pengambilan dan/atau pembuangan; Huruf d. Cukup jelas. e. spesifikasi teknis dari bangunan atau sarana yang Huruf e. digunakan; Cukup jelas. f. jumlah air atau dimensi ruang pada sumber air; Huruf f. Yang dimaksud dengan jumlah air, misalnya volume air atau volume air per satuan waktu. Yang dimaksud dengan dimensi ruang, misalnya luas tapak sumber air termasuk ruang di atasnya dalam satuan meter persegi (m2) atau hektar (ha). Huruf g. Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas.
88/109

Pasal 77 sumber daya

g. h.

jadwal penggunaan dan melaporkannya; jangka waktu berlakunya izin;

kewajiban

untuk

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

i. j. (2)

syarat-syarat perubahan, pembaharuan, pembekuan sementara, pencabutan, dan pembatalan izin; dan ketentuan hak dan kewajiban.

Izin dapat diubah ketentuannya apabila keadaan yang dipakai sebagai dasar pertimbangan pemberian izin telah mengalami perubahan.

(3)

Pembekuan sementara izin penggunaan sumber daya air yang dikarenakan keadaan memaksa harus diberitahukan kepada pemegang izin selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pembekuan dilaksanakan.

Huruf i. Cukup jelas. Huruf j. Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan perubahan dalam ketentuan ini, misalnya karena ketersediaan air atau perubahan kebijakan pengelolaan sumber daya air yang dapat berpengaruh terhadap keseluruhan penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai. Ayat (3) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa adalah keadaan yang bersifat darurat, misalnya untuk penggelontoran sumber air di kawasan perkotaan yang tingkat pencemarannya sangat tinggi, untuk mengatasi kerusakan mendadak yang terjadi pada prasarana sumber daya air, untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari pada saat kekeringan yang luar biasa.

Pasal 78 Pasal 78 (1) Pemegang izin penggunaan sumber daya air Cukup jelas. berkewajiban untuk: a. mematuhi ketentuan-ketentuan dalam izin; b. membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air yang dikenakan atas penggunaan sumber daya air sesuai ketentuan yang tercantum dalam izin dan membayar kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
89/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air; d. melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air; e. melakukan usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya pencemaran air; f. melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatannya; g. memberikan akses untuk penggunaan sumber daya air dari sumber air yang sama bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi kegiatannya; h. memberikan akses kepada pihak yang berwenang untuk melakukan pemantauan, evaluasi, pengawasan, dan pemeriksaan; i. memberikan laporan kegiatan penggunaan sumber daya air secara berkala. (2) Pemegang izin penggunaan sumber daya air berhak untuk: a. menggunakan air, sumber air, dan/atau daya air sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin; b. membangun prasarana sumber daya air dan bangunan lainnya sesuai rencana teknis yang telah disetujui oleh pengelola sumber daya air.
c.

(1)

Pasal 79 Pasal 79 Kegiatan modifikasi cuaca dapat dilakukan oleh badan hukum, Cukup jelas. badan usaha, atau perseorangan berdasarkan izin dari pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (5).
90/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2)

Tata cara perizinan penyelenggaraan kegiatan modifikasi cuaca ditetapkan oleh menteri yang membidangi teknologi modifikasi cuaca.

Pasal 80 Pasal 80 Pemegang izin kegiatan modifikasi cuaca wajib: Huruf a. a. mengumumkan rencana pelaksanaan Pemberitahuan kepada masyarakat dimaksudkan kegiatan modifikasi cuaca kepada publik melalui media masa agar masyarakat dapat mempersiapkan diri dalam wilayah yang diperkirakan dapat terkena dampak, menghadapai situasi yang diperkirakan akan turun selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan hujan yang diakibatkan oleh kegiatan modifikasi kegiatan modifikasi cuaca dan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari cuaca. berturut-turut; dan b. menyampaikan laporan pelaksanaan Huruf b. kegiatan beserta dokumen pendukung untuk keperluan Cukup jelas. monitoring dan evaluasi disampaikan kepada pihak yang berwenang memberi izin. (1) Pasal 81 Pasal 81 Izin penyelenggaraan kegiatan Cukup jelas. modifikasi cuaca berlaku selama 6 (enam) bulan sejak izin berlaku. Izin penyelenggaraan kegiatan modifikasi cuaca dapat dibatalkan oleh pihak yang berwenang dalam hal: a. pemohon tidak melaksanakan kegiatan dalam periode waktu yang telah diberikan dalam izin penyelenggaraan; b. pemohon melanggar ketentuan
91/109

(2)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

yang ditetapkan dalam izin.

BAB IX SISTEM INFORMASI Pasal 82 Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, dikelola oleh institusi yang membidangi sumber daya air. Informasi sumber daya air mengenai kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh berbagai institusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(1)

(2)

(3)

(4)

Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrometeorologis

Pasal 82 Ayat (1) Informasi kondisi hidrologis misalnya tentang curah hujan, debit sungai, dan tinggi muka air pada sumber air. Informasi kondisi hidrometeorologis misalnya tentang temperatur udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Informasi kondisi hidrogeologis mencakup cekungan air tanah misalnya potensi air tanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air. Ayat (2) Informasi lingkungan pada sumber daya air misalnya, peta zona pemanfaatan sumber air, penggunaan sumber daya air. Informasi kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air misalnya hukum dan kelembagaan, program dan pendanaan. Ayat (3) Informasi kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air dalam ketentuan ini, misalnya jumlah penduduk, mata pencaharian, penghasilna per kapita, tingkat pendidikan, keberadaan masyarakat hukum adat. Ayat (4)
92/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(5)

dikelola oleh instansi yang membidangi meteorologi dan geofisika. Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrogeologis dikelola oleh instansi yang membidangi air tanah.

Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

(1)

(2)

(3)

(4) (5)

(6)

Pasal 83 Pasal 83 Pengelolaan sistem informasi sumber daya air meliputi Ayat (1) kegiatan perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan Cukup jelas. evaluasi sistem informasi sumber daya air. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air sebagaimana Ayat (2) dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan: a. pengambilan dan pengumpulan data; Huruf a. Cukup jelas. b. penyimpanan dan pengolahan data; dan Huruf b. Cukup jelas. c. penyebarluasan data dan informasi. Huruf c. Yang termasuk data dan informasi adalah data dan informasi dalam bentuk media elektronik dan media cetak. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air sebagaimana Ayat (3) dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan Cukup jelas. pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan informasi Ayat (4) sumber daya air untuk diakses oleh pihak yang berkepentingan. Cukup jelas. Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan Ayat (5) informasi sumber daya air berkewajiban menjaga keakuratan, Cukup jelas. kebenaran, dan ketepatan waktu atas data dan informasi. Dalam rangka menjaga keakuratan, kebenaran, dan Ayat (6) ketepatan waktu atas data dan informasi yang disampaikan Cukup jelas. pengelola sumber daya air wajib mengikuti norma, standar,
93/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(7)

(8)

pedoman, dan manual pengelolaan sistem informasi. Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menjaga keakuratan data, melakukan pembaharuan dan penerbitan informasi sumber daya air secara periodik. Data yang dipakai sebagai informasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap benar setelah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah pejabat yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota untuk menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air. Ayat (9) Yang dimaksud dengan informasi sumber daya air yang bersifat khusus, misalnya peta sumber daya air skala besar peta cekungan air tanah skala besar, dan informasi sebagai hasil analisis data yang memerlukan keahlian khusus. Ayat (10) Cukup jelas.

(9)

Akses terhadap informasi sumber daya air yang bersifat khusus dapat dikenakan biaya jasa penyediaan informasi sumber daya air.

(10)

Badan hukum, organisasi, lembaga, dan perseorangan yang melaksanakan kegiatan pengelolaan informasi berkaitan dengan sumber daya air menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada instansi Pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang sumber daya air.

(1)

Pasal 84 Pasal 84 Departemen mengelola sistem informasi sumber daya air pada Cukup jelas. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional, menghimpun semua informasi sumber daya air yang dikelola oleh departemen dan institusi lain di tingkat nasional, serta menghimpun informasi sumber daya air tingkat nasional.
94/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2)

(3)

Departemen berfungsi sebagai penyeleksi, penyimpan, penyaji dan penyebar data dan informasi yang dikompilasi dari pengelola sumber daya air di wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara, strategis nasional, sektor dan pihak lain yang terkait di tingkat pusat serta unit pelaksana teknis pengelola data dan informasi tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Dalam mengelola sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Departemen melakukan koordinasi dengan departemen dan institusi lain yang terkait di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

(1)

(2)

(3)

Pasal 85 Pasal 85 Dinas provinsi mengelola sistem informasi sumber daya air Cukup jelas. untuk wilayah sungai lintas kabupaten/kota yang ada dalam provinsi bersangkutan dan menghimpun semua informasi sumber daya air pada tingkat provinsi. Dinas di tingkat provinsi berfungsi sebagai pemasok data dan informasi bagi unit pelaksana teknis pengelola data dan informasi tingkat nasional dan sekaligus sebagai penyeleksi, penyimpan, penyaji dan penyebar data dan informasi yang dikompilasi dari pengelola sumber daya air di wilayah sungai lintas kabupaten/kota; sektor dan pihak lain yang terkait di tingkat provinsi serta unit pelaksana teknis pengelola data dan informasi tingkat kabupaten/kota. Dalam mengelola sistem informasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinas provinsi melakukan koordinasi dengan dinas dan institusi lain yang terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
95/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2)

(3)

Pasal 86 Pasal 86 Dinas kabupaten/kota mengelola sistem informasi sumber daya Cukup jelas. air untuk wilayah sungai dalam kabupaten/kota bersangkutan dan menghimpun semua informasi sumber daya air pada tingkat kabupaten/kota. Dinas di tingkat kabupaten/kota yang berfungsi sebagai pemasok data dan informasi bagi unit pelaksana teknis pengelola data dan informasi tingkat provinsi serta sebagai penyeleksi dan penyimpan data, penyaji dan penyebar informasi yang dikompilasi dari pengelola sumber daya air di wilayah sungai dalam kabupaten/kota serta sektor dan pihak lain yang terkait di tingkat kabupaten/kota bersangkutan. Dalam mengelola sistem informasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinas kabupaten/kota melakukan koordinasi dengan dinas dan institusi lain yang terkait di tingkat kabupaten/kota.

Pasal 87 Pasal 87 Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan Cukup jelas. kewenangannya dalam pengelolaan sistem informasi sumber daya air dapat membentuk unit pelaksana teknis. (2) Unit pelaksana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk sebagai organisasi tersendiri atau menjadi bagian dari unit dari pengelola sumber daya air. Pasal 88 Pasal 88 Pengelolaan sistem informasi sumber daya air diatur lebih lanjut Pedoman pengelolaan sistem informasi sumber daya air dalam pedoman yang ditetapkan oleh Menteri setelah antara lain meliputi: dikoordinasikan dengan menteri terkait. a. pengatura n standar format penyediaan data dan informasi; (1)
96/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

b. ulan data di lapangan; dan c. itas sistem pengolahan data. BAB X PEMBIAYAAN Pasal 89 Pasal 89 Ayat (1) Pembiayaan pengelolaan sumber daya air ditetapkan Cukup jelas. berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumber daya air. Pembiayaan pengelolaan sumber daya air Ayat (2) berdasarkan kebutuhan nyata sebagaimana dimaksud pada ayat Cukup jelas. (1) merupakan dana yang benar-benar dibutuhkan dalam pengelolaan sumber daya air. Dana yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumber Ayat (3) daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup jenis Cukup jelas. pembiayaan untuk: a. biaya sistem informasi; b. biaya perencanaan; c. biaya pelaksanaan konstruksi; d. biaya operasi dan pemeliharaan; e. biaya pemantauan, evaluasi, dan pemberdayaan masyarakat.

pengump kompatibil

(1) (2)

(3)

97/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Setiap jenis pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup pembiayaan untuk kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Biaya sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan biaya yang dibutuhkan untuk pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi sumber daya air. Biaya perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan biaya yang diperuntukan bagi kegiatan penyusunan kebijakan, pola, dan rencana pengelolaan sumber daya air. Biaya pelaksanaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c mencakup biaya untuk pelaksanaan fisik dan nonfisik kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Biaya operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d merupakan biaya untuk operasi prasarana sumber daya air serta pemeliharaan sumber daya air dan prasarana sumber daya air. Biaya pemantauan, evaluasi, dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e merupakan biaya yang dibutuhkan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, serta biaya untuk pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.

Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas.

Ayat (8) Cukup jelas. Ayat (9) Yang dimaksud dengan biaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, antara lain pelatihan untuk kelompok masyarakat pemakai air, upaya-upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.

98/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2) (3)

(4)

Pasal 90 Pasal 90 Sumber pembiayaan pengelolaan sumber daya air Ayat (1) dapat berasal dari: Cukup jelas. a. anggaran pemerintah; b. anggaran swasta; dan c. hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air. Anggaran pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat (2) (1) huruf a diperuntukkan bagi pembiayaan pengelolaan sumber Cukup jelas. daya air wilayah sungai. Anggaran swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ayat (3) huruf b merupakan keikutsertaan pembiayaan swasta dalam Keikutsertaaan pembiayaan swasta dalam pengelolaan sumber daya air. pengelolaan sumber daya air misalnya dalam hal pembangunan dan pengoperasian prasarana pengolahan limbah untuk suatu kawasan industri, pembangunan pembangkit listrik tenaga air. Hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya Ayat (4) air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan Termasuk dalam biaya jasa pengelolaan sumber dana yang dipungut dari pengguna sumber daya air yang wajib daya air, antara lain: membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air atas 1. biaya beban limbah cair yang dibuang oleh pemanfaatan atau pengusahaan sumber daya air. pelaku kegiatan yang karena usaha dan/atau kegiatannya membuang limbah cair ke sumbersumber air yang dikelola oleh pengelola sumber daya air; 2. biaya yang dibebankan kepada pelaku kegiatan penambangan bahan galian golongan C yang karena usaha dan/atau kegiatannya memanfaatkan bahan galian golongan C di sumber-sumber air; 3. biaya yang dibebankan kepada pemakai areal
99/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(5)

Tata cara penerimaan dan penggunaan sumber pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

yang memperoleh manfaat atas penggunaan tanah pada daerah manfaat sumber-sumber air. Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 91 Pasal 91 Usul Dep. Keuangan, 4 Des. 2006: Ayat (1) perlu dikutip secara lengkap dari UU SDA Pasal 79 ayat (1) atau Pasal Dana dari Pemerintah digunakan untuk membiayai 78 (2). pembangunan dan investasi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air beserta prasarananya (1) Pemerintah dan pemerintah daerah dan jasa pelayanan pengelolaan air di wilayah bertanggung jawab menyediakan anggaran untuk biaya sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, pengelolaan sumber daya air sesuai dengan kewenangan dan dan wilayah sungai strategis nasional. tanggung jawabnya. Dana dari pemerintah provinsi digunakan untuk membiayai pembangunan dan investasi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air beserta prasarananya dan jasa pelayanan pengelolaan air di wilayah sungai lintas kabupaten/kota. Dana dari pemerintah kabupaten/kota digunakan untuk membayai pembangunan dan investasi, operasi dan pemeliharaan sumber daya air beserta prasarananya dan jasa pelayanan pengelolaan air di wilayah sungai dalam kabupaten/kota. (2) Pembiayaan pengelolaan suatu wilayah sungai Ayat (2) dapat dilakukan melalui pola kerja sama antara Pemerintah, Cukup jelas. pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Usul Dep. Keuangan, 4 Des. 2006:
100/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

perlu diciocokkan dengan UU SDA Pasal 78 (4), bukan hanya mengatur untuk pemerintah dan pemda tetapi juga BUMN, BUMD, dll dimasukkan dalam ayat atau pasal terpisah. Pasal 92 Pasal 92 Biaya jasa pengelolaan sumber daya air sebagaimana Cukup jelas. dimaksud dalam Pasal 89 ayat (4) didasarkan pada perhitungan ekonomi rasional yang dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan ekonomi rasional yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada unsur: a. biaya depresiasi; b. amortisasi dan bunga investasi; c. biaya operasi dan pemeliharaan; dan d. biaya pengembangan sumber daya air. Nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air untuk setiap jenis penggunaan sumber daya air didasarkan pada kemampuan ekonomi kelompok pengguna dan volume penggunaan sumber daya air. Penentuan kelompok ekonomi pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada jenis penggunaan dan tujuan penggunaan sumber daya air. Penetapan nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Pedoman perhitungan biaya jasa pengelolaan sumber
101/109

(1) (2)

(3)

(4) (5)

(6)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

daya air dan nilai satuan biaya jasa pengelolaan sumber daya air ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri. Usul Dep. Keuangan, 4 Des. 2006 ayat (5) dan (6) perlu dicantumkan bahwa dalam penetapan pedoman dan nilai satuan oleh Menteri perlu berkonsultasi dengan Menteri Keuangan, menteri yang terkait dengan sumber daya air atau lembaga nondepartemen yang terkait dengan sumber daya air. Pasal 93 Pengelola sumber daya air berhak memungut dan menerima biaya jasa pengelolaan sumber daya air dari para pengguna jasa pengelolaan sumber daya air. Pasal 93 Yang dimaksud dengan pengelola sumber daya air, misalnya perusahaan umum pengelola sumber daya air, unit pelaksana teknis pengelola sumber daya air pada wilayah sungai. Usul Dep. Keuangan, 4 Des. 2006 perlu ditambahkan BUMN

BAB XI PENGAWASAN (1) Pasal 94 Pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air ditujukan untuk menjamin tercapainya kesesuaian antara pelaksanaan pengelolaan sumber daya air

Pasal 94 Cukup jelas.

102/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(2)

(3) (4)

(5) (6)

dengan semua ketentuan yang berlaku baik yang menyangkut ketentuan administratif, keuangan, maupun substansi pengelolaan sumber daya air. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyelenggaraan pengawasan yang dilakukan oleh pengelola sumber daya air, instansi berwenang, dan masyarakat. Penyelenggaraan pengawasan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk laporan, pengaduan, dan gugatan kepada pihak yang berwenang dalam pengelolaan sumber daya air. Laporan hasil pengawasan merupakan bahan/masukan bagi perbaikan, penyempurnaan, dan peningkatan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air. Pihak yang berwenang wajib menindaklanjuti laporan hasil pengawasan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5), dalam bentuk peringatan, pemberian sanksi, dan bentuk-bentuk tindakan lainnya dalam rangka memperbaiki dan menyempurnaan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air. BAB XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 95 Cukup jelas.

Pasal 95 (1) Setiap orang atau badan usaha sebagai pemrakarsa atau pelaksana kegiatan pelaksanaan konstruksi atau pengusaha
103/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

atau pengelola sumber daya air dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. Peringatan tertulis; b. Penghentian sementara pelaksanaan kegiatan; c. Pembekuan izin; d. Pencabutan izin. (2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi berupa ganti kerugian yang ditimbulkan dan biaya pemulihan. (3) Penyedia jasa konstruksi yang melanggar ketentuan peraturan pemerintah ini dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi. (1) (2) Pasal 96 Pasal 96 Pemrakarsa pelaksanaan konstruksi yang tidak melakukan Cukup jelas. upaya pemulihan dan perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis. Dalam hal pemrakarsa pelaksanaan konstruksi tidak mengindahkan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kalender, dikenakan sanksi penghentian sementara pelaksanaan kegiatan. Dalam hal pemrakarsa pelaksanaan konstruksi yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan upaya pemulihan dan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi berupa pembekuan izin, ganti kerugian yang ditimbulkan, dan biaya pemulihan. Dalam hal pemrakarsa pelaksanaan konstruksi yang telah
104/109

(3)

(4)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan upaya pemulihan dan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi berupa pencabutan izin, ganti kerugian yang ditimbulkan, dan biaya pemulihan. Pasal 97 Pasal 97 Setiap orang atau badan usaha yang melanggar ketentuan Pasal 38 Cukup jelas. ayat (4) dikenakan sanksi berupa ganti kerugian yang ditimbulkan dan biaya pemulihan. (1) (2) Pasal 98 Pasal 98 Pemegang izin pelaksanaan konstruksi yang melanggar Cukup jelas. ketentuan Pasal 74 dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis. Dalam hal pemegang izin pelaksanaan konstruksi tidak mematuhi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kalender dikenakan sanksi berupa penghentian sementara kegiatan. Dalam hal pemegang izin pelaksanaan konstruksi yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pembekuan izin. Dalam hal pemegang izin pelaksanaan konstruksi yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap melakukan kegiatan dikenakan sanksi pencabutan izin.

(3)

(4)

105/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 99 Pasal 99 Pemegang izin penggunaan sumber daya air yang melanggar Cukup jelas. ketentuan Pasal 78 ayat (1) dan pelaksana pengembangan sumber daya air yang melanggar ketentuan Pasal 59 ayat (2) dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis. Dalam hal pemegang izin penggunaan sumber daya air dan pelaksana pengembangan sumber daya air tidak mematuhi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kalender dikenakan sanksi penghentian sementara kegiatan. Dalam hal pemegang izin penggunaan sumber daya air dan pelaksana pengembangan sumber daya air yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pembekuan izin. Dalam hal pemegang izin penggunaan sumber daya air dan pelaksana pengembangan sumber daya air yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pencabutan izin. Pasal 100 Pasal 100 Pengelola sumber daya air yang melanggar ketentuan Pasal 83 Cukup jelas. ayat (6) dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis. Dalam hal pengelola sumber daya air tidak mematuhi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam tenggang waktu
106/109

(1) (2)

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

(3)

(4)

masing-masing 7 (tujuh) hari kalender dikenakan sanksi berupa penghentian sementara pelaksanaan kegiatan. Dalam hal pengelola sumber daya air yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pembekuan izin. Dalam hal pengelola sumber daya air yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pencabutan izin. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 101 Pasal 101 Dengan berlakunya peraturan pemerintah ini, peraturan perundangCukup jelas. undangan yang mengatur mengenai pengelolaan sumber daya air yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan yang baru berdasarkan peraturan pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.

107/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Pasal 102 Pasal 102 (1) Semua pihak yang tanpa izin telah melaksanakan penggunaan Cukup jelas. sumber daya air dan pengusahaan sumber daya air, selambatlambatnya 1 (satu) tahun sejak peraturan pemerintah ini berlaku, harus mengajukan permohonan izin kepada pihak yang berwenang. (2) Izin yang telah diterbitkan atau perjanjian yang telah disepakati berkaitan dengan penggunaan sumber daya air sebelum ditetapkan peraturan pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir. Ctt : dalam hal wadah koordinasi belum dibentuk akan ditetapkan oleh TKPSDA/PTPA dan diatur dalam aturan peralihan BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 103 Pada saat peraturan pemerintah ini mulai berlaku: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor ......, Tambahan Lembaran Negara Nomor .....); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor ......, Tambahan Lembaran Negara Nomor .....) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 103 Cukup jelas.

108/109

Pasca Harmonisasi, Ambhara Hotel, 1 Mei 2007

Rancangan PP Pengelolaan SDA

BATANG TUBUH

PENJELASAN

Pasal 104 Peraturan pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd YUSRIL IHZA MAHENDRA

Pasal 104 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ..... LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR ...... Ctt : dalam hal wadah koordinasi belum dibentuk akan ditetapkan oleh TKPSDA dan diatur dalam aturan peralihan

109/109

You might also like