You are on page 1of 12

BAB

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum

III

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pembentukan biogas dari proses penguraian bahan isian yang berupa substrat sampah organik secara anaerob dengan dua perlakuan, yaitu tanpa dan dengan penambahan ko-substrat limbah isi rumen sapi. Penelitian dilakukan secara batch skala laboratorium, dengan mempertimbangkan rentang kondisi ideal (rasio C/N dan kadar air) yang disyaratkan untuk pembentukan biogas berdasarkan literatur. 3.2
Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembentukan biogas dari bahan buangan organik telah dimulai sejak bulan Mei pada tahun 2011. Penelitian uji pembentukan biogas baru dilaksanakan pada akhir bulan Juli hingga akhir bulan Agustus tahun 2011, di Ruang Penelitian Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang. 3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian meliputi studi literatur, persiapan alat dan bahan, uji pendahuluan yang meliputi rasio C/N dan kadar air substrat dan ko-substrat, penentuan kondisi bahan isian dan penentuan komposisi biogas yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan, ditentukan jumlah substrat, ko-substrat dan air yang akan digunakan sebagai bahan isian. Sebelum bahan isian dimasukkan ke dalam digester, dilakukan penentuan rasio C/N dan kadar air bahan isian terlebih dahulu (kondisi awal). Selama bahan isian berada di dalam digester, dilakukan pemantauan yang meliputi pH, temperatur dan ketinggian drum pengumpul biogas yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif dan kualitatif biogas untuk mengetahui komposisi biogas yang dihasilkan. Setelah 30 hari, dilakukan pengujian rasio C/N dan kadar air dari residu proses pembentukan biogas dan

membandingkannya dengan kondisi awal bahan isian. Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan dilanjutkan dengan pembahasan. Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1. .
Mulai

Studi Literatur Persiapan alat dan bahan: a. Drum aluminium 50 liter sebanyak 4 unit sebagai digester; b. Drum aluminium 30 liter sebanyak 4 unit sebagai penampung gas; c. Drum besi 95 liter sebanyak 4 unit untuk rangkaian floating drum; d. Alat penyalur gas berupa pipa PVC, kran, selang dan aksesoris pipa; e. Peralatan pemantau berupa termometer, kertas pH dan meteran; f. Peralatan uji laboratorium; g. Alat pencacah sampah; Uji pendahuluan: Rasio C/N Kadar Air

Penentuan jumlah substrat, ko-substrat dan air Penentuan kondisi awal bahan isian: Rasio C/N dan kadar air Pembuatan biogas dengan bahan isian: Digester kontrol (substrat sampah organik + air) Digester uji (substrat sampah organik + ko-substrat limbah isi rumen sapi + air) Pemantauan: Temperatur, pH dan kenaikan drum pengumpul gas

Penentuan komposisi biogas (CH4 dan CO2): Uji Kuantitatif Uji Kualitatif Penentuan kondisi akhir bahan isian (setelah 30 hari): Rasio C/N dan kadar air

Analisis dan Pembahasan

Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian

III-2

3.3.1 Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memberikan informasi dan teori yang berkaitan dengan penelitian. Studi literatur pada laporan ini mengkaji tentang permasalahan sampah, biogas, sejarah dan perkembangan biogas, substrat dan ko-substrat, reaksi biokimia, bakteri yang berperan dalam pembentukan biogas, parameter proses pembentukan biogas, teknik proses, pengukuran volume dan komposisi biogas, penggunaan biogas dan residu, serta penelitian terkait penggunaan sampah dan limbah isi rumen sapi dalam pembentukan biogas. 3.3.2 Persiapan Alat dan Bahan 3.3.2.1 Persiapan Alat Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan uji pembentukan biogas ini adalah persiapan pemilihan, perancangan, pemasangan serta pengkondisian digester. Digester yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil modifikasi rancangan Mayasari, dkk (2010) dengan tipe floating drum. Pertimbangan pemilihan tipe floating drum ini adalah untuk memudahkan perhitungan volume gas setiap hari yang terbentuk selama proses fermentasi. Rangkaian digester yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 unit, terdiri dari 2 unit rangkaian digester uji dan 2 unit rangkaian digester kontrol. Rangkaian alat yang berjumlah 2 unit untuk masing-masing digester kontrol dan uji (duplo) bertujuan agar percobaan yang dilakukan dapat menghasilkan data yang akurat. Gambar rangkaian alat digester floating drum dapat dilihat pada Gambar 3.2.

III-3

Drum pengumpul biogas

Drum pencerna (digester)

Gambar 3.2 Perencanaan Digester

Alat-alat yang digunakan dalam rangkaian peralatan ini sebagai berikut: a. Drum aluminium volume 50 liter sebanyak 4 unit sebagai digester; b. Drum aluminium volume 30 liter sebanyak 4 unit sebagai pengumpul gas; c. Drum besi volume 95 liter sebanyak 4 unit untuk rangkaian floating drum; d. Kran sebanyak 12 unit; e. Selang HDPE panjang 2 m sebagai penyalur gas. Rangkaian alat floating drum terbuat dari bahan aluminium dengan alasan sebagai berikut: a. Anti korosif; b. Tidak mudah terbakar (non flammable); c. Mudah dimodifikasi; d. Mudah didapatkan. Peralatan pendukung penelitian meliputi: a. Alat pencacah sampah, digunakan untuk memperkecil ukuran sampah. Proses pencacahan sampah dilakukan di LPA Air Dingin Kota Padang;

III-4

Gambar 3.3 Alat Pencacah Sampah

b. biogas;

Oven, digunakan untuk memanaskan sampah organik dan limbah isi

rumen sapi guna mengetahui kadar air sampah organik yang akan dijadikan

Gambar 3.4 Oven

c.

Neraca analitik digunakan untuk menimbang berat sampah organik dan

limbah isi rumen sapi;

Gambar 3.5 Neraca Analitik

d.

Termometer, digunakan untuk mengetahui temperatur di dalam

digester selama proses pembentukan biogas;

Gambar 3.6 Termometer

e.

Kertas pH, digunakan untuk mengetahui pH bahan isian selama proses

pembentukan biogas;

III-5

Gambar 3.7 Kertas pH

f.

Meteran, digunakan untuk mengukur kenaikan drum pengumpul

biogas yang dihitung sebagai volume biogas.

Gambar 3.8 Meteran

3.3.2.2 Persiapan Bahan Bahan isian yang digunakan yaitu substrat sampah organik Pasar Raya Kota Padang, ko-substrat limbah isi rumen sapi dan air. Pengambilan sampah organik dilakukan pada pagi hari sebanyak 100 liter dengan satu kali pengambilan dikarenakan komposisi sampah organik pasar tersebut cenderung sama dari hari ke hari. Pengambilan isi rumen sapi dilakukan pada subuh hari sebanyak 20 liter di tempat pemotongan hewan yang berlokasi di Bandar Buat, Padang. Air yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang. Sampah organik, limbah isi rumen sapi dan air disiapkan sebagai bahan isian pembuatan biogas dengan prosedur sebagai berikut: a. Memilah sampah organik (sampah yang digunakan sebagai substrat pada penelitian ini berupa sampah sayur-sayuran dan buah-buahan); b. Mencacah sampah sayur dan buah; c. Membuat bahan isian digester kontrol, yaitu dengan mencampurkan substrat sampah organik dan air;

III-6

d. Membuat bahan isian digester uji, yaitu dengan mencampurkan substrat sampah organik dengan ko-substrat limbah isi rumen sapi dan air; e. Mengaduk bahan isian untuk masing-masing digester sampai merata; f. Memasukkan bahan isian yang telah diaduk ke dalam digester; g. Menambahkan starter EM-4 sebanyak 7 ml/digester. Penggunaan EM-4 sebagai starter bertujuan untuk mempercepat tercapainya tahap hidrolisis dan mempercepat proses penguraian bahan isian. Bahan isian yang dimasukkan ke dalam digester direncanakan akan memenuhi 2/3 bagian dari volume digester, yaitu 30 liter. Dengan demikian, pada digester akan terdapat ruang sebesar 20 liter untuk keperluan pengadukan yang merata selama 30 hari pengujian pembentukan biogas. 3.3.3 Uji Pendahuluan Uji pendahuluan meliputi penentuan rasio C/N dan kadar air substrat sampah organik dan ko-substrat limbah isi rumen sapi. Hasil uji pendahuluan digunakan untuk menentukan perbandingan jumlah substrat, ko-substrat dan air yang digunakan sebagai bahan isian pembentukan biogas. Uji pendahuluan terhadap substrat dan ko-substrat dilaksanakan di Laboratorium Air Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang. 3.3.3.1 Rasio C/N Penentuan rasio C/N substrat dan ko-substrat dilakukan secara terpisah. Prosedur penentuan C dan N selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran A dan Lampiran B. Rasio C/N dihitung untuk sampah organik dan limbah isi rumen sapi sehingga dapat diketahui jumlah substrat sampah organik dan ko-substrat limbah isi rumen sapi yang digunakan sebagai bahan isian uji pembentukan biogas. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada digester kontrol yang berisi sampah organik dengan penambahan air. 3.3.3.2 Kadar Air Perhitungan kadar air pada uji pendahuluan dilakukan untuk substrat sampah organik dan limbah isi rumen sapi. Sama halnya dengan rasio C/N, perhitungan kadar air juga digunakan untuk mengetahui jumlah substrat sampah organik, kosubstrat limbah isi rumen sapi dan air yang digunakan sebagai bahan isian uji III-7

pembentukan biogas. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.8 dan perhitungan kadar kering dengan menggunakan persamaan 2.9. 3.3.4 Penentuan Jumlah Substrat, Ko-substrat dan Air Setelah mendapatkan nilai rasio C/N dan kadar air masing-masingnya, ditentukan jumlah substrat dan ko-substrat yang akan digunakan sebagai bahan isian hingga dapat memenuhi rasio C/N yang disyaratkan untuk pembentukan biogas, yaitu 2030 (Fithry, 2010). Jumlah substrat dan ko-substrat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7. Hasil dari penentuan kadar air substrat dan ko-substrat digunakan untuk mengetahui jumlah air yang perlu ditambahkan ke dalam bahan isian. Penambahan air ke dalam bahan isian bertujuan untuk dapat memenuhi kadar air yang disyaratkan untuk pembentukan biogas, yaitu 91-93% (Ratnaningsih, 2009). 3.3.5 Penentuan Kondisi Awal Bahan Isian Sebelum masing-masing bahan isian dimasukkan ke dalam masing-masing digester, dilakukan penentuan rasio C/N dan kadar air bahan isian terlebih dahulu (kondisi awal bahan isian). Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan isian telah memenuhi kondisi yang disyaratkan untuk pembentukan biogas, ditinjau dari kedua parameter tersebut. Apabila salah satu parameter atau keduanya belum terpenuhi, maka perlu dilakukan penambahan air, penambahan ko-substrat atau penambahan substrat. 3.3.6 Pembuatan Biogas Berdasarkan jenis bahan isian yang digunakan, maka pembuatan biogas pada penelitian ini dapat dibedakan sebagai berikut: a. Digester kontrol (substrat + air) Pembentukan biogas dari digester kontrol yang berisi substrat sampah organik dan air. b. Digester uji (substrat + ko-substrat + air) Pembentukan biogas dari digester uji yang berisi substrat sampah organik yang ditambahkan dengan ko-substrat limbah isi rumen sapi dan air. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh limbah isi rumen sapi sebagai ko-substrat terhadap pembentukan biogas dari substrat sampah organik. III-8

Tahapan yang dilakukan setelah bahan isian dimasukkan ke dalam digester adalah: a. Membuka kran pengeluaran gas dan menghubungkannya dengan pipa pemasukan drum pengumpul gas menggunakan selang yang telah disiapkan; b. Menutup kran pengeluaran gas pada drum pengumpul; c. Gas yang pertama mulai terbentuk ditandai dengan naiknya aluminium kecil (floating drum). Parameter yang diamati adalah: a. pH selama proses fermentasi anaerob Pemantauan pH selama proses anaerobik dilakukan dengan mengambil sedikit sampel bahan isian biogas dari outlet digester lalu diukur dengan menggunakan kertas pH. Pengukuran pH dilakukan 1 kali dalam 5 hari. b. Temperatur selama proses fermentasi anaerob Pemantauan temperatur selama proses anaerob dilakukan 1 kali dalam 5 hari dengan menggunakan termometer. c. Level kenaikan pengumpul gas yang diamati setiap hari. Pemantauan pH dan temperatur ditetapkan dilakukan 1 kali dalam 5 hari, dengan mempertimbangkan beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: a. Menurut Deublein & Steinhauser (2008), hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida bisa berlangsung selama beberapa jam, sedangkan penguraian protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak bisa berlangsung dalam beberapa hari; b. Penelitian Wildan (2011) menunjukkan bahwa pembentukan biogas dari sampah pasar sudah terjadi pada hari ke-3; c. Penelitian Fithry (2010) menunjukkan bahwa pembentukan biogas tertinggi dari sampah buah-buahan dengan penambahan cairan rumen sapi terjadi pada 10 hari pertama. Berdasarkan beberapa literatur di atas, dapat diketahui bahwa pada 10 hari pertama sudah terjadi pembentukan biogas. Oleh karena itu, ditetapkan waktu pemantauan 1 kali dalam 5 hari untuk mendapatkan gambaran proses anaerob yang berlangsung dalam digester dan untuk keperluan analisa pada pengujian pembentukan biogas ini. III-9

Pembuatan biogas memerlukan proses pengadukan agar proses dekomposisi berlangsung optimal. Pengadukan dilakukan dengan cara menggoyangkan digester sehingga bahan baku biogas yang ada dalam digester dapat teraduk dengan baik. Proses pengadukan dilakukan setiap hari untuk menghindari terbentuknya kerak (scum). Pembentukan biogas direncanakan berlangsung dengan memanfaatkan rentang temperatur Kota Padang yang berkisar 22-31,7C, sehingga tidak dilakukan pemanasan digester ataupun pengkondisian temperatur (Mayasari dkk, 2010). Rentang temperatur Kota Padang tersebut termasuk rentang temperatur mesophilic (20-40C)..Menurut Deublein & Steinhauser (2008), waktu tinggal yang cocok untuk rentang temperatur mesophilic adalah 30 hari. Oleh karena itu, ditetapkan waktu tinggal bahan isian di dalam digester adalah 30 hari. 3.3.7 Penentuan Volume dan Komposisi Biogas 3.3.7.1 Penentuan Volume Biogas Perhitungan volume dilakukan dengan melihat perubahan ketinggian drum aluminium pengumpul biogas. Volume biogas dihitung dengan menggunakan rumus volume tabung yaitu mengalikan luas permukaan dengan tinggi kenaikan drum pengumpul biogas. Pengamatan terhadap volume biogas dilakukan setiap hari selama 30 hari. 3.3.7.2 Penentuan Komposisi Biogas Penentuan komposisi biogas dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pengukuran komposisi biogas secara kuantitatif Pengukuran komposisi biogas seharusnya dilakukan dengan menggunakan alat Gas Chromatography. Namun, karena ketidaktersediaan alat tersebut di lokasi penelitian, maka pengukuran komposisi biogas menggunakan alternatif lain yaitu dengan metode absorbsi gas. Gas yang terbentuk ditampung dalam tangki penampung gas yang terhubung dengan digester. Gas yang telah terkumpul disalurkan ke absorban CO2 (NaOH) dan absorban CH4 (alkohol) untuk dihitung komposisinya. Dengan cara ini akan didapatkan komposisi CO2 dan CH4 yang terdapat di dalam biogas.

III-10

Pada penelitian ini, komposisi biogas dihitung sebanyak 2 kali, yaitu pada hari ke-16 dan hari ke-30. Menurut Sato (2009), untuk mencapai tahap metanogenesis dengan bahan isian berupa sampah organik diperlukan waktu 10-15 hari. Menurut Damanhuri (1993), secara umum gas CH4 stabil dibentuk setelah 15 hari inkubasi. Pada tahap metanogenesis inilah gas CH4 akan diproduksi. Oleh karena itu, penentuan komposisi biogas yang pertama dilaksanakan pada hari ke-16 dan yang kedua dilaksanakan 14 hari sesudahnya (hari ke-30). b. Pengukuran komposisi biogas secara kualitatif Uji kualitatif terhadap komposisi biogas dilakukan dengan uji nyala. Pengujian gas yang terbentuk dilakukan dengan cara membuka kran gas agar gas bisa keluar, lalu dinyalakan. Uji kualitatif dilakukan 2 kali selama penelitian pada hari yang sama dengan uji kuantitatif gas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas gas dengan melihat warna nyala api yang dihasilkan pada saat pembakaran. Jika gas langsung terbakar dan warna api yang dihasilkan biru, maka gas yang dihasilkan berkualitas baik. Jika biogas mengandung lebih banyak gas-gas pengotor lainnya maka warna api yang dihasilkan adalah cenderung kemerah-merahan. Jika nyala api hampir tidak terlihat (tidak terbakar) menandakan bahwa kandungan metana dalam biogas yang terbentuk masih sangat sedikit. 3.3.8 Penentuan Kondisi Akhir Bahan Isian (Setelah 30 Hari) Prosedur yang digunakan untuk menentukan rasio C/N dan kadar air bahan isian akhir masing-masing digester sama dengan prosedur penentuan rasio C/N dan kadar air yang telah dilakukan sebelumnya. Rasio C/N dan kadar akhir bahan isian ini digunakan untuk melihat perubahan kondisi bahan isian setelah dicerna dalam digester selama 30 hari. 3.3.9 Analisis Data dan Pembahasan Data yang dianalisis dari proses pembentukan biogas digester kontrol dan digester uji meliputi kondisi awal dan akhir bahan isian, pH dan temperatur digester, volume dan komposisi biogas serta warna nyala api yang berasal dari biogas yang dibakar. Data yang telah didapatkan untuk masing-masing digester III-11

kontrol dan uji dibandingkan satu sama lainnya untuk meninjau pengaruh penambahan ko-substrat limbah isi rumen sapi terhadap biogas yang dihasilkan. Selanjutnya dibuat pembahasan untuk meninjau proses yang terjadi selama pembentukan biogas pada digester kontrol dan uji serta perbandingan keduanya.

III-12

You might also like