You are on page 1of 2

FISIologi olahraga

Kelelahan dapat diakibatkan oleh 3 hal, yaitu: -. Kelelahan Otot, apabila otot yang berolahraga tidak lagi dapat berespons terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebabnya kemungkinan adalah penimbunan asam laktat (kadar asam laktat lebih dari 4 mmol menyebabkan kelelahan pada manusia) atau habisnya cadangan energi. -. Kelelahan Neuromuskulus, neuron motorik aktif tidak mampu mensintesis asetilkolin dengan cukup cepat untuk mempertahankan transmisi kimiawi potensial aksi dari neuron motorik ke otot. -. Kelelahan Sentral (Kelelahan Psikologis), terjadi jika sistem saraf pusat tdak lagi secara adekuat mengaktifkan neuron motorik yang mempersarafi otot yang bekerja, walaupun otot masih mampu bekerja. Untuk pulih dari olahraga, diperlukan peningkatan konsumsi oksigen untuk melunasi hutang oksigen selama berolahraga. Ketika hutang oksigen dilunasi, sistem kreatin fosfat dipulihkan, asam laktat dibersihkan, dan simpanan glikogen paling tidak sebagian diganti. Hormon yang berperan disini adalah Epinefrin, yang meningkatkan konsumsi oksigen dalam tubuh selama olahraga. Sampai kadar epinefrin dalam darah kembali ke keadaan sebelum berolahraga pengambilan oksigen akan meningkat di atas normal. Berdasarkan kapasitas biokimiawinya, paling sedikit terdapat 3 jenis serat otot, yaitu: -. Serat Oksidatif-Lambat (tipe 1) -. Serat Oksidatif-Cepat (tipe 2a) -. Serat Glikolitik-Cepat (tipe 2b) Serat cepat memiliki aktivasi ATPase miosin yang lebih tinggi daripada serat lambat. Semakin tinggi aktivitas ATPase, semakin cepat ATP diuraikan dan semakin cepat ketersediaan ATP untuk siklus jembatan silang. Serat-serat dengan kapasitas membentuk ATP yang lebih besar (oksidatif) lebih resisten terhadap kelelahan. Dan tampaknya semua serat otot di dalam sebuah unit motorik terdiri dari jenis yang sama. Otot serat oksidatif, baik cepat atau lambat, memiliki lebih banyak mitokondria, kapiler dan kandungan Mioglobin. Mioglobin tidak saja membantu menunjang ketergantungan akan oksigen, tetapi juga menyebabkan otot berwarna merah. Dengan demikian, otot serat oksidatif sering disebut sebagai Serat Merah, sedangkan otot serat glikolitik sering disebut Serat Putih. Ukuran otot dapat ditingkatkan dengan olahraga berintensitas tinggi, berdurasi singkat, dan anaerobik secara teratur, seperti angkat beban. Pembesaran otot yang terjadi terutama disebabkan oleh peningkatan garis tengah (Hipertropi) serat-serat glikolitik-cepat yang direkrut selama otot berkontraksi kuat. Selain itu, Hiperplasia diperkirakan sedikit berperan pada perbesaran otot. Sel-sel otot tidak mampu membelah secara mitosis, namun bukti ekperimental mengisyaratkan bahwa serat yang sangat membesar dapat terputus menjadi dua di tengahnya, sehingga terjadi peningkatan serat. 1

Testosteron berperan dalam proses penambahan massa otot ini. Walau begitu, pada beberapa kasus dapat digunakan penggunaan zat berbahaya seperti Steroid, yang dapat menimbulkan efek samping pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, hati, perilaku, dan juga ketagihan. Jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan miosinnya akan berkurang, seratseratnya menjadi lebih kecil, dan dengan demikian otot tersebut berkurang massanya (Atrofi) dan menjadi lebih lemah. Atrofi dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu: -. Disuse Atrofi, terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu lama walaupun persarafannya utuh. -. Atrofi Denervasi, terjadi setelah pasokan saraf ke otot terputus. Seiring dengan pertambahan usia individu, terjadi penurunan massa otot rangka secara lambat tetapi kontinu disertai penurunan kekuatan otot. Penurunan ini disebabkan oleh perubahan yang berkaitan dengan penuaan, yang meliputi: -. Penurunan jumlah serat otot. Pada usia 80 tahun, sampai 30% serat otot mungkin sudah lenyap. -. Penurunan garis tengah serat otot, proses ini terjadi lebih cepat pada serat glikolitik. -. Penurunan kemampuan otot untuk beradaptasi terhadap latihan. -. Penurunan aktivitas saraf pada otot. Penurunan pengeluaran Neuropeptida Y, suatu zat yang baru ditemukan, dari terminal neuron motorik mungkin juga ikut berperan. Lingkungan tubuh yang paling penting adalah Cairan Ekstrasel yang harus dalam keadaan Homeostatis. Pada orang yang rajin berolah raga, darahnya akan lebih encer sehingga jantung bekerja dengan lebih mudah. Reference: Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta. EGC (Penerbit Buku Kedokteran)

You might also like