You are on page 1of 6

n Batang 19/09/12 Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah | Melayu Online

Pengunjung baru ? Mendaftar menjadi member | Login

Beranda | Berita | Opini | Artikel | Sejarah Melayu | Budaya Melayu | Sastra Melayu | Tokoh Melayu | Peneliti Melayu | Penghargaan Kamus Melayu | Ensiklopedi Melayu | Agenda | Direktori | Pautan | Forum | Resensi Buku | Perpustakaan | Koleksi | Kedai Komentar Tamu | Tentang Kami | Kerjasama | Hubungi Kami | Donasi | Peta Situs Bahasa Indonesia | English | Franais | Thailand | Filipino | Nederlands | Italiano | Arabic | Deutsch | Espaol | Burmese | Khmer
Rabu, 19 September 2012 | Arbia', 3 Dzulqaidah 1433 H Search
Advanced Search

Pengunjung Online : 316 Hari ini : 2.701 Kemarin : 10.983 Minggu : 70.561 kemarin Bulan kemarin : 1.069.700 Anda pengunjung ke 95.719.595 Sejak 01 Muharam 1428 ( 20 Januari 2007 )

Budaya Melayu
Beranda > Budaya Melayu > Pandangan Hidup Melayu > Kosmologi > Dunia/Alam > Pohon Batang Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah

Pohon Batang Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah

pohon batang garing dalam beberapa model

1. Asal-usul Suku Dayak Ngaju memahami dunianya (kosmologi) melalui pemaknaan terhadap Pohon Batang Garing (pohon kehidupan). Pohon ini diyakini diturunkan langsung oleh Tuhan Dayak Ngaju yang bernama Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam tetek tatum[1] (ratap tangis sejati) diceritakan bahwa Ranying Hatalla Langit menciptakan dua pohon yang berbuah dan berdaun emas, berlian dan permata, diberi nama Batang Garing Tinggang (pohon kehidupan) dan Bungking Sangalang (Riwut, 2003:490). Dalam gambaran yang ada, Pohon Batang Garing berbentuk tombak dan menunjuk ke atas yang melambangkan Ranying Mahatala Langit. Bagian bawah pohon terdapat guci berisi air suci dan dahan berlekuk, yang melambangkan Jata atau dunia bawah. Sedangkan daun-daunnya melambangkan ekor Burung Enggang. Masing-masing dahan memiliki tiga buah yang menghadap ke atas dan ke bawah, melambangkan tiga kelompok besar manusia sebagai keturunan Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen , dan Maharaja bunu atau buno (http://ceritadayak.blogspot.com/). Secara umum orang Dayak Ngaju memahami Batang Garing sebagai simbol tingkatan alam, yang terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu alam atas, pantai danum kalunen (bumi), dan alam bawah (air). Alam atas adalah tempat tinggal Ranying Hatalla Langit, bumi adalah tempat tinggal manusia, dan alam bawah adalah tempat tinggal jata atau lilih atau Raden Tamanggung Sali Padadusan Dalam atau Tiung Layang Raja Memegang Jalan Harusan Bulau, Ije Punan Raja Jagan Pukung Sahewan (Riwut, 2003:508). 2. Pengetahuan Tentang Dunia

melayuonline.com//pohon-batang-garing-dunia-dalam-pengetahuan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-ten

1/6

n Batang 19/09/12 Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah | Melayu Online
Orang Dayak Ngaju memahami manusia sebagai ciptaan Ranying Hatalla Langit yang sempurna, untuk itu

IMAGE GALLERY

ditugaskan menjaga bumi dan isinya agar tidak rusak (http://betang.com/). Sebagai ciptaan yang paling sempurna, manusia wajib menjadi suri tauladan bagi segala mahluk lainnya yang ada di alam semesta. (http://www.nila-riwut.com/). Dalam tetek tatum tentang awal penciptaan disebutkan bahwa, saat itu Ranying Hatalla Langit sedang melepas dan melempar selatup atau lawung (ikat kepala) yang terbuat dari emas, intan dan permata. Tibatiba lawung tersebut berubah menjadi dua batang pohon besar dengan buah dan daun dari emas, intan dan permata. Pohon itu diberi nama Batang Garing Tinggang dan Bungking Sangalang (Riwut, 2003). Pohon Batang Garing tersebut adalah simbol dari dunia (alam) yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu alam atas, Pantai danum kalunen (bumi), dan alam bawah. a. Alam atas

AGENDA Belum ada data - dalam proses

Alam atas memiliki tujuh lapisan langit. Setiap pintu langit dijaga oleh para pembantu Ranying Hatalla, yaitu: Langit pertama dijaga oleh; Balu lunuk mina rantanan pinang, sulan gajah balui bagawing penyang Ganan Hantarung tatau dahiang Nyahu papan saliwae Darahan tatun antang Putir santang baduri langit Langit kedua dijaga oleh: Manyamei tatu asun bulan (penjaga bulan) Rawing bulan tapakalung bulau (merawat bulan) Talin pambahui riwut (penguasa angin) Raja langit lumbah Bulan betau kameluh panyalumpuk bulan Tambun baputi Tambun untai rabia Para penjaga langit kedua ini seluruh badannya berbulu dan berwajah anjing, karena mereka salah makan (Riwut, 2003). Langit ketiga dijaga oleh: Balu induk rangkang penyang Sangiang garing malatar langit Jata raden tunjung Antang patih pelang Raja dohong mama tandang Antang riak mihing Dahiang mantuh bulau Antang tampurahei Pada penjaga langit ketiga ini, manusia dapat memohon apapun terutama agar umur panjang dan murah rezeki (Riwut, 2003: 205). Langit keempat dijaga oleh: Para penghuni langit keempat mempunyai tugas utama sebagai pengubung antara manusia dengan penghuni langit kelima. Para penghuninya antara lain: Raja baparung panjang Raja nyagun tinggang Mangku mahabayu timpung Lilang panjang kasau langit Lilang nyahu entai Lilang rintih langit Langit kelima dijaga oleh: Tanduh bulau tangkurajan sangiang Tanduh bulau nyumping tapang Tanduh bulau hatingang sawang Tanduh bulau hatingang dohong

Tanduh bulau hatingang riwut melayuonline.com//pohon-batang-garing-dunia-dalam-pengetahuan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-ten

2/6

n Batang 19/09/12 Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah | Melayu Online
Tanduh bulau hatingang riwut Tapang tunggal mandawean bulan Langit keenam dijaga oleh: Raja sambung maut Raja sapaukur belum Raja Raja Raja Raja sapaungut belum sapanaleng haseng sababaling langit sababalang buno

Langit ketujuh Langit ketujuh adalah puncak langit, tempat di mana Ranying Hatalla bertahta.

Gambaran alam atas (sumber; http://jenggotcommunity.blogspot.com) b. Pantai danum kalunen (bumi) Pantai danum kalunen adalah tempat manusia hidup untuk sementara. Jika manusia meninggal, maka akan pergi menuju buli ke lewu liau (surga). Manusia yang hendak pergi mengunjungi langit ketujuh, harus melewati empat puluh susunan embun atau ambun (Riwut, 2003: 498). c. Alam bawah

Alam bawah yang dimaksud orang Dayak Ngaju adalah di bawah tanah yang dihuni oleh kalue tunggal tusoh dan bawah air yang dihuni oleh jata atau lilih atau tumenggung padudusan dalam (Riwut, 2003: 508).

Gambaran alam bawah (sumber; http://jenggotcommunity.blogspot.com) 3. Pengaruh Sosial Pengetahuan orang Dayak Ngaju pada Pohon Batang Garing, berimplikasi terhadap perilaku kehidupan sosial mereka, antara lain: a. Pengaruh terhadap keyakinan asal usul orang Dayak Ngaju

melayuonline.com//pohon-batang-garing-dunia-dalam-pengetahuan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-ten

3/6

n Batang 19/09/12 Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah | Melayu Online
Orang Dayak Ngaju meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Maharaja Buno yang diturunkan dari langit ketujuh oleh Ranying Hatalla dengan palangka bulau (Riwut, 2003: 497). b. Pengaruh pada upacara tradisional, antara lain: Upacara adat menawur behas (menabur beras), yaitu menaburkan beras ke segala penjuru dalam setiap upacara adat. Kenapa harus beras, karena beras berasal dari pantis kambang kabanteran bulan, lelek lumpung matanandau di bukit kagantung langit di langit ketujuh. Melalui beras orang Dayak Ngaju yakin kalau mereka dapat berkomunikasi dengan putir selang tamanang dan raja angking langit yang diteruskan kepada Ranying Hatalla (Riwut, 2003: 201). Upacara pernikahan. Dalam upacara pernikahan Dayak Ngaju, terdapat sebuah ritual berdoa dengan menengadahkan tangan. Empat jari tangan merupakan simbol dari: Jari jempol, melambangkan manfaat alam semesta sebagai sumber hidup kita. Jari telunjuk tengah, melambangkan perintah melestarikan alam semesta yang ada agar tidak rusak dan punah. Jari manis, melambangkan perintah untuk menyatu supaya bisa serasi dengan alam lingkungan hidup. Jari kelingking, melambangkan untuk menghormati kepentingan lingkungan hidup. (http://jenggotcommunity.blogspot.com). Upacara mangayau kayu dan danum (air), yaitu upacara yang bertujuan mengembalikan keseimbangan dan hubungan manusia-alam yang telah rusak. Ini menunjukkan betapa hukum adat Dayak Ngaju menekankan sikap tidak saling mengganggu dan membinasakan antara alam dan manusia (http://budidayak.blogspot.com/).

c.

Pengaruh sikap terhadap binatang

Suku Dayak Ngaju menghormati beberapa jenis binatang tertentu, antara lain: Burung Tingang yang merupakan lambang kemasyuran dan keagungan. Burung Antang (Elang) merupakan lambang keberanian, kecerdikan serta kemampuan memberikan petunjuk peruntungan baik dan buruk. Dalam acara ritual menenung atau acara menajah antang untuk mengetahui Dahiang-Baya, burung Antang digunakan sebagai mediator. Burung Bakaka diyakini memberikan petunjuk bagi pencari ikan apakah memperoleh banyak sedikitnya. Burung perintis juga diyakini mempunyai fungsi yang sama dengan Burung Bakaka Burung Kalajajau/Kajajau (Murai) dianggap sebagai burung milik dewa. Memperlakukan burung Kalajajau/ Kajajau (Murai) dengan semena-mena dapat membawa malapetaka. Burung Bubut mampu memberikan informasi bahwa tidak lama lagi permukaan air sungai akan meluap atau terjadi banjir. Tambun (ular besar/ular naga) melambangkan kearifan, kebijakan sarana, dan kekuatan. Suku Dayak Ngaju mempunyai pantangan pali (tabu) membunuh binatang yang sedang mengandung, ikan yang sedang bertelur, dan ikan yang masih kecil. Mereka juga melarang manusia mempunyai hubungan yang lebih dengan binatang, misalnya menyetubuhi binatang. Jika ini dilanggar seseorang, maka ia disebut manusia terkutuk. d. Pengaruh sikap terhadap lingkungan alam Manusia Dayak Ngaju berpandangan bahwa manusia sebagai bagian dari dunia, hidupnya harus menyatu dengan alam. Manusia dilarang merusak alam karena itu sama saja dengan merusak diri dan kehidupan itu sendiri. Pengaruh dari pandangan ini terlihat dalam hal-hal di bawah ini, yaitu: Dalam bertani atau berladang orang Dayak Ngaju telah mengatur penggarapan lahan dalam satu siklus. Misalnya, sebuah keluarga petani memiliki tiga lahan pertanian masing-masing dengan luas satu hektar. Oleh karena ladang tersebut hanya dipanen sekali dalam setahun, maka mereka menggarap ketiga lahan tersebut secara bergiliran. Dalam mengelola hutan. Sejak dahulu kala, di setiap desa, nenek moyang Dayak Ngaju memelihara suatu kawasan terbatas hutan suaka alam yang disebut Pahewan . Dalam pengelolaannya, para tokoh adat memberikan peringatan kepada setiap warga masyarakat, agar tidak menganggu hutan, tumbuh-tumbuhan atau binatang apapun yang terdapat di kawasan Pahewan . Dan yang terpenting adalah masyarakat Dayak Ngaju tidak boleh mengelola melebihi batas pahewan , karena akan mengganggu kelompok masyarakat lain. Adanya hak ulayat atas hutan adat. Hak ulayat adalah hak persekutuan yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat suatu wilayah tertentu. Untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air, serta

melayuonline.com//pohon-batang-garing-dunia-dalam-pengetahuan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-ten

4/6

n Batang 19/09/12 Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah | Melayu Online

masyarakat hukum adat suatu wilayah tertentu. Untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air, serta isinya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Manusia Dayak Ngaju umumnya mengetahui bahwa tidak lama lagi permukaan air sungai akan naik sampai suatu batas tertentu, jika ada tumbuhan sejenis cedawan kecil pada kayu lapuk atau dari munculnya akar baru pada pohon dan dahan suatu jenis kayu yang tumbuh tepi sungai. Dalam menebang pohon kayu untuk bahan bangunan, manusia Dayak Ngaju mengetahui kapan waktu terbaik untuk menebangnya. Ini bertujuan agar kayu tidak mudah dimakan rayap. Manusia Dayak Ngaju juga dapat meramalkan tahun-tahun tertentu di mana akan terjadi kemarau panjang berdasarkan kedudukan binatang.

e. Pengaruh terhadap motif kain Motif Batang Garing digunakan sebagai motif busana pengantin, karena dianggap mengandung makna yang sangat dalam dan sakral yaitu lambang manusia dan penciptanya, nilai-nilai moral, hidup yang lurus, rukun, kebikan, kewajiban dan hak pria dan perempuan yang harus dilaksanakan selama hidup di dunia (http://lindataway.wordpress.com/). 4. Penutup Pengetahuan Suku Dayak Ngaju tentang alam, memberikan gambaran bahwa antara alam atas, bumi dan alam bawah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dari implikasi sosial yang ada, orang dayak Ngaju begitu menghormati dan menghargai lingkungan alam tempat tinggal mereka. Pemaknaan seperti ini perlu dipahami oleh para pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan. Yusuf Efendi (bdy/07/26-09) Referensi Maunati, Yekti. 2006. Identitas Dayak, Komodifikasi dan Politik Kebudayaan . Yogyakarta; LKIS Riwut, Nila. 2003 Tjilik Riwut Sanaman Mantikei. Manaser Panatan Tatu Hiang. Menyelami Kekayaan Leluhur. Palangka Raya: Pusaka Lima Wijono, AMZ. 1998. Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok. Jakarta: Grasindo Sumber internet http://lindataway.wordpress.com/. Judul: Sejarah dan Tata rias dan Busana Pengantin Dayak Kalimantan Tengah . Diunduh tanggal 22 Desember 2009 http://www.karungut.com/. Judul: Pandangan Adat tentang Hubungan Manusia dengan Makhluk Lain serta Lingkungan Alam Sekitarnya. Diunduh tanggal 18 Desember 2009 http://budidayak.blogspot.com/ . Judul: Doktor, Dayak Ngaju, dan Kekuasaan yang Jumawa. Diunduh tanggal 18 Desember 2009. http://dajakbooven.blogspot.com/. Judul: Batang Garing or Live Trees. Diunduh tanggal 21 Desember 2009. http://betang.com/. Judul: Asal usul Manusia, Raja Bunu . Diunduh tanggal 18 Desember 2009. http://www.nila-riwut.com/. Judul tulisan: Orang Dayak dari zaman ke zaman 1. Diunduh tanggal 18 Desember 2009. http://id.wikipedia.org/. Judul: Tetek Tatum. Diunduh tanggal 20 Desember 2009. http://jenggotcommunity.blogspot.com. Judul: Asal Mula Ritus Perkawinan Adat Dayak Ngaju. Diunduh tanggal 18 Desember 2009 Sumber foto http://dajakbooven.blogspot.com/ http://jenggotcommunity.blogspot.com

[1] Tetek Tatum adalah cerita tentang asal-usul nenek moyang, sejarah dan epik kepahlawanan Suku Dayak Ngaju kepada generasi penerus. Cerita berseri ini dilantunkan atau dinyanyikan sebagai pengantar tidur, diiringi dengan alat musik kecapi. Selain itu, juga menjadi salah satu cara untuk membentuk sikap dan perilaku sang anak. (http://id.wikipedia.org/). Dibaca : 10.930 kali.

Kembali ke atas

Berikan komentar anda :


melayuonline.com//pohon-batang-garing-dunia-dalam-pengetahuan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-ten 5/6

n Batang 19/09/12 Garing: Dunia dalam Pengetahuan Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah | Melayu Online

Silakan Login Untuk Komentar


Silakan Login atau Mendaftar terlebih dahulu jika anda belum menjadi anggota.

Kolom untuk yang sudah menjadi member

Mendaftar Menjadi Anggota


Login Belum mempunyai akun ? silakan klik disini Membuat akun hanya perlu beberapa menit.

Email Password

Beranda | Berita | Opini | Artikel | Sejarah Melayu | Budaya Melayu | Sastra Melayu | Tokoh Melayu | Peneliti Melayu | Penghargaan Kamus Melayu | Ensiklopedi Melayu | Agenda | Direktori | Pautan | Forum | Resensi Buku | Perpustakaan | Koleksi | Kedai Komentar Tamu | Tentang Kami | Kerjasama | Hubungi Kami | Donasi | Peta Situs

melayuonline.com//pohon-batang-garing-dunia-dalam-pengetahuan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-ten

6/6

You might also like