You are on page 1of 13

Program Studi Diploma-III Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

SEMESTER IV
Assisten Desain BG

Buku Siswa

Modul 06 Aplikasi Pelat pada Pondasi


A. informasi umum
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mendesain pondasi pelat telapak setempat. Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa mampu menentukan tebal pelat dan selimut pondasi sesuai persyaratan, menentukan beban-beban, menghitung kebutuhan penulangan, dan menyatakannya ke dalam gambar rencana sesuai dengan SNI 03-2847-2002 atau ACI 318-1999. Posisi Modul ini dalam Garis Waktu Perkuliahan :

""""""""""""" % """""""""""

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

b. Materi
1. Fungsi Pondasi pada Struktur Bangunan Gedung. Pondasi adalah elemen struktural yang menyalurkan ke tanah beban-beban kolom, dinding, atau beban-beban lateral dari tanah yang tertahan. Bila beban-beban tersebut harus disalurkan dengan sepatutnya, maka pondasi harus didesain cukup untuk mencegah terjadinya penurunan atau perputaran yang berlebihan, memperkecil penurunan-penurunan setempat (differential settlement), dan memberikan keamanan yang cukup terhadap pergeseran (sliding) dan gulingan (overturning).

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-1

Untuk itu, tentu saja, harus tersedia informasi yang cukup terandalkan pada nilai aman dari daya dukung tanah sebelum desain pondasi dimulai. Nilai daya dukung ijin tanah biasanya ditentukan dengan : (1) peraturan bangunan, (2) membandingkan dengan pondasi yang telah ada, berikut segala informasi terkait yang ada di sekitarnya, (3) penyelidikan tanah (Boring), (4) uji pembebanan (load test), atau (5) kombinasi dari semua yang disebutkan di atas. Pekerjaaan desain pondasi harus dilakukan dengan cara yang seksama, mengingat banyaknya faktor ketidaktentuan pada perilaku tanah di bawah pondasi. Berikut ini adalah beberapa hal umum yang menyebabkan ketidaktentuan tersebut : (1) Mungkin terdapat variasi yang banyak dari jenis-jenis tanah yang tergantung pada asalusul geologisnya, ragam perpindahannya, dan mekanisme sedimentasinya. (2) Sifat-sifat fisika dan kemungkinan perilakunya terhadap pembebanan belum diketahui dan mungkin memerlukan pengujian-pengujian yang teliti. (3) Perubahan musim hujan dan kemarau menyebabkan kembang-susut tanah yang berpengaruh pada tekanan porinya. (4) Getaran-getaran dari mesin atau proses selama pelaksanaan menyebabkan konsolidasi pada material berbutir (granular), dan hal ini akan mengakibatkan penurunan yang tidak seragam besarnya. (5) Adanya segala hambatan / gangguan (obstacles) buatan manusia yang berada di dalam tanah, seperti sisa pondasi atau saluran air lama, dan timbunan tanah yang tidak seragam kepadatannya, yang tentu saja akan memberikan daya dukung tanah yang berbeda-beda. Tekanan tanah dipakai di dalam desain pada filosofi tegangan kerja. Pada saat melakukan perhitungan desain, seorang insinyur pondasi mula-mula akan menetapkan daya dukung tanah ultimate, memilih angka keamanan yang sesuai, dan akhirnya mendapatkan nilai tegangan ijinnya yang akan dipakai dalam desain. Pada umumnya, batu dianggap sebagai bahan pondasi yang paling baik ; kemudian pasir dan kerikil bergradasi ; kemudian pasir dan lanau berbutir halus yang biasanya meragukan ; dan kemudian lempung yang harus dikaji lebih teliti lagi. Tanah yang sesuai untuk keperluan pondasi mempunyai kisaran harga tegangan ijin antara 575 kN/m2 (l 5.86 kg/cm2) untuk batuan sampai dengan 96 kN/m2 (l 1.00 kg/cm2) untuk lempung atau lempung kelanauan. Tanah dengan kekuatan yang lebih rendah dari 1.00 kg/cm2 biasanya memerlukan tiang pancang untuk pondasinya. 2. Jenis-jenis Pondasi. Kebanyakan bangunan gedung akan menggunakan salah satu di antara jenis-jenis pondasi yang disebutkan berikut ini : (1) Pondasi telapak setempat yang memikul kolom tunggal. Baik pelat pondasi maupun kolomnya bisa berbentuk denah bujur sangkar, segi empat, ataupun bulat. (2) Pondasi untuk dinding, baik rata maupun berundak, yang mendukung dinding pemikul.

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-2

(3) Pondasi pelat kombinasi yang mendukung 2 atau lebih beban kolom. Pondasi jenis ini bisa berbentuk denah segi empat, trapesium, atau mereka berupa beberapa pelat setempat yang dihubungkan oleh balok. Yang disebut terakhir itu lebih dikenal dengan sebutan pondasi strap atau pondasi kantilever. (4) Pondasi rakit atau pondasi pelat penuh (full plate), yaitu pondasi pelat menerus yang memikul keseluruhan kolom-kolom struktur. Pondasi jenis ini dipakai bila tanahnya sangat jelek tetapi pemakaian pondasi tiang tidak dikehendaki. (5) Poer (pile caps), yaitu elemen struktur yang mengikat sekelompok tiang secara bersamasama. Pondasi jenis ini bisa mendukung dinding pemikul, kolom tunggal, atau sekelompok kolom. Pada Gambar 06-1 di bawah ini disampaikan berbagai jenis pondasi telapak. Di antara kelima jenis pondasi disebutkan di atas, hanya pondasi telapak setempat yang akan dibicarakan lebih mendalam pada modul ini. Di dalam SNI 03-2847-2002, pondasi telapak setempat dibahas pada Bab 17, sedangkan ACI 318-1999 memasukkannya pada Chapter 15. 3. Beban-beban dan Reaksi. Pondasi harus didesain untuk dapat memikul segala pengaruh yang diakibatkan oleh beban-beban kerja berfaktor baik aksial, geser, maupun momen dengan aman. Bentuk telapak dan ukuran luasannya, atau banyaknya serta tata letak dari tiangtiang pancang, haruslah ditentukan dengan memperhitungkan tegangan ijin tanahnya atau kapasitas dukung ijin tiang. Untuk menentukan tegangan ijin tanah atau kapasitas ijin tiang, maka digunakanlah kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu mekanika tanah. Berikut ini disampaikan pokok-pokok pikiran di dalam perhitungan desain pondasi : (1) Baik ukuran telapak pondasi atau banyaknya serta tata letak tiang pancang ditentukan berdasarkan beban-beban tak berfaktor (mati, hidup, angin, gempa dan lain-lain) dan nilai ijin dari tegangan tanah atau kapasitas dukung tiang. (2) Setelah ukuran-ukuran telapak ditetapkan, selanjutnya kedalaman pondasi dan banyaknya tulangan yang dibutuhkan ditentukan dengan metoda kekuatan batas. Yaitu tegangantegangan (beban) kerja, berikut gaya geser dan momen-momen yang dihasilkannya, dikalikan terlebih dahulu dengan faktor-faktor beban yang sesuai. Lihat uraian mengenai faktor-faktor ini di dalam Modul 02 di depan. Dalam melakukan analisis, pondasi telapak setempat boleh dianggap kaku. Pada bagian bawah telapak dikerjakan tekanan tanah secara seragam, sebagai akibat dari beban kolom atau dinding secara konsentrik (terpusat) ; dan beban tekanan tanah yang tersebar secara segi tiga atau trapesium yang diakibatkan oleh beban-beban eksentrik (kombinasi antara beban aksial dan momen). Dalam hal ini, hanya momen pada dasar kolom atau pedestal yang disalurkan ke pondasi. Sedangkan persyaratan momen tambahan minimum, sebagai akibat kelangsingan kolom, tidak perlu disalurkan kepada pondasi.
KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-3

(a) Pondasi telapak tunggal

(b) Pondasi dinding


Batas Kavling

(c) Pondasi kombinasi Segi Empat, PA = PB


Batas Kavling

(d) Pondasi kombinasi Segi Empat, PA > PB


Batas Kavling

(e) Pondasi kombinasi Trapesium, PB > PA


Batas Kavling

(f) Pondasi kombinasi Trapesium, PA > PB

(g) Pondasi kombinasi Strap atau Kantilever

Gambar 06-1 : Berbagai macam bentuk pondasi pelat / telapak.

4.

Momen pada Pondasi. Pada semua penampang pondasi, momen-momen yang diakibatkan oleh tekanan pada dasar telapak harus ditentukan dengan cara melewatkan suatu bidang vertikal melalui pondasi, dan kemudian menghitung momen yang bekerja pada seluruh luasan pondasi pada satu sisi dari bidang vertikal tersebut. Besarnya momen berfaktor pada pondasi dihitung dengan cara melewatkan bidang vertikal melalui pondasi pada penampang kritisnya, sebagai yang akan diperlihatkan pada Gambar 06-2 berikut ini. Momen-momen inilah yang akan dipakai dalam menentukan kebutuhan tulangan-tulangan pondasi pada arah tersebut. Pada pelat pondasi bujur sangkar, baik satu arah maupun dua arah, tulangan-tulangan lentur disebarkan secara merata pada seluruh lebar pelat pondasi, sebagai yang dimaksudkan
KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-4

oleh bunyi Pasal 17.4 Ayat 4 Butir 2 SNI 03-2847-2002, atau Pasal 15.4.3 ACI 318-2002. Sedangkan untuk pelat pondasi persegi panjang dua arah, tulangan-tulangan disebarkan menurut gambar pada Tabel 06-1.
b
b 2

Penampang kritis

Penampang kritis

b 4

Penampang kritis

s 2

(a) Pelat pondasi memikul kolom beton bertulang

(b) Pelat pondasi memikul dinding pasangan batu.

(c) Pelat pondasi memikul kolom baja dengan pelat landas.

Gambar 06-2 : Letak penampang kritis pondasi pelat setempat.

Tabel 06-1 : Sebaran tulangan lentur pada pondasi pelat setempat. Jenis Pondasi Bujur Sangkar Pondasi Empat Persegi Panjang

Pelat Satu Arah

Pelat Dua Arah

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-5

5.

Gaya Geser pada Pondasi. Kekuatan geser pondasi di daerah sekitar kolom atau dinding yang dipikulnya harus ditentukan menurut mana yang lebih menentukan dari 2 (dua) kondisi. Tinjauan, baik sebagai kerja balok lebar maupun sebagai kerja dua arah, harus dipertimbangkan untuk menentukan tebal pelat yang diperlukan. Dengan kerja balok lebar, pondasi dianggap sebagai balok yang lebar dengan penampang kritis pada sepenuh lebarnya. Biasanya, kondisi ini jarang menentukan dalam desain. Kerja dua arah pada pondasi dimaksudkan untuk memeriksa kekuatan geser pons (punching shear stress). Penampang kritis untuk geser pons ini terletak pada sepanjang lintasan yang terletak sejauh d dari muka kolom, yang mengelilingi kolom yang dipikul oleh pondasi. Gambar 06-3 di bawah ini menjelaskan cara menentukan penampang kritis, baik pada assumsi kerja balok lebar maupun kerja dua arah.

Penampang kritis bo untuk geser kerja dua arah

Penampang kritis untuk geser kerja balok lebar

d = tebal manfaat pelat pondasi

Luasan yang diperhitungkan ( tributary area ) pada geser kerja dua h Luasan yang diperhitungkan ( tributary area ) pada geser kerja balok lebar

Gambar 06-3 : Luasan yang diperhitungkan dan penampang kritis pada geser pelat pondasi.

Kekuatan geser Vc pelat pondasi untuk kerja dua arah tergantung pada nilai c, yaitu angka perbandingan antara dimensi panjang dengan lebar dari penampang kolom yang dipikulnya. Untuk menghitung Vc dipergunakan grafik seperti pada Gambar 06-4 di bawah ini. Bila gaya geser berfaktor Vu pada penampang kritis melampaui kekuatan geser .Vc sebagai yang diberikan oleh nilai terkecil menurut persamaan ( 06-3 ) s/d. ( 06-5 ), maka tulangan geser diperlukan. Bila untuk tulangan geser dipakai batang-batang atau kawat tulangan, kekuatan
KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-6

geser boleh ditingkatkan sampai maksimum menjadi f c ' bo d. Bagaimanapun, tulangantulangan geser didesain untuk memikul kelebihan tegangan geser dari 1/6 f c ' bo d.

Kerja dua arah 1/3

1/4

1/6 Kerja balok lebar 1/12

2 fc ' 1 b0 d Vc = + c 6

Gambar 06-4 : Kekuatan geser beton pada pondasi.

Rumus-rumus untuk menghitung kekuatan geser beton pada pondasi diikhtisarkan sbb. : Kerja balok lebar :
fc ' bw d .............................................. V u V n atau : V u 6 dimana bw dan Vu dihitung pada penampang kritis sebagai disebutkan di atas.

( 06-1 )

Kerja dua arah :


2 1 + c s d b o
fc ' 3

fc ' 6

b0 d

........................................ ....................................

( 06-2 ) ( 06-3 ) ( 06-4 )

Vu [ minimum dari :

fc ' + 2 12 bo d

bo d

..........................................................

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-7

dimana :

c = rasio antara sisi panjang dengan sisi pendek dari kolom atau dinding s = 40 untuk kolom dalam
= 30 untuk kolom tepi = 20 untuk kolom sudut = keliling pada penampang kritis sebagai ditunjukkan pada Gambar 06-3

bo

C. Daftar pustaka
1. 2. 3. 4. 5. 6. ACI Committee 318 : Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318-1999). Badan Standarisasi Nasional : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Bares, R. : Tables for the Analysis of Plates, Slabs and Diaphragms Based on the Elastic Theory, Bauverlag GmbH, Wiesbaden Germany, 1971. Fanella, D.A., Munshi, J.A., & Rabbat, B.G. : Notes on ACI 318-1999, Portland Cement Association, 1999. Wang, C.K. & Salmon, C.G. : Reinforced Concrete Design, Harper & Row, 3rd Edition, 1979. YDNI : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( NI-2 ), DPMB Ditjen Cipta Karya Dep. PUTL., 1971.

D. latihan soal-soal
1. Tentukan luasan dasar pondasi pelat telapak setempat Af untuk beban-beban desain sebagai berikut : (a) beban mati layan = 160 ton, (b) beban hidup layan = 125 ton, dan (c) beban surcharge layan = 0.50 ton/m2. Assumsikan berat rata-rata dari tanah dan beton di atas dasar pondasi = 2.08 ton/m3. Tegangan ijin tanah = 22 ton/m2. Ukuran kolom = 75/30 (cm). Penyelesaian : 1). Tentukan luasan telapak pondasi :
Surcharge Elevasi Lantai

Luasan telapak pondasi ditentukan berdasarkan beban-beban tak berfaktor dan tegangan ijin tanah netto : Beban surcharge total : q = 0.50 + 2.08 % 1.50 = 3.62 ton/m2 Tegangan ijin tanah netto :

1.50 m

t = 22 3 .62 = 18.38 ton/m2


KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-8

2). Luas telapak pondasi yang dibutuhkan : P + PLL 160 + 125 A f = DL = = 15.50 m2 18 . 38 t Pakai telapak bujur sangkar : 4.00 m % 4.00 m Af tersedia = 16.00 m2 > 15.50 m2 ( O.K. ) 2. Tentukan tebal pelat pondasi dari Soal no. 1 di atas. Assumsikan beton : fc = 25 MPa Penyelesaian : 1). Hitung beban-beban berfaktor dan reaksi tanah : Pu = 1.20 % PDL + 1.60 % PLL = 392 ton P 392 = 24.50 ton/m2 Reaksi perlawanan tanah : q t = u = A f 16 .00 = 2.45 kg/cm2 l 0.245 N/mm2 Beban P :
4.00 m

2). Hitung d dengan anggapan Kerja Balok Lebar pakai persamaan ( 06-1 ) :
bo untuk Kerja Dua Arah 30 cm + d

75 cm + d d/2 4.00 m d

Luasan tributary ( mm2 ) : 4000 300 2 d At = 4000 2 = 7.40 % 106 4000d Beban gaya geser :
V u = q t At

bw untuk Kerja Balok Lebar

= 1 813 000 980d Persamaan ( 06-1 ) : fc ' Vu bw d 6

25 4000 d 1813000 980 d 0 .75 6 1813000 3480 d

d m 520.98 mm 2). Hitung d dengan anggapan Kerja Dua Arah pakai persamaan ( 06-2 ) s/d. ( 06-4 ) : Luasan tributary ( mm2 ) :
At = 4000 4000 (750 + d ) (300 + d ) = d 2 1050 d + 15775000

Beban gaya geser :


V u = q t At = 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875
KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-9

Persamaan ( 06-2 ) :
2 Vu 1 + c fc '

b0 d

2 25 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875 1 + {2 (300 + 750 ) + 4 d } d 1 6 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875 5250 d + 10 d 2

10.245d 2 + 5507 d 3864875 0


d 2 + 537 .53 d 377245 0

d 1, 2 d 1, 2

537 .53 537 .53 2 4 (1) ( 377245 ) 2 (1) 268 .77 670 .43

Akar yang memenuhi syarat adalah : d m 401.66 mm Persamaan ( 06-3 ) :


s d fc ' + Vu 2 b 12 b o d o 40 d 25 2 0 .245 d 257 .25 d + 3864875 + 2 (2100 + 4 d ) d 2100 + 4 d 12 40 d + 4200 + 8 d 25 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875 (2100 + 4 d ) d 2100 + 4 d 12 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875 1750 d + 20 d 2

20.245d 2 + 2007.25d 3864875 0


d 2 + 99 .15 d 190905 .16 0

d 1, 2 d 1, 2

99 .15 99 .15 2 4 (1) ( 190905 .16 ) 2 (1) 49 .58 439 .73

Akar yang memenuhi syarat adalah : d m 390.15 mm Persamaan ( 06-4 ) :


Vu bo d 3 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875 fc '

25 (2100 + 4 d ) d 3 0 .245 d 2 257 .25 d + 3864875 3500 d + 6 .67 d 2


KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Nama Mata Kuliah

Kode

Penyusun Modul

Instruktur

Tanggal Kuliah

Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-10

6.92d 2 + 3757.25d 3864875 0


d 2 + 542 .96 d 558507 .95 0

d 1, 2

542 .96 542 .96 2 4 (1) ( 558507 .95 ) 2 (1)

d 1, 2 271 .48 795 .12

Akar yang memenuhi syarat adalah : d m 523.64 mm Dari keempat persamaan tersebut, didapatkan harga yang paling memenuhi : d m 523.64 mm Ambil tebal pelat pondasi : h =
d = 581 .82 l 600 mm 0 .90

3.

Rencanakanlah penulangan untuk pelat pondasi pada Soal no. 2 di atas. Tentukan mutu bahan beton : fc = 25 MPa dan baja : Bj.TD-30. Penyelesaian : Beton : fc = 25 MPa Baja Bj.TD-30 : fy = 300 MPa
400 cm 30 185 cm

400 30 2

a). Perhitungan momen ke arah dimensi terkecil dari penampang kolom

Penampang kritis untuk Momen h = 600 mm d = 525 mm qt = 0.245 N/mm2

Penampang kritis untuk momen adalah pada muka kolom :


Mu =

1 1 q t bl 2 = 0 .245 4000 1850 2 = 1.68 % 109 N.mm 2 2

Tulangan tunggal : Mu 1 .68 10 9 = = 1.9048 N/mm2 Rn = 2 2 bd 0 .80 4000 525 fy 300 m= = = 14 .1176 0 .85 f c ' 0 .85 25

1 1 1 2 m R n m fy
Kode

1 = 14 .1176

2 14 .1176 1 .9048 1 1 300


Instruktur

= 0 .0067
Halaman

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Penyusun Modul Tanggal Kuliah

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-11

Periksa tulangan minimum : min =

1 .40 1 .40 = = 0.0047 < 0.0067 ( O.K. ) 300 fy

Luas tulangan diperlukan per-meter lebar : As = 0.0067 % 1000 % 525 = 3 518 mm2 Pakai : D22 10 cm As ada = 3 801.34 mm2 > 3 518 mm2 ( O.K. )
400 cm 75 162.50

400 75 2

b). Perhitungan momen ke arah dimensi terbesar dari penampang kolom

Penampang kritis untuk Momen h = 600 mm d = 525 22 = 503 mm qt = 0.245 N/mm2

Penampang kritis untuk momen adalah pada muka kolom :


Mu = 1 1 q t bl 2 = 0 .245 4000 1625 2 = 1.30 % 109 N.mm 2 2

Tulangan tunggal : Mu 1 .30 10 9 Rn = = = 1.6057 N/mm2 2 2 bd 0 .80 4000 503 fy 300 = = 14 .1176 m= 0 .85 f c ' 0 .85 25

1 1 1 2 m R n m fy

1 = 14 .1176

2 14 .1176 1 .6057 1 1 300

= 0 .0056

Kebutuhan tulangan : = 0.0056 > min = 0.0047 ( O.K. ) Luas tulangan diperlukan per-meter lebar : As = 0.0056 % 1000 % 503 = 2 817 mm2 Pakai : D19 10 cm As ada = 2 835.29 mm2 > 2 817 mm2 ( O.K. ) Akhirnya gambar rencana penulangan pelat pondasi disampaikan pada Gambar 06-5 di halaman berikut ini.

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

BS-06-12

Tulangan Kolom Tulangan Dowel / Stek Tulangan lapis atas : D19 - 10 cm 60 cm Tulangan bawah : D22 - 10 cm

30 cm

75 cm 400 cm

Gambar 06-5 : Gambar penulangan pelat pondasi dari Contoh Soal no. 3.

E. pengayaan
1). 2). 3). 4). Dari contoh soal no. 1 di atas, tentukanlah ukuran telapak pelat pondasi, bila perbandingan panjang dengan lebar telapak diminta = 1.25 ! Hitunglah tebal pelat pondasi dengan melakukan pemeriksaan geser pada persamaan-persamaan ( 06-1 ) s/d. ( 06-4 ) ! Hitung dan gambarkanlah kebutuhan penulangan tunggal pelat pondasi ! Ulangi hitung penulangan bila dipakai tulangan rangkap dengan = 0.50 !

KURIKULUM 2004 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Nama Mata Kuliah Kode Penyusun Modul Instruktur Tanggal Kuliah Halaman

Struk. Beton Dasar

PS-0463 Dicky I. Wahjudi

400 cm

BS-06-13

You might also like