You are on page 1of 3

Kisah Sukses Usaha Jilbab Lima Perempuan Cacat

[SURYA] ~ Keterbatasan kemampuan tubuh ternyata memberi kelebihan dalam tekad dan semangat berusaha. Berbekal keahlian menyulam, menjahit dan ketrampilan lainnya sekelompok perempuan penyandang cacat maju ke arena persaingan pasar dengan membentuk kelompok usaha bersama (KUB) Anggrek di Dusun Ketiron, Desa-Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Barat. Dalam dua tahun saja, setiap bulan kelompok usaha ini sudah mampu mengirimkan 8.000 jilbab ke Jakarta, Surabaya serta kota-kota lainnya. Awalnya, dua tahun lalu, kami beranggota lima orang yang semuanya cacat tubuh. Dengan modal seadanya ternyata produksi jilbab kami laris manis, kenang Sapto Yuli Ismiarti ditemui Surya di sela-sela acara Pasar Ramadan yang berlokasi di halaman Pemkab Pasuruan, Senin (25/8/2008). Dengan kerja kerasnya bersama empat kawannya yang lain, usaha perempuan berjilbab beranak tiga yang kakinya harus ditopang dengan besi ini berhasil berkembang pesat. Dari 5 orang itu, Yuli berhasil merekrut kawan-kawannya yang juga penyandang cacat hingga 20 orang. Bahkan Yuli dan keempat kawannya juga merekrut tenaga kerja dengan tubuh normal hingga sebanyak 30 orang. Usaha kami berkembang berkat binaan instansi terkait yang sangat membantu, sehingga order semakin banyak. Kami terus merekrut pekerja baik yang cacat tubuh maupun yang normal dan total mencapai 50 orang, terang Yuli. Kendati cacat fisik, masing-masing anggota KUB Anggrek memiliki keahlian khusus. Aprilia, perempuan dengan tinggi tubuh hanya 50 centimeter, ternyata kaki dan tangannya yang pendek itu sangat piawai mendesain motif jilbab. Lestari, yang kedua kakinya cacat, sangat ahli menjahit. Kalau saya kebagian menyulam jilbab dan seharinya minimal dapat menyelesaikan 25 jilbab. Hasilnya dapat untuk membantu kebutuhan rumah tangga, urai Hiroh yang tangan kirinya mengecil ini. Harga jilbab produksi KUB Anggrek bervariasi antara Rp 4.000 hingga Rp 70.000. Jilbab yang harganya termurah umumnya dibeli oleh para jamaah haji untuk dijadikan cinderamata bagi para tamu yang bertandang. Jilbab yang dihargai Rp 70.000 kualitasnya bagus dengan disain motif sangat indah, dan peminatnya rata-rata dari kelas ekonomi menengah ke atas. Pasar Ramadan, yang digelar oleh Pemkab Pasuruan, menampilkan produk-produk unggulan dari berbagai kecamatan di kabupaten itu. Tersedia pula tawaran paket sembako murah bagi para pengunjung. Gula yang di pasaran berharga Rp 5.500, di Pasar Ramadan dijual Rp 4.500 setiap kilonya. Beras yang harga normalnya Rp. 5.000/kilo atau Rp 15.000 untuk tiga kilo dijual dengan harga Rp 12.000 per tiga kilo.

Profil Tiara Handycraft, Sang Pembela Penyandang Cacat

Berawal dari kepeduliannya akan nasib para penyandang cacat khususnya tuna daksa, yang selalu tersisihkan dimata masyarakat. Seorang ibu rumah tangga di daerah Surabaya mencoba membuka peluang usaha dengan modal kecil yang Ia miliki. Hanya dengan modal uang Rp 500.000,00 yang saat itu dimilikinya, serta sebuah alat mesin jahit. Pada tahun 1995 Titik Winarti mendirikan sebuah toko aksesoris, tas dan juga baju. Awalnya merupakan suatu hobby saja, ditengah waktu luangnya Ia mencoba memproduksi aneka wadah cantik yang terbuat dari daur ulang toples bekas yang ada di rumahnya. Namun hobby yang Ia tekuni mampu menghasilkan pendapatan yang cukup bagus, hingga mampu menghasilkan uang tambahan untuk perekonomian keluarganya. Berkat tekad dan keyakinan yang Ibu Titik miliki, tak lama setelah dirintis usaha tersebut mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dan berkembang dengan fokus di pengolahan kain / tekstil meliputi berbagai macam produk. Antara lain perlengkapan bayi, aksesoris perlengkapan rumah tangga, keperluan pengantin, tas berbagai acara, hingga busana anak dan dewasa pun telah berhasil Ia produksi.

Hingga Beliau mampu merekrut karyawan untuk membantu usaha yang dijalankannnya. Ibu Titik sengaja memilih untuk mempekerjakan kaum tuna daksa dari yasayan penyandang cacat, karena keprihatinannya akan nasib penyandang cacat yang selalu dipandang sebelah mata membuat mereka kesusahan untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak sama dengan orang normal lainnnya. Selain penyandang cacat, Ibu Titik juga merekrut remaja putri yang putus sekolah. Kini seiring dengan ramainya toko yang Ia miliki, serta banyaknya pesanan yang masuk ke Tiara handycraft membuat Ibu rumah tangga ini memutuskan untuk menambah jumlah karyawan yang ada. Total karyawan yang Ia miliki sekarang mencapai 60 orang, dan memperoleh fasilitas asrama yang telah didirikan khusus oleh Ibu Titik. Berkat kepeduliannya akan nasib penyandang cacat, wanita asal Surabaya tersebut telah memperoleh banyak penghargaan. Hingga PBB pun mengundang Ibu Titik ke markas besar PBB untuk menerima penghargaan khusus, karena prestasinya yang telah memberdayakan penyandang cacat. Selain itu masih banyak lagi penghargaan yang ditrimanya, baik dari prestasi

sosial Beliau maupun dari prestasi usaha yang telah Ia kembangkan.

Berkat ketulusan, keuletan serta kerja kerasnya dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Sekarang produk-produk Tiara Handicraft telah menembus pasaran Dunia, seperti Brasil, Spanyol,dan Belanda. Dari cerita profil pengusaha Tiara handycraft yang memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi ini, semoga mampu memberikan tambahan inspirasi dan motivasi bagi kita semua dalam memulai ataupun menjalankan usaha yang ada.

You might also like