You are on page 1of 19

Momen Inersia Momen inersia untuk suatu luasan merupakan sifat terpenting dalam rekayasa, karena itu harus

ditentukan atau dispesifikasi jika kita akan menganalisis atau mmendesain suatu batang struktur atau suatu bagian mekanik. Selain itu, suatu momen massa inersia benda harus diketahui jika kita mempelajari gerak benda.

1.1 Definisi Momen Inersia untuk Luasan Momen inersia suatu luasan timbul ketika seseorang harus menghitung momen beban terdistribusi yang berubah-ubah secara linear dari sumbu momen. Contoh yang umum jenis pembebanan ini terjadi karena zat cair yang bekerja pada permukaan plat yang terbenam. Telah ditunjukkan bahwa tekanan, dan atau gaya per satuan luas, yang dilakukakn pada suatu titik yang terletak pada suatu jarak z di bawah permukaan zat cair adalah p = z dengan adalah berat jenis (spesifik) zat cair. Jadi, besar gaya yang dilakukan oleh suatu zat cair pada luasa dA suatu plat terbenam ditunjukkan dalam Gambar 1-1 adalah dF = p dA = yz dA. Momen gaya di sekittar sumbu x plat ini adalah dM = z dF = yz2 dA, dank arena itu momen yang dihasilkan oleh keseluruhan distribusi tekanan adalah M = y / z2 dA. Di sini integral menyatkan momen inersia luasan plat di sekitar sumbu x. Karena integral dari bentuk ini sering dalam rumus-rumus yang digunakan dalam mekanika fluida, beban, struktur (bangunan), dan desain mesin, maka seorang insinyur harus familiar dengan metode-metode yang digunakan dalam komputasinya.

Gbr. 1

Momen Inersia. Perhatikan luasan A, ditunjukkan dalam Gambar 1, yang terletak dalam bidang x-y. Perdefinisi, momen-momen inersia luasan bidang diferensial dA di sekitar sumbu x dan y masing-masing adalah dlx = y2dA dan dly = x2dA. Untuk seluruh luasan momen ditentukan dengan inttegrasi, yaitu (1-1)

Gbr. 2 Kita juga dapat merumuskkan momen kedua luasan diferensial dA di sekitar tiang O atau sumbu z, Gambar 2. Ini dinyatakan sebagai momen inersia polar (kutub), dJo = r2 dA. Di sini r adalah jarak tegak lurus dari tiang (sumbu z) ke elemen dA. Untuk seluruh luasan momen inersia kutub adalah : Hubungan antara Jo dan Ix, Iy dimungkinkan karena r2 = x2 + y2, Gambar 1. Dari formulasi di atas terlihat bahwa Ix, Iy, dan Jo akan selalu positif, karena mereka melibatkan perkalian jarak yang dikuadratkan dengan luasan. Selanjutnya, satuan-satuan untuk momen inersia melibatkan panjang yang dipangkat empat, misalnya, m4, mm 4. (1-2)

1.2 Teorema Sumbu-Paralel Sebuah Luasan Jika momen inersia sebuah luasan di sekitar euatu sumbu yang melalui sentroidanya diketahui, maka lebihh menyenangkan untuk menentukan momen inersiia luasan di sekitar sumbu parallel yang bersangkutan dengan menggunakan teorema sumbu parallel (sejajar). Untuk menurunkan teorema ini, perhatikan cara mencari momen inersia suatu luasan berarsir yang ditunjukkan dalam Gambar 3 di sekitar sumbu x. Dalam hal ini, elemen diferensial dA terlihat pada jarak sembarang y dari sumbu x sentroidal, sebaliknya jarak tetap antara sumbu-sumbu parallel x dan x didefinisikan sebagai dy. Karena momen inersia dari dA di sekitar sumbu x adalah dIx = (y + dy)2 dA, maka untuk seluruh luasan,

Gbr. 3 Integral pertama menyatakan momen inersia luasan di sekitar sumbu sentoridal, Ix2. Integral keduanya nol karena sumbu x2 melalui sentroida luasan C, yakni, y2 dA = karena . Dengan menyadari bahwa integral ketiga

menyatakan luasan total A, hasil akhir dengan demikian adalah : (1-3)

Pernyataan yang dapat dituliskan untuk Iy, yaitu, (1-4)

Akhirnya, untuk momen inersia kutub di sekitar suatu sumbu tegak lurus terhadap bidang x-y dan melalui O (sumbu z), Gambar 1-3, kita peroleh (1-5) Bentuk tiap-toap persamaan ini menyatakan bahwa momen inersia sebuah luasan di sekitar sebuah sumbu sama dengan momen inersia luasan di sekitar suatu sumbu parallel yang melalui sentroida luasan ditambah dengan perkalian luasan dan kuadrat jarak tegak lurus antara sumbu-sumbu. 1.3 Jari-jari Girasi (Putaran) Sebuah Luasan Jari-jari girasi (putaran) sebuah luasan bidang mempunyai satuan panjang dan merupakan sebuah besarab yang sering digunakan untuk mendesain kolom-kolom (tiang-tiang) dalam mekanika struktur (bangunan). Asalkan luasan-luasan dan momen-momen inersia diketahui, maka jari-jari girasi dapat ditentukan dari rumus-rumus : (1-6) (1-5)

Bentuk persamaan-persamaan ini mudah diingat, karena mirip dengan persamaanpersamaan untuk mencari momen inersia luasan diferensial di sekitar suatu sumbu. Misalnya, ; sebaliknya untuk luasan diferensial .

1.4 Momen Inersia sebuah Luasan dengan Integrasi PROSEDUR ANALISIS Jika suatu integrasi tunggal dilakukan untuk menentukan momen inersia sebuuah luasan di sekitar suatu sumbu, maka pertama kali perlu di spesifikasi (ditentukan) elemen diferensial dA. Sering kali elemen ini berupa suatu persegi panjang, hingga dia akan mempunyai panjang dan lebar diferensial yang terhingga. Elemen harus ditempatkan sedemikian hingga dia memotong batas luasan pada titik sembarang (x,y). Ada dua cara yang mungkin dalam mengorientasikan elemen terhadap sumbu di sekitar momen inersia yang akkan ditentukan. Kasus 1. Panjang elemen dapat diorientasikan paralel terhadap sumbu. Situasi ini terjadi bila elemen persegi panjang yang ditunjukkan dalam Gambar 1-4 dipakai untuk menentukan Iy luasan. Aplikasi langsung Persamaan 1-1, yakni , dapat dilakukan dalam kasus ini, karena

elemen mempunyai tebal infinitesimal dx dan dengan demikian semua bagian elemen berada pada jarak lengan-momen yang samma x dan sumbu y. Kasus 2. Panjang elemen dapat diorientasikan tegak lurus terhadap sumbu. Di sini Persamaan 1-1 tidak berlaku, karena semua bagian elemen tidak akan berada pada jarak lengan-momen yang sama dari sumbu. Misalnya, jika elemen persegi panjang dalam Gambar 1-4 digunakkan untuk menentukan Ix luasan, maka perlu pertama kali menghitung momen inersia elemen di sekitar suatu sumbu horizontal melalui sentroida elemen dan kemudian menentukan momen inersia elemen di sekitar sumbu x dengan menggunakan teorema sumbu-paralel. Integrasi hasil ini akan menghasilkan Ix.

Gbr. 4 Dalam kasus elemen , Gambar 4, lengan-lengan momen

y dan z adalah sesuai untuk formulasi Ix dan Iy (Persamaan 1-1) karena seluruh elemen, dikarenakan ukuran infinietesimanya, berada pada jarak tegak lurus y dan x terspesifikasi dari sumbu x dan y. Aplikasi kasus-kasus ini diilustrasikan dalam contoh-contoh berikut : Contoh 1-1 Tentukan momen inersia luasan persegi empat yang ditunjukkan dalam Gambar 1-5 terhadap (a) sumbu sentroidal x, (b) sumbu x-y dan melalui sentroida C. Penyelesaian (Kasus 1) yang melalui alas persegi empat, dan (c) kutub atau sumbu z yang tegak lurus bidang

Gbr. 5

Bagian (a). Elemen diferensial yang ditunjukkan dalam Gambar 5 dipilih guna pengintegrasian. Karena letak dan orientasinya, seluruh elemen berada pada suatu jarak y dari sumbu x. Di sini perlu diintegrasi dari Karena dA = b dy, maka

Jawab Bagian (b). Momen inersia di sekitar sumbu yang melalui alas persegi empat dapat dicari dengan menggunakan hasil bagian (a) dan dengan menerapkan teorema sumbu-paralel, Persamaan 1-3.

Jawab

Bagian (c). Untuk mendapatkan momen inersia kutub di sekitar titik titik C, kita harus pertama mencari , yang dappat dicari dengan saling menukarkan dimensi b dan h dalam hasil bagian (a), yaitu : Dengan menggunakan Persamaan 1-2, momen inersia kutub di sekitar C denggan demikian adalah : Jawab

Contoh 1-2 Tentukan momen inersia terhadap sumbu x dari luasam sirkular yang ditunjukkan dalam Gambar 6.

Gbr. 6 Penyelesaian I (Kasus 1) Dengan menggunakan elemen diferensial yang ditunjukkan dalam Gambar 1-6a, karena dA = 2x dy, kita peroleh

Jawab ( )

Penyelesaian II (Kasus 2)

Gbr. 7 Bila elemen diferensial yang dipilih sperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7, maka sentroida elemen yang terjadi berada pada sumbu x, dengan memperhatikan bahwa dy = 0, kita peroleh

Dengan integrasi terhadap x diperoleh Jawab

1.5 Momen Inersia untuk Luasan Paduan PROSEDUR ANALISIS Prosedur berikut memberikan metode untuk menentukan inersia suatu luasan paduan di sekitar suatu sumbu acuan. Bagian Paduan. Dengan menggunakan sebuah sketsa, bagilah luasan menjadi bagian-bagian paduannya dan tunjukkan jarak tegak lurus dari sentroida dari tiap-tiap bagian ke sumbu acuan. Teorema Sumbu-Paralel. Momen inersia dari tiap-tiap bagian harus ditentukan di sekitar sumbu sentroidanya, yang parallel terhadap sumbu acuan. Untuk perhitungan gunakan table yang diberikan pada bagian dalam sampul belakang. Jika sumbu sentroida tidk berimpit dengan sumbu acuan, teorema sumbu-paralel, harus digunakan untuk menentukan

momen inersia bagian di sekitar sumbu acuan. Penjumlahan. Momen inersia seluruh luasan di sekitar sumbu acuan ditentukan dengan menjumlahkan hasil-hasil dari bagian-bagian paduannya. Terutama, jika bagian paduan mempunyai rongga (hole), momen inersianya dicari dengan mengurangkan momen inersia rongga dari momen inersia seluruh bagian yang mencakup rongga. Contoh 1-3 Hitunglah momen inersia luasan paduan yang ditunjukkan dalam Gambar 8 di sekitar sumbu x.

Gbr. 8 Penyelesaian Bagian-bagian Paduan. Luasan paduan diperoleh dengan mengurangkan lingkaran pada persegi panjjang seperti ditunjukkan dalam Gambar 8. Sentroida masing-masing luasan terletak pada gambar. Teorema Sumbu-Paralel. Momen inersia di sekitar sumbu x ditentukan dengan menggunakan teorema sumbu-paralel dan data dalam table pada bagian dalam sampul belakang Lingkaran

Persegi Panjang

Penjumlahan. Momen inersia luasan paduan dengan demikian adalah

Jawab 1.6 Perkalian Inersia Sebuah Luasan

Gbr. 9 Umumnya momen inersia sebuah luasan berbeda untuk setiap sumbu terhadap mana dia dihitung. Dalam beberapa aplikasi desain struktur (bangunan) atau mesin kita perlu mengetahui orientasi sumbu-sumbu tersebut yang akan memberi tipa-tiap momen inersia luasan maksimum dan minimum. Untuk menggunakan metode ini, kita harus pertama kali menghitung perkalian inersia luasan juga momen-momen inersianya untuk sumbu x, y tertentu. Perkalian inersia sebuah elemen luasan yang terletak pada titik (x,y), Gambar 9, didefinisikan sebagai dIxy = xy dA. Jadi, untuk seluruh luasan A, perkalian inersianya adalah : (1-7)

Jika elemen luas yang dipilih mempunyai ukuran diferensial dalam dua arah, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1-9, suatu integrasi ganda hharus dilakukan guna mengevaluasi Ixy. Namun, sangat sering lebih mudah memilih elemen yang mempunyai ukuran atau tebal diferensial dalam satu arah saja, dalam hal evvaluasi tersebut hanya memerlukan suatu integrasi tunggal.

Gbr. 10 Seperti halnya momen inersia, perkalian inersia mempunyai satuan panjang yang berpangkat empat seperti, m4, mm4. Namun, x atau y dapat berupa besaran negative, sementara elemen luasan selalu positif, maka perkalian inersia dapat positif, negatif, atau nol, tergantung pada letak dan orientasi sumbu kordinat. Misalnya, perkalian inersia Ixy untuk sebuah luasan akan nol jika salah sumbu x atau y merupakan sebuah sumbu simetri bagi luasan. Untuk menunjukkannya, perhatikan luasan berarsir dalam Gambar 10, untuk setiap elemen dA yang terletak pada titik (x,y) maka ada suatu elemen yang berkaitan dA yang terletak di (x,-y). Karena perkalian inersia untuk elemen-elemen ini, masing-masing adalah xy dA dan xy dA, maka jumlah aljabar atau integrasi semua elemen yang dipilih dalam cara ini akan saling menghapus satu sama lain. Sebagai akibatnya, perkalian inersia untuk suatu luasan total akan nol. Hal itu ada pula dari definisi Ixy bahwa tanda besaran ini bergantung pada kuadran di mana luasan berada. Seperti ditunjukkkan dalam Gambar 1-11, jika luasan diputar dari satu kuadran ke kuadran lain, maka tanda Ixy akan berubah. Teorema Sumbu-Paralel. Perhatikan luasan berarsir yang ditunjukkan dalam Gambar 1-12, dengan x dan y menyatakan pasangan sumbu yang melalui sentroida luasan dan x dna y menyatakan pasangan sumbu parallel yang terkait dengannya. Karena perkalian inersia dA terhadap sumbu x dan y adalah dI xy = (x + dx) = (y + dy) dA, maka untuk seluruh luasan, ( )

Suku pertama pada sebelah kanan menyatakan perkalian inersia luasan terhadap . Integral-integral dalam suku-suku kedia dan ketiga adalah sumbu sentroidal, xy nol karena momen-momen luasan diambil di sekitar sumbu sentroidal. Dengan menyadari bahwa integral keempat menyatakan luas total A, maka hasil akhir dengan demikian adalah (1-8)

Similaritas antara persamaan ini dengan teorema sumber-paralel untuk momen inersia akan dilihat. Terutama, penting bahwa tanda-tanda aljabar dx dan dy dipertahankan ketika menerapkan Persamaan 1-8. Contoh 1-4 Tentukan perkalian inersia Ixy segitiga yang ditunjukkan dalam Gambar 11.

Gbr. 11

Penyelesaian I

Gbr. 12 Elemen diferensial yang mempunyai tebal dx, Gambar 12, memiliki luas dA = y dx. Perkalian inersia elemen di sekitar sumbu x, y ditentukan dengan menggunakan teorema sumbu-paralel.

dengan ( ) menyatakan letak sentroida elemen atau titik asal sumbu x, y. Karena = 0, karena kesimetrisan, dan = x, - y/2 maka ( ) ( ) ( )

Dengan melakukan integrasi terhadapa x dari x = 0 ke x = b diperoleh

Jawab

Penyelesaian II

Gbr. 13 Elemen diferensial yang mempunyai tebal dy, Gambar 13, memiliki luas dA = (b - x) dy juga dapat digunakan. Sentroida terletak pada titik sehingga perkalian inersia elemen menjadi (
( )

( ) 1.6 Momen Inersia Massa Jawab

Merupakan sifat yang menyatakan ukuran resistansi benda terhadap percepatan angular. Karena dia digunakan dalam dinamika untuk mempelajari gerak rotasional, maka untuk perhitungan terhadapnya akan dibicarakan. Kita mendefinisikan momen inersia massa sebagai integral momen kedua di sekitar sumbu dari semua elemen massa dm dayng menyusun benda. Sebagai

contoh, perhatikan benda tegar yang ditunjukkan dalam Gambar 14. Momen inersia benda di sekitar sumbu z adalah (1-9)

Di sini lengan momen r merupakan jarak tegak lurud dari sumbu terhadap elemen sembarang dm. Karena pemformulasian melibatkan r, nilai I unik untuk tiap sumbu z terhadap mana dia dihitung. Namun, sumbu yang umumnya dipilih untuk analisis adalah melalui pusat massa benda G. Momen inersia yang dihitung di sekitar sumbu ini akan didefinisikan sebagai IG. Ingat bahwa karena r dikuadratkan dalam persamaan 1-9, momen inersia massa selalu merupakan besaran positif. Satuan yang biasa digunakan dalam pengukurannya adalah kg.m2

Gbr. 14 PROSEDUR ANALISIS Untuk pengintegrasian, kita hanya akan mmeninjau benda-benda simetrik yang mempunyai permukaan-permukaan yang dihasilkan dengan memutar kurva di sekitar sebuah sumbu. Contoh benda seperti itu yang dihasilakan di sekitar sumbu z ditunjukkan dalam Gambar 14. Jika benda terdiri dari material yang mempunyai rapat massa yang dapat berubah, massa elemental dan benda dapat dinyatakan sebagai . Dengan mensubstitusi dm ke

rapat massa dan volumenya sebagai

dalam persamaan 1-9, momen inersia benda kemudian dihitung dengan menggunakan elemen volume untuk mengintegrasi yaitu Dalam kasus khuusus (1-10)

konstan, suku ini dapat dikeluarkan dari integral dan

pengintegrasian kemudian merupakan suatu fungsi ggeometri murni : (1-11)

Bila volume elemental yang dipilih untuk integrasi mempunyai ukuran diferensial dalam semua kegia arah, misalnua dV = dx dy dz, Gambar 14, momen inersia benda harus ditentukan dengan menggunakan integrasi rangkap tiga. Namun, proses integrasi dapat disederhanakan menjadi integrasi tunggal asalkan volume elemental yang dipilih mempunyai ukuran tebal atau ukuran diferensial hanya dalam satu arah saja, Elemen kulit atau cakram (piringan) sering digunakan untuk tujuan ini. Elemen Kulit. Jika elemen kulir memounyai tinggi c, jari-jari y dan tebal dy dipilih untuk tujuan integrasi, Gambar 1-15b, maka volume dV = (2y) (z) dy. Elemen ini dapat digunakan dalam Persamaan 1-10 atau 1-11 untuk menentukan momen inersia Iz benda di sekitar sumbu z, karena elemen keseluruhan, karena ketipisannya, terletak pada jarak tegak lurus r = y yang sama dari sumbu z. Elemen Cakram. Jika sebuah elemen cakram mempunyai jari-jari y dan tebal dz dipilih untuk integrasi, Gambar 1-15c, maka volume dV = (2y2) (z). Namun, elemen akan berhingga dalam arah radial, dan sebagai akibatnya bagian-bagian tidak semuanya berada pada jarak radial r yang sama dari sumbu z. Sebagai akibatnya, Persamaan 1-10 tidak dapat digunakan untuk menentukan Iz. Bahkan, untuk ditentukan integrasi menggunakan elemen ini, pertama-tama perlu ditentukan momen inersia elemen di sekitar sumbu z dan kemudian mengintegrasi hasil ini.

Contoh 1-5 Tentukan perkalian inersia silinder yang ditunjukkan dalam Gambar 15 di sekitar sumbu z. Rapat massa materialnya konstan.

Gbr.15 Penyelesaian Elemen Kulit. Soal ini dapat diselesaikan dengan menggunakan elemen kulit dalam Gambar 15 dan pengintegrasian tunggal. Volume elemennya dV = (2r) (h), sehingga massanya adalah dm = dV = (2hr dr).

Karena seluruh elemen terletak pada jarak r yang sama dari sumbu z, maka momen inersia elemen adalah

Dengan mengintegrasi di atas seluruh daerah silinder menghasilkan ( )

You might also like