You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Industrialisasi dan urbanisasi makin lekat pada masyarakat. Ini berakibat makin banyaknya masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. Kurangnya adaptasi untuk mengikuti trend itu menjadi masalah baru dalam kehidupan masyarakat. Ketidakmampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan dan frustasi pada sebagian masyarakat, konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur bagi tumbuhnya penyakit mental. Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah. Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul.

Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri,

merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum mahasiswa mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. 2. Tujuan khusus a) Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien gangguan konsep diri : harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut. b) Manggambarkan pengkajian keperawatan pada gangguan konsep diri: harga diri rendah. c) Mendiskripsikan analisa data gangguan konsep diri: harga diri rendah. d) Mendiskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah. e) Mendiskripsikan intervensi dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

C. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan akalah ini meliputi :

BAB I : Pendahuluan terdiri dari : Latar belakang, Tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan dengan masalah utama gangguan harga diri rendah terdiri dari : Tinjauan teori pengertian, etiologi, proses terjadinya masalah, manifestasi klinik, penatalaksaaan, dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan harga diri rendah.

BAB III : Penutup. Terdiri dari : kesimpulan dan saran DAFTARPUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian harga diri rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ). Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung. B. Etiologi Tanda dan gejala harga diri rendah Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah: a) Mengkritik diri sendiri. b) Perasaan tidak mampu. c) Pandangan hidup yang pesimis. d) Penurunan produkrivitas. e) Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

C. Proses terjadinya masalah Berdasarkan hasil riset Malhi 2008, menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang mengharagai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

D. Manifestasi Klinis Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri,

ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita, dan khawatir.

E. Penatalaksaan 1. Penatalaksanaan Keperawatan Menurut Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu : 1) Memberi kesempatan untuk berhasil 2) Menanamkan gagaasan 3) Mendorong aspirasi 4) Membantu membentuk koping

2. Penatalaksanaan Medis 1) Clorpromazine ( CPZ ) Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin. Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin. 2) Haloperidol ( HPL ) Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin. 3) Trihexyphenidyl ( THP ) Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik. Efek samping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.

3. Terapi okupasi / rehabilitasi Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa

kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 ) 4. Psikoterapi Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 ) 5. Terapi psikososial Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.

F. Pengkajian klien dengan gangguan harga diri rendah No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif ada ketika kontak diajak

Mengungkapkan tidak Tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi

mata bicara

Isolasi sosial 1 : diri menarik

Mengungkapkan enggan berbicara

Suara pelan dan tidak jelas Ekspresi kosong

dengan orang lain Klien malu bertemu wajah

dan berhadapan dengan orang lain Gangguan 2 konsep diri : harga

Mengungkapkan ingin Merusak diri sendiri diakui jati dirinya

Merusak orang lain diri dari


6

diri Mengungkapkan tidak Menarik

rendah

ada lagi yang peduli

hubungan sosial mudah

Mengungkapkan tidak Tampak bisa apa-apa tersinggung

Mengungkapkan dirinya tidak berguna

Tidak mau makan dan tidak tidur

Mengkritik diri sendiri

Perasaan malu Tidak nyaman jika

jadi pusat perhatian Mengungkapkan tidak Ekspresi wajah sedih berdaya dan tidak ingin hidup lagi Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas Suara pelan dan tidak Klien malu bertemu jelas Tidak mata Berduka disfungsional bicara ada ketika kontak diajak

dan berhadapan dengan orang lain karena Tampak menangis

diceraikan suaminya

G. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping

individu tidak efektif.

H. Intervensi Keperawatan Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 1. Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. 2. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : 1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis 3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan : 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan : 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2. Beri pujian atas keberhasilan klien 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 1. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif. 1. Tujuan umum : Klien dapat memiliki koping yang efektif. 2. Tujuan khusus : Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas. Kriteria evaluasi: Klien mengungkapkan perasaanya secara bebas. Tindakan : a. Ijinkan klien untuk menangis. b. Sediakan kertas dan alat tulis jika klien belum mau bicara.

c. Nyatakan kepada klien bahwa perawat dapat mengerti apabila klien belum siap membicarakan permasalahannya. Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian yang dihadapi. Kriteria evaluasinya klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian yang dihadapi. Intervensi: a. Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami hal yang sama. b. Tanyakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi perasaan dan masalah. c. Identifikasi koping yang pernah dipakai. d. Diskusikan dengan klien alternatif koping yang tepat bagi klien. Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif. Kriteria evaluasi: klien memodifikasi pola kognitif yang negatif. Intervensi: a. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien. b. Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau substitusi. c. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif. d. Identifikasi ketetapan persepsi klien yang tepat tentang penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. e. Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya. f. Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien. g. Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya dan perubahan yang terjadi. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan dirinya. Kriteria evaluasi: klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan dirinya. Intervensi: a. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawatan yang ingin dicapai. b. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan diri.

10

c. Berikan klien privasi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan. d. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat. e. Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilannya bagus. f. Motivasi klien untuk mempertahankan kegiatan tersebut. Klien dapat memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik. Kriteria evaluasi: klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik. Intervensi: a. Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistik. Fokuskan kegiatan pada saat sekarang bukan pada masa lalu. b. Bantu klien untuk mengidentifikasi area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. c. Identifikasi cita-cita yang ingin dicapai oleh klien. d. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya. e. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan tidak bersalah.

11

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut.

B. Saran a. Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

12

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. EGC

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatandengan-harga-diri.html http://id.scribd.com/doc/100051995/Askep-Harga-Diri-Rendah-2

13

You might also like