You are on page 1of 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang dengan izinNyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pemanfaatan Biji Karet menjadi Tempe (Tempe Balam) . Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mustika Nuramalia, S. TP, M. Pd. sebagai dosen mata kuliah Pengantar Pengolahan Hasil Agroindustri yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta memberikan dukungan kepada kami. Penyusunan makalah dengan judul Pemanfaatan Biji Karet menjadi Tempe (Tempe Balam) ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pengolahan Hasil Agroindustri. Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.

Bandung, Oktober 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

.................................................... 1 .................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan BAB II ISI 2.1 Karet 2.2 Budidaya Karet 2.3 Produksi Karet 2.4 Pemanfaatan Karet menjadi Tempe 2.5 Cara Pengolahan Biji Karet menjadi Tempe (Tempe Balam) 2.6 Kandungan Biji Karet dan Tempe

.................................................... 3 .................................................... 3 .................................................... 4 .................................................... 4 .................................................... 4 .................................................... 5 .................................................... 5 .................................................... 6 .................................................... 15 .................................................... 16 .................................................... 17 .................................................... 18

2.7 Keunggulan Tempe Biji Karet (Tempe Balam) .................................................... 21 BAB III PENUTUPAN 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran .................................................... 22 .................................................... 22 .................................................... 22

LAMPIRAN GAMBAR DAFTAR PUSTAKA

.................................................... 23 .................................................... 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Setiap orang belum tentu mengenal biji keret atau biasa disebut balam,bahkan mengetahui keuntunganya.Yang banyak diketahui masyarakat umum selama ini hanyalah getah karet yang disebut lateks, yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban, karet sandal, dan keperluan lain yang berkaitan dengan karet. Selain getah karet, hasil perkebunan yang sering digunakan adalah kayu dari pohon karet sendiri, kayu basah sebagai bahan pembuatan lantai untuk diekspor keluar negeri sementara kayu yang telah kering kebanyakan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Disisi lain, pohon karet juga menghasilkan buah (klathak).

Biji karet sendiri selama ini digunakan perusahan hanya sebagai benih tanaman tersebut untuk keperluan regenerasi tanaman yang sudah tua, namun ini hanya terjadi dalam jangka waktu puluhan tahun. Karena pohon karet merupakan tanaman tahunan yang dilakukan ketika umur tanaman sudah tua dan tidak produktif lagi. Selama ini buah karet tidak memiliki nilai jual yang tinggi, terbuang sia-sia dan tidak dimanfaatkan. Daerah di sekitar perkebunan karet, ketika masa berbuah datang banyak ditemukan buah karet yang tidak dimanfaatkan dan tercecer di mana-mana. Padahal di daerah Kabupaten Semarang sendiri terdapat perkebunan karet yang luasnya mencapai 100 Ha lebih, serta perkebunan karet yang berada di Daerah Sumartera dan Kalimantan yang berpotensi menghasilkan buah karet yang cukup banyak, namun tidak memiliki nilai jual yang tinggi. Masyarakat di sekitar perkebunan selama ini tidak memanfaatkan biji karet tersebut sebagai sumber pengghasilan yang lain namun kehidupan keseharianya hanya bergantung pada hasil bekerja di perkebunan yang tidak menentu, untuk itu dengan mengolah biji karet dapat meningkatkan penghasilan mereka, sebab buah karet yang belum diolah tidak memiliki harga jual yang tinggi atau dengan kata lain bahan baku murah. Melihat hal tersebut kami mencoba memanfaatkan biji karet yang berserakan dan dibiarkan berserakan dimana-mana dengan mencoba membuat tempe dari bahan tersebut,karena selama ini tempe terbuat dari bahan kedelai yang merupakan bahan makanan tradisional.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimanakah cara memanfaatkan hasil perkebunan karet? 2. Dapatkah biji karet (balam) dijadikan alternatif lain dalam pembuatan tempe ? 3. Bagaimanakah proses pembuatan tempe dari biji karet (balam) ?

1.3 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut : 1. Memanfaatkan biji karet (balam) menjadi tempe. 2. Untuk mengetahui dapatkah biji karet (balam) dijadikan sebagai alternatif lain dalam pembuatan tempe. 3. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan tempe menggunakan balam.

1.4 Sistematika Penulisan Dalam pembuatan makalah ini kami membagi sistematika penulisannya dalam 3 (tiga) BAB yaitu sebagai berikut: BAB I yaitu mengenai Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, dan bagian terakhir dari bab ini adalah Sistematika Penulisan. BAB II yaitu Isi yang mencakup beberapa subjudul yaitu Karet, Budidaya Karet, Produksi Karet, Pemanfaatan Karet menjadi Tempe, Cara Pengolahan Biji Karet

menjadi Tempe (Tenpe Balam), dan Kandungan Biji Karet dan Tempe, hingga Keunggulan Tempe Biji Karet (Tempe Balam). BAB III yaitu mengenai Penutup yang mencakup Kesimpulan dari makalah yang telah dibuat dan Saran.

BAB II ISI

2.1 Karet Karet (Hevea bransilienis Muell. Arg.) termasuk dalam famili Euphorbiaceae, disebut dengan nama lain, rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet pertama kali diperkenalkan orang Indian dari Peru dan dibawa ke Perancis. Karet yang diambil de la Condamine berasal dari jenis Casilloa elastica Cerv. Aublet (1775), termasuk dari 11 spesies yang tergolong karet (Siregar, 2007). Menurut Syamsuri (2004), klasifikasi balam adalah sebagai berikut : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Class : Dikotiledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Species : Hevea bransiliensis Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-1 dan
5

Gambar-2. Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-3. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.

2.2 Budidaya Karet A.Syarat-syarat Tumbuh Setiap tanaman memiliki syarat tersendiri untuk tumbuh. Seperti halnya teh yang hanya dapat tumbuh subur di daerah dataran tinggi. Sama halnya dengan teh, karet juga memiliki syarat tersendiri untuk dapat tumbuh dengan baik. Syarat syarat karet dapat tumbuh dengan baik, yaitu sebagai berikut : a. Tanah Tanah harus gembur Kedalaman antara 1-2 meter Tidak bercadas PH tanah 3,5 7,0
6

Ketinggian tempat anatara 0 400 meter, paling baik pada ketinggian 0 200 meter, setiap kenaikan 200 meter matang sedap terlambat 6 bulan. b. Iklim

Curah hujan minimum 1.500 mm pertahun, jumlah hari hujan 100 150 hari, curah hujan optimum 2.500 4.000 mm.

Hujan selain bermanfaat bagi pertumbuhan karet, ada hubungannya dengan pemungutan hasil, terutama jumlah hari hujan sering turun pada pagi hari

Unsur angin berpengaruh terhadap ; Kerusakan tanaman akibat angin kencang, Kelembaban sekitar tanaman, Produksi akan berkurang.

B. Persiapan Lahan a. Pengolahan Lahan. 1. 2. 3. Penebangan dan pembakaran pohon yang ada pada lahan. Penyacaran lahan dari rumput yang ada. Pembajakan dengan traktor atau penggarpuan / pencangkulan dilakukan 3 kali, dengan tenggang waktu 1 bulan, setelah pembajakan ke 3 lahan dibiarkan 2 minggu baru digaru. b. Pencegahan Erosi 1. Pembuatan teras, baik teras individu maupun teras bersambung di sesuaikan dengan kemiringan lahan. 2. Pembuatan parit dan rorak, parit dibuat sejajar dengan lereng, saluran drainase memotong lereng dan rorak dibuat diantara barisan. 3. Pengajiran, untuk menentukan letak tanaman dan meluruskan dalam barisan dengan cara sebagai berikut : Tentukan arah Timur-Barat (TB) atau Utara-Selatan (US). Ukur pada TB jarak 6 meter atau 7 meter dan 3 meter dari arah US.

4.

Penanaman penutup tanah, kegunaaanya : melindungi tanah dari sinar matahari langsung, erosi, menekan pertumbuhan gulma, dan sebagai media hidup cacing.

C. Penanaman Dalam penanaman karet ada cara - cara tertentu. Cara- cara penanaman karet sebagai berikut : a. Pembuatan lubang tanam dan pengajiran kedua. b. Jarak tanam untuk tanah ringan 45X45X30 Cm, untuk tanah berat 60 X 60 X 40 Cm. c. Lubang dibiarkan satu bulan atau lebih. d. Jenis penutup tanah; Puecaria Javanica, Colopogonium moconoides dan centrosema fubercens,penanaman dapat diatur atau ditugal setelah tanah diolah dan di bersihkan, jumlah bibit yang ditanam 15 20 Kg/Ha dengan perbandingan 1 : 5 : 4 antara Pueraria Javanoica : Colopoganium moconoides dan cetrosema fubercens e. Penanaman ; bibit ditanam pada lubang tanah yang telah dsiberi tanda dan ditekan sehingga leher akan tetap sejajar dengan permukaan tanah, tanah sekeliling bibit diinjak-injak sampai padat sehingga bibit tidak goyang, untuk stump mata tidur mata menghadap ke sekatan atau di sesuaikan dengan arah angin.

D. Pemeliharaan

a. Penyulaman Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus menerus. Tanaman yang mati segera diganti. Klon tanaman untuk penyulaman harus sama. Penyulaman dilakukan sampai unsur 2 tahun. Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya.
8

b. Pemotongan Tunas Palsu Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu, sedangkan tunas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 meter.

c. Merangsang Percabangan Bila tanaman 2 3 tahun dengan tinggi 3,5 meter belum mempunyai

cabang perlu diadakan perangsangan dengan cara : Pengeringan batang (ring out) Pembungkusan pucuk daun (leaf felding) Penanggalan (tapping)

d. Pemupukan Pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu menjelang musim hujan dan akhir musim kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan dibuat larikan melingkar selama 10 Cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10 Cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk.

Dosis Umur (Bulan) Urea Rock Pospat (Rp) Pupuk dasar 23 78 12 18 24 36 48 75 75 100 100 250 275 300 200 150 150 175 175 400 400 400

(gram/pohon) MOP Kleresit

50 50 62 62 150 200 200

50 50 50 50 100 100 100

Cat : Jenis Pupuk dapat diganti asalkan kandungan unsur haranya setara.

e. Pemeliharaan Penutupan Tanah Tabel Waktu Dosis dan Cara Pemupukan Tanaman Penutup Tanah Waktu Saat tanam Dosis 20 Kg Fospat alam atau sesuai dengan berat bibit Cara Pemberian Dicampur dan ditabur bersama-sama dengan biji..

10

Umur 3 bulan

200 300 fosphat alam setiap hektar

diatur dan ditabur, di atur Leguinosa

f. Tumpangsari/Tanaman sela/intercroping Syarat-syarat pelaksanaan tumpangsari : - Topografi tanah maksimum 11 (8%) - Pengusahaan tanaman sela diantara umur tanaman karet 0 2 tahun. - Jarak tanam karet sistem larikan 7 X 3 meter atu 6 X 4 meter. - Tanaman sela harus di pupuk. - Setelah tanaman sela dipanen segera diusahakan tanaman penutup tanah.

E. Te knik Perlindungan Tanaman Dalam dunia pertanian tentu kita perlu melindungi tanaman dari hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian, seperti halnya gagal panen. Gagal panen diakibatkan oleh sebagai berikut : a. Hama Hama adalah perusak tanamam yang berupa hewan seperti serangga, tungga, mamalia dan nematoda. Beberapa jenis yang cukup merugikan yaitu: a) Kutu Lak (Laccifer) Ciri-ciri : Menyerang tanaman karet dibawah 6 tahun. Kutu berwarna jingga kemerahan dan terbungkus lapisan lak. Mengeluarkan cairan madu, membuat jelaga hitam dan bercak pada tempat serangan. Bagian yang diserang ranting dan daun lalu cairannya dihisap sehingga bagian tanaman yang terserang kering. Penyebaran kutu lak dibantu semut gramang.
11

Pengendalian : - Lakukan pengawasan sedini mungkin. - Bila serangan ringan lakukan pengendalian secara mekanais, Fisik dan Biologis - Bila serangan berat, dengan Insektisida Albocinium 2% dan formalin 0,15% ditambah Surfaktan Citrowet 0,025%, penyemprotan interval 3 mg.

b) Pscudococcus Citri Ciri-ciri : - Stadia yang merusak adalah nympha dan imago berwarna kuning muda - Meyerang tanaman yang masih muda seperti ranting dan tangkai daun.

Pengendalian : - Bila serangan berat bisa menggunakan Insektisida jenis metamidofos dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05%-0,1% - Interval penyemprotan 1-2 mg

b. Penyakit Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain. Beberapa jenis yang cukup merugikan antara lain: a) Penyakit Embun Tepung. Penyebab Gejala : - Cendawan Oidium heveae : - Menyerang daun muda lalu merangas
12

berbintik putih dan

Umumnya menyerang setelah musim gugur daun. - Secara mekanis dengan menanam klon yang sesuai , Pengendalian : pemeliharaan yang intensif, sadapan Secara kimiawi dengan belerang circus dosis 3 5 Kg/Ha interval 3 5 hari. penyelarasan beban

b) Penyakit Daun Colletotrichum Penyebab Gejala : - Colletotrichum gloeosporioides : Daun muda cacat dan bercak coklat, ditengah bintik hitam (spora) Penyebab oleh angin dan hujan Pengendalian : - Dengan Fungisida gugur, pucuk gundul daun bercak berwarna putih

c) Penyakit Kanker garis. Penyebab Gejala : - Phytophthora palmivora butl : - Bidang sadapan terdapat garis vertikal berwarna hitam dan bisa masuk sampai kebagian kayu dan kulit membusuk Banyak timbul dimusim penghujan dan kebun yang : - terlampau lembab Makin rendah irisan, kemungkinan infeksi makin besar. : Secara mekanis penjarangan pemangkasan pelindung, penanaman penutup tanah. Pengendalian : - Secara Kimiawi dengan Fungisida (B.a. Kaptofol)

13

d) Penyakit Jamur Upas. Penyebab Gejala : - Cortisium salmonicolor : - Tajuk pada dahan / cabang akan layu sehingga tanaman lemah dan produksi turun. Pengendalian : - Secara kimiawi luka akibat serangan dilumas dengan fungisida bahan aktif tridermof (Calizin Rm 2%).

e) Penyakit Bidang Sadapan Penyebab Gejala : - Ceratocystis Fimbriata : - Menerang kulit bidang sadapan yaitu timbul selaput benang berwarna putih kelabu lalu Pengendalian : Penyebaran melalui spora spora dan pisau sadap Secara mekanis dengan mengurangi kelembaban. Secara kimiawi dengan Fungisida bahan aktif benomil dan Kaptofol

f) Penyakit Cendawan Akar putih. Penyebab Gejala : - Cendawan Fomes Lignosus : - Daun kusam, menguning, layu dan akhirnya gugur Tanaman bila dibongkar pada akar terdapat cendawan berwarna putih kekuningan Secara mekanis saat pembukaan lahan tunggul dan akar harus dibongkar Penanaman 1-2 tahun setelah pembongkaran Tanaman sakit dibongkar lalu dibakar
14

Pengendalian

: -

- Secara kimiawi akar yang terserang dipotong lalu diolesi fungisida.

2.3 Produksi Karet Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Daerah-daerah penghasil karet adalah : a. Alas : DI Aceh b. Asahan : Sumatra Utara c. Banyumas : Jawa Tengah d. Batang : Jawa Tengah e. Deli Serdang : Sumatra Utara f. Gunung Kawi : Jawa Timur g. Gunung Kelud : JawaTimur h. Indragiri : Riau i. Kampar: Riau j. Labuhan Batu : SumavaUtara k. Langkat : Sumatra Utara

l. Peg. Maratus : Kalimantan Selatan m. Priangan : JawaBarat n. Simalungun : SumatraUtara o. Sukabumi : JawaBarat p. Tanah Gayo : DI Aceh q. Tanah Kerinci : Jambi r. Rejang dan Lebong : Sumatra Selatan s. Tapanuli Selatan : Sumatra Utara

15

Umumnya karet digunakan sebagai lateks. Sumber bahan baku industri karet berasal dari perkebunan karet baik Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara maupun Perkebunan Swasta. Pada perkebunan besar negara maupun swasta, bahan baku yang dihasilkan (lateks) biasanya langsung diolah di pabrik sendiri atau dikirim ke pabrik yang seinduk, sedangkan untuk prosesor yang tidak memiliki kebun harus berusaha untuk mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat, baik melalui pembelian langsung ataupun melalui lelang yang diadakan pada waktu-waktu tertentu. Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran gambar, Gambar-4 hingga Gambar-8. Selain itu, terdapat proses pembuatan karet sintetis. Prosesnya dapat dilihat pada lampiran gambar, Gambar-9. Produk yang biasa di hasilkan karet antara lain aneka ban kendaraan (dari sepedah, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk, penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan bahan pembungkus logam. Alat alat rumah tngga dan kantor seperti kursi, lem, perekat barang, selang air, kasur busa serta peralatan menulis, juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya. 2.4 Pemanfaatan Karet menjadi Tempe (Tempe Balam) Biji karet selama ini digunakan perusahan hanya sebagai benih tanaman tersebut untuk keperluan regenerasi tanaman yang sudah tua, namun ini hanya terjadi dalam jangka waktu puluhan tahun. Karena pohon karet merupakan tanaman tahunan yang dilakukan ketika umur tanaman sudah tua dan tidak produktif lagi. Selama ini buah karet tidak memiliki nilai jual yang tinggi, terbuang sia-sia dan tidak dimanfaatkan. Dengan memanfaatkan biji karet menjadi tempe, maka biji karet memiliki nilai jual yang tinggi Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ("ragi tempe"). Selain itu, terdapat pula makanan serupa tempe yang tidak berbahan kedelai yang juga disebut tempe. Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-10.
16

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Terutama kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti daging. Dengan ini sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.

Namun demikian, beberapa negara maju berlomba-lomba membuat varian dan mempatenkan tempe. Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Tempe biji karet menjadi tempe yang biasa disebut tempe blam merupakan salah satu bentuknya. 2.5 Cara Pengolahan Biji Karet menjadi Tempe (Tempe Balam) A. Persiapan alat dan bahan 1. Disiapkan biji karet (balam), lalu dipecahkan biji karet (balam )diambil bagian dalamnya dan buang kulitnya. Kemudian, dicuci bersih. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-11. 2. Disiapkan pula ragi tempe. B. Pelaksanaan Kerja 1. Dituangkan isi biji karet (balam) ke dalam panci dan diberi air secukupnya. Direbus isi biji karet (balam) selama kurang lebih 15 menit. 2. Setelah direbus kurang lebih 15 menit, air yang tersisa didalam panci di buang. Setelah itu diletakkan kedalam keranjang lalu ditiriskan. 3. Dibersihkan isi biji karet (balam) tersebut lalu dicuci sampai bersih. 4. Direndam isi biji karet (balam) selam tiga hari. Air diganti sebanyak tiga kali dalam sehari 5. Setelah direndam selama tiga hari, direbus lagi isi bijij karet ( balam) selama kurang lebih 30 menit.

17

6. Lalu ditiriskan biji karet (balam) hingga benar-benar kering, ditunggu sampai dingin 7. Setelah dingin, ditaburkan ragi tempe. Diaduk rata. 8. Disiapkan plastik dengan ukuran sesuai selera, dimasukkan isi biji karet (balam) ke dalam plastik. 9. Ditutup plastik dengan rapat bisa dilakukan dengan api lilin. 10. Kemudian dilubangi plastik yang telah berisi isi balam dengan menggunakan jarum yang berukuran besar untuk setiap sisi atas dan sisi bawah. 11. Disimpan tempe di dalam lemari dan diberi alas yang memungkingkan adanya sirkulasi udara pada bagian bawah bungkusan tempe. 12. Didiamkan selama kurang lebih 36 jam. 13. Setelah 36 jam tempe siap diolah. Hasilnya tak jauh beda dengan tempe kacang kedelai. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-12.

2.6 Kandungan Biji Karet dan Tempe Dari penelitian mahasiswa MIPA UNTAN diketahui kadar asam sianida (CN) pada biji karet hanya 0,3% sehingga tidak membahayakan untuk dikonsumsi. Di dalamnya justru mengandung nilai gizi yang baik seperti protein (27%), lemak (32%), mineral (2,4%) dan air (9,1%) serta terdapat vitamin (A, B dan E). Coba kita bandingkan dengan kandungan gizi pada kedelai. Protein (34,9%), lemak (14,1%), karbohidrat (34,8%) dan air (8,0%). Jika melihat komposisi tersebut tempe bikar patut diperhitungkan sebagai makanan bergizi. Apalagi menurut Wizna dkk. (2000) kandungan protein biji karet justru meningkat setelah menjadi tempe yakni 30,15% sedangkan kedelai malah turun menjadi 22,41%.

18

Adapun kadar senyawa kimia yang terkandung dalam tempe adalah sebagai berikut : a.Asam Lemak Kandungan lemak pada tempe secara umum sebanyak 18-32%. Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh. b. Vitamin Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). c. Mineral Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh d. Anti Oksidan Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.

19

Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. e. Protein Kandungan protein pada tempe sebanyak 35-45% f. Karbohidrat Kandungan karbohidrat pada tempe sebesar 12-30% g. Air Kandungan air pada tempe sebesar 7 %. Dalam proses pembuatan tempe dari balam, balam dipecah kemudian diambil bagian dalamnya. Selanjutnya balam direbus terlebih dahulu selama kurang lebih 10-15 menit. Proses ini dilakukan untuk membuat biji balam menjadi lebih lunak sehingga mempermudah membuang bagian bakal daun dan kulit ari biji balam. Bagian bakal daun dan kulit ari dibuang dengan alasan menurut Prof Dr Ir Murdijati Gardjito dalam www.kr.co.id (2008), bagian bakal daun mengandung HCN (Asam Sianida). Kemudian balam direndam selama kurang lebih 3 hari dengan penggantian air sebanyak 3 kali dalam sehari. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan racun-racun yang berbahaya bagi tubuh. Selanjutnya balam direbus kembali selama kurang lebih 15 menit agar memudahkan pencampuran balam dengan ragi tempe. Pada tahap akhir balam yang sudah direbus ditiriskan dan dinginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air dalam balam. Hal ini dikarenakan dalam fermentasi tempe nanti akan dihasilkan air sebagai produk sampingan. Jika tidak ditriiskan maka kadar air akan berlebihan sehingga mempercepat proses pembusukan dan tumbuhnya bakteri yang tidak diinginkan (terjadi kontaminasi serta kerja dari Rhizopus sp. tidak maksimal).

20

Pada tahap selanjutnya, balam siap difermentasi menjadi tempe ditaburi ragi dengan perbandingan 1 kg balam/2 gr ragi tempe. Ragi yang digunakan pada pembuatan tempe ini merupakan jamur Rhizopus Sp. Rhizopus Sp. dalam peranan memfermentasikan tempe dibantu oleh enzim amilotik, lipolitik, proteolitik yang akan bekerja menguraikan molekul-molekul. Penguraian ini menghasilkan air yang menghasilkan miselium-miselium (Campbell, 1999). Selanjutnya balam diberi ragi dan diaduk rata, kemudian masukkan ke dalam plastik secukupnya sesuai dengan selera masing-masing. Selanjutnya plastik dilubangi dengan jarum pada sisi atas dan bawah. Hal ini dilakukan untuk membuat sirkulasi udara agar Rhizopus sp. dapat bekerja dengan maksimal. Setelah itu ,simpan di tempat yang bersuhu dingin bila perlu dibalut dengan handuk agar lembab selama 36 jam.Selanjutnya tempe balam siap untuk diolah.

2.7 Keunggulan Tempe Biji Karet (Tempe Balam) Adapun Kelebihan tempe dari biji karet: a) Tempe dari biji karet lebih lembut dari pada tempe dari kedelai. b) Tempe biji karet tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es. c) Tempe biji karet memiliki kandungan gizi diantaranya Karbohidrat 11,02% d) Kandungan protein yang terdapat pada tempe buah karet adalah 5,42% e) Kandungan lemak pada tempe buah karet yaitu 2.06%.

21

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan Biji karet (balam) dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku pembuatan tempe. Balam mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan kedelai. Proses pembuatan tempe dari biji karet (balam) tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan tempe dari kedelai. Hanya saja pada proses pembuatan tempe dari biji karet (balam), biji karet (balam) harus direndam dulu selama beberapa hari untuk menetralisir racun-racun yang masih ada. 3.2 Saran Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, maka kami menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut (uji organoleptik) guna kelayakan untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

22

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar-1 Lateks karet tengah disadap

Gambar-2 Karet lateks

Gambar-4 Gambar-3 Biji Karet Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum)

Gambar-5 Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran sit

Gambar-6 Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran sit

23

Gambar-7 Proses pengasapan karet sit asap dalam kamar asap

Gambar-8 Karet Sit Asap

Gambar-9 Proses Pembuatan Karet Sintetis

Gambar-10 Tempe

Gambar-11 Bagian dalam biji karet yang telah dipaketkan

24

Gambar-12 Tempe Balam

Gambar-13 Biji karet

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Campbell, Reece, Mitchell. 1999. Biology. Jakarta : Erlangga 2. Depdikbud. 2006. Kumpulan Naskah Pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2006. Jakarta : Depdikbud 3. Laning, Vina Dwi. 2007. Makanan Awet dan Lezat. Klaten : Saka Mitra Kompetensi 4. Siregar, A.Z. 2007. Karet yang Elastis dan Dinamis. Medan : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU 5. Sumastri. 2001. Bioteknologi I. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional 6. Sumastri. 2001. Bioteknologi II. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional 7. Syamsuri, Istamar dkk. 2000. Biologi SMU Kelas I. Jakarta : Erlangga. 8. Tim Penulis PS. 1999. Karet : Strategi Pemasaran Tahaun 2000. Budidaya dan Pengolahan, Penebar Swadaya. Bogor.

Internet : 1. http://id.wikipedia.org/wiki/Para_(pohon) 2. www.wikipedia.org 3. http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe. 21/03/2008. Tempe 4. www.kr.co.id. 26/01/2008. RASANYA LEBIH GURIH ; Empuk, Tempe dari Biji Karet. 5. http://id.wikipedia.org/wiki/Karet_sit_asap 6. http://id.wikipedia.org/wiki/Karet 7. http://www.industrikaret.com/mesin-pembentuk-kompon-karet/49-mesinpembuat-kompon-karet. 8. teknologi.kompasiana.com 9. sutrisblogs.blogspot.com 10. ardhana-lubis.blogspot.com 11. http://id.wikipedia.org/wiki/Lateks 12. http://binaukm.com/2010/06/pengolahan-getah-karet-lateks/

26

27

You might also like