You are on page 1of 3

ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER Oleh: Eka Ahmad Feri Jamroni 12.11.6135 10.1. Historitas Pendidikan Karakter 10.1.1.

Latar Belakang Pemikiran Karakter Istilah karakter baru dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan muncul sekitar abad ke-18. Yang menjadi prioritas penilaian adalah nilai-nilai transenden yang diyakini sebagai motor penggerak sejarah, baik individu maupun sosial. Dengan demikian pendidikan karakter merupakan suatu gerakan menuju suatu kesempunaan perilaku manusia sebagai warga, masyarakat, bangsa, dan Negara yang mandiri, tangguh, ulet dan loyal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. 10.1.2. Pendidikan Karakter di Indonesia Jika kita tengok sejarah bangsa kita dan melihat bagaimana awal munnculnya kebangkitan nasional, kita akan menemukan bangsa ini terbentuk bukan karena praksis perjuangan melawan penjajah. Kemerdekaan kita berawal dari sebuah ide dan gagasan. Ide gagasan di mulai dari pencarian mental para pemikir dan cendikiawan Indonesia. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika para pemikir dan cendikiawan mulai berpikir tentang negeri Indonesia dan menjadi tokoh-tokoh pergerakan nasional. Ide dan gagasan bagi mereka bukan konsep yang melayang tetapi sebagai realitas nyata tentang masyarakat tempat mereka hidup. Kesadaran ini baru muncul ketika kita menyadari bahwa bangsa ini tidak sendirian dan ada realitas lain di luar kenyataan kita sekarang yaitu perjumpaan dengan bangsa-bangsa lain. Karakter bangsa tidak akan terwujud jika prasyarat kemerdekaan belum terwujud. Tidak ada bangsa yang bertanggung jawab jika tidak memiliki kemerdekaan. Tidak ada kemerdekaan jika dalam mentalitas bangsa tidak ada semangat merdeka atau kemauan merdeka. Kemauan atau kehendak merdeka tidak akan pernah muncul jika tidak ada rasa kepercayaan terhadap diri sendiri. 10.1.3. Menatap Masa Depan Dunia Pendidikan Adakalanya pendidikan karakter (budi pekerti) menjadi primadona, pelaran khusus dan kemudian menjadi dimensi seluruh mata pelajaran. Sialnya, sejak Indonesia merdeka pendidikan budi pekerti tidak pernah dianggap sebagai pelajaran yang penting untuk diajarkan. Sebagai bukti kuat adalah dalam kurikulum Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi tidak pernah tercantum sama sekali. Jika kita menengok sejarah da menatap jauh ke depan, sesungguhnya Indonesia berada di dalam perahu retak kehidupan yang timpang dalam kancah globalisasi. Tidak Cuma SDA tetapi juga political will dalam pemerintahan sudah semakin carut marut. Mengapa para pemikir bangsa yang menjadi pelopor pergerakkan nasional berhasil melahirkan pemikiran-pemikiran baru bagi sebuah proses pembentukan
1

bangsa. Jawaban tentu saja mereka mempunyai cita-cita kebersamaan menuju kemerdekaan yang hakiki. 10.2. Arti dan Masalah Karakter 10.2.1 Interprestasi Pemahaman Karakter Karakter seseorang kita hanya bisa menilai apakah manusia itu memiliki karakter kuat atau lemah. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja. Sedang orang yang memiliki karakter lemah adalah orang ysng tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Apakah karakter bisa dirubah? Secara struktur antropologis kodrati kita bisa mengatakan bahwa manusia bisa merubah karakternya. Jika tidak, konsep kebebasan yang kita miliki tidak bermakna dan halusinasif. Karakter sesungguhnya bersifat dinamis, oleh karena itu selalu bisa berubah. 10.2.2. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan panduan bagi sekolah dan universitas dalam mengembangkan pendidikan karakter sebagai berikut: 1. Karakter dalam bentuk psikomotorik yang menggerakan seseorang untuk bertindak. 2. Manusia mengkukuhkan karakternya melalui setiap keputusan yang diambilnya. 3. Seseorang yang berproses yang membentuk dirinya menjadi manusia yang baik, juga akan memilih cara-cara yang baik bagi pembentuk dirinya. 4. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. 10.2.3. Metodologi Pendidikan Karakter 1. Mengajarkan Disinilah salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter yaitu mengajarkan nilainilai sehingga anak didik memiliki konsep tentang nilai-nilai perilaku yang dikembangkan dalam kehidupan mereka. Sebab setiap manusia banyak belajar dari pemahaman dan pengertian tentang nilai-nilai yang dipahami oleh para guru dan pendidik dalam setiap interaksi dengan mereka. 2. Memberikan Keteladanan Keteladanan merupakan masalah klasik sepanjang sejarah kehidupan manusia. Ia mampu menjadi sebuah acuan penilaian berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan, khususnya pendidikan karakter. Tumpuan pendidikan karakter tentu saja berada pada pundak seorang guru atau dosen, masyarakat, bangsa dan Negara. 3. Menentukan Sebuah Prioritas Tanpa adanya prioritas yang konkrit, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan tujuan dan tata cara evaluasi pada gilirannya akan memandulkan program pendidikan karakter di sebuah intuisi pendidikan karena tidak akan pernah terlihat adanya kemajuan atau kemunduran. Oleh karena itu, prioritas akan nilai pendidikan karakter harus dirumuskan secara tegas, jelas dan
2

bertanggungjawab menuju sebuah kesempurnaan lembaga pendidikan yang lebih bermatabat dan manusiawi. 4. Refleksi Pemikiran Refleksi pemikiran merupakan kemampuan sadar khas manusiawi. Dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan lebih baik. 10.3. Arti dan Masalah Pendidikan Karakter 10.3.1. Mengajarkan Karakter, Mungkinkah? Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah tindakan dalam sebuah pendidikan. Hal ini bisa terjadi karena struktur antropologis manusia terbuka pada faktor lingkungan lingkungan sehingga memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak ia sadari. Dengan demikian pendidikan senantiasa terarah pada sebuah objek yang disebut dengan manusia dan kemanusiaan. 10.3.2. Urgensi Pendidikan Karakter Situasi sosial bangsa Indonesia akhir-akhir ini memang tidak dapat kita pungkiri sangat mengkhawatirkan dalam berbagai lini kehidupan. Beberapa gambaran dalam dunia pendidikan kita: semakin rendahnya harkat dan martabat manusia, hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, menipisnya rasa solidaritas, semikin merebaknya tawuran antar anak bangsa, plagiarisme karya orang lain, merebaknya gaya hidup hedonism dan matrealisme, lunturnya nilai-nilai pancasila dalam masyarakat. 10.3.3. Tujuan Pendidikan Karakter Secara substansi pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral yang ada dalam lembaga pendidikan. Dengan demikian, dua program paradigma pendidikan karakter merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Pertama, penanaman nilai pada diri pelajar. Kedua, pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu merupakan dua wajah pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan. 10.4. Guru dan Dosen Sebagai Lokomotif Pendidikan Karakter Ketika sang guru mengajar, ia mengajar hanya sebatas dan sesuai dengan garis besar program pengajaran sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum. Tentu saja tidak dapat kita pungkiri yang terjadi kemudian adalah hanya mentransfer ilmu sebagai sebuah tindakan mengajar dengan penyampaian materi pembelajaran. Perkembangan selanjutnya adalah para pelajar diuji melalui proses evaluasi untuk melihat apakah para pelajar dapat menguasai materi yang telah diajarkan. Mendidik tidak hanya sekedar berurusan dengan penyampaian materi pelajaran. Lebih jauh, sang pendidik harus bisa menghadirkan diri mereka secara utuh di hadapan para pelajar sehingga para pelajar merasakan pendidik sebagai sosok istimewa yang memberikan inspirasi dan rasa hormat.

You might also like