You are on page 1of 2

KARAKTERISTIK STRUKTUR TANAH DI BERBAGAI KOTA DI INDONESIA Zahra Haifa/1006772424

Lokasi: Kota Bandung Studi kasus: Daerah dataran tinggi Lembang, Bandung Utara

Deskripsi wilayah Lokasi penelitian berada di kesatuan Pemangkuan Hutan Bandung Utara, BKPH Lembang. Lembang adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Keadaan lapangan di KPH Bandung Utara terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang berbukit-bukit, miring dan bergelombang sampai landai.

Solum Jenis tanah di daerah ini dari utara ke selatan terdiri dari tanah campuran antara bahan yang sangat hancur dengan Mergel (tanah liat krawang) dan andosol. Jenis tanah yang mendominasi ialah Andosol dengan warna coklat kemerah-merahan, mengandung banyak humus dan dan terdapat kandungan pasir gunung (Widiriani 2009: 57) diketahui bahwa tekstur tanah Lembang memiliki komposisi fraksi pasir 34,8%, debu 49,73% dan liat 15,45 %. Berdasarkan persentase tersebut maka kelas tekstur tanah menurut USDA adalah lempung (loam) (Widiriani 2009: 70). Solum tanah umumnya dalam, berwarna coklat sampai hitam, tekstur lempung, struktur remah sampai gumpal halus, konsistensi gembur, drainase baik, dan permeabilitas sedang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh keadaan tanah yang agak bergumpalan, susunan lapisan tanah yang terlihat pada dinding teras ditemukan lubang/pori-pori yang cukup besar dengan tanah yang relatif gembur. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, karakteristik tanah di seputaran Lembang tergolong ke dalam ordo Andisol (dalam sistem klasifikasi taksonomi tanah), atau sepadan dengan jenis Andosol (Widiriani 2009: 56). Berdasarkan pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa solum tanah rata-rata lebih dari 100 cm, bahkan di beberapa lokasi pengukuran mencapai 150 cm lebih (Widiriani 2009: 56). Secara umum tekstur tanah lempung berdebu. Secara kumulatif daerah lokasi pengamatan mempunyai Bulk Density yang sangat rendah (Adam, 2002: 14--19).

Horison Susunan horison pedon ini terdiri dari horison Ap yang sangat tipis (10 cm), dan horison Bt pada kedalaman10 cmsampai 130cm, serta horison peralihan BC pada kedalaman 130-200cm. Hasil pengamatan terhadap warna tanah menunjukkan bahwa horison permukaan (Ap) memiliki warna kelabu kecoklatan (10YR 5/1), sama denganwarna horison Bt bagian atas. Sedangkan bagian bawah Bt, berwarna kelabu sampai kelabu terang kecoklatan (10YR 6/16/2), warna yang sama dijumpai sampai padahorison peralihan BC. Dapat dikatakan bahwa, warna horison Bt dan BC pedon ini dipengaruhi oleh kondisi reduksi dengan dijumpainya air tanah yang dangkal pada kedalaman kurang dari 100 cm. Terdapat karatan berwarna coklat dan merah kekuningan ditemukan pada horison permukaan sampai di bagian tengah horison Bt. Hal tersebut menunjukkan adanya kondisi oksidasi dan reduksi padabagian pedon tersebut, didukung oleh penggunaanlahannya sebagai tadahhujan. Perbedaan warna yang tidak menonjol antara horison permukaan dan bagian atas horison Bt membuat batas horison terlihat berangsur, sedangkan batas horison jelas terlihat pada keseluruhan horison Bt.

Analisis Sebenarnya, tanah Lembang tidak sepenuhnya benar bila dikatakan sebagai tanah yang (secara keseluruhan) subur secara kimiawi. Namun harus diakui, tanah jenis ini cenderung lebih subur secara fisik, karena memiliki tekstur yang halus, dan memiliki berat jenis yang ringan sehingga membuat tanah ini menjadi gembur. Kandungan lembung dan pasir yang cukup tinggi menunjukkan bahwa struktur tanah Lembang memiliki pori drainase dan dapat mengikat unsur hara yang baik. Laju erosi yang tinggi di wilayah ini masih dapat di atasi oleh ketersediaan bahan organik yang cukup tinggi dan solum tanah yang dalam (tanah andisol).

Daftar Acuan Adam, Budiman. 2002. Skripsi: Analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah hutan pada tanaman hutan pinus (Pinus merkusii) kelas umur II, IV, VI, VIII di RPH Cikole dan RPH Lembang BPKH Lembang KPH Bandung Utara unit III Jawa Barat. Jurusan Managemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor: vi+40 hlm. Widiriani, Rachmi. 2009. Disertasi: Model Ecofarming Untuk Mewujudkan Sistem Usaha Tani Berkelanjutan di Lahan Dataran Tinggi Yang Telah Dimanfaatkan Oleh Masyarakat (Kasus di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek) Sekolah Pascasarjana Institut pertanian Bogor: ix+187.

You might also like