Professional Documents
Culture Documents
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia
tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Mulailah dari diri orangtua sendiri, yaitu dengan selalu menyediakan makanan
sehat di rumah, tidak memberikan contoh jajan makanan yang tak sehat semisal
beli makanan gorengan, dan sebagainya. Orangtua pun selalu menjelaskan pada
anak akan pentingnya makanan sehat serta bahayanya makanan tak sehat yang
mengandung pengawet, pewarna dan penambah rasa. Berikan contoh-contoh dari
dampaknya yang bisa anak ketahui. Penjelasan ini tentunya harus dilakukan
berulang-ulang sehingga anak mengerti. Dengan begitu, ia akan terbiasa dan tak
masalah jika tak diberi makanan yang tak dibolehkan.
Bagaimana jika dibuatkan jadwal tertentu? Misal, hanya pada saat weekend saja
atau saat berbelanja bulanan saja, sehingga anak tetap bisa merasakan makanan
tertentu tanpa harus memuasakannya sama sekali. Hal ini boleh saja tergantung
pada kebijakan masing-masing orangtua. Begitu pun bila orangtua
memberlakukan “larangan” secara ekstrem lantaran anaknya mengalami autisma,
misal.
Jadi, orangtua perlu introspeksi diri dan segera mengubah perilakunya yang
merugikan itu. Hendaknya orangtua tidak selalu meluluskan permintaan anak.
Jika ia sudah punya barang yang sejenis/hampir sama dengan yang akan
dibelinya, jelaskan, ia sudah memiliki banyak barang tersebut. Ajarkan pula, ia
boleh membeli sesuatu yang memang dibutuhkannya. Ingatkan anak, semua
yang harus dibeli tentunya menggunakan uang yang didapat dari hasil kerja keras
orangtua. Anak harus bisa menghargainya dengan cara tidak menghamburkan
uang melainkan berhemat. Begitu pun dengan mainan/barang yang sudah
dimilikinya, anak harus bisa menghargainya dengan menjaga baik-baik dan tidak
merusaknya. Bahkan ajari anak untuk membagi barang yang dimilikinya kepada
anak-anak yang kurang beruntung.
Berikan pula pilihan pada anak untuk membeli sesuatu yang diinginkan atau memilih waktu bersama
orangtua, misalnya berenang. Umumnya, anak usia prasekolah—bila dibandingkan anak yang usianya
lebih besar—akan lebih memilih waktu bersama orangtua. Jika bukan itu pilihan anak, maka orangtua
perlu introspeksi diri.
3. Menahan emosi.
Ajari anak mengendalikan emosinya dengan cara paling efektif yaitu pemberian
time-out karena bisa menenangkan emosi anak, Jadi, saat anak dalam kondisi
marah, minta ia masuk ke dalam suatu ruangan. Pilihlah ruang yang nyaman
semisal ruang tidurnya atau lainnya. Diamkan anak dalam ruang tersebut.
Berikan waktu untuk anak mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya.
Lamanya tergantung pada tingkat usia anak, tingkat kemarahan dan juga
kemampuan mengatasinya. Jika anak sampai memberantakkan kamarnya, minta
dia untuk membereskan kembali. Selesai waktu time-out, beri penjelasan pada
anak tentang apa yang jadi harapan dan keinginan orangtua dari sikapnya. Juga
beri pujian atau ajak anak melakukan kegiatan bersama, semisal memasak
bersama.
4. Gosok gigi.
Tak ingin punya anak kecil-kecil sudah rusak giginya, bukan? Maka itu anak harus
diajarkan menjaga kesehatan giginya. Caranya antara lain dengan menyediakan
peralatan gosok gigi dan pasta gigi khusus anak yang menarik. Beri alasan pada
anak mengapa ia harus menggosok giginya setiap pagi sesudah makan dan
sebelum tidur malam. Efektifnya, orangtua memberikan contoh. Siapkan
peralatan gosok gigi sebelum mandi pagi dan lakukan kegiatan gosok gigi
bersama sebelum tidur. Bisa juga dengan menempelkan jadwal di papan. Jika
anak melakukannya maka akan mendapat stiker bintang/kupon kecil.
Stiker/kupon ini bisa ditukarkan dengan reward tertentu bila mencapai jumlah
tertentu. Misal, ditukarkan dengan nonton film di bioskop, buku cerita, dan
sebagainya.
Jika kedua orangtua bekerja, bisa saja pengaruh ini didapat dari kebiasaan
pengasuh menonton sinetron. Tentunya, harus
ada aturan jelas yang ditetapkan bagi orang di
rumah dan diperlukan kerja samanya. Selain
itu, berikan penjelasan pada anak mengapa ia
tidak dibolehkan menonton sinetron dewasa.
Katakan dengan bahasa yang mudah dicerna
dan dimengerti anak, semisal bahwa tontonan
tersebut tidak bagus dan bisa membuatnya
bodoh. Alihkan tontonan anak pada film-film
yang memang khusus untuk seusianya.
Orangtua bisa membelikan VCD atau berlangganan televisi kabel, umpamanya.
Dengan dibiasakan seperti ini anak juga lama-lama tak masalah bila tak
menonton televisi. Juga anak tak merasa suatu keharusan untuk menonton.
Anak perlu memiliki sikap positif dengan mau belajar di jam-jam tertentu.
Memang, anak usia ini belum belajar dalam arti sesungguhnya dan juga belum
mendapat PR dari sekolahnya. Namun dengan dibiasakan belajar di waktu-waktu
tertentu akan mempermudah orangtua saat kelak anak di usia sekolah. Anak
akan terbiasa melakukan kegiatan belajar di jadwal tersebut.
8. Mau membaca.
Tak menutup kemungkinan anak usia ini ada yang sudah bisa membaca.
kalaupun anak belum bisa membaca namun orangtua tetap perlu menanamkan
kebiasaan membaca sejak dini. Orangtua harus memberikan contoh dengan suka
membaca dan membacakan buku cerita atau dongeng sebelum tidur secara rutin
sehingga ada keinginan anak untuk mau bisa membaca sendiri. Bisa juga
orangtua membacakan cerita sambil bermain peran. Lama kelamaan anak akan
mau membaca. Lakukan pula kegiatan belajar membaca sambil bermain yang
bisa orangtua ciptakan secara kreatif.
Yang dimaksud dengan sumber penghidupan manusia adalah: apa yang menjadi
sandaran kehidupannya. Termasuk di dalamnya dimensi waktu dan tempat yang
menjadi pokok kehidupannya. Seperti makan dan minuman, dan hal-hal lainnya yang
menjadi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, dalam Al Quran difirmankan:
"Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan." [An Naba: 11]. Artinya,
tempat untuk mencari penghidupan. Dalam Al Quran juga disebutkan:
"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami
adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan." [Al A'raaf: 10].
kata-kata ma'asy dan ma'iisyah itu maksudnya adalah: apa yang menjadi penopang
kehidupan manusia. [Lisan al Arab, dan Qamus al Musthalahat al Iqtishadiah fi al
Hadharah al Islamiah].
Kata "istikhlaf" --dalam bahasa Arab-- adalah bentuk mashdar. Maknanya adalah:
menjadikan khalifah (pengganti), yang menggantikan dan menjalankan peran yang
diamanatkan dalam kerangka istikhlaf itu.
Ketika Allah SWT hendak menciptakan Adam a.s., Allah memberitahukan kepada
malaikat-malaikat-Nya bahwa Dia akan menjadikannya sebagai khalifah Allah di
muka bumi. Yang bertugas untuk mengemban amanat ilmu, berusaha, menanggung
beban dan responsibilitas, serta membangun bumi itu. Allah SWT berfirman kepada
para malaikat --seperti tertulis dalam Al Quran--:
Pemberian amanat kekhalifahan ini, yang dikehendaki oleh Allah SWT, kepada
manusia di muka bumi, adalah ungkapan yang paling tepat dan paling cocok untuk
menjelaskan tentang kedudukan manusia dalam wujud ini, tentang risalah manusia
dalam kehidupan dunia ini, dan tentang tugas Tuhan yang diemban manusia dalam
perjalanannya di muka bumi ini.
Seseorang yang memberikan suatu tugas perwakilan kepada orang lain untuk
menjalankan sesuatu hal, tentulah ia perlu memberikan batasan tentang tugasnya itu,
batasan wewenang yang ia emban, dan prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan
sebagai batasan kebebasannya dalam menjalankan tugas itu. Tugas kekhalifahan atau
perwakilan yang diemban itu hanya bersifat perantara, tidak mencapai tingkat sang
pemberi wewenang. Juga tidak sampai merendah hingga pada tingkatan seseorang
yang tidak mempunyai kewenangan sama sekali dalam tugasnya itu.
Makna istikhlaf dan kedudukan khalifah (manusia) ini yang menjadi ciri filsafat
pandangan Islam terhadap kedudukan manusia di alam semesta ini (yaitu sebagai
pengemban tugas kekhalifahan dari Sang Pencipta semesta alam) adalah makna yang
tidak dapat dicapai oleh filsafat-filsafat materialis dan peradaban-peradaban yang
dibangun di atasnya. Karena mereka menuhankan manusia, dan menjadikan para
pahlawan mereka sebagai tuhan-tuhan. Atau mereka memanusiakan Tuhan, dan
berpendapat bahwa Tuhan telah merasuk dan telah berfusi dalam diri manusia.
Kesalahan dan penyelewengan terhadap filsafat kekhalifahan dan istikhlaf inilah yang
menjadikan manusia peradaban materialis, baik pada era Yunani-Paganis, atau pada
era Barat-Sekuler, mengumbar kebebasan kemanusiaan mereka dengan sebebas-
bebasnya. Tanpa ada ikatan, batasan, atau ruang lingkup yang diberikan oleh hukum
dari langit. Jika filsafat kekhalifahan dan istikhlaf itu lenyap, lenyap pulalah ikatan,
batasan, prinsip, serta sifat transaksasi dan pendelegasian kekhalifahan itu. Inilah
yang menjadikan kebebasan manusia, dengan pengertian Barat, dan selanjutnya
sistem demokrasi (dalam filsafat Barat) tidak patuh, dalam masalah-masalah
keduniaan, dengan batasan-batasan halal dan haram yang diberikan oleh agama, untuk
membatasi kebebasan manusia dan mengatur urusan-urusan duniawi mereka.
"Hamba bagi Allah SWT semata, dan penguasa bagi segala sesuatu selain Allah
SWT"!É Inilah pemahaman tentang istikhlaf, kekhilafahan dan kedudukan manusia
dalam wujud ini.
PENDIDIKAN KARAKTER:
PARADIGMA BARU DALAM PEMBENTUKAN
MANUSIA BERKUALITAS
(CHARACTER EDUCATION:
NEW PARADIGM TO HUMAN CAPACITY
BUILDING)
Oleh:
Untuk itulah kemudian disusun suatu model baru dalam pendidikan moral yang
berujung pada pendidikan karakter agar penyakit yang berada dalam masyarakat
Amerika maupun negara manapun di belahan bumi ini dapat diobati. Brooks dan
Goble menyarankan dalam bukunya The Case for Character Education agar
sistem pendidikan moral tidak lagi memikirkan tentang nilai-nilai siapa yang akan
diajarkan pada siswa di sekolah, akan tetapi perlu dipikirkan nilai-nilai apa yang
akan diajarkan pada siswa (what values should we teach?). Dia juga
menekankan bahwa agama-agama besar di Amerika telah memiliki kesamaan
dalam hal pendidikan karakter dan mempunyai nilai-nilai luhur yang dapat
ditemukan dalam masing-masing ajaran agamanya:
It is important to note that the authors' recent experience with groups of teachers
in different religious schools has clearly indicated that the various world religions
do have a common set of core values. Work with Muslim, 7th Day Adventist,
Lutheran, Jewish and Roman Catholic educators all resulteed in the generation of
a list of values that were overlapping. All groups listed such values as honesty,
respect, courage, perseverence, responsibility, and caring as common values that
must be taught in their school”
Menurut William Bennett (1991) sekolah mempunyai peran yang amat penting
dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan
pendidikan karakter di rumah. Argumennya didasarkan kenyataan bahwa anak-
anak Amerika menghabiskan cukup banyak waktu di sekolah, dan apa yang
terekam dalam memori anak-anak di sekolah akan mempengaruhi kepribadian
anak ketika dewasa kelak.
Di Indonesia, dimana agama di ajarkan di sekolah-sekolah negeri, kelihatannya
pendidikan moral masih belum berhasil dilihat dari parameter kejahatan dan
demoralisasi masyarakat yang tampak meningkat pada periode ini. Dilihat dari
esensinya seperti yang terlihat dari kurikulum pendidikan agama tampaknya
agama lebih mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak atau
kandungan nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Dilihat dari
metode pendidikan pun tampaknya terrjadi kelemahan karena metode pendidikan
yang disampaikan dikonsentrasikan atau terpusat pada pendekatan otak
kiri/kognitif, yaitu hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal
(memorization) konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan
nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktek perilaku dan penerapan nilai
kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah. Ini merupakan kesalahan
metodologis yang mendasar dalam pengajaran moral bagi manusia. Karena itu
tidaklah aneh jika dijumpai banyak sekali inkonsistensi antara apa yang diajarkan
di sekolah dan apa yang diterapkan anak di luar sekolah. Dengan demikian peran
orangtua dalam pendidikan agama untuk membentuk karakter anak (baca:akhlak)
menjadi amat mutlak, karena melalui orangtua pulalah anak memperoleh
kesinambungan nilai-nilai kebaikan yang telah ia ketahui di sekolah. Tanpa
keterlibatan orangtua dan keluarga maka sebaik apapun nilai-nilai yang diajarkan
di sekolah akan menjadi sia-sia, sebab pendidikan karakter (atau akhlak dalam
Islam) harus mengandung unsur afeksi, perasaan, sentuhan nurani, dan
prakteknya sekaligus dalam bentuk amalan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Karakter
Kilpatrick dan Lickona merupakan pencetus utama pendidikan karakter yang
percaya adanya keberadaan moral absolute dan bahwa moral absolute itu perlu
diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan
benar. Lickona (1992) dan Kilpatrick (1992) juga Brooks dan Goble tidak
sependapat dengan cara pendidikan moral reasoning dan values clarification yang
diajarkan dalam pendidikan di Amerika, karena sesungguhnya terdapat nilai moral
universal yang bersifat absolut (bukan bersifat relatif) yang bersumber dari
agama-agama di dunia, yang disebutnya sebagai “the golden rule”. Contohnya
adalah berbuat jujur, menolong orang, hormat dan bertanggungjawab.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik
sehingga siswa didik menjadi faham (domein kognitif) tentang mana yang baik
dan salah, mampu merasakan (domein afektif) nilai yang baik dan mau
melakukannya (domein psikomotor). Seperti kata Aristotle, karakter itu erat
kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan
dilakukan.
Menurut Wynne (1991) kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to
mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang
yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkaraktek jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa
disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai
dengan kaidah moral.
WAKIL KETUA,
Hari Sabarno, S.IP., M.B.A., M.M.
WAKIL KETUA,
dr. Abdul GafurWAKIL KETUA,
H. Ismail Hasan Metareum, S.H
WAKIL KETUA,
Hj. Fatimah Achmad, S.H.
WAKIL KETUA,
Poedjono Pranyoto
Topics List > Topic:
Database
TAP MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak
Asasi Manusia
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dianugerahi hak dasar yaitu hak asasi, untuk dapat
mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangan
bagi kesejahteraan hidup manusia;
b. bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah
mengamanatkan pengakuan, penghormatan, dan
kehendak bagi pelaksanaan hak asasi manusia dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara;
c. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat
dunia patut menghormati hak asasi manusia yang
termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa serta berbagai
instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi
manusla;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu adanya Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
tentang Hak Asasi Manusia.
Mengingat:
1. Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 18, Pasal 26, Pasal 27,
Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32 dan
Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Pernusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor I/MPR/1983 tentang Peraturan Tata
Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah dan
ditambah terakhir dengan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
I/MPR/I 998.
Memperhatikan:
1. Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 10/PIMP./1998
tentang Penyelenggaraan Sidang Istimewa Majelis
Perrnusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
2. Permusyawaratan dalam Sidang Istimewa Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 10
sampai dengan 13 November 1998 yang membahas
Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia tentang Hak Asasi Manusia yang
dipersiapkan oleh Badan Pekerja Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
I. PANDANGAN DAN SIKAP BANGSA INDONESIA TERHADAP HAK
ASASI MANUSIA
A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar
yang disebut hak asasi. tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya. Dengan hak asasi
tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan. dan sumbangannya
bagi kesejahteraan hidup manusia.
Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. dalam mengembangkan
diri, berperan dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan hidup manusia,
ditentukan oleh pandangan hidup dan kepribadian bangsa.
Bangsa Indonesia menghormati setiap upaya suatu bangsa untuk menjabarkan dan
mengatur hak asasi manusia sesuai dengan sistem nilai dan pandangan hidup masing-
masing. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi dan menerapkan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
Sejarah dunia mencatat berbagai penderitaan. kesengsaraun dan kesen jangan sosial
yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik. ras, warna
kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin. dan status sosial lainnya.
Menyadari bahwa perdamaian dunia serta kesejahteraan merupakan dambaan umat
manusia, maka hal-hal yang menimbulkan pendentuan. kesengsaraan dan kesenjangan
serta yang dapat menurunkan harkat dan martabat manusia harus ditanggulangi oleh
setiap bangsa.
B. LANDASAN
1. Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mer~genai hak asasi manusia
yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya
bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Bangsa Indonesia sebagai anggota Peserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai
tanggung jawab untuk menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) dan berbagai instrumen internasional
lainnya mengenai hak asasi manusia.
1. Sejarah
a. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sitatnya
kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh
siapapun.
b. Masyarakat Indonesia yang berkembang sejak masih sangat sederhana sampai
modern, pada dasarnya merupakan masyarakat kekeluargaan. Masyarakat
kekeluargaan telah mengenal pranata sosial yang menyangkut hak dan kewajiban
warga masyarakat yang terdiri atas pranata religius yang mengakui bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala hak dan kewajibannya; pranata
keluarga sebagai wadah manusia hidup bersama untuk mengembangkan keturunan
dalam menjaga kelangsungan keberadaannya; pranata ekonomi yang merupakan
upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan; pranata pendidikan dan pengajaran
untuk mengembangkan kecerdasan dan kepribadian manusia; pranata informasi dan
komunikasi untuk memperluas wawasan dan keterbukaan; pranata hukum dan
keadilan untuk menjamin ketertiban dan kerukunan hidup; pranata keamanan untuk
menjamin keselamatan setiap manusia. Dengan demikian substansi hak asasi manusia
meliputi: hak untuk hidup; hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan; hak
mengembangkan diri; hak keadilan; hak kemerdekaan; hak berkomunikasi; hak
keamanan; dan hak kesojahteraan.
c. Bangsa Indonesia menyadari dan mengakui bahwa setiap individu adalah bagian
dari masyarakat dan sebaliknya masyarakat terdiri dari individuindividu yang
mempunyai hak asasi serta hidup di dalam lingkungan yang merupakan sumber daya
bagi kehidupannya. Oleh karena itu tiap individu di samping mempunyai hak asasi,
juga mengemban kewajiban dan tanggupg jawab untuk menghormati hak asasi
individu lain, tata tertib masyarakat serta kelestarian fungsi, perbaikan tatanan dan
peningkatan mutu lingkungan hidup.
1. Hak asasi merupakan hak dasar selurnh umat manusia tanpa ada perbedaan.
Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, maka
pengertian hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan
dengan harkat dan martabat manusia.
2. Setiap manusia diakni dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa
membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia, pandangan politik,
status sosial, dan bahasa serta status lain. Pengabaian atau perampasannya,
mengakibatkan hilangnya harkat dan martabat sebagai manusia, sehingga kurang
dapat mengembangkan diri dan peranannya secara utuh.
3. Bangsa Indonesia menyadari baLwa hak asasi manusia bersifat historis dan dinamis
yang pelaksanaannya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
PEMBUKAAN
Bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berperan sebagai
pengelola dan pemelihara alam secara seimbang dan serasi dalam ketaatan
kepadaNya. Manusia dianugerahi hak asasi dan memiliki tanggung jawab serta
kewajiban untuk menjamin keberadaan, harkat, dan martabat kemuliaan kemanusiaan,
serta menjaga keharmonisan kehidupan.
Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. meliputi
hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan. hak
kemerdekaan. hak berkomunikasi. hak keamanan. dan hak kesejahteruan. yang oleh
karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selan jutnya manusia
juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan
kehidupannya dalam masyarakat.
Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman suatu
bangsa terhadap citra. harkat. dan martabat diri manusia itu sendiri. Bangsa Indonesia
memandang bahwa manusia hidup tidak terlepas dari Tuhannya. sesama manusia, dan
lingkungan
Bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui, dan menjamin serta
menghormati hak asasi.manusia orang lain juga sebagai suatu kewajiban. Oleh karena
itu hak asasi dan kewajiban manusia terpadu dan melekat pada diri manusia sebagai
pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu bangsa dan warga
negara serta anggota masyarakat bangsa-bangsa.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, demi terwujudnya masyarakat Indonesia
yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka bangsa Indonesia menyatakan
Piagam Hak Asasi Manusia.
BAB I
HAK UNTUK H1DUP
Pasal 1
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
BAB II
HAK BERKELUARGA DAN MELANJUTKAN KETURUNAN
Pasal 2
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
BAB III
HAK MENGEMBANGKAN DIRI
Pasal 3
Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan da'sarnya uotuk tumbut berkembang
secara layak.
Pasal 4
Setiap orang berhak atas perlindungan dan kasih sayang untuk pengembangan
pribadinya, memperoleh, dan mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas hidupnya.
Pasal 5
Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya, demi kesejahteraan umat manusia.
Pasal 6
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan hal haknya
secara kolektif serta membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
BAB IV
HAK KEADILAN
Pasal 7
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlal hukum yang
adil.
Pasal 8
Setiap orang berhak mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang san hadapan
hukum.
Pasal 9
Setiap orang dalam hubungan kerja berhak mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak.
Pasal 10
Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 11
Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja.
Pasal 12
Setiap orang berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
BAB V
HAK KEMERDEKAAN
Pasal 13
Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 14
Setiap orang berhak atas kebebasan menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
Pasal 15
Setiap orang bebas memilih pendidikan dan pengajaran.
Pasal 16
Setiap orang bebas memilih pekerjaan.
Pasal 17
Setiap orang bebas memilih kewarganegaraan.
Pasal 18
Setiap orang bebas untuk bertempat tinggal di wilayah negara, meninggalkannya, dan
berhak untuk kembali.
Pasal 19
Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
BAB Vl
HAK ATAS KEBEBASAN INFORMASI
Pasal 20
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.
Pasal 21
Setiap orang herhak untuk mencari, rnemperoleh, mcmiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan intormasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.
BAB V11
HAK KEAMANAN
Pasal 22
Setiap orang berhak atas rasa aman dan perlindungan terhadap ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbnat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 23
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan hak miliknya.
Pasal 24
Setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari
negara lain.
Pasal 25
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia.
Pasal 26
Setiap orang berhak ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
BAB VIII
HAK KESEJAHTERAAN
Pasal 27
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin.
Pasal 28
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Pasal 29
Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
Pasal 30
Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan kbusus di masa kanak-
kanak, di hari tua, dan apabila menyandang cacat.
Pasal 31
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
Pasal 32
Setiap orang berhak rnempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 33
Setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layal; bagi kemanusiaan.
BAB IX
KEWAJIBAN
Pasal 34
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pasal 35
Setiap orang wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Pasal 36
Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
BAB X
PERLINDUNGAN DAN PEMAJUAN
Pasal 37
Hak untuk hidup. hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak. hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum. dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non -
derogable).
Pasal 38
Setiap orang berhak bebas dari dan mendapatkan perlindungan terh perlakuan yang
bersifat diskriminatif.
Pasal 39
Dalam pemenuhan hak asasi manusia, laki-laki dan perempuan be mendapatkan
perlakuan dan perlindungan yang sama.
Pasal 40
Kelompok masyarakat yang rentan, seperti anak-anak dan fakir miskin, be
mendapatkan perlindungan lebih terhadap hak asasinya.
Pasal 41
Identitas budaya masyarakat tradisional, termasuk hak atas tanah u dilindungi, selaras
dengan perkembangan zaman.
Pasal 42
Hak warga negara untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi dijamin dan
dilindungi.
Pasal 43
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi man terutama menjadi
tanggung jawab Pemerintah.
Pasal 44
Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Keterangan Artikel
Sumber:
Tanggal: 29 Jun 02
Catatan:
A. Falsafah
B. Pengertian
1. WHO (1959)
2. Ruth B Freeman
Ilmu Keperawatan
Peran serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat
1. Manusia
2. Kesehatan
3. Keperawatan
4. Lingkungan
MANUSIA
KESEHATAN
KEPERAWATAN
LINGKUNGAN
Gambar 2
Paradigma Keperawatan
1. Konsep manusia Manusia
INTELEKTUAL
FISIK
LINGKUNGAN
SOSIAL-BUDAYA
SPIRITUAL
EMOSI
Gambar. 3
Harga diri
Aktualisasi diri
Gambar. 4
4) Dalam merawat
Ciri-ciri:
2. Kesehatan
1) Keturunan
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Lingkungan
SEHAT
OPTIMAL SEHAT NORMAL SAKIT
KEMATIAN
Gambar 5.
Rentang sehat-sakit
3. Keperawatan
4. Lingkungan
C. Asumsi dasar
1. Sistem pelayanan adalah kompleks
2. Pelayanan kesehatan (primer, sekunder dan tertier) merupakan
komponen dari pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan sebagai subsistem pelayanan kesehatan merupakan
hasilproduk pendidikan, riset yang dilandasi praktek.
4. Focus utama Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah primery care.
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat terutama terjadi ditatanan kesehatan
utama.
D. Pandangan /Keyakinan
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dapat
diterima oleh semua orang.
2. Penyusunan kebijaksanaan kesehatan seharusnya melibatkan penerima
pelayanan kesehatan.
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan klien sebagai
penerima pelayanan kesehatan dapat membentuk kerjasama untuk
mendorong dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan
pelayanan kesehatan.
4. Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan penduduk, kelompok,
keluarga dan individu.
5. Pencegahan penyakit sangat diperlukan untuk peningkatan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab individu.
7. Klien merupakan anggota tetap team kesehatan. Individu dalam
komunitas bertanggung jawab untuk kesehatan sendiri dan harus
didorong serta dididik untuk berperan dalam pelayanan kesehatan.
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
F. Ruang Lingkup
1. Promotif
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
e. Olahraga teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Preventif
a. Imunisasi
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan:
4. Rehabilitatif
5. Resosialitatif
G. Sasaran
Individu, keluarga, kelompok dam masyarakat baik yang sehat atau sakit atau
yang mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan
serta ketidakmampuan.
c. Balita tertentu.
e. Penyakit endemis.
1) Ibu hamil
2) Bayi
4) Kasus psikotik.
1) Panti
2) Rutan/lapas
3) Pondok pesantren
4) Lokalisasi/WTS.
1) Karang wredha
2) Karang balita
3) KPKIA
6) Kelompok remaja.
H. Kegiatan
2. Penyuluhan kesehatan
4. Bimbingan
5. Melaksanakan rujukan
6. Penemuan kasus
10. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja
secara team.
J. Pendekatan
Contoh pendekatan yang dapat digunakan:
2. Family approach
3. Case Approach
4. Community approach
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mesekak tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama
(Linda Jarvis)
1. Kemanfaatan
2. Kerjasama
3. Secara langsung
4. Keadilan
5. Otonomi
1. Perawat keluarga
2. Perawat sekolah
4. perawat gerontologi
Perawat keluarga
Perawat gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari
dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat
terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut
untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Kembali