You are on page 1of 17

ANGGARAN DASAR

GERAKAN NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI ( GN-PK ) PEMBUKAAN


Bahwa sesungguhnya sudah menjadi kenyataan kehidupan di setiap negara segala bentuk korupsi sangat merugikan masyarakat dan menyebabkan kerusakan moral yang sangat serius. Korupsi senantiasa berkembang pesat dalam kegelapan penyelenggaraan negara yang berbentuk totaliterisme, otoriterisme dan kediktatoran serta segala bentuk rezim yang membagi kekuasaannya kepada segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Dan di negara Indonesia penyelenggara negara memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang dasar 1945. oleh sebab itu diperlukan persamaan visi, persepsi dan misi dari seluruh penyelenggara negara dan masyarakat sehingga sejalan dengan tuntutan hati nurani masyarakat yang menghendaki terwujudnya penyelenggara negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh, bertanggung jawab, yang dilaksanakan secara efektif, efisien, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bahwa peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan murni dan konsekwen sebagaimana yang diatur dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yunto pasal 8 dan 9 Undang-Undang RI No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yunto pasal 41 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang pelaksanaannya diatur oleh Peraturan Pemerintah RI No. 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyelenggara negara.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 1

Atas berkat rahmat ALLAH Yang Maha Kuasa dan didorong oleh semangat proklamasi 1945 serta keikhlasan yang tulus untuk berperan aktif memberantas tindak pidana korupsi, kami segenap lapisan masyarakat Indonesia yang independen / non partisan tanpa membedakan suku, ras dan agama. Pada hari SENIN, tanggal 23 Agustus 2004 di Jakarta telah menyatukan diri dalam GERAKAN NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI .Sebuah gerakan permanen yang berbadan hukum. (Akta Notaris Royani, SH, No. 11 Tahun 2004). Dan kemudian untuk menjaga gerakan ini murni dan tulus, maka disusunlan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan Kode Etik serta Ikrar yang berlaku dan wajib dijunjung tinggi oleh seluruh anggota Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagai berikut ; BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disingkat GN-PK didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 2004 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Pasal 2 Tempat Kedudukan GN-PK berpusat kedudukan di Ibukota Negara Indonesia dan wilayah kerjanya Meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. BAB II ASAS, SIFAT, LAMBANG, MAKSUD, TUJUAN DAN KEGIATAN Pasal 3 Asas GN-PK berasaskan Pancasila.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 2

Pasal 4 Sifat GN-PK adalah gerakan nasional yang permanen sebagai wadah berhimpun segala lapisan masyarakat Indonesia yang berperan aktif mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi, tanpa membedakan asal suku, ras, agama dan keanggotaannya non partisan partai politik. Pasal 5 Lambang GN-PK berlambang : Cakra dan Timbangan yang di sisi kiri terdapat untaian butir padi dan disisi kanan terdapat untaian kapas, keduanya melingkar berbentuk oval dan diatasnya tertera bintang berwarna emas,sedangkan dibawahnya berbentuk pita merah bertuliskan putih GN-PK. Pasal 6 Maksud dan Tujuan GN-PK mempunyai maksud dan tujuan untuk melaksanakan peran serta masyarakat dalam penyelenggara negara sebagaimana diatur dalam pasal 8 dan 9 Undang Undang RI No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi,dan nepotisme yunto pasal 41 Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yunto Peraturan Pemerintan RI No.68 tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara. Pasal 7 Kegiatan / Usaha-usaha Untuk mencapai maksud dan tujuan, GN-PK dapat bekerja sama dengan/pada Badan-badan lain baik Pemerintah maupun Swasta termasuk badan asing yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama atau hampir sama dengan maksud dan tujuan GN-PK, Serta melaksanakan kegiatan-kegiatan / usaha-usaha sebagai berikut: (1) Melaksanakan hak dan tanggung jawab sebagai warga negara (masyarakat) untuk berperan aktif ikut serta mewujudkan penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dengan mentaati norma hukum dan sosial yang berlaku di masyarakat sebagaimana yamg diamanatkan oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 3

(2) Mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai mitra independen dalam rangka memperkuat jaringan kerja (networking) untuk memberantas tindak pidana korupsi yang perkembangannya terus meningkat, sehingga membawa bencana terhadap bangsa dan negara. (3) Dikarenakan Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada publik atas pelaksanaan tugasnya, maka GN-PK juga melaksanakan fungsi sosial kontrol terhadap lembaga - lembaga negara ini dengan cara mengakses informasi sebanyak mungkin yang selanjutnya diuji dan di klarifikasi, dimana hasilnya di laporkan secara berkala kepada Presiden RI, Pimpinan DPR-RI Dan Badan Pemeriksa Keuangan serta masyarakat luas secara professional dan bertanggung jawab. (4) Menyelenggarakan gerakan pemberantasan tindak pidana korupsi secara nasional dan permanen disemua ruang lingkup penyelenggara negara secara kongkrit yang dimulai dari : himbauan / penyuluhan (pencegahan), mencari, memperoleh dan memberi informasi, menyampaikan saran dan pendapat, menjadi saksi pelapor / saksi / saksi ahli, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Menyelenggarakan diklat, seminar, loka karya, dialog inter aktif, diskusi panel, kursus tentang pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. (6) Menerbitkan surat kabar, tabloid, buku dan barang cetakan lainnya yang berisikan berita, artikel seputar tentang upaya pemberantasan korupsi dan hukum. (7) Pusat informasi, pecegahan dan pemberantasan korupsi. (8) Menyelenggarakan / memberikan penghargaan tingkat nasional dan daerah terhadap orang-orang yang berjasa mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia. BAB III SUSUNAN ORGANISASI DAN KEANGGOTAAN Pasal 8 Susunan Organisasi GN-PK memiliki kelengkapan organisasi sebagai berikut : (1)Ditingkat Pusat, terdiri dari : - Badan Pembina; - Badan pengawas; - Badan/Dewan penasehat/pakar yang terdiri Maksimal 5 orang - Badan pengurus; pimpinan yang terdiri dari :

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 4

Ketua; Wakil Ketua bidang Yudikatif; Wakil Ketua bidang Eksekutif sipil & militer; Wakil Ketua bidang Legislatif; Wakil Ketua bidang Polri dan Kejaksaan; Wakil Ketua bidang BUMN dan BUMD; Wakil Ketua bidang penyuluhan dan Pencegahan korupsi; Wakil Ketua bidang Pengawasan internaldan pengaduan masyarakat; - Sekretaris Jenderal; - Bendahara; - Pelaksana Tugas : para anggota biasa yang dipimpin oleh unsur Pimpinan sesuai dengan bidang masing-masing. (2)Ditingkat Propinsi, terdiri: - Badan penasehat / pakar yang terdiri dari maksimal 3 orang. - Koordinator Propinsi yang terdiri dari : - Ketua; - Wakil Ketua bidang Yudikatif; - Wakil Ketua bidang Eksekutif sipil & milter; - Wakil Ketua bidang Legislatif; - Wakil Ketua bidang Polri dan Kejaksaan; - Wakil Ketua bidang BUMN dan BUMD; - Wakil Ketua bidang penyuluhan dan Pencegahan korupsi; - Wakil Ketua bidang Pengawasan Internal dan pengaduan masyarakat; - Sekertaris; - Bendahara; - Pelaksana tugas : Para anggota madya dipimpin oleh unsur pimpinan sesuai dengan bidangnya masing-masing. (3) Ditingkat Kabupaten / Kota, terdiri dari : - Badan penasehat / pakar yang terdiri dari maksimal 3 orang. - Sub Koordinator Kabupten / Kota, yang terdiri dari : - Ketua; - Wakil Ketua bidang Eksekutif dan Legislatif; - Wakil Ketua bidang Polri, Kejaksaan Dan Pengadilan; - Wakil Ketua bidang Penyuluhan dan Pencegahan korupsi; - Wakil Ketua bidang pengawasan internal dan pengaduan masyarakat; - Sekretaris; - Bendahara; - Pelaksana tugas : Para anggota muda dipimpin oleh unsur pimpinan sesuai dengan bidangnya masing-masing;

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 5

Pasal 9 Keanggotaan (1)Jenis Keanggotaan : Terdiri dari : a. Anggota muda ( keanggotaan ditingkat kabupaten/kota ) b. Anggota madya ( keanggotaan ditingkat propinsi ) c. Anggota biasa ( keanggotaan ditingkat pusat ) d. Anggota kehormatan ( individu yang dianggap berjasa dan atau menaruh perhatian serius dalam memberantas korupsi) e. Anggota Luar Biasa ( LSM, ORMAS,Organisasi Kepemudaan, Organisasi Kemasyarakatan, dan Organisasi lain yang berbadan hukum memiliki visi dan misi sama dengan GN-PK) (2)Syarat-syarat umum anggota : a. Warga negara Indonesia; b. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Sehat Jasmani Rohani. Dan berusia minimal 21 tahun. d. Berijazah Sekurang-Kurangnya SLTA atau sederajat. e. Berkelakuan Baik dibuktikan dengan surat keterangan dari kepolisian. f. Berani, Jujur, Memiliki Integritas moral yang tinggi dan bereputasi baik. g. Tidak menjadi pengurus partai politik. h. Membuat biodata pribadi dan pernyataan mau dan mampu bergabung dalam GN-PK secara sukarela. i. Mengisi formulir dan membaca serta menandatangani ikrar (3) Syarat-syarat khusus anggota Muda : a. Berdomisili di kabupaten / Kota yang bersangkutan. b. Mengikuti Diklat Khusus tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang diselenggarakan oleh GN-PK koordinator provinsi dan dinyatakan LULUS. (4) Syarat-syarat Khusus anggota Madya : a. Berusia minimal 25 tahun dan berdomisili di wilayah Propinsi yang bersangkutan. b. Mengikuti Diklat Khusus tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang di selenggarakan oleh GN-PK koordinator provinsi dan dinyatakan LULUS. (5)Syarat-syarat Khusus anggota Biasa : a. Berusia minimal 30 tahun. b. Berijasah minimal S-1 dari berbagai disiplin ilmu. c. Mengikuti Diklat Khusus tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang diselenggarakan oleh GN-PK tingkat pusat.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 6

(6) Kewajiban seluruh jenis keanggotaan : a. Dengan ikhlas dan kesadaran tinggi mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, Kode Etik dan Ikrar serta keputusan-keputusan GN-PK. b. Menjaga/menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan GNPK c. Menjalankan dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, bertanggung jawab tugas dan fungsinya sebagaimana diatur dalam UU No. 28 tahun1999 jo UU No.31 tahun 1999 Peraturan Pemerintah No 68 tahun 1999. (7)Hak seluruh jenis keanggotaan, kecuali anggota kehormatan: a. Hak memilih dan dipilih dalam pengisian struktur kelengkapan organisasi di masing-masing tingkatan sesuai dengan jenis keanggotaannya. b. Hak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan kewajibannya. c. Hak mengemukakan pendapat dan pertanyaan dalam rapatrapat di masing-masing tingkat kepengurusan. d. Berhak memiliki kartu anggota dan memakai lencana atribut GNPK (8)Sangsi seluruh jenis keanggotaan : a. Teguran lisan atau tulisan. b. Pemberhentian sementara. c. Pemberhentian sebagai anggota. d. Pemberhentian sebagai pengurus. Pengambilan keputusan menentukan sanksi organisasi dilakukan dalam rapat pleno pimpinan setelah mendengar laporan wakil ketua bidang pengawasan internal dan pengaduan masyarakat yang terlebih dahulu wajib melakukan pemeriksaan / klarifikasi terhadap anggota yang bersangkutan. BAB IV TATA CARA PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN BADAN PEMBINA, PENGURUS DAN PENGAWAS Pasal 10 Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian badan pembina (1) Yang dapat diangkat menjadi pembina adalah : perseorangan sebagai pendiri GN-PK dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat badan pembina dinilai mempunyai dedikasi tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan GN-PK.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 7

(2) Pemberhentian pembina dapat dilakukan apabila yang bersangkutan terbukti melakukan pelanggaran AD/ART, Peraturan organisasi, Kode etik dan ikrar GN-PK dalam persidangan Dewan Kehormatan ad-hoc. dan di sahkan dalam rapat pleno Badan Pembina. (3) Penggantian pembina hanya dapat dilakukan apabila GN-PK tidak memiliki pembina sama sekali, dan kekosongan pembina harus diisi paling lambat 30 hari sejak tanggal kekosongan itu terjadi malalui mekanisme khusus yaitu rapat pleno gabungan pengurus dan pengawas yang dituangkan dalam surat keputusan pengurus. Pasal 11 Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Badan Pengurus (1) Pengangkatan dan atau pengesahan sebagai pengurus baru dapat dilakukan oleh Badan Pembina setelah melalui proses Munas dan atau Munaslub, terkecuali untuk kepengurusan yang pertama kali. Pengurus dapat diberhentikan apabila yang bersangkutan tidak memenuhi syarat menjadi anggota GN-PK dan atau terbukti melanggar AD/ART, Peraturan Organisasi, Kode Etik dan Ikrar dalam persidangan Dewan Kehormatan ad-hoc dan disahkan dalam rapat pleno Badan Pembina. Penggantian Badan Pengurus dapat dilakukan melalui proses penggantian antar waktu dengan mengadakan rapat pleno pengurus yang hasilnya disahkan oleh Badan Pembina serta diberitahukan secara resmi kepada Menteri Kehakiman dan Instansi terkait. Pasal 12 Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Badan Pengawas (1) Pengangkatan pengawas dilakukan oleh badan pembina dalam rapat pleno, setelah membaca rekomendasi rapat pleno pengurus. Pengawas dapat diberhentikan oleh rapat pleno Badan Pembina sewaktu-waktu, apabila yang bersangkutan terbukti tidak menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengawas.

(2)

(3)

(2)

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 8

(3)

Pemberhentian pengawas dapat dilakukan oleh Pembina dalam rapat plenonya, setelah membaca rekomendasi rapat pleno pengurus. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN BADAN PEMBINA, PENGURUS DAN PENGAWAS Pasal 13 Hak dan Kewajiban Badan Pembina

Hak dan Kewajiban Badan Pembina, sebagai berikut : a. b. c. d. e. Mengesahkan Perubahan Anggaran Dasar. Mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Pengurus. Mengangkat dan Memberhentikan Pengawas. Mengesahkan program kerja. Menetapkan keputusan penggabungan dan atau pembubaran GNPK setelah membaca rekomendasi Munas dan atau Munaslub. Pasal 14 Hak dan Kewajiban Pengurus Hak dan Kewajiban Pengurus, sebagai berikut : a. Melaksanakan AD/ART, Keputusan Badan Pembina Munas Munaslub . b. Melaksanakan keputusan Badan Pengawas, Rapat pleno Pengurus. c. Membuat Program Kerja. d. Membuat evaluasi hasil kerja. e. Mengangkat dan memberhentikan Pegawai GN-PK. f. Mengelola sumber dana sesuai dengan Program kerja. Pasal 15 Hak dan Kewajiban Pengawas Hak dan Kewajiban Pengawas, sebagai berikut : a. Dapat memberhentikan sementara anggota Pengurus dengan alasan jelas. b. Memberikan nasehat, teguran, arahan, dan saran kepada pengurus. c. Melakukan pengawasan terhadap Pengurus.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 9

BAB VI KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 16 Kuorum (1) Musyawarah dan atau rapat dinyatakan mencapai kuorum dan dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua per tiga (2/3) jumlah peserta yang diundang secara sah. Apabila kuorum tidak dicapai, maka musyawarah dan atau rapat ditunda : a. Untuk musyawarah untuk selama-lamanya 24 jam b. Untuk rapat selama-lamanya 2 jam. apabila sesudah penundaan musyawarah dan atau rapat belum juga mencapai kuorum, maka musyawarah dan atau rapat tetap dapat dilaksanakan dan seluruh keputusannya adalah sah dan mengikat organisasi maupun anggota. Khusus yang menyangkut keputusan musyawarah tentang pemilihan pimpinan, penyempurnaan dan atau penyempurnaan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, Kode Etik dan Ikrar GN-PK, dinyatakan mencapai kuorum dan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya dua per tiga (2/3) dari jumlah peserta dan tidak ada penundaan waktu. Pasal 17 Pengambilan Keputusan (1) (2) Semua keputusan yang diambil dalam musyawarah dan atau rapat didasarkan atas musyawarah mufakat. Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dari jumlah peserta yang hadir. Khusus pemilihan pimpinan berdasarkan suara terbanyak dari peserta yang hadir dan memiliki hak suara. Keputusan untuk perubahan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, hanya sah berdasarkan persetujuan tertulis Badan Pendiri. Keputusan Untuk pembubaran GN-PK hanya dapat diambil dalam Musyawarah Nasional yang khusus untuk itu dengan persetujuan mutlak dari peserta Musyawarah yang wajib memenuhi kuorum. Dan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari Badan Pendiri.

(2)

(3)

(4)

(3)

(4)

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 10

BAB VII TATA CARA PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 18 Musyawarah Nasional (1) Musyawarah Nasional disingkat MUNAS, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi apabila terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari Badan Pendiri. Tugas dan Wewenang Munas adalah : a. Menetapkan dan mengesahkan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. b. Menetapkan program umum dan kebijakan organisasi . c. Memutuskan berbagai persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh pimpinan pusat GN-PK. d. Memberikan penilaian obyektif atas pertanggung jawaban pimpinan pusat GN-PK. e. Memilih dan menetapkan Komposisi pimpinan pusat GNPK Peserta Munas terdiri dari : a. Utusan resmi GN-PK Provinsi sebanyak 5 (lima) orang dengan membawa mandat dan setiap orang mempunyai 1 (satu) hak suara (dipilih/memilih) dan hak bicara yang sama. b. Pimpinan Pusat GN-PK, setiap orang mempunyai 2 (dua) hak suara (dipilih/memilih) dan hak bicara yang sama. c. Badan pendiri GN-PK, setiap orang mempunyai 3 (tiga) hak suara (dipilih/memilih) dan hak bicara yang sama. d. Para peninjau yang terdiri dari : Badan Penasehat, Dewan Pakar, anggota Kehormatan, Pejabat Negara, Aparatur Penegak Hukum dan tokoh masyarakat tingkat nasional serta akademisi.

(2)

(3)

(4)Munas dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab GN-PK tingkat pusat. Pasal 19 Musyawarah Nasional Luar Biasa (1) Musyawarah Nasional Luar Biasa Disingkat Munaslub diadakan untuk menyelesaikan masalah-masalah khusus dan mendesak ditingkat pusat / Nasional yang tidak bisa diselesaikan oleh tingkat munas. Mengenai masalah khusus dan mendesak, ditetapkan oleh rapat pleno ditingkat pusat.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 11

(2) (3) (4) (5) (6) (7)

Munaslub dapat juga digelar atas permintaan sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota GN-PK tingkat propinsi yang ada. Tata cara Munaslub sama dengan tata cara Munas dan dilaksanakan/menjadi tanggung jawab GN-PK pusat. Kedudukan dan keputusan Munaslub memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kedudukan dan keputusan munas. Hak-hak pesertas Munaslub sama dengan hak-hak peserta munas. Didalam munaslub tidak ada peninjau. Munaslub dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab GNPK pusat. Pasal 20 Rapat Kerja Nasional

(1) (2)

(3) (4)

Rapat Kerja Nasional disingkat Rakernas yang merupakan forum tertinggi tingkat pusat dibawah munas. Mengevaluasi, Menginventarisasi, mencari pemecahan mengenai masalah-masalah yang timbul dari kebijakan pelaksanaan program organisasi yang tidak bisa diselesaikan dalam rapat pleno GN-PK pusat. Peserta rakernas adalah Pimpinan dan anggota GN-PK pusat, Ketua GN-PK provinsi dan Badan Penasehat / Pakar serta Badan Pendiri. Rakernas dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab GNPK pusat. Pasal 21 Rapat Pleno Pusat

(1) (2)

(3)

(4)

Menetapkan kebijakan organisasi berpedoman pada keputusankeputusan Munas, Munaslub dan Rakernas. Mengevaluasi secara berkala terhadap kebijakan operasional organisasi serta menyusun program kerja / kegiatan dalam pelaksanaan program sesuai dengan tujuan pendirian GN-PK. Memeriksa, Memutuskan dan memberikan sangsi organisasi bagi anggota dan pengurus GN-PK pusat. GN-PK Propinsi, GNPK Kota/Kabupaten setelah mendengar/membaca rekomendasi hasil pemeriksaan wakil ketua bidang pengawasan internal dan pengaduan masyarakat. Peserta rapat pleno pusat adalah unsur pimpinan GN-PK pusat.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 12

Pasal 22 Rapat Harian Pusat (1) (2) Rapat Harian Pusat adalah merupakan rapat pimpinan yang membahas masalah- masalah rutin yang bersifat teknis operasional pelaksanaan tugas organisasi. Peserta Rapat Harian Pusat adalah unsur pimpinan pusat. Pasal 23 Musyawarah Daerah Propinsi (1) Musyawarah Daerah Provinsi disingkat Musda Provinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi tingkat provinsi.dimana hasil musda ini baru berlaku setelah mendapat prngesahan GN-PK pusat. Menetapkan program kerja lokal organisasi yang merupakan tindak lanjut dari program kerja GN-PK pusat. Memberikan penilaian dan keputusan terhadap pertanggung jawaban GN-PK tingkat provinsi, yang sebelumnya berkonsultasi pada GN-PK pusat. Memilih dan menetapkan Komposisi Pimpinan Koordinator GNPK tingkat provinsi yang pengesahannya dilakukan oleh pimpinan GN-PK pusat. Peserta musda provinsi dan hak suara berpedoman / disesuaikan dengan pasal 11 Anggaran dasar ini. Musda provinsi dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab GN-PK provinsi. Pasal 24 Musyawarah Daerah Luar Biasa Propinsi (1) Musyawarah luar biasa daerah provinsi disingkat Musdalub provinsi yang mengacu dan menyesuaikan dengan pasal 12 Anggaran Dasar ini. Musdalub provinsi dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab GN-PK provinsi. Pasal 25 Rapat kerja Daerah Rapat Pimpinan Koordinator Daerah dan Rapat Harian Provinsi Seluruh jenis rapat-rapat ini wajib berpedoman dan menyesuikan dengan ketentuan pasal 20, 21 dan 22 Anggaran Dasar ini.

(2) (3)

(4)

(5) (6)

(2)

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 13

Pasal 26 Musyawarah Daerah Kota / Kabupaten (1) Musyawarah Daerah Kota / Kabupaten disingkat Musda Kota/Kabupaten, merupakan kekuasaan tertinggi organisasi ditingkat Kota/Kabupaten. Dimana hasil Musda ini sah dan berlaku apabila Musda ini disahkan oleh GN-PK provinsi dan diketahui GN-PK pusat. Menetapkan program kerja lokal organisasi yang sinergi / tindak lanjut dari program kerja GN-PK Provinsi dan Pusat. Memberikan penilaian dan keputusan terhadap pertanggung jawaban GN-PK tingkat Kota / Kabupaten, yang sebelumnya berkonsultasi dengan GNPK Provinsi. Memilih dan Menetapkan Komposisi Pimpinan GN-PK Kota / Kabupaten yang pengesahannya dilakukan oleh GN-PK pusat berdasarkan rekomendasi dari GN-PK provinsi. Peserta Musda Kota / Kabupaten terdiri dari : a. Unsur Pimpinan dan Anggota GN-PK Kota / Kabupaten. Setiap orang memiliki hak yang sama. b. Badan / Dewan Pakar GN-PK Kota / Kab (memiliki suara yang sama). c. Para peninjau yang terdiri dari Tokoh Masyarakat tingkat Kota/Kabupaten, Akademisi dari Perguruan Tinggi setempat, Aparatur Penegak Hukum, Pemda dan Undangan Lainnya yang ditetapkan oleh GN-PK Kota/Kab. Pasal 27 Musyawarah Daerah Luar Biasa Kota / Kabupaten (1) Musyawarah Luar Biasa Daerah Kota / Kabupaten disingkat Musdalub Kota / Kabupaten yang wajib mengacu dan berpedoman/menyesuaikan dengan Pasal 12 Anggaran Dasar ini. Musdalub Kota / Kabupaten dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab GN-PK Kota / kabupaten.

(2) (3)

(4)

(5)

(2)

Pasal 28 Rapat Kerja, Rapat Pimpinan,Rapat Harian Kota / Kabupaten Seluruh jenis rapat-rapat ini wajib berpedoman dan menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 20, 21 dan 22 anggaran Dasar ini.

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 14

BAB VIII KEKAYAAN Pasal 29 Kekayaan / Sumber Dana Kekayaan / Sumber Keuangan dari GN-PK ini diperoleh dari : a. Bagian Kekayaan yang telah dipisahkan dari kekayaan pendiri pada waktu mendirikan GN-PK ini yaitu sebesar : Rp 5.000.000,(lima juta rupiah). b. Iuran Anggota dan sumbangan sukarela Badan Pembina dan Badan Pengawas. c. Bantuan dari orang dan badan hukum yang tidak mengikat serta tidak mempunyai hubungan langsung / tidak langsung dengan perkara korupsi, kolusi dan nepotisme yang sedang dan akan serta sudah ditangani GN-PK. d. Bantuan Resmi Pemerintah Pusat dan Daerah. e. Hibah, Wasiat dan Sumbangan tetap / tidak tetap. f. Dan hasil usaha-usaha lain yang sah. Pasal 30 Cara Penggunaan Dana / Kekayaan (1) (2) Pimpinan GN-PK disetiap organisasi bertanggung jawab atas dana serta pengelolaan kekayaan masing-masing. Apabila GN-PK bubar, maka badan pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan dan apabila masih terdapat sisa kekayaan setelah likuidasi,maka akan disalurkan untuk kepentingan amal jariah. BAB IX PEMBUBARAN DAN PENGGABUNGAN Pasal 31 Pembubaran GN-PK, akan bubar apabila : a. Maksud dan tujuannya tercapai. b. Berdasarkan keputusan Pengadilan kekuatan hukum tetap. Pasal 32 Pengabungan (1) Usul penggabungan GN-PK hanya dapat dilakukan oleh Pengurus Pusat kepada Badan Pembina,yang terlebih dahulu melalui proses munas dan atau munaslub.

yang

telah

mempunyai

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 15

(2)

Penggabungan GN-PK hanya bisa diusulkan dengan alasan : a. Ketidak mampuan melaksanakan kegiatan b. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya harus sejenis dan mengakibatkan yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar. BAB X ATURAN TAMBAHAN Pasal 33

Hal-hal lain yang belum diatur dalam anggaran dasar ini, akan diatur dalam anggaran rumah tangga yang tidak boleh bertentangan dengan anggaran dasar ini. BAB XI KETENTUAN PENUTUPAN Pasal 34 Perubahan dan Pengesahan Anggaran Dasar (1) (2) Perubahan Anggaran Dasar hanya sah dilakukan oleh keputusan rapat Badan Pembina,setelah melalui proses munas dan atau munaslub dan dituangkan dalam akta notaris. Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan untuk pertama kalinya ditetapkan & disahkan oleh Badan Pendiri dalam bentuk akta notaris Royani,Sarjana Hukum Nomor 11 pada tanggal 23 Agustus 2004.
Ditetapkan dan disahkan : di Jakarta Pada hari Senin, tanggal : 23 Agustus 2004 BADAN PENDIRI GERAKAN NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (GN-PK) Ketua, TTD Prof. DR.H.Soekarno, MPA,Phd GN-PK. 04.11.0000 Untuk SALINAN yang sah Sesuai dengan aslinya SEKRETARIS JENDERAL TTD H. Muhammad Ridwan,SH. GN-PK. 04. 02. 1164

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 16

Fail : Anggaran Dasar Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( GN-PK )

hal - 17

You might also like