You are on page 1of 22

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD muali diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947). Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk membandingkannya dengan ejaan sekarang, perhtaikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut ini.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) (mulai 16 Agustus 1972) khusus Jumat yakni Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) (1947-1972) chusus Djumat Jakni Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947) choesoes Djoemat jani

2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
1) Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu (1) abjad

(4) pemenggalan (5) nama diri,

(2)vokal (3)konsonan

2) Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya

yang meliputi (1)huruf kapital (2)huruf miring


3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya

berupa
(1) kata dasar (2) kata turunan

(6) kata depan di, ke, dan dari (7) kata sandang si, dan sang (8) partikel (9) singkatan dan akronim (10) angka dan lambang bilangan.

(3)kata ulang (4)gabungan kata


(5) kata ganti kau, ku, mu, dan nya

4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan,

terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.

5) Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas

tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah (1)Tanda titik (.) (2)Tanda koma (,) (3)Tanda titik koma (;) (4)Tanda titik dua (:) (5)Tanda hubung (-) (6)Tanda pisah (--) (7)Tanda elipsis () (8)Tanda tanya (?) 2.3 Pemakaian Huruf 1) Abjad, Vokal dan Konsonan Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut. Perhatikan lafal setiap huruf. Huruf Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Lafal [a] [be] [ce] [de] [e] [ef] [ge] [ha] [i] Huruf Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Lafal [je] [k] [el] [em] [en] [o] [pe] [ki] [er] Huruf Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz Lafal [es] [te] [u] [fe] [we] [eks] [ye[ [zet] (9) tanda seru (!)

(10) tanda kurung (()) (11) tanda kurung siku ([ ]) (12) tanda petik ganda () (13) tanda petik tunggal () (14) tanda garis miring (/) (15) tanda penyingkat ()

Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang : kh ng ny seperti dalam kata seperti dalam kata seperti dalam kata khusus, akhir ngilu, bangun nyata, anyam

sy

seperti dalam kata

syair, asyik

setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu, kh, ng, ny, sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan). Contoh : akhir = vkvk ngilu = kvkv syair = kvkv anyam = vkvk

Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun jumlah huruf dalam setiap kata ada lima, namun jumlah v dan k untuk setiap kata hanya empat. Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutanharus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini. Contoh pemakaian dalam kata Di Awal Di Tengah ain Syaitan aula Saudara boikot

Huruf diftong Ai Au Oi

Di Akhir Pandai harimau amboi

Jika vokal berurutan ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama dengan huruf aslinya, vokal beruntun itu bukan diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan diftong adalah yang terdapat dalam kata berikut. mulai namai bau mau dilafalkan dilafalkan dilafalkan dilafalkan [mulai] [namai] [bau] [mau] bukan [mulay] bukan [namay] bukan [baw] bukan [maw]

dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia, pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia. Singkatan Lafal yang benar Lafal yang salah

AC ACC CV MTQ RCTI TV TVRI WC

[a-ce] [a-ce-ce] [ce-fe] [em-te-ki] [er-ce-te-i] [te-fe] [te-fe-er-i] [we-ce]

[a-se] [a-se-se] [se-fe], [si-fi] [em-te-kyu] [er-se-te-i] [ti-fi] [te-fi-er-i] [we-se]

Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan itu harus mengikuti aturan pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak dilafalkan dalam bahasa asing lainnya.
2.4 Pemenggalan Kata 1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya : au-la sau-da-ra am-boi bukan bukan bukan a-u-la sa-u-da-r-a am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir. c. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya :

man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makhluk d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. misalnya : in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las 2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. misalnya : Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah catatan : a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V,

pasal E, ayat 1 ) c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. misalnya : te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi 3) Jika suatu kata terdiri dari atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a,1b,1c dan 1d di atas. misalnya : (bio-grafi, bi-o-gra-fi), (foto-grafi, fo-to-gra-fi), (intro-speksi, in-tro-spek-si).

2.5 Nama Diri Cara penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat, jalan, sungai, gunung, dan nama lainnya) harus mengikuti EYD, kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah. Contoh pemakaian biasa : Rumahnya di Jalan Pajajaran No.5. Ia berkantor di Jalan Budi Utomo.

Contoh pemakaian dengan pertimbangan khusus : Pamanku dosen Institut Agama Islam Banten, Serang Perkumpulan Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908. Untuk penggunaan huruf x berlaku ketentuan khusus sebagai berikut.
(1) Untuk penulisan nama diri, unsur kimia, istilah ilmu pengetahuan, dan lambang

dalam matematika, lambang huruf yang dipakai adalah x. Misalnya ; Alex, Mexico, Texas (nama diri) Xenon, xantat (nama unsur kimia) Sinar-x, (istilah ilmu pengetahuan ) X1, x2, (lambang dalam matematika) (2) Untuk penulisan kata-kata biasa yang bukan nama diri, lambang huruf yang dipakai adalah ks. Perhatikan penulisan dibawah ini. Penulisan yang salah export extra complex taxi telex Penulisan yang benar ekspor ekstra kompleks taksi teleks

Selain ketentuan diatas, untuk menulis nama orang berlaku ketentuan khusus. Penulisan nama seseorang harus mengikuti kebiasaan orang yang empunya nama kendatipun hasil penulisannya menyalahi EYD. Karena itulah ketentuannya disebut ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk menulis nama orang yang diafalkannya [yudi], penulisannya bisa lebih dari sepuluh macam dan semuanya sah adanya, yaitu (1) Judi (2) Judie (3) Judy (4) Judhy (5) Yudi (6) Yudy (7) Yudhi (8) Yudhie (9) Yoedi (10) Yoedhy (11) Yoedhie (12) Yoedy

Cukup banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama (Ejaan van Ophuijsen dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada waktu EYD diberlakukan,

tetap menulis namanya memakai ejaan lama karena alasan yang bersifat pribadi. Kita memang harus menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan nama, yaitu dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang dikehendakinya. Penulisannya seperti contoh kasus Yudi tadi; mungkin dengan menggunakan ejaan yang pernah berlaku bagi bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini. Ejaan van Ophuijsen Soehardjo Abdoellah Tjoet Bagdja Waloeja Djati Djoni Hoetasoehoet Nji Ajoe Soenji Ejaan Republik Suhardjo Abdullah Tjut Bagja Waluja Djati Djoni Hutasuhut Nji Aju Sunji EYD Suharjo Abdullah Cut Bagja Waluya Jati Joni Hutasuhut Nyi Ayu Sunyi

Walaupun diatas telah dinyatakan tentang ketentuan khusus yang memberi keistimewaan menulis nama menurut selera pribadi, namun hendaknya menulis nama harus mengikuti ejaan yang berlaku, sehingga kesalahan pelafalan huruf untuk nama tidak akan terjadi, yang akan terjadi justru ketertiban dalam menulis dan membaca nama.

2.6

Penulisan Huruf

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar


1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.

Misalnya :
-

Selain buku juga penggaris yang dijual Dia hendak ke Sumatera

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :


-

Ibu bertanya Kapan Anton pergi

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama agama, dan kitab suci; termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya :
-

Allah Sang Pencipta Kepada-Mulah

- Tuhan Yesus - Maha Kuasa - Yang Maha Agung

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti dengan nama orang. Misalnya :
-

Haji Agus Salim bedakan : ia pergi naik haji Mahaputra Yamin

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya :
-

Dia baru saja diangkat menjadi sultan Tahun ini dia pergi naik haji

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama, jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya :
-

Gubernur Imam Utomo Ir. Hari Haryono Jakarta

- Wakil Presiden - Nyonya Atin Suharti - Jl. Serayu

Huruf kapital tidak dipakai sebagai hurup pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya : -

Siapa gubernur yang baru dilantik itu Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya :

Bibit Slamet Riyanto Chandra Hamzah

- Syamsul Hidayat - Ues Kurni

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya :
-

mesin diesel 10 volt

- 5 ampere

7. Huruf kapital dipaka sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya :
-

bangsa Indonesia suku Sunda

- bahasa Inggris - bahasa Jepang

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya :
-

mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya :
-

bulan September bulan Maulid hari Galungan hari Jumat hari Lebaran

- hari Natal - Perang Badar - tahun Hijriah - tarikh Masehi - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya :
-

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai nama geografi; Misalnya :


-

Laut Jawa Asia Tenggara Serang

- Selat Sunda - Teluk Jakarta - Danau Toba

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri.

Misalnya :
-

berlayar ke teluk mandi di kali

- menyeberangi selat - pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. Misalnya :
-

garam inggris gula jawa

- pisang ambon - kacang bogor

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga

pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya :
-

Republik Indonesia Mejelis Permusyawaratan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.

Misalnya :

menjadi sebuah republik beberapa badan hukum

- kerjasama antara pemerintah dan rakyat - menurut undang-undang yang berlaku

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya :
-

Perserikatan Bangsa Bangsa Indonesia Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Undang-Undang

Dasar

Republik

- Rancangan Undang-Undang

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur

kata ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak apda posisi awal.
-

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Sastra dan Bahasa. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum Perdata

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya :
-

Dr. S.H. Tn Prof

= doktor = sarjana hukum = tuan = profesor

M.A. S.S Ny Sdr

= master of art = sarjana sastra = nyonya = saudara

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan

seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuaan. Misalnya : Kapan Bapak berangkat? tanya Harto. Adik bertanya itu apa, Bu? Surat Saudara sudah saya terima.

Silakan duduk, Dik! kata ucok. Besok Paman akan datang. Mereka akan pergi kerumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda. Sudahkah Anda tahu ? Surat Anda telah kami terima. B. Huruf Miring
1. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan

surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya : majalah Bahasa dan Kesusatraan buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar Suara Karya 2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya : Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu tapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan kata berlepas tangan. 3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya :

Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana Politik divide et impera pernah merajalela dinegeri ini. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia. Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut : Negara itu telah megalami beberapa kali kudeta ( dari coup detat ). Catatan : Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya. 2.2.3 Penulisan Kata A. Kata dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya : Kantor pos sangai ramai. Buku itu sudah saya baca. B. Kata Turunan 1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : Bergerigi Gemetar ketetapan mempertanyakan sentuhan terhapus (Kedua kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului. Misalnya : Diberi tahu, beritahukan Bertanda tangan, tanda tangani Berlipat ganda, lipat gandakan 3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : Memberitahukan

Ditandatangani Melipatgandakan C. Bentuk Ulang dan Kata Ulang Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata tanda hubung. Misalnya : Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, kupu-kupu, laba-laba, lauk-pauk. D. Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,

unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya : duta besar, kerja sama, kereta api cepat, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah. 2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan. Misalnya : alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak, istri, saya (keluarga), buku sejarah baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), oarang-tua muda (ayah ibu muda). 3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata. Misalnya : acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada, darmabakti, halalbihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan 4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangakai. Misalnya :

Adibusana,

anatakota,

biokimia,

caturtunggal,

dasawarsa,

inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme paripurna, prasangka, purnawirawan, tunawisma Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya kapital, diantara kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya : non-Asia
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

neo-Nazi

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. aku ku kau Misalnya : Bolehkah aku ambil jeruk ini satu ? Kalau mau, boleh engkau baca buku itu. Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini. Bolehkah kuambil jeruk ini satu? Kalau mau, boleh kaubaca buku itu. Kata ganti ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku dan kamu, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. .. .. kamu aku = sepeda kamu = sepedamu = rumah aku = rumahku mu ku .. .. .. = aku bawa, aku ambil = kubawa, kuambil = engkau bawa, engkau ambil = kaubawa, kauambil

engkau ..

Kata ganti nya selalu ditulis dengan kata yang mendahului.

nya Misalnya :

= bukunya

Bolehkah aku pakai sepeda kamu sebentar? Sepedamu lebih kokoh dari sepedaku. Gadis ayu itu tinggal didepan rumahku. Eva sedang menyampul bukunya.
F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya : Tinggalah bersama saya di sini. Di mana orang tuamu? Saya sudah makan di restoran. Ibuku sedang ke luar kota. Ia pantas tampil ke depan Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar. Bram berasal dari keluarga terpelajar. Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut. Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti. Kami percaya kepada Anda
G. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya : Salah Sikecil Sipemalu Sangdiktator Sangkancil Benar Si kecil Si pemalu Sang diktator Sang kancil

H. Partikel
1) Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahulinya.

Misalnya : Bacalah peraturan ini sampai tuntas. Siapakah tokoh yang menentukan radium?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya : Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya. Hendak makan pun lauknya sudah habis. Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku. Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta. Catatan : Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, yaitu adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun. Misalnya : Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui . Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu. Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi. Walaupun hari hujan, ia datang juga. 3) Partikel per yang berarti demi dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya : Mereka masuk kelas satu per satu. (satu demi satu) Harga kain itu Rp 8.000,00 per meter (tiap meter) I. Singkatan dan Akronim

(1) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut. a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik. Misalnya : nomor ibidem halaman Misalnya : loco citato opere citato atas nama disingkat disingkta disingkat loc. cit. op. cit. a.n. disingkat disingkat disingkat no. ibid. hlm.

b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik .

Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik. Misalnya : Perseroan Terbatas Perusahaan Dagang Comannditaire Venootschap Amerika Serikat tanda titik. Misalnya : dan kawan-kawan yang akan datang dan lain-lain atas nama beliau disingkat disingkat disingkat disingkat dkk. yad. dll. anb. disingkat disingkat disingkat disingkat PT PD CV AS

c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu

Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik. Misalnya : BUMN DKI (Badan Usaha Milik Negara) (Daerah Khusus Ibukota)

BPS RCTI

(Badan Pusat Statistik) (Rajawali Citra Televisi Indonesia)

d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,

dan mata uang tidak di ikuti titik. Misalnya : Au TNT cm KVA Kg aurum trinitrotoleun centimeter kilovolt-ampere kilogram

Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah (2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan akronim. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Misalnya : FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas) b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik. Misalnya : Bappenas Nasional) Kadin Sespa (Kamar Dagang dan Industri) (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi) (Badan Perencanaan Pembangunan

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,

ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (lower case). Misalnya :

radar rapim rudal J. Angka dan Lambang Bilangan

radio detecting and ranging rapat pimpinan peluru kendali

1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau Romawi. Misalnya : Angka Arab Angka Romawi : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X L (50), C (100), D (500), M (1000) 2) Angka digunakan untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya : 19 meter Pukul 15.30 4 ons 10 detik 9 hektar 30 meenit 500 Yen 65 liter 5 jam Y500

Rp 10.000,00 USS 3.50

3) Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya : Jalan Sentosa III No. 152 Rumah Susun Perumnas Klender, Blok F2, No. 10 4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya : Bab X, Pasal 5, halaman 354 Surat Annisa: 9 5) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh

Misalnya : Dua belas Dua puluh dua Dua ratus dua puluh dua b. Bilangan pecahan Misalnya : Setengah Tiga perempat Misalnya : lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu 7) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya : Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu. Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu. Pak Yayat mengundang 500 orang tamu. Bukan : 500 orang tamu diundang Pak Yayat. 12 22 222

6) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.

You might also like