You are on page 1of 11

Teori Agenda Setting

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi. Dosen Pembimbing Drs. A.M. Moefad, SH., M.Si.

Disusun Oleh : Anifatul Jannah Faizatin Nia Hidayati Kusuma Pertiwi B06211045 B06211053 B06211058

FAKULTAS DAKWAH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2011-2012

BAB I Pembahasan TEORI AGENDA SETTING Konsep Teori Agenda asli tidak hanya apa yang harus dipikirkan, tapi bagaimana memikirkan tentang sesuatu. Jurnalisme profesor Maxwell McCombs dan Donald Shaw menjadikan Watergate sebagai contoh sempurna dari fungsi agenda-setting seperti pada media massa. McCombs dan Shaw percaya bahwa Media massa memiliki kemampuan untuk mentransfer arti penting suatu item pada agenda berita mereka dengan agenda publik., Mereka tidak menyarankan bahwa usaha membuat siaran dan cetak pribadi yang disengaja untuk mempengaruhi pendengar, pemirsa, atau pembaca pendapat atas isu. Wartawan di dunia yang bebas memiliki reputasi untuk kemerdekaan dan keadilan. Tapi McCombs dan Shaw berkata bahwa professional berita untuk isyarat di mana harus fokus perhatian kita. Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting ". Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali. McCombs dan Shaw pertama menyebut fungsi agenda-setting pada tahun 1972, gagasan bahwa orang menginginkan bantuan media dalam menentukan realitas politik yang sudah disuarakan oleh sejumlah analis peristiwa saat ini. Walter Lipmann pernah mengutarakan pernyataan bahwa media berperan sebagai mediator antara The world outside and the pictures in our heads. McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa yang menjadi agenda publik. Awalnya teori ini bermula dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 1968. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara isi media dengan persepsi pemilih. McCombo dan Shaw juga ilmuwan politik dari Quot Universitas Wiconsisn Bernard Cohen tentang fungsi spesifik media yang melayani. Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda media kepada agenda publik. Teori Agenda. Setting didasari oleh asumsi demikian. Teori ini sendiri dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. News doesnt select itself. Berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk menjadi berita. Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan mana yang menjadi berita dan mana yang bukan berita. Mereka ini yang biasa disebut sebagai Gatekeepers. Di dalamnya termasuk pemimpin redaksi, redaktur, editor, hingga jurnalis itu sendiri. Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw dalam Public Opinion Quarterly tahun 1972, berjudul The Agenda-Setting Function of Mass Media. Asumsi dasar teori agenda-setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan memngaruhi 2

khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang di anggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila media masa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruhh terhadap pendapat umum. Asumsi ini berasal dari asumsi lain bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori agendasetting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimanan isu-isu tersebut di susun bedasarkan tingkat kepentingannya (Effendy, 2000:287) McCombs dan Donald Shaw mengatakan pula, bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberitakan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik yang penting. Dengan kata lain, media massa menetapkan agenda kampanye tersebut dan kemampuan untuk memengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa (Effendi, 2000:288) Pada tahun 1976, McCombs dan Shaw mengambil kasus Watergate sebagai ilustrasi dari fungsi agenda-setting. Mereka menunjukkann bahwa sebenarnya bukanlah suatu yang baru dalam mengungkap kasus politik yang korup, tetapi pemberitaan surat kabar yang sangat sensitive dan di ikuti oleh penayangan dengan pendapat di Dewan Perwakilan melalui televisi, telah membuat kasus Watergate menjadi topic of the year. (Sendjaja,2002:5.26) Teori utama agenda-setting adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti arti penting yang diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. (Sendjaja, 2002:199) Teori Agenda Setting Hipotesis penentuan agenda telah menjadi salah satu konsep yang dominan dalam teori komunikasi sejak awal 1970-an. Hipotesis tersebut penting karena menunukkan cara yang dapat dimiliki media agar mempunyai dampak pada masyarakat yaitu alternatif untuk perbahan sikap. Selanjutnya, ada indikasi bahwa dampak tersebut mungkin adalah dampak yang signifikan. Karya aktual pada penentuan agenda tidak hanya brfungsi pada tingkat isu tetapi juga pada tingkat atribut-atribut isu, atau sub isu. Arah baru dalam penentuan agenda ini menunjukkan pernyataan lama bahwa media berita mungkin tidak hanya memberi tahu kita apa yag harus dipikirkan. Tetapi media berita juga memberi tahu kita apa yang harus dipertimbangkan (perlu direvisi). Versi yang lebih baru mengatakan bahwa media berita tidak hanya memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan, juga memberi tahu kita bagaimana kita mempertimbangkan hal itu (McCombs, p.820). 3

Untuk jurnalis yang bekerja,konsep penentuan agenda menyebabkan pertanyaan penting mengenai tanggung jawab. Label yang diberikan jurnalis pada berbagai peristiwa dapat mempunyai pengaruh penting pada apakah publik memberikan perhatian atau tidak pada isu-isu yang berhubungan dengan peristiwa tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh analisis Wetergate. Dalam kampanye pemilihan, isu-isu media yang oleh media dibuat tampak lebih penting dapat mmpunyai dampak yang lebih menguntungkan satu orang calon dari pada calon lainya dengan proses priming. Media juga dapat membantu menciptakan citra tertentu untuk seorang calon dengan membuat sebagian karasteritik pribadi tampak lebih penting dan dengan mengabaikan karasteristik yang lain. Bagi reporter yang giat penemuan-penemuan riset penentuan agenda juga menunjukkan peluang-peluang. Jika pers pada umumnya tidak meliput kejadian-kejadiansignifikan sesuai dengan proporsi kepentinganya, ini berarti bahwa kemungkinan besar ada berita-berita besar untuk diliput. Bagi pekerja hubungan masyarakat, penentuan agenda menunjukkan pentingnya pembingkaian sebuah kejadian dalam cara yang untuk menangkap perhatian publik. Banyak riset pada penentuan agenga menunjukkan bahwa pers bukan cermin yang merefleksikan realitas masyarakat yang sebenarnya (Shoemarker dan Mayfield, 1984). Bertahuntahun yang lalu pers lebih mirip lampu sorot, dan di mana lampu sorot menyala dapat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok dengan kepentingan kusuh, dengan pseudoevent yang diciptakan untuk mendapatkan perhatian, dan dengan kebiasaan dan adat jurnalis. Priming Priming adalah proses dimana media terfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainya dan dengan demikian mengubah standar yng digunakan orang untuk mengevaluasi para calon pemikiran. Waktu Yang Diperlukan Untuk Menentukan Agenda Winter dan Eyal 1980 menemukan bahwa korelasi yang paling kuat antara agenda media dan agenda publik adalah selama rentng waktu 4-6 minggu, sedangkan Stone dan McCombs (1989) untuk trjadinya agenda antara 1-2 bulan dan 4-5 bulan. Tetapi terdapat juga suatu bukti dampak penentuan agenda yang muncul dalam periode waktu yang lebih singkat seperti Wanta dan Roy (1995) menemukan bahwa dampak penentuan agenda pada televisi lokal muncul setelah 6 hari dn lenyap setelah 11 hari, sedangkan pada surat kabar lokal muncul setelah 8 hari namun berlangsung lebih lama, dan lenyap setelah 85 hari. Peran Exposure Wanta dan Wu(1992) menguji hipotesis bahwa sekmakin banyak individu terekpos pada media berita, semakin tnggi tingkat keutamaan isu media. Mereka melakukan surve dimana 341 responden ditanya seberapa serng minggu lalu mereka membaca surat kabar, menyaksikan tayangan berita nasional atau lokal, mereka juga diminta me-ratting nilai penting sejumlah isu sebagian mendapatkan liputan yang gencar,dan setengahnya kurang gencar sehigga dapat disimpulkan semakin

banyak individu terbuka pada media berita, semakin besar kecenderungan merea untuk peduli dengan isu yang mendapatkan liputan media yang gencar. Pembentukan Agenda Eneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang (1983) menganjurkan agar konsep penentuan agenda diperluas menjadi pembentukan agenda (agenda building) proses kolektif dimana media,pemerintah,dan publik saling mempengaruhi satu sama lain dalam isu-isu apa yang dianggap penting. Mereka merinci proses tersebut dalam 6 langkah : 1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuatnya menjadi menonjol 2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan berita yang berbeda untuk mendapatkan perhatian dengan cara meliput secara komperhensif untuk mendapatkan perhatian publik. 3. Peristiwa-perstiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus di bingkai atau diberi bidang makna dimana didalamnya peristiwa dan aktifitas tersebut dapat dipahami. 4. Bahasa yang digunakan media dapat mempengaruhi persepsi akan pentingnya sebuah isu. 5. Media mengubungkan aktivitas dan kejadian yang tlah menjadi fokus perhatian dengan simbolsimbol sekunder yang lokasinya pada landskap politik mudah diketahui. 6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat diprcaya mulai berbicara tentng isu. kebutuhan akan orientasi Mccomb dan weaver (Weaver 1977) menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan orientasi yang berbeda-beda, hal ini bisa menentukan apakah penentuan agenda terjadi atau tidak. Kebutuhan orientasi didasarkan pada dua faktor: relevansi informasi(bagi individu) dan tingkat ketidak pastian berkenaan dengan subjek pesan. Semakin besar relevansi informasi dan ketidak pastian berkenaan dengan subjek, maka semakn besar keperluan akan informasi. Teori Penentuan Agenda (bahasa Inggris: Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah: (1) masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu. (2) konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain. 5

Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal "Pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa" - Bernard C. Cohen, 1963. Siapa yang menentukan agenda media? Banyak penelitian telah dilaksanakan berkenaan dengan agenda media dan kemungkinan dampaknya pada agenda public, tetapi para peneliti kadang-kadang mengabaikan sebuah pertanyaan penting. Siapa yang menentukan agenda media? Atau seperti yang ditanyakan Bruce Westley berkeneen dengan agenda media, Siapa yang membuatnya berubah? (Westly, 1976) Sebagian jawabannya terletak pada realitas yang terjadi pada realitas, hingga tingkat tertentu, media hanya meneruskan isu dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Fungsi ini hanya merupakan alat saja, sebab penelitian Funkhouser (1973-an) dan Zucker (1978) menunjukkan bahwa liputan media sering kali tidak begitu sesuai dengan kejadian-kejadian dalam realitas. Banyak peneliti lain menyatakn kesimpulan yang sama. Jika demikian, apakah yang menentukan agenda media? Westly (1976) sendiri telah memberikan sebagaian dari jawaban itu. Dia menyatakan bahwa dalam beberapa hal tekanan kelompok atau kelompok kepentingan khusus bias menaikkan sebuah isu ke agenda media. Contoh-contoh dari hal ini adalah student nonviolent coordinating committee (SNCC) yang mengambil bagian dalam menempatkan diskriminasi rasial pada agenda public pada tahun 1960-an dan National Organization for Women (NOW) dan kelompok-kelompok perempuan lain yang menempatkan isu-isu perempuan pada agenda public pada tahun (1970an) Salah satu pengaruh yang sangat penting pada agenda yang dinyatakan oleh riset akhir-akhir ini adalah isi media lain. Khususnya; media elit, seperti new York times, tampaknya dapat menentukan agenda untuk media lain. Danielian dan Reese (1989) menyebut proses ini sebagai penentuan agenda intermedia (intermedia agenda seting) Agenda Kepresidenan Satu pilihan yang sangat menjanjikan pada pengaruh agenda media adalah presiden amerika serikat. Dia adalah pembuat berita nomor satu di negara tersebut dan mempunyai kemampuan menyampaikan pesan-pesannya ke komunikasi massa yang tidak bisa diperoleh banyak orang lain. salah satu tempat di mana presiden menghadirkan agenda isu-isu dengan agak eksplisit , menurutnya adalah pidato kenegaraan (State Of the Union Addres) apabila presiden mempunyai kemampuan mempengaruhi agenda media, makah salah satu contoh di mana pengaruh ini mungkin muncul

dengan jelas adalah dalam pidato tahunannya. Meskipun tampaknya untuk kepentingan kongres, nama pidato tersebut juga disiarkan melalui radio dan televise ke seluruh negeri. Untuk menyelediki pengaruh pidato kenegaraan pada agenda media, Gilberg, Eyel, McCombs dan Nicholas (1980) melaksanakan penelitian mengenai piadato kenegaraan presiden Carter yang kedua. Mereka melaksanakan analisis isi pidato untuk mengidentifikasi isu-isu yang disebutkan dan kemudian membuat peringkat delapan isu tersebut berdasarkaaan lama waktu pidato yang dihabiskan berkenaan dengan masing-masing isu itu. Mereka selama empat minggu sebelum dan sesudah pidato kenegaraan. Empat minggu sebelumnya dimasukkan sebagai control periode itu dapat membantu mengintetpretasikan korelasi antara agenda presiden dengan agenda pers berikutnya. Berlawanan denagan hipotesa mereka, korelasi antara agenda presiden dengan agenda media berikutnya lebih lemah dari pada korelasi antara agenda presiden dan agenda media sebelumnya. Dengan kata lain, bukti dari penelitian ini menyatakan buka presiden carter yang menentukan agenda pers, tetapi pers yang menentukan agenda presiden carter. Tingkat Kedua Penentuan Agenda Perkembangan terbaru dalam riset penentuan agenda adalah focus pada sebuah tingkatan baru penentuan agenda, tingkat yang oleh McCombs dan rekan-rekannya disebut tingkat kedua penentuan agenda. Sebuah Agenda pada dasarnya adalah sebuah daftar hal-hal yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya, dengan yang paling penting berada di tempat paling atas. Misalnya dalam kampanye pemilihan nasional, kita dapat mengambil sebuah isu seperti ekonomi dan mengidentifikasi sebuah sub isu, atau kategori-katrgori di bwah judul itu. Sub-isu ini mungkin meliputi mengimbangkan anggaran belanja, mengurangi untung nasional, reformasi pajak penghasilan, peraturan perbankan federal, dan tingkat suku bangsa. Penentuan agenda juga dapat trjadi pada tingkat ini. Jika ini tejadi, maka sub-isu yang menerima penekanan paling besar dalam media berita mestinyajuga adalah sub-isu yang diindikasikan sebagai yang paling penting oleh public. Aplikasi Penentuan Agenda Sebagai pemeliti melangkah melampaui penelitian pembentuk agenda oleh pers untuk mempertimbangkan bagaimana gagasan-gagasan penentuan agenda mungkin diterapakan dalam caracara untuk membuat masyarakat bertindak dengan lebih baik. Gurevitch dan Blumler (1990) menyatakan bahwa demokrasi menuntut media masa terlibat dalam penentuan agenda yang bermakna, dengan mengidentifikasi isu-isu kunci sekarang ini, termasuk kekuatan-kekuatan yang telah membentuk dan mungkin menjelaskan isu-isu itu.

Shaw dan martin (1992) menyatahan bahwa media, melalui penentuan agenda, berfungsi untuk member kesepakatan yang cukup memadai pada isu-isu public untuk memungkinkan sebuah dialog di antara kelompok-kelompok yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam hal ini penentuan agenda berfungsi sebagai sebuah peranti pembentuk konsensus yang memngkinkan demokrasi bekerja. Beberapa surat kabar telah munbgubah liputan pemilihan mereka sesuai dengan yang direkomendasiakn oleh Broder. Wichita Eagle memilih sepuluh isu yang dianggap paling penting pada pemilihan tingkata Negara bagian tahun 1990 dan berfokus untuk melanjutkan liputan pada isuisu tersebut (Rose, 1993) maksudnya adalah untuk mengikat minat pembaca dan memaksa para calon untuk menghadapi isu-isu tersebut. Dalam upaya yang sama, Charlotte Observer menggunakan wawancara dengan pembaca untuk mengidentifikasi agenda pemilih untuk pemilihan tahun 1992 (Rose, 1993). Surat kabar tersebut kemudian menggunakan survei-survei dan perteman-pertemuan dengan warga agar tetap berfokus pada kepentingan-kepentingan public. Denis McQuail (2000: 426) mengutip definisi Agenda Setting sebagai Process by which the relative attention given to items or issues in news coverage infulences the rank order of public awareness of issues and attribution of significance. As an extension, effects on public policy may occur. Yaitu proses dimana perhatian relatif yang diberikan ke item atau masalah dalam liputan berita infulences urutan peringkat dari kesadaran masyarakat tentang masalah dan atribusi signifikansi. Sebagai perpanjangan, efek pada kebijakan publik dapat terjadi. Walter Lipmann pernah mengutarakan pernyataan bahwa media berperan sebagai mediator antara the world outside and the pictures in our heads. Yaitu dunia luar dan gambar-gambar yang ada di dalam kepala kita. McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apaapa yang menjadi agenda publik. Awalnya teori ini bermula dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 1968. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara isi media dengan persepsi pemilih. McCombs dan Shaw pertama-tama melihat agenda media. Agenda media dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan media terebut. Mereka melihat posisi pemberitaan dan panjangnya berita sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar, headline pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial, dilihat sebagai bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus utama surat kabar tersebut. Dalam majalah, fokus utama terlihat dari bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya disertai dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan. 8

Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat dari isu apa yang didapatkan dari kampanye tersebut. Temuannya adalah, ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting oleh publik atau pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media massa. McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa bertanggung jawab terhadap hampir semua apa-apa yang dianggap penting oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas oleh media menjadi prioritas juga bagi publik atau masyarakat. Akan tetapi, kritik juga dapat dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi belum tentu juga kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai cerminan terhadap apa-apa yang memang sudah dianggap penting oleh masyarakat. Meskipun demikian, kritikan ini dapat dipatahkan dengan asumsi bahwa pekerja media biasanya memang lebih dahulu mengetahui suatu isu dibandingkan dengan masyarakat umum. News doesnt select itself. Berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk menjadi berita. Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan mana yang menjadi berita dan mana yang bukan berita. Siapakah mereka? Mereka ini yang disebut sebagai gatekeepers. Di dalamnya termasuk pemimpin redaksi, redaktur, editor, hingga jurnalis itu sendiri. Setelah tahun 1990an, banyak penelitian yang menggunakan teori agenda-setting makin menegaskan kekuatan media massa dalam mempengaruhi benak khalayaknya. Media massa mampu membuat beberapa isu menjadi lebih penting dari yang lainnya. Media mampu mempengaruhi tentang apa saja yang perlu kita pikirkan. Lebih dari itu, kini media massa juga dipercaya mampu mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir. Para ilmuwan menyebutnya sebagai framing. McCombs dan Shaw kembali menegaskan kembali tentang teori agenda setting, bahwa the media may not only tell us what to think about, they also may tell us how and what to think about it, and perhaps even what to do about it (McCombs, 1997). (media tidak hanya memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, mereka juga dapat memberitahu kita bagaimana dan apa yang harus memikirkannya, dan bahkan mungkin apa yang harus dilakukan tentang hal itu) Aplikasi Teori Aplikasi teori ini biasanya di pakai di dalam sebuah media publik. Dimana terdapat beberapa perencanaan atau pengaturan sebelum menjalankan agenda tersebut atau menyajikan sebuah isu kepada publik. Atau bisa jadi untuk menentukan agenda sebuah berita sebelum di konsumsi publik. Dan hal ini banyak yang terjadi di dalam kepresidenan atau ranah politik.

Flowchart Teori/Bagan

10

Daftar Pustaka Severin, Werner J. & James W. Tankard. Jr. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan terapan di dalam media massa, Jakarta,: Kencana, 2009. Griffin, Em. A First Look at Communication Theory. Singapore. Mc Graw Hill Higher Education, 2003. Burhan Bungin, Sosiologi Komunkasi, Jakarta:, Kencana, 2006.

11

You might also like