You are on page 1of 12

PERSPEKTIF GLOBAL DILIHAT DARI SUDUT ILMU ILMU SOSIAL DAN ILMU LAIN YANG TERKAIT

PERSPEKTIF GLOBAL DARI VISI GEOGRAFI , SEJARAH DAN EKONOMI A. Perspektif Global Dari Visi Geografi Geografi adlah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografim yaitu permukaan bumi yang berupa darat dan perairan serta kolom udara diatasnnya. Perspektif geografi atau perspektif ruangan adalah suatu kemampuan memandang secara mendalam berkenaan dengan fenomena, proses, dan masalah keruangan permukaan bumi,baik untuk masa lampau, saat ini, terutama untuk masa yang akan datang.Pendekatan yang dapat diterapkan pada perspektif keruangan ini, yaitu pendekatan sejarah dan kemampuan memprediksi. Melalui proses pengamatan perspektif lokal, anda dapat menyaksikan bahwa perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang lebih luas dari perkampunganperkampungan semula.Disini terjadi proses sosial ekonomi berbentuk interaksi antarpenduduk ( manusia ) dan saling ketergantungan ( interdependensia ) bahan bahan keperluan sehari hari. Dalam keadaan yang demikian , perspektif geografi Anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasankawasan yang lebih luas. Pertambahan penduduknya, telah terjadi proses yang diknal sebutan urbanisasi. Menurut W.J. Waworoentoe, A.Sjarif Puradimadja.Uton Rustam (Prisma,1972: 7- 12), Tiga peristiwa yang termasuk ke dalam proses urbanisasi itu: a . perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan, b. perluasan areal atau kwasan kota,dan c. perubahan cara hidup sebagai orang kota selanjutnya bahwa perspektif global itu dapat di terapkan pada bidang ilmu yang lain, dapat di telah pernyataan preston E.James(1979;11),yaitu bahwa geografi dapat dikatakan sebagai induk ilmu,dengan ketentuan bahwa kajian ilmu apa pun pengamatannya selalu di mulai dari permukaan bumi tempat objek kajian itu berada. Dari kejadain yang dapat dikatakan hampir murni geografi berkenaan degan penerapan perspektif global,yaitu tentang pemanasan global.Akibat meningkatnya jumlah korban dioksida di atmosfer, efek rumah kaca di atmosfer ini juga meningkat.Gerald Foley,1993;49 50); B. PERSPEKTIF GLOBAL DARI VISI SEJARAH

Emmanuel Kant pada Abad XVIII bahwa sejarah dan gografi merupakan ilmu Dwitunggal,artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu kapan terjadi,pengungkapan itu masih belum lengkap. Jika tidak di pertanyakan di mana tempat terjadinya. Dalam hal ini,dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu, atau dengan perkataan lain, Perspektif sejarah suatu peristiwa, membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. C. PERSPEKTIF GLOBAL DARI VISI EKONOMI Menurut H.W.Arndt dan Gerardo P Sicat (1991:3) Ilmu Ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumberdaya yang dapat digunakan. Berbagai sumberdaya ini tidak tersedia dengan bebas. Karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif.Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan).
Dari aspek-aspek yang dikemukakan tadi, jelas bahwa p erspektif ekonomi terkait dengan waktu,hari ini dan esok.

KEGIATAN BELAJAR 2 Perspektif Global dari Visi politik,Sosiologi,dan Antropologi B. PERSPEKTIF GLOBAL DARI VISI SOSIOLOGI
Menurut Roger F. Soltau dalam introduction to politics (Miriam Budiardjo: 1991:9):ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuantujuan itu ; hubungan antara negara dan warga negaranya serta dengan negara-negara lain. Menurut konsep ini,Ilmu Politik mengadakan studi mengenai negara dengan tujuannya, lembaga-lembaga yang melaksanakan tujuan, hubungan negara dan warganya, seta hubungan negara dengan negara-negara yang lain. Dalam perspektif global,aspek hubungan dengan negara lain merupakan hal yang pokok. Menurut Frank H.Hankins (Fairch, H.P. dkk., 1982: 302), Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan antarmanusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri,atau yang disebut lingkungan sosial.

C. PERSPEKTIF GLOBAL DARI VISI ANTROPOLOGI


Antropologi ,khususnya Antropologi Budaya yang oleh Koentjaraningrat(1990: 1112) dikatakan sebagai pengganti Ilmu Budaya,merupakan studi tentang manusia dengan kebudayaanya. Sedangkan oleh E.A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk., 1982: 12) didefenisikan

sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia. Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global. Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati,menghayati,dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan umat manusia.Secara perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengelolah sumber daya (Budaya).

SEJARAH DAN PENGERTIAN PESPEKTIF GLOBAL

SEJARAH DAN PENGERTIAN PESPEKTIF GLOBAL


1.3 Sejarah munculnya istilah perspektif global

Perspektif global pertama kali muncul di Amerika Serikat pada tahun 1950an. Berkembang secara baik tahun 1970 an. Perspektif global di Indonesia mulai diterapkan pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun1995 dan secara jelas dan tegas sebagai pokok materi IPS sejak berlakunya kurikulum tahun 2004 (KBK) dan secara jelas menekankan perlunya perspektif global diajarkan di sekolah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Indonesia sekarang ini sudah harus mempersiapkan para murid untuk memasuki abad yang akan datang yang penuh dengan tantangan dengan adanya proses globalisme. Terlebih lagi sistem ekonomi dan perdagangan dunia sekarang ini semakin terbuka dan akan meningkat di masa yang akan datang menunjukkan arti pentingnya belajar perspektif global. Istilah yang paling tepat untuk perspektif global adalah global perspectives in education atau disingkat dengan global education. Di indonesia disebut dengan istilah perspektif global dengan menekankan pada empat hal pokok yaitu: kesadaran terhadap perspektif global, sistem-sistem global, sejarah global, dan saling pngertian terhadap budaya lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke tiga tahun 2001, global diartikan secara umum dan keseluruhan, secara bulat, secara garis besar, meliputi seluruh dunia. Globalisasi artinya proses masuknya ke ruang lingkup dunia, mengglobal artinya mendunia. Globalisme adalah paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang layak diperhitungkan, terutama untuk bidang ekonomi dan politik. Masyarakat dunia kini sedang menghadapi tujuan-tujuan baru yang memukau dan mengkhawatirkan.

Perspektif global berakar pada ilmu-ilmu: antropologi, psikologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia, dan politik, bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sebagai warga dunia yang berpartisipasi aktif. Keanggotaan seseorang dalam masyarakat dunia dari tingkat terdekat sampai yang terjauh bisa digambarkan dalam lingkaran konsentris sebagai berikut ini:

Pada era globalisasi kecenderungan yang kuat adalah proses terjadinya universalisasi yang melanda seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu implikasi penyeragaman terlihat dengan munculnya gaya hidup global seperti makanan, pakaian dan musik. John Naisbitt yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Megatrend 2000 menyebutkan bahwa pada tahun-tahun tersebut akan terjadi proses globalisasi melalui teknologi informasi, ada tiga mode yang diterima oleh banyak orang yaitu: makanan (food), pakaian (fashion), dan hiburan (entertainment). Di Indonesia sendiri sudah terjadi proses globalisasi tersebut. Seperti anak-anak kecil yang sudah tahu apa itu KFC, MC Donals, jeans, dan film-film dari berbagai negara. Bahkan mereka lebih senang memilih produk luar negeri tersebut dibandingkan dengan produk-produk buatan negeri sendiri. Media televisi telah mempercepat arus informasi dan membawa kita terlibat dalam informasi dunia. Keadaan ini membuat kita mau tidak mau ikut terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia melalui media informasi dan produk industri

1.4

Pokok-pokok pemikiran, tujuan dan definisi perpektif global

National Council for the Social Studies (NCSS) pada tahun 1982 menunjukkan arti pentingnya perspektif global diajarkan di sekolah-sekolah: a. Sekarang kita hidup dalam masa terjadinya peningkatan globalisasi yang ditandai dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasional (tidak hanya terbatas dalam negaranya saja), multi cultural (dalam berbagai macam budaya) dan cross-cultural (berinteraksi dengan budaya lain selain yang dimilikinya). b. Aktor-aktor yang berinteraksi dalam tingkat dunia tidak hanya terbatas pada aktor-aktor negara saja, namun juga melibatkan perseorangan, kelompok-kelompok lokal, organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang teknologi dan ilmu, perdagangan, perusahaan multi nasional, serta organisasi regional. Mereka ini semakin aktif berinteraksi dan mampu mempengaruhi peristiwa-peristiwa lokal maupun global. c. Kehidupan umat manusia tergantung pada suatu lingkungan fisik dunia yang ditandai dengan terbatasnya sumber-sumber alam. Ekosistem dunia akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh umat manusia. d. Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan manusia di bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, pada masa kini dengan masa depan umat manusia yang hidup di bumi ini beserta lingkungan fisiknya di masa yang akan datang. e. Terjadinya globalisasi yang melibatkan hampir seluruh umat manusia ini menyebabkan masing-masing individu dan seluruh masyarakat berkesempatan dan bertanggung jawab dunia. Robert Hanvey dalam bukunya yang sangat terkenal An Attainable Global untuk berperan serta dalam meningkatkan lingkungan fisik maupun sosial

Perspective (1976 )menyebutkan lima dimensi dari perspektif global: a. Perspective conciousness Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai macam pendapat yang berbeda-beda di dunia. b. State of planet awareness Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan peristiwa global.

c. Cross-cultural awareness Adanya kesepakatan yang dapat diterima secara umum dalam membuat karakteristik budaya-budaya yang ada di dunia ini, yaitu bahwa sekalipun ada perbedaan-perbedaan dalam budaya, namun banyak kesamaan yang dimiliki. d. Systemic awareness Tahu akan sistem-sistem yang ada berikut alam ini, sehingga mulai mengenal akan kompleknya sistem internasional di mana aktor-aktor negara dan aktor-aktor non

negara saling pengaruh mempengaruhi dalam berbagai macam isu yang terjadi di kawsan-kawasan yang ada di dunia ini. e. Options for partipation Mengetahui strategi-strategi yang tepat sehingga mampu berpartisipasi dengan baik dalam menghadapi isu-isu yang terjadi dari tingkat lokal, nasional hingga internasional. James Becker, sebagai pelopor perspektif global dalam artikelnya yang berjudul The World and the School. A case for world centered education(1979) menyatakan bahwa perspektif global harus menggugah kesadaran murid selaku anggota masyarakat dunia dan juga pada tingkatan masyarakat lainnya. Christine I Bennett dalam bukunya Comprehensive Multicultural Education:Theory

and Practice (1995) menyatakan bahwa para pendidik harus mempersiapkan murid murid sebagai penerus generasi di masa datang kaya pengetahuan, sikap dan

kemampuan yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif sebagai warga masyarakat di seluruh lapisan sampai tingkat dunia. Agar anak didik menjadi insan yang mempunyai tanggung jawab global, karena mereka merupakan warga negara dunia. Mereka perlu dilatih untuk berpikir global dan bertindak secara lokal atau thin globally act locally. Merryfield dalam artikelnya yang berjudul Institutuinalizing Cross-cultural Experiences and Interntional Expertise in Teacher Educational : the Development and Potential of a Global Education PDS Network (1995) menyimpulkan konsep-konsep dari perspektif global, yaitu bahwa para guru perlu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mengajarkan kepada muridnya:

a. Penghargaan terhadap adanya perbedaan-perbedaan dan persamaan budaya, untuk itu para guru perlu mengajarkan berbagai macam perspektif yang dimiliki orang lain ataupun masyarakat lain dan mereka perlu juga mempunyai kesadaran untuk

bertoleransi terhadap perspektif yang dimiliki orang lain. b. Dunia ini merupakan sebuah sistem sehingga di dalamnya terjadi saling ketergantungan dan saling berkaitan. c. Keputusan-keputusan dan tindakan yang diambil oleh seseorang akan dapat

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh intraksi global.

Tye and Tye berpendapat bahwa perspektif global meliputi: a. Studi tentang masalahmasalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas nasional dan adanya keterkaitan dalam sistem-sistem ekonomi, lingkungan, budaya, politik serta teknologi. b. Peningkatan saling pengertian terhadap budaya lain sehingga si pembelajar mampu mengembangkan kemampuannya untuk bertoleransi berempati. Muessig dan Gilliom dalam bukunya Perspective of global Education: A source book for classroom teachers (1981) menyebutkan bahwa melalui perspektif global akan membebaskan para pembelajar dari keinginan-keinginan yang sifatnya parokial terhadap pihak lain dan

(picik/sempit) dan chauvinisme Dengan belajar perspektif global mereka akan mampu berinteraksi secara harmonis dalam masyarakat dunia yang ditunjukkan dengan (mengutamakan

adanya kemampuan berempati dan mempunyai sifat altruisme

kepentingan orang lain, kalau perlu dengan mengeluarkan pengorbanan).

Menurut American Association of College for Tacher for Teacher Education (1983) Global education didefinisikan sebagai the proses by which people acquire a global perspective to explain events ini recognition of the increasing interdependence of nations and cultures (Umi Oktyari Retnaningsih, 1998/1999: 15-20)

Menurut Hoopes ( Garsia 1977) mengatakan bahwa pendidikan global mempersiapkan siswa untuk memehami dan mengatasi adanya ketergantugan global dan keragaman budaya, yang mencangkup hubungan, kejadian, dan kekuatan yang tidak dapat diisikan kedalam batas-batas negara dan budaya. Selanjutnya Hoops, menjelaskan pendidikan global memiliki 3 tujuan yaitu: 1. Pendidikan global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan bahan dan mengunakan metode yang memberikan relatifisme budaya. 2. Pendidikan global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global. Kegunaan dari tujuan ini adalah untuk mendiskusikan trntang relatifisme budaya da keutamaan etika. 3. Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk berfikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai suatu warga negara dan sebagai anggota masyarakat manusia secara keseluruhan.

Berdasarkan tujuan tersebut maka, peran guru adalah : 1. Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya pengetahuan global dalam memahami maslah-masalah tertentu. 2. Meningkatkan kesadaran dan wawasan anak didik sebagai landasan dalam melakukan tindakan yang berdampak global. 3. Memberikan contoh dan teladan dalam aktivitas sehari-hari, yang mempunyai pengaruh terhadap masalah global.

1.5

Tugas-tugas maupun pertanyaan yang bisa dilontarkan kepada mahasiswa PGSD

Contoh-contoh proses pembelajaran untuk murid-murid sekolah dasar :

Tema Jenis kegiatan Tujuan kegiatan

: Kerjaasama dan kompetensi : simulasi :

1. Eksplorasi metode penyelesaian masalah melalui kerjasama dan atau kompetisi;

2. Ada pengalaman bahwa pencapaian suatu tujuan terwujud melalui kerjasama (learning by playing); 3. Memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang ciri-ciri khas masyarakat, dan bagaimana masyarakat bisa bekerja sama; 4. Menganalisa konsep kerjasama dan kompetisi (seperti kerjasama dan kompetisi merupakan sesuatu yang alami / terdapat pada kehidupan bermasyarakat dan diperlukan : terutama kompetisi yang sehat dan sportif). Tanpa adanya kompetisi tidak akan mendorong orang untuk meningkatkan kualitas diri dan tidak aka nada pertandingan maupun perlombaan; olimpiade, Asian Games, dan sebagainya tidak akan ada.

Persiapan kegiatan : Bahan-bahan yang diperlukan : Kertas yang mempunyai warna mencolok atau kalender bekas yang mempunyai gambar-gambar menarik, 5 buah sampul untuk tempat potongan kertas atau bekas kalender tersebut, Gunting untuk memotong kertas atau kalender bekas, Koran untuk alas hasil pemasangan potongan kertas.

Langkah kerja : Gunting kertas/kalender bekas tersebut dalam bentuk-bentuk seprti yang ada pada lampiran gambar 2-6. Setiap kelompok harus menerima 15 potongan kertas yang akan disusun kembali bentuknya seperti semula menurut pemotongan yang sesuai. Kelompok lain juga akan menerima jumlah potongan yang sama. Apabila ada 5 kelompok maka aka nada 75 potongan dan masing-masing kelompok akan menerima 15 buah potongan. Masukkan 15 potongan kertas/bekas kalender tersebut ke dalam sampul dan jangan lupa ambil 1 potongan kertas/bekas kalender milik 4 grup yang ada untuk saling

disasarkan/dipindahkan ke amplop milik grup lain sehingga pada saat pemasangan aka nada 1 gambar yang tidak sempurna (nyasar ke milik kelompok lain), dan biarkan milik yang satu grup utuh.

Pelaksanaan simulasi : 1. Sebelum kegiatan simulasi dimulai para murid diminta untuk membentuk lingkaran berdasarkan anggota kelompoknya masing-masing; 2. Aturan main dibacakan, yaitu : a) Setiap peserta tidak diperkenankan berbicara, bahkan mengeluarkan sepatah katapun saat simulasi dilaksanakan/berlangsung; b) Tidak seorangpun peserta yang diperkenankan meminta potongan kertas ke kelompok lain ataupun memberikan signal/isyarat untuk meminta potongan kertas yang dibutuhkan; c) Para anggota diperbolehkan memberikan potongan kertas yang dimiliki yang dianggap tidak diperlukan lagi; 3. Pemberitahuan batas waktu pelaksanaan simulasi (pemasangan potongan

kertas/kalender bekas telah selesai) bisa 10 menit, 15 menit, dan sebagainya sesuai dengan tingkat perkembangan murid. 4. Setelah selesai guru mengadakan tanya jawab dengan murid mengenai kegiatan yang baru saja berlangsung (makna apa yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, murid dimintai contoh mengenai kerjasama dalam kehidupan di rumah, sekolah, dengan kawan bermain, dan sebagainya). Evaluasi : 1. Guru bisa menilai kedisiplinan murid dalam mentaati peraturan yang sudah disepakati bersama, 2. Kerjasama yang dilakukan murid bisa dinilai, apakah mereka bekerja sama secara harmonis dengan sesame anggota kelompoknya dan juga dengan kelompok yanglain. Apakah ada yang berusaha mencari potongan kertasnya yang nyasar ke tempat lain, adakah yang memberikannya dengan sukarela tanpa minta imbalan potongan kertas yang diinginkannya.

3. Menilai bagaimana murid menghadapi kompetisi yang ada. Apakah dengan semboyan yang penting tujuan tercapai, aturan main urusan nanti. 4. Mengetahui sejauh mana pengetahuanmurid dengan adanya kompetisi dalam berbagai aspek kehidupan, apa saja contohnya dan bagaimana menyikapinya.

Kesimpulan
Perspektif global merupakan solusi yang tepat untuk menghadapi tantangan di era globalisasi sekarang ini. Dengan belajar perspektif global mereka akan mampu berinteraksi secara harmonis dalam masyarakat dunia yang ditunjukkan dengan (mengutamakan

adanya kemampuan berempati dan mempunyai sifat altruisme

kepentingan orang lain, kalau perlu dengan mengeluarkan pengorbanan).

You might also like