You are on page 1of 23

EVALUASI HASIL BELAJAR

(Assesmen Berbasis Kompetensi)

Indra Maipita

A. Pendahuluan
Implikasi dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di
Universitas Negeri Medan membutuhkan perubahan-perubahan
mendasar sistem pendidikan di Unimed di antaranya: (1) perilaku
belajar mahasiswa; (2) perilaku mengajar dosen; (3) sistem
penilaian; (4) penataan sarana dan prasarana; (5) penataan
kelembagaan dan aturan akademik; serta (6) ekspansi tempat
belajar. Sebab pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila
diikuti dengan perubahan praktik-praktik pembelajaran di kelas
(KBM) yang dengan sendirinya akan mengubah praktik-praktik
penilaian.
Dalam pendidikan terdapat dua pengertian penilaian, yakni:
Pertama, penilaian (assesment) yang merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar
peserta didik (perseorangan atau sekelompok), dan
mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Kedua, penilaian (evaluasi) yang berarti kegiatan yang dirancang
untuk mengukur keefektifan suatu sistem pendidikan secara
keseluruhan.
Pada kajian ini penulis membatasi diri pada penilaian dengan
menggunakan arti penilaian sebagai “assessment” yaitu kegiatan
yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi
tentang hasil belajar mahasiswa pada tingkat kelas selama dan
setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Data atau informasi dari
penilaian yang dilakukan harus dapat dijadikan bukti yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program
pendidikan.
Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan
termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan

1
termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan tenaga
pengajar (dosen), pengelolaan (manajemen) pendidikan, dan
reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Pada KBK, penilaian mutlak perlu diarahkan pada penggunaan
cara dan instrumen yang bervariasi. Dalam konteks ini, penilaian
mahasiswa mutlak perlu dilatihkan untuk:
(a) Mengungkapkan pemahamannya dalam bentuk kalimat sendiri,
baik lisan maupun tulisan.
(b)Menyatakan gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik,
diagram, atau simbol-simbol lainnya.
(c) Mengembangkan keterampilan fungsional (sosial, proses,
praktis, dan sebagainya) dalam berinteraksi dengan lingkungan
fisik maupun sosial.
(d)Menggunakan lingkungan alam (alam, sosial, dan budaya)
sebagai sumber dan media belajar.
(e) Penilaian perlu dilakukan dengan pemberian tugas membuat
laporan penelitian, ringkasan, atau tulisan ilmiah.
(f) Ranah penilaian perlu diperluas (tidak hanya ranah kognitif
saja, tetapi mencakup ranah afektif dan psikomotor).
(g) Penilaian menggunakan alat dan cara yang bervariasi dalam
mengumpulkan informasi untuk menilai kemajuan belajar
mahasiswa.
Penilaian berbasis kompetensi merupakan suatu proses
pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar mahasiswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian,
pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK mengidentifikasi
pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan
melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan
telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar mahasiswa
dan pelaporan. Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan
kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian
berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja
mahasiswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek),
kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil).

2
B. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Penilaian dalam PBK
Secara khusus penilaian (assesment) bertujuan untuk
memberikan:
1. Informasi tentang kemajuan hasil belajar mahasiswa secara
individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan
kegiatan belajar yang dilakukannya;
2. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan
belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing mahasiswa
maupun terhadap seluruh mahasiswa di kelas;
3. Informasi yang dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa
untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa,
menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan
kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan;
4. Motivasi belajar mahasiswa dengan cara memberikan informasi
tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan
usaha pemantapan atau perbaikan;
5. Informasi semua aspek kemajuan setiap mahasiswa dan pada
gilirannya dosen dapat membantu pertumbuhannya secara
efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang
utuh.
Fungsi evaluasi dalam KBK bagi mahasiswa dan dosen adalah
untuk membantu: (a) mahasiswa dalam mewujudkan dirinya
dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah
yang lebih baik dan maju; (b) mahasiswa mendapat kepuasan atas
apa yang telah dikerjakannya; (c) dosen untuk menetapkan
apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai; dan
(d) dosen membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.
Dari jabaran di atas, seharusnya evaluasi dapat meningkatkan
mutu pembelajaran. Secara garis besar, posisi evaluasi dalam
peningkatan mutu pembelajaran diperlihatkan oleh bagan berikut:

Berbagi & Mekanisme


Pengolahan Internalisasi Balikan Evaluasi
Inforamasi

3
Berbagi & Informasi termasuk di dalamnya kegiatan
perkuliahan, seminar, tugas praktikum, tugas penelitian, self
instruction system, dan lain-lain. Sebagai pemantapan,
mahasiswa diberikan latihan, response, tugas rumah, kerja
kelompok, diskusi dan sebagainya, ini kita sebut dengan
internalisasi. Langkah selanjutnya adalah mekanisme balikan,
merupakan pembahasan hasil internalisasi, pemberian catatan
evaluasi pada lembar hasil kerja, komentar terhadap
internalisasi dan sebagainya.
Mekanisme ini akan memberikan feed back terhadap dosen
dan mahasiswa atas apa yang telah diajarkan oleh dosen dalam
pengolahan informasi dan dikerjakan oleh mahasiswa dalam
internalisasi. Komponen terakhir adalah evaluasi hasil dan
evaluasi proses secara keseluruhan, terdiri dari assessmen
berdasarkan test, tanpa test dan assesmen diri.
Materi evaluasi harus dirancang sedemikian sehingga penguji
yang berbeda dapat memberikan nilai yang sama, dengan kata
lain ujian kompetensi harus betul-betul dapat menguji
kompetensi mahasiswa. Kegiatan evaluasi perkuliahan untuk
mata kuliah paralel harus dilakukan secara serentak oleh Tim
dosen atau Tim Quality Assurance yang ditugaskan untuk
kendali mutu. Materi ujian kompetensi seharusnya
dikembangkan pada saat awal dan juga dipikirkan rencana
proses evaluasi sebelum implementasi KBK. Proses evaluasi
komprehensif untuk kontrol kualitas (Quality Controll) oleh Tim
Quality Assurance sebaiknya dilakukan setiap tahun sesuai
bagan di bawah ini.

Mhs Tes Tes


Kuliah Kuliah Ujian Lulusan
(Input) Tahun 1 Tahun ke-n Skripsi (output)
(QC) (QC)

Sertifikasi

4
Karena itu, penilaian harus diarahkan agar memenuhi prinsip-
prinsip umum penilaian sebagai berikut.
1. Valid
Penilaian dalam PBK harus mengukur apa yang seharusnya
diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat
atau sahih.
Contoh, apabila dalam pelaksanaan kurikulum digunakan
pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan percobaan
harus menjadi salah satu objek yang dinilai. Ketika
merencanakan penilaian, dosen memerlukan jaminan bahwa
semua kegiatan telah berorientasi pada usaha untuk
menyediakan informasi yang relevan dengan Kompetensi dan
Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
2. Mendidik
Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap
pencapaian hasil belajar mahasiswa. Oleh karena itu penilaian
harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan
yang memotivasi bagi mahasiswa yang berhasil dan sebagai
pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang
kurang berhasil.
3. Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud
dalam kurikulum.
4. Adil dan objektif
Penilaian harus adil terhadap semua mahasiswa dan tidak
membeda-bedakan latar belakang mahasiswa yang tidak
berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Objektivitas
penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
pelaksana, kriteria untuk skoring dan pembuatan keputusan
pencapaian hasil belajar. Suatu tugas harus adil dan objektif
untuk laki-laki dan perempuan, mahasiswa dengan latar
belakang budaya yang berbeda, menggunakan bahasa yang

5
dapat dipahami serta mempunyai kriteria yang jelas dalam
membuat keputusan atau menerapkan angka atau nilai.
5. Terbuka
Kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan
sehingga keputusan tentang keberhasilan mahasiswa jelas bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus
menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran
tentang perkembangan kemajuan belajar mahasiswa. Hasil
penilaian perlu dianalisis dan ditindaklanjuti. Penilaian
hendaknya merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran.
7. Menyeluruh
Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa harus dilaksanakan
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif serta berdasarkan pada berbagai
teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil
belajar mahasiswa. Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa
meliputi aspek pengetahuan, sikap atau nilai, dan keterampilan,
serta materi secara representatif sehingga hasilnya dapat
diintegrasikan dengan baik.
8. Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami dan bisa ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian
mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi
mahasiswa yang mengandung informasi keunggulan dan
kelemahan, minat, dan tingkat penguasaan mahasiswa dalam
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Selain harus memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian,
pelaksanaan penilaian berbasis kompetensi harus senantiasa
memegang prinsip-prinsip khusus sebagai berikut.
(1) Apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya
kesempatan yang terbaik bagi mahasiswa untuk menunjukkan

6
apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasi-
kan kemampuannya.
Implikasi dari prinsip ini adalah:
a. pelaksanaan penilaian hendaknya dalam suasana yang
bersahabat dan tidak mengancam;
b. semua mahasiswa mempunyai kesempatan dan perlakuan
yang sama dalam menerima program pembelajaran
sebelumnya dan selama proses penilaian;
c. mahasiswa memahami secara jelas apa yang dimaksud
dalam penilaian; dan
d. kriteria untuk membuat keputusan atas hasil penilaian
hendaknya disepakati dengan mahasiswa.
(2) Setiap dosen harus mampu melaksanakan prosedur penilaian
dan pencatatan secara tepat .
Implikasi dari prinsip ini adalah:
a. prosedur penilaian harus dipahami dengan jelas oleh dosen;
b. prosedur penilaian dan catatan harian hasil belajar
mahasiswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian
dari KBM, dan tidak harus mengambil waktu yang
berlebihan;
c. catatan harian harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami,
dan bermanfaat untuk perencanaan pembelajaran;
d. menggunakan informasi yang diperoleh untuk menilai semua
pencapaian belajar mahasiswa dengan berbagai cara;
e. menilai pencapaian belajar mahasiswa yang bersifat positif
untuk pembelajaran selanjutnya yang direncanakan oleh
dosen dan mahasiswa;
f. mengklasifikasikan dan menentukan kesulitan belajar
sehingga mahasiswa mendapatkan bimbingan dan bantuan
belajar yang sewajarnya;
g. hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan
keberlanjutan pencapaian belajar mahasiswa;
h. menilai semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran,
misalnya efektifitas KBM dan kurikulum;

7
i. konsekuensinya, dosen harus selalu meningkatkan
keterampilannya dalam melakukan penilaian melalui diskusi
pengalaman dan membandingkan metode dan hasil
penilaian; dan

C. Penilaian Kompetensi, Lulusan, dan Acuan Penilaian


Berdasarkan Kepmen Diknas No.232/U/2000 dan 045/U/2002,
kurikulum pendidikan tinggi memuat 5 kelompok mata kuliah,
yaitu :
1. Kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK),
mata kuliah yang berisi pembentukan mental manusia
Indonesia.
2. Kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK),
mata kuliah yang berisi bahan-bahan keilmuan yang akan
ditransfer sesuai bidang masing-masing.
3. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB), mata kuliah
yang berisi tentang cara/teknik bagaimana mentransfer ilmu
yang didalami sesuai bidang masing-masing.
4. Kelompok mata kuliah perilaku berkarya (MPB), mata kuliah
yang berisi tentang inovasi yang sifatnya pengembangan
keterampilan.
5. Kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB),
mata kuliah berisi tentang bentuk-bentuk aplikasi dari ke-
empat kelompok di atas.
Jika dikaitkan dengan ketiga ranah yang ada dalam pendidikan,
yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotor, maka kelompok mata
kuliah MPK didominasi oleh ranah afektif, MKK didominasi oleh
ranah kognitif, MKB didominasi oleh ranah psikomotor, MPB
didominasi oleh ranah afektif dan MBB terdiri dari ranah kognitif,
psikomotor, dan efektif dengan jumlah yang proporsional.
Penilaian kompetensi dalam KBK merupakan penilaian kompetensi
dasar mata kuliah dan penilaian kompetensi lulusan. Penilaian
yang dilakukan harus sesuai dengan kelompok mata kuliah dan
ketiga ranah tersebut. Penilaian kompetensi dasar merupakan
penilaian terhadap pencapaian standar kompetensi minimal mata

8
kuliah. Sebab, kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah
mahasiswa menyelesaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
dari suatu mata kuliah.
Karena di dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 ditetapkan bahwa
penilaian di Perguruan Tinggi masih tetap menggunakan kategori
A, B, C, D, dan E, maka dalam hal ini perlu ditetapkan secara
institusional kategori nilai yang menggambarkan bahwa
mahasiswa dinyatakan kompeten. Dalam bebeberapa kali diskusi
pengembangan KBK di Unimed, disepakati sementara bahwa
standar nilai minimal seorang mahasiswa dikatakan kompeten
adalah C. Ini berarti, mahasiswa yang belum mencapai kategori
nilai C belum dikatakan kompeten, dan diwajibkan untuk mengikuti
ujian kompetensi mata kuliah tersebut di lain waktu.
Untuk meluluskan mahasiswa dalam suatu program studi
diperlukan kompetensi lulusan program studi. Kompetensi lulusan
suatu program studi dapat dijabarkan dari visi dan misi yang
ditetapkan. Acuan untuk merumuskan kompetensi lulusan adalah
struktur keilmuan mata kuliah, perkembangan psikologi
mahasiswa, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna
lulusan. Dalam hal ini ketentuan yang sama juga digunakan pada
penetapan nilai standar kompetensi dasar dari seorang lulusan.
Contoh penilaian dapat digambarkan sebagai berikut:
Seseorang dikatakan lulus dari suatu program studi bila telah
kompeten pada 10 mata kuliah yang tersedia. Jika distribusi nilai
pada masing-masing mata kuliah seperti tertera pada Tabel 1
berikut, kita dapat menghitung rata-rata perolehannya sebagai
lulusan.

Tabel 1. Contoh Perolehan Nilai Seorang Mahasiswa Pada Semua


Mata Kuliah dari Suatu Program Studi.

9
No Nilai Jumla
Mata Kuliah Sks
. Huruf Nilai h
1 A 2 A 4 8
2 B 4 A 4 16
3 C 2 C 2 4
4 D 2 C 2 4
5 E 2 A 4 8
6 F 3 C 2 6
7 G 2 B 3 6
8 H 4 A 4 16
9 I 3 B 3 9
10 J 6 C 2 12
Total 30 89
TotalNilai 89
Nilai kumulatif = = = 3,0 = B
TotalSKS 30

Sehingga mahasiswa dapat dinyatakan kompetensi dengan nilai B.


Seorang mahasiswa dinyatakan tidak kompeten bila tidak
mencapai nilai minimal C.
Perlu diperhatikan, bahwa bila satu di antara 10 mata kuliah di
atas mahasiswa tidak kompeten, maka otomatis mahasiswa
tersebut dinyatakan tidak kompeten sebagai lulusan.
Sehingga lulusan dapat digolongkan atas 2 kategori, yakni “lulus
kompeten” dan “lulus tidak kompeten”.
Acuan yang digunakan dalam penilaian hasil belajar dapat
menggunakan dua kriteria yaitu kriteria mutlak atau penilaian
acuan patokan (PAP) dan kriteria relatif atau penilaian acuan
norma (PAN) sesuai dengan kepentingannya. Bila penilaian
dilakukan untuk mengetahui kedudukan individu mahasiswa
dibandingkan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan,
maka sebaiknya digunakan kriteria mutlak (PAP); sedang bila
digunakan untuk mengetahui kedudukan individu dalam
kelompoknya, sebaiknya digunakan kriteria relatif (PAN). Namun
demikian, untuk menyatakan seseorang kompeten atau tidak

10
hendaknya digunakan penilaian dengan kriteria mutlak (PAP).
Penjelasan tentang hal ini secara skematis ditunjukkan pada
Gambar 1 berikut.

Kriteria Keduduk- Penye- Seleksi


Perlakuan an
Instruksional PAP suaian perlaku
individu
untuk perlaku an utk
dibanding
mencapai kan kan thd menca-
tingkah laku dengan KD individu pai KD
dan yang agar
kompetensi ditentu- menca- Kriteria
kan pai KD mutlak

Diagnosis Acuan Tujuan Fungsi Sifat Standar


K emampuan Penilaian

Kriteria
Mengukur mutlak
Untuk Mengeta- penyesuai
mewujudkan hui Ke- an ind. thd
penguasaan Norma dudukan Seleksi
materi inst
konsep dan Kelom- individu terhdp
dalam
Ind.dlm
tingkah laku pok individu
kelompok kelompok
(PAN)

Gambar 1. Acuan Penilaian dalam KBK


PAP = Penilaian Acuan Patokan
PAN = Penilaian Acuan Norma
KD = Kompetensi Dasar
Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi
yang telah dipelajari mahasiswa melalui kegiatan pembelajaran.
Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang
perlu diniliai meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
1. Ranah kognitif
Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkatan menghafal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi.
a Tingkatan hafalan mencakup kemampuan menghafal verbal
atau menghafal parafrase materi pembelajaran berupa fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur.

11
b Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan
membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan),
mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, dan
menyimpulkan.
c Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan
rumus, dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang
terjadi di lapangan.
d Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi,
mengolongkan, memerinci, mengurai suatu objek.
e Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan
berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk
bangunan, mengarang, melukis, menggambar, dan
sebagainya.
f Tingkatan evaluasi/penilaian mencakup kemampuan menilai
(judgement) terhadap objek studi menggunakan kriteria
tertentu, misalnya menilai kesesuaian suatu bangunan
dengan bestek.
2. Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai
meliputi tingkatan gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin.
Penilaian terhadap pencapaian kompetensi tersebut, adalah
sebagai berikut:
a. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan
mahasiswa dalam menggerakkan sebagian anggota badan.
b. Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan
melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh
anggota badan.
c. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan
gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai
pada tingkatan otomatis.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai,
yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat
mahasiswa terhadap mata kuliah dan proses pembelajaran.
Kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran

12
meliputi tingkatan pemberian respon, presiasi, penilaian, dan
internalisasi.
Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai adalah
kemampuan mahasiswa dalam:
a. memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang
dihadapkan kepadanya;
b. menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang
mempunyai nilai etika dan estetika;
c. menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil,
indah tidak indah terhadap objek studi;. dan
d. menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika dan
estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Penilaian perlu pula dilakukan terhadap daya tarik, minat,
motivasi, ketekunan belajar, dan sikap mahasiswa terhadap mata
kuliah tertentu beserta proses pembelajarannya.
Banyak ahli pendidikan di Indonesia berpandangan, bahwa
merosotnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan hilangnya
unsur softskill dalam PBM. Pengembangan softskill (keterampilan
hidup) berpijak pada pemikiran bahwa hasil belajar aspek ini
merupakan penguasaan berbagai kompetensi dasar dan diperoleh
melalui berbagai pengalaman belajar. Hasil samping yang positif
atau bermanfaat ini disebut juga nurturant effects. Sehubungan
dengan itu, penilaian terhadap keterampilan hidup tersebut perlu
dilakukan. Perlu dinilai seberapa jauh – melalui pengalaman
belajar yang telah dilaksanakan – mahasiswa telah memiliki
kecakapan hidup yang sesuai dengan kebutuhannya untuk
bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Jenis-jenis keterampilan hidup yang perlu dinilai antara lain
meliputi:
1. Keterampilan diri (Keterampilan personal )

• Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME


• Motivasi berprestasi
• Komitmen

13
• Percaya diri
• Mandiri

2. Keterampilan berpikir rasional

• Berpikir kritis dan logis


• Berpikir sistematis
• Terampil menyusun rencana secara sistematis
• Terampil memecahkan masalah secara sistematis

3. Keterampilan sosial

• Keterampilan berkomunikasi lisan/tulis


• Keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi
• Keterampilan berpartisipasi
• Keterampilan mengelola konflik
• Keterampilan mempengaruhi orang lain

4. Keterampilan akademik

• Keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan


hasil penelitian ilmiah
• Keterampilan membuat karya tulis ilmiah
• Keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses
maupun produk.
5. Keterampilan vokasional
• Keterampilan menemukan algorithme, model, prosedur untuk
mengerjakan suatu tugas
• Keterampilan melaksanakan prosedur
• Keterampilan mencipta produk dengan menggunakan
konsep, prinsip, bahan, dan alat yang telah dipelajari.

D. Bentuk dan Instrumen Penilaian dalam PBK


1. Bentuk Penilaian
Bentuk penilaian berkaitan erat dengan bentuk teknik
penilaiannya. Misalnya data untuk penilaian penempatan

14
dihimpun dengan menggunakan teknik penilaian berupa tes
pada awal mata kuliah yang disebut tes penempatan. Hasilnya
diolah untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah
dimiliki mahasiswa.
Data untuk penilaian diagnostik dihimpun menggunakan tes
diagnostik. Hasilnya diolah untuk mengetahui kesulitan belajar
yang dihadapi mahasiswa, termasuk kesalahan pemahaman
konsep. Tes ini dilakukan apabila sebagian besar mahasiswa
gagal dalam pembelajaran.
Data untuk penilaian formatif dihimpun menggunakan tes
formatif dalam bentuk kuis, pertanyaan lisan ataupun ulangan
harian sepanjang semester. Datanya diolah dan digunakan
untuk untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran. Data penilaian sumatif
dihimpun melalui tes sumatif pada akhir semester/akhir tahun.
Hasilnya diolah dan digunakan untuk menentukan keberhasilan
belajar mahasiswa untuk mata kuliah tertentu.
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar
penentuan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam penguasaan
kompetensi dasar diperlukan adanya tagihan-tagihan. Setiap
jenis tagihan memerlukan seperangkat alat penilaian. Misalnya,
untuk mengetahui penguasaan ranah kognitif oleh mahasiswa
melalui ulangan harian dapat digunakan tes tulis dan tes lisan,
sedangkan untuk mengukur ranah psikomotor dilakukan tes
perbuatan berupa tes identifikasi, tes simulasi, atau yang
lainnya.
Seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat
digunakan antara lain sebagai berikut ini.
1. Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari
kuliah yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian
singkat, dan dilakukan sebelum kuliah.
2. Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap
penguasaan mahasiswa tentang pemahaman konsep,
prinsip, atau teorema.

15
3. Ulangan harian: dilakukan secara periodik pada akhir
pengembangan kompetensi, untuk mengungkap penguasaan
pemahaman, sampai evaluasi, atau untuk mengungkap
penguasaan pemakaian alat atau suatu prosedur.
4. Tugas individu: dilakukan secara periodik untuk
diselesaikan oleh setiap mahasiswa dan dapat berupa tugas
rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkap
kemampuan aplikasi sampai evaluasi atau untuk
mengungkap penguasaan hasil latihan dalam menggunakan
alat tertentu, melakukan prosedur tertentu.
5. Tugas kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan
kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah. Jika
mungkin kelompok mahasiswa diminta melakukan
pengamatan atau merencanakan sesuatu proyek
menggunakan data informasi dari lapangan.
6. Ulangan semester : digunakan untuk menilai ketuntasan
penguasaan kompetensi pada akhir program semester.
Kompetensi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi yang
mencerminkan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam
semester yang bersangkutan. Dari aspek kognitif untuk
mengungkap mengingat sampai evaluasi. Untuk aspek
psikomotor dilakukan ujian praktik. Untuk aspek afektif
dilakukan dengan pengumpulan data/hasil pengamatan
dalam kurun waktu 1 semester.
7. Ulangan kenaikan : digunakan untuk mengetahui
ketuntasan mahasiswa untuk menguasai materi dalam satu
tahun ajaran. Pemilihan komptensi ujian harus mengacu
pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai
aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain.
Untuk keterampilan psikomotor dilakukan ujian praktik.
Untuk aspek afektif dilakukan dengan pengumpulan
data/hasil pengamatan dalam kurun waktu 1 semester
8. Laporan kerja praktik atau laporan praktikum: dipakai
untuk mata kuliah yang ada kegiatan praktikumnya.

16
9. Responsi atau ujian praktik: dipakai untuk mata kuliah
yang ada kegiatan praktikumnya untuk mengetahui
penguasaan akhir baik dari aspek kognitif maupun
psikomotor.

2. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian ada yang berbentuk tes dan ada yang
berbentuk nontes. Instrumen berbentuk tes merupakan semua
alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar
dan salah, misalnya instrumen untuk mengungkap aspek
kognitif dan psikomotor. Instrumen nontes hasilnya tidak dapat
dikategorikan benar salah, dan umumnya dipakai untuk
mengungkap aspek afektif.
a. Alat penilaian Berbentuk Tes
Bentuk tes ada yang berupa tes nonverbal (perbuatan) dan
verbal. Tes nonverbal dipakai untuk mengukur kemampuan
psikomotor. Tes verbal dapat berupa tes tulis dan dapat berupa
tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes
objektif dan tes non-objektif.
1) Tes untuk Mengukur Ranah Kognitif
Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan di
kelas atau berupa tes tulis. Tes lisan berupa pertanyaan lisan
yang digunakan untuk mengetahui daya serap mahasiswa
terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif. Tes tertulis
dilakukan untuk mengungkap penguasaan mahasiswa dalam
aspek/ranah kognitif mulai dari jenjang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi.
Bentuknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan
ganda, pilihan berganda, uraian objektif, uraian non-objektif,
hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau
kombinasinya.
Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan portfolio.
Portfolio adalah kumpulan tugas/pekerjaan seseorang. Dalam
bidang pendidikan, portfolio diartikan sebagai kumpulan dari

17
tugas-tugas mahasiswa. Hal yang penting pada penilaian yang
didasarkan pada portofolio adalah mampu mengukur
kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, mahasiswa
menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya
mahasiswa.
Penilaian porfolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya
mahasiswa berkaitan dengan mata kuliah tertentu. Semua
tugas yang dikerjakan mahasiswa dikumpulkan, dan di akhir
satu unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam
menilai dilakukan diskusi antara mahasiswa dan dosen untuk
menentukan skornya. Prinsip penilaian portfolio adalah
mahasiswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian
hasilnya di bahas. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas
mengarang, atau mengerjakan soal. Jadi portfolio adalah suatu
metode pengukuran dengan melibatkan mahasiswa untuk
menilai kemajuannya berkaitan dengan mata kuliah terkait.
2) Tes untuk Mengukur Ranah Psikomotor
Tes untuk mengukur aspek psikomotor adalah tes untuk
mengukur penampilan/perbuatan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai mahasiswa. Berikut adalah contoh-contoh
tes penampilan atau kinerja:
a) Tes paper and pencil: walaupun bentuk aktivitasnya
seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah
kemampuan mahasiswa dalam menampilkan karya, misal
berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.
b) Tes identifikasi: lebih ditujukan untuk mengukur
kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi sesuatu hal,
misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak
berfungsi dari suatu alat.
c) Tes simulasi: dilakukan jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
penampilan mahasiswa, sehingga dengan simulasi tetap
dapat dinilai apakah seseorang sudah menguasai
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.

18
d) Tes petik kerja (work sample): dilakukan dengan alat
yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui
apakah mahasiswa sudah menguasai atau terampil
menggunakan alat tersebut.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes
simulasi, ataupun petik/unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh
datanya dengan menggunakan daftar cek (check-list) ataupun
skala penilaian (rating scale). Daftar cek lebih praktis jika
digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah besar atau
jika perbuatan yang dinilai memiliki risiko tinggi, sedangkan
skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang sedikit.
Perbuatan yang diukur memakai skala penilaian dengan
rentangan dari sangat tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak
sempurna dan skala 5 paling sempurna.
b. Alat penilaian Berbentuk Nontes
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar
mahasiswa. Paling tidak ada dua komponen afektif yang
penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu
mata kuliah. Sikap mahasiswa terhadap mata kuliah bisa positif
bisa negatif atau netral. Hal ini tidak dapat dikategorikan benar
atau salah. Dosen memiliki tugas untuk membangkitkan dan
meningkatkan minat mahasiswa terhadap mata kuliah, serta
mengubah dari sikap negatif ke sikap positif. Beberapa jenis
skala sikap misalnya skala Likert, skala Thurstone dan skala
perbedaan semantik untuk mengetahui sikap terhadap suatu
hal, baik berupa mata kuliah ataupun kegiatan. Skala Bogardus
untuk mengetahui sikap sosial mahasiswa. Skala Chapin untuk
mengetahui tingkat keterlibatan mahasiswa dalam organisasi.
Keterlibatan atau sikap mahasiswa terhadap kegiatan juga
dapat dinilai dengan memanfaatkan teman sekelompok (peer
assessment). Hasil penilaian antar teman dapat dipakai untuk
dijadikan pertimbangan dalam memberikan saran-saran agar
mahasiswa lebih termotivasi juga agar mau lebih baik
berinteraksi sesama teman.

19
3. Langkah- langkah Pengembangan Assesmen Berbasis
Kompetensi

Langkah-langkah Keterangan
Identifikasi standar kompetensi
lulusan Desain instruksional:
Identifikasi kompetensi utama * TIU
Perumusan Identifikasi kompetensi pendukung * Analisis instruksional
Kompetensi dan kompetensi lainnya * TIK
Identifikasi pengalaman belajar * Pengalaman Belajar
untuk setiap kompetensi
Penjabaran Menjabarkan kompetensi khusus dijabarkan secara individual oleh
Kompetensi (TIK) dosen berdasarkan taksonomi
tujuan pembelajaran
Penyusunan Menentukan strategi asessmen, yang
Strategi terdiri dari:
Assesmen dan - metode asessmen (prosedur)
Kisi-kisi - bentuk (jenis) instrumen
- butir instrumen
Pengembangan mengembangkan butir instrumen
menelaah dan merevisi butir expert judgement dari rekan
butir instrumen instrumen sejawad
(termasuk
rubrik, melakukan ujicoba instrumen
Pedoman melakukan analisis empiris kualitas
skoring) instrumen

Contoh Jenis Assesmen dan Bentuk Instrumen


Kompetensi Jenis assesmen
Penguasaan kognitif untuk - test tertulis (objektif, uraian)
perolehan pengetahuan - Test lisan
(ingatan, pemahaman) - Presentasi lisan
-laporan assesmen mandiri (self assesmen)
- Unjuk kerja (berbicara, membaca, menyimak,
dll)
Penguasaan kognitif tingkat - Studi kasus
tinggi (aplikasi, analisis, - Produk (karya)
evaluasi, kreasi) - Interview
- Catatan pinggir (analitic memos/anecdotal
record)
- Laporan (dokumentasi) pemecahan masalah
- Jurnal efektif
- Simulasi komputer
- Observasi pemecahan masalah
Keterampilan Psikomotor - Unjuk kerja
- Tulisan bebas (opinion paper, diary,
argumentative paper)
- Observasi dalam kontek autentic
- Non-test (angket)

20
Contoh Rubrik Holistik
S Deskripsi
kor
4 Respon terhadap tugas sangat spesifik, informasi yang diberikan akurat
dan memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respon dikemukakan
dalam suatu tulisan lancar dan hidup. Jawaban singkat dan jelas,
kesimpulan atau pendapat mengalir secara logis. Secara menyeluruh
respon lengkap dan meuaskan.
3 Respon sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan
akurat dan ditulis dengan lancar. Uraian bertele-tele.
2 Respon kurang memuaskan. Walaupun informasi yang diberikan akurat,
tetapi tidak ada kesimpulan atau pendapat. Ada masalah dengan alur
berfikir yang ditawarkan (kurang logis, misalnya)
1 Respon tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang
hilang dan tidak akurat. Tak ada kesimpulan atau pendapat. Secara
menyeluruh respon tidak akurat dan tidak lengkap

Contoh Rubrik Analitik


Sk Grafik Spesifikasi Rasional
or
4 Gambar dan grafik yang Semua sfesifikasi Rasional yang
disajikan benar yang diberikan diberikan jelas
benar dan
“straighfoward”
3 Sebagian besar gambar dan Semua sfesifikasi Penjelasan sudah
penjelasan yang diberikan yang diberikan ada tetapi masih
benar benar kurang lengkap
2 Beberapa gambar disajikan Hanya sebagian Rasional yang
tetapi tidak semua spesifikasi benar diberikan tidak
penjelasannya benar lengkap
1 Gambar dan penjelasan yang Spesifikasi yang Rasional yang
diberikan sangat terbatas diberikan pada diberikan tidak
dan hanya sebagian yang umumnya salah benar
benar

Contoh Rubrik Kognitif


Kateg S Deskripsi
ori kor
A 100/ Menunjukkan pemahaman yang akurat dan komprehensif
4 tentang konsep serta dapat menymbangkan pemahaman baru
dalam beberapa aspek dari konsep yang menjadi tugasnya.
B 80/3 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap dan akurat
terhadap konsep atau generalisasi
C 60/2 Memperlihatkan pemahaman yang tidak menyeluruh tentang
konsep dan generalisasi, bahkan dalam beberapa hal masih
ada kesalah pahaman
D 40/1 Memperlihatkan kesalahan konsepsi yang nyata dalam pokok
bahasan yang ditugaskan

21
Contoh Rubrik Psikomotor
Kateg S Deskripsi
ori kor
A 100/ Menunjukkan mastery dalam suatu keterampilan tanpa
4 kesalahan dan dilakukan secara otomatis
B 80/3 Menunjukkan kemampuan untuk mentransfer keterampilan
dari suatu bidang ke bidang lain tanpa kesukaran yang berarti
C 60/2 Masih ada kesalahan walaupun tidak fatal dalam kinerja
keterampilan
D 40/1 Menunjukkan berbagai kesalahan fatal dalam melakukan
keterampilan

E. Penutup
Pada kenyataannya tidak ada satupun metode dan teknik
penilaian yang dapat mengumpulkan informasi prestasi dan
kemajuan belajar mahasiswa secara lengkap. Pengukuran
tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran atau
informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan
sikap seorang mahasiswa. Hasil tes juga tidak mutlak dan tidak
abadi karena mahasiswa terus berkembang sesuai dengan
pengalaman belajar yang dialaminya.
Perlu dilaksanakan teknik penilaian yang menghargai keterampilan
atau kemampuan lain yang dimiliki mahasiswa. Penetapan salah
satu teknik (misalnya hanya obyektif tes) akan menghambat
pencapaian tujuan-tujuan kurikulum secara utuh. Teknik penilaian
seperti itu sering kurang memberikan informasi atau catatan
yang cukup tentang umpan balik (feed back) untuk mendiagnosis
atau untuk memodifikasi pengalaman belajar. Dosen hendaknya
mengembangkan teknik penilaian yang berbeda untuk mengukur
jenis-jenis kompetensi yang beragam dari setiap tingkat
pencapaian. Hasil penilaian dapat menghasilkan rujukan terhadap
pencapaian mahasiswa dalam aspek kognitif, sikap, dan
keterampilan, sehingga dapat menghasilkan profil siswa secara
utuh.
Semua penilaian itu tertuju pada satu kata, “mutu”. Mutu dalam
pengertian awam adalah kesesuaian antara kondisi hasil didik
dengan keinginan dan kebutuhan stakeholder (pihak-pihak

22
berkepentingan dengan) pendidikan. Pihak yang paling
berkepentingan dengan hasil didik adalah orang tua peserta didik
dan para calon pemakai hasil didik. Calon pemakai hasil didik
dapat berupa industri dan lembaga-lembaga bisnis, instansi
pemerintahan, dan masyarakat dalam arti luas.

F. Sumber Bacaan
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi
Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Academic Ranking of World Universities by Shanghai Jiao Tong University (China),
http://ed.sjtu.edu.cn/rank/2004/top500list.htm. Diakses : 5 Desember 2004-12-06
International Institute for Management development, World
Competitiveness Yearbook 2004. http://www02.imd.ch/wcy.
Diakses : 6 Desember 2004.
Kepmendiknas No. 232/U/2000, Tentang Pengembangan Kurikulum
Perguruan Tinggi.
Marre, Katy E. Tanpa Tahun, Continuous Quality Improvement
Perspective in the Self-Study. Dayton, Ohio: Associate Vice
President for Graduate Studies & Research
University of Dayton Dayton,Ohio
Mukhlisah, 2004. Strategi Penjaminan Mutu Pendidikan.
http://www.pikiranrakyat.com. Diakses: 24 Nopember 2004.
----------, 2003. Beberapa Teknik Evaluasi Belajar.
http://www.sabda.org. Diakses: 24 Nopember 2004.
World University Ranking by The Times Higher Education Supplement (U.K.),
http://www.thes.co.uk/worldrankings/ . Diakses : 5 Desember 2004-12-06
Ranking by CEST (Switzerland), http://adminsrv3.admin.ch/cest_ccs/. Diakses : 5
Desember 2004-12-06.
Rustam Sehar, Evaluasi Hasil Belajar, Makalah Seminar KBK Unimed, 30 September
2004.

23

You might also like