You are on page 1of 13

ANALISIS SEMEN

TUJUAN Melakukan pemeriksaan semen seorang pria, dan menganalisis hasil pemeriksaan, apakah seorang pria tersenut fertil atau infertil.

TEORI DASAR Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi pria. Sel tersebut mempunyai bentuk khas yaitu mempunyai kepala, leher dan ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis. Proses spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif. Hal ini sebagai akibat dari rangsangan oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dan dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan berlansung sepanjang hidup. Pada tahap pertama dari spermatogenesis, spermatogonia primitif berkumpul tepat di tepi membrane basal dari epitl germinativum, disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk 16 sel yang lebih berdiferensiasi, yaitu spermatogonia tipe B. Pada tahap ini, spermatogonia bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel Sertoli. Sel - sel Sertoli mempunyai membran yang sangat kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan bagian sisi, sehingga dapat membentuk suatu lapisan pertahanan yang mencegah dari peneterasi dari kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus. Namun spermatogonia yang sudah dipersiapkan untuk menjadi spermatozoa dapat menembus lapisan pertahanan tersebut. Proses berikutnya ialah pembelahan secara meiosis. Dalam waktu 24 hari, setiap spermatogonium yang masuk ke dalam lapisan sel-sel Sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk suatu spermatosit primer. Pada akhir hari ke-24, setiap spermatosit terbelah menjadi dua spermatosit sekunder. Pembelahan ini disebut

sebagai pembelahan meisosis pertama. Pada tahap awal pembelahan meiosis ini, semua DNA dalam 46 kromosom bereplikasi. Dalam proses ini, masing-masing 46 kromosom menjadi dua kromatid yang tetap berikatan bersama pada sentromer, kedua kromatid memiliki gen-gen duplikat dari kromosom tersebut. Pada waktu ini, spermatosit primer membelah menjadi dua spermatosit sekunder, yang setiap kromosom berpisah sehingga ke-23 kromosom, yang masing-masing memiliki dua kromatid, pergi ke salah satu spermatosit sekunder sementara 23 kromosom yang lain pergi ke spermatosit sekuder lainnya. Dalam dua sampai tiga hari, pembelahan meiosis kedua terjadi, di mana kedua kromatid dari 23 kromosom berpisah pada sentromer, membentuk dua pasang 23 kromosom, satu pasang terdapat dalam satu spermatid dan satu pasang yang lain terdapat pada spermatid kedua. Manfaat pembelahan secara meiosis adalah bahwa setiap spermatid hanya terdapat 23 kromosom, sehingga spermatozoa yang akhirnya membuahi ovum wanita akan menyediakan setengah dari bahan genetik ke ovum yang dibuahi dan ovum akan menyediakan setengah bagian berikutnya. Setelah beberapa minggu berikutnya setelah tahap pembelahan meiosis, setiap spermatid kembali di modifikasi oleh sel-sel Sertoli secara mengubah spermatid perlahan-lahan menjadi suatu spermatozoa dengan cara menghilangkan beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan kromatin dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala spermatozoa yang padat, dan mengumpulkan sisa sitoplasama dan membran sel pada salah satu ujung dari sel untuk membentuk ekor. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala, dan ekor.

SEMEN Lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu eyakulasi disebut semen (mani). Ia terdiri dari bagian padat dan bagian cair. Bagian padat ialah spermatozoa, bagian cair disebut plasma semen (air mani). Spermatozoa dihasilkan testis, plasma semen dihasilkan ampulla vas deferens, dan kelenjar-kelenjar prostat, vesicula seminalis, Cowper,dan Littre. Semen keluar dari penis biasanya dalam 4 fraksi:

1.

Fraksi pre-ejakulasi Fraksi pre-ejakulasi berasal dati kelenjar Cowper dan Littre.lni dapat keluar dan penis jauh sebelum ejakulasi berlangsung. Dikira berfungsi untuk melicinkan urethra; juga untuk melicinkan vagina waktu coitus. Volume lebih kurang 0,2 ml.

2.

Fraksi awal Fraksi awal semata-mata hanya lendir, berasal dari prostat. Lendir ini mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh jantan. Volume 0,5 ml.

3.

Fraksi utama/fraksi-fraksi ejakulat Fraksi utama terdiri dari lendir. dan sebagian terbesar spermatozoa yang dikeluarkan dari simpanannya dalam epididymis. Volume lebih kurang 2,0 ml.

4.

Fraksi akhir Fraksi akhir adalah lendir yang mengandung sedikit spermatozoa, yang biasanya yang nonmotil (tak bergerak). Lendir fraksi utama dan akhir berasal dari vesicula seminalis, yang fungsinya juga untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh jantan. V oluma 0,5 ml.

Parameter Analisis semen meliputi : 1. Warna Warna semen waktu baru dieyakulasi seperti warna lem kanji yang encer, atau putih keabu-abuan. Makin gelap wama ini jika makin banyak terkandung spermatozoa di dalam. Jika spermatozoa sedikit sekali atau tak ada di dalam; semen itu bening jernih.

2.

Volume Volume normal semen sekali eyakulasi sekitar 2,0 sampai 3,0 ml. Ada juga

yang sampai 4,5 ml. Jika volume kurang dari 1 ml, ada kemungkinan tak beresnya prostat dan vesicula seminalis yang merupakan penghasil utama plasma semen.

3.

Bau Bau semen itu khas, yang kata orang Barat seperti bau bunga chestnut. Bau

itu oleh spermin yang dihasilkan prostat.

4. Viskositas/kekentalan Viskositas normal jika panjangnya sekitar 3-5 cm. Jika > 5 cm berarti semen terlalu kental, kurangnya enzim likuifikasi dari kelanjar prostate, sebaliknya jika < 3 cm berarti enzim likuifikasi terlalu banyak.

5. Likuifikasi/pengenceran Keadaan fisik semen yang baru dieyakulasi adalah kental. Tapi sekitar l5 menit kemudian akan mengalami pengenceran, disebut likuifaksi oleh sminin (enzim lysis) yang dihasilkan prostat. Jika pengenceran tidak wajar berarti ada ketakberesan pada kelenjar itu.

6. Motilitas Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml Aspermia : Tidak ada semen Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40%. Teratozoospermia : > 40% sperma mempunyai bentuk yang tidak normal Necozoospermia : sperma yang tidak hidup

Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml

7. pH pH normal yaitu 7,2 7,8. Jika pH > 8 menunjukkan adanya radang akut pada kelenjar atau epididmis. Jika pH < 7,2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar.

Hitung Sperma (Sperma Count) Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita).

KANDUNGAN SEMEN Zat yang terkandung dalam semen, ialah sebagai berikut: 1. Fruktosa, dihasilkan vesicula seminalis, berada dalam plasma semen. Untuk sumber energi bagi spermatozoa dalam bergerak. Sifat pernafasannya ialah anaerobis. 2. Asam sitrat, spermin, seminin, enzimposfatase asam, glukorunidase, lisozim dan amilase. Semua dihasilkan prostat. Asam sitrat belum jelas peranan, dikira untuk menggumpalkan semen setelah eyakulasi. Spermin yang memberi bau khas, seminin untuk merombak (lysis);sehingga semen mengencer, dan juga untuk mengencerkan lendir cervix betina; sedangkan enzim-enzim lain berperanan dalam memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh jantan. 3. Prostaglandin, dihasilkan vesicula seminalis dan prostat. Peranannya untuk melancarkan pengangkutan spermatozoa dalam saluran kelamin jantan dan betina, di antaranya dengan mengurangi gerakan uterus, merangsang kontraksi otot polos saluran kelamin jantan waktu eyakulasi, dan juga untuk vasodilatasi (mengembangkan pembuluh darah).

4. Elektrolit, terutama Na, K, Zn, Mg. Dihasilkan prostat dan vesicula seminalis. Untuk memelihara pH plasma semen. 5. Enzim pembuahan: nyaluronidase, neuroaminidase, protease mirip tripsin, protease seperti kimotripsin. Enzim pembuahan ini sebagian terdapat di akrosom spermatozoa (hyaluronidase, protease mirip tripsin), sebagian terdapat dalam plasma semen, dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar (terutama t:rotease mirip kimotripsin). Enzim pembuahan ini selama masih berupa eyakulat (artinya belum mendapat reaksi dari saluran kelamin betina) dalam keadaan nonaktif, oleh hadirnya dalam plasma semen itu zat inhibitor. 6. Inhibitor, dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar kelainan jantan dan terkandung dalam. Plasma semen. Inhibitor itu terutama terhadap hyaluronidase, protease mirip tripsin, dan protease mirip kimotripsin. 7. Hormon: testosteron,. FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Ketiganya berasal dari testis. Gonadotropin yang datang ke testis berasal dari hipofisa. 8. Zat organis lain, seperti asam amino, protein, dan lemak. Asam amino yang utama dan jadi ciri semen ialah tirosin dan asam glutarnat, sedang protein yang utama ialah karnitin. Zat organis ini berasal dari testis, saluran dan kelenjar. Protein, seperti kamitin, dihasilkan vesicula seminalis.

ANALlSA SPERMA Analisis sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria. Untuk mengetahui apakah seseorang pria fertile atau infertil. Peranan analisa semen penting sekali. Semen diperiksa harus dari seluruh cyakulat. Karena itu mengambilnya dari tubuh harus dengan masturbasi atau coitus interuptus (bersetubuh dan waktu eyakulasi persetubuhan dihentikan dan mani ditampung semua). Ada juga dengan bersetubuh memakai kondom, asal kondom itu yang khusus, bebas dari spermatisida. Kondom biasa, biasanya telah diberi spermatisida, dan ini tak dapat. Dipakai untuk analisa. Abstinensi juga faktor penting, dan yang terbaik ialah sekitar 3 -4 hari. Paling baik jika semen diperiksa selambatnya sejam sesudah eyakulasi. Jika sampel masih dipakai lebih

dari 4 jam setelah eyakulasi, agar disimpan dalam lemari es, dan untuk memeriksanya kembali harus ditaruh dulu dalam suhu kamar. Yang dianalisa secara rutin ialah 1. Kualitas dan kuantitas spermatozoa 2. Fungsi sakretoris kalenjar asesoris seksonia (Onny P3, 1987) .

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air mani yang normal, sebagai berikut : (WHO, 1999) 1. Volume total cairan lebih dari 2 ml 2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml 3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal 4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi 5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml 6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA Alat : 1. Gelas ukur 2. Object glass 3. Tusuk gigi 4. Kertas pH universal 5. Cover glass 6. Mikroskop 7. Bilik Hitung 8. Pipet leukosit

Bahan : 1. Semen 2. Akuadestilata

3. Alkohol 97% 4. Pewarna Giemsa

Cara kerja : a. Warna Semen dilihat secara seksama dan ditentukan warna semen apakah putih keabuabuan, putih, abu-abu ataupun kuning. b. Bau Semen dicium, tetapi jangan terlalu dekat karena bau yang dikeluarkan oleh semen yang dihasilkan oleh oksidasi zat spermin berbau khas, tajam dan tidak busuk. c. pH Kertas pH universal dimasukkan ke dalam cairan semen dan angkat kemudian cocokkan ke standarisasi pada kertas pH universal. d. Viskositas/Kekentalan Tusuk gigi dicelupkan ke semen yang telah diteteskan ke atas object glass, diangkat pelan dan diukur tinggi benang yang terjadi antara batang kaca dan object glass sampai batas putus. e. Volume Seluruh semen hasil ejakulat dimasukkan dalam 1 kali ejakulasi ke dalam gelas diukur dan dicatat volumenya. f. Likuifaksi/Pengenceran Semen dibiarkan dalam wadah. Semen akan mengalami pengenceran pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit post ejakulasi. g. Motilitas Setetes semen yang sudah mencair diteteskan diatas object glass, kemudian ditutup dengan cover glass, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40, diitung 100 spermatozoa dan dari 100 spermatozoa tersebut tentukan spermatozoa yang bergerak aktif.

h. Jumlah Spermatozoa Pipet leukosit diisi dengan semen yang sudah mencair sampai garis bertanda 0,5. Akudestilata ditambahkan hingga angka 11, kemudian dikocok sampai homogen. Cairan tersebut dimasukkan ke dalam bilik hitung, diperikasa di bawah mikroskop. Spermatozoa dihitung pada luas permukaan bilik hitung seluas 1 mm2, untuk mendapatkan jumlah spermatozoa dalam 1 mL ialah dengan cara: jumlah spermatozoa pengenceran). i. Morfologi Spermatozoa Buat preparat apus semen, difiksasi dengan alkohol 97% selama 5 menit, diwarnai dengan zat warna Giemsa 15 20 menit, dicuci dengan air mengalir perlahanlahan, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat memakai minyak imersi. Bentuk kepala dan ekor diperhatikan. Spermatozoa dihitung hingga mencapai jumlah 100 dalam 100 spermatozoa tersebut, dihitung berapa spermatozoa dengan bentuk normal dan berapa yang abnormal. yang didapat tersebut dikalikan dengan 200.000 (angka

II.

HASIL PERCOBAAN Nama OP/Pasien Umur Tanggal Pemeriksaan Mr. X 25 tahun 26 Desember 2012

No 1 2 3 4 5 6 7 9

Parameter Pemeriksaan Warna Volume Bau Likuifaksi Viskositas/Kekentalan pH Motilitas Morfologi

Hasil Pemeriksaan Putih keabu-abuan 1,2 mL Khas, tajam dan tidak busuk 25 menit 6,5 cm 8 68% hidup

10

Normal Abnormal Kepala Inti Ekor

87% 13% Normal Tidak pecah Normal

Gambar spermatozoa normal dan abnormal

11

Pembahasan dan Kesimpulan Sperma yang dihasilkan oleh Mr. X tergolong normal, karena mempunyai ciri morfologi dan fisiologi sesuai dengan ketentuan yang normal.

PEMBAHASAN Hasil percobaan yang sudah dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa semen yang dihasilkan oleh Mr. X tergolong normal. Hal ini dapat terlihat dari hasil percobaan yang meliputi : 1. Warna

Warna semen putih keabu-abuan. Warna semen normal adalah seperti kanji cair atau putih keabu-abuan.

2.

Volume

Volume yang diperoleh sebesar 1,2 mL. Volume yang didapatkan adalah di bawah standar normal (2-5 mL). Hal ini disebabkan pendonor sperma saat melakukan ejakulasi dalam kondisi tegang, sehingga menyebabkan semen yang dikeluarkan dalam jumlah sedikit.

3.

Bau

Bau semen dari hasil percobaan adalah bau khas, tajam dan tidak busuk. Hal ini disebabkan adanya oksidasi zat spermin yang dihasilkan kelenjar prostat.

4.

Likuifaksi/Pengenceran

Berdasarkan hasil pengamatan semen yang dihasilkan tergolong kental. Likuifaksi terjadi setelah 25 menit, mulai pengamatan pada jam 14.15, dan tidak diketahui pada saat ejakulasi tersebut pada jam berapa. Biasanya likuifaksi yang normal terjadi 15 20 menit setelah ejakulasi.

5.

Viskositas/Kekentalan

Viskositas yang didapat adalah sebesar 6,5 cm. Viskositas yang didapatkan hasilnya adalah melebihi standar normal, karena semen masih sangat kental. Nilai dari viskositas yang normal adalah sebesar 3 5 cm.

6.

pH

pH yang diukur dengan kertas pH universal adalah 8. pH semen yang didapatkan terlalu basa, sedangkan pH normal adalah 7,2 7,8. pH kurang dari 7,2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididimis. pH lebih dari 8 menunjukkan adanya radang akut pada kelenjar-kelenjar atau pada epididimis.

7.

Motilitas

Jumlah spermatozoa yang motil atau masih aktif bergerak sebesar 68 %, sedangkan yang nonmotil atau yang sudah tidak aktif sebesar 32 %. Motilitas normal sperma yaitu sebesar 60% atau lebih. Namun ada pula yang menganggap bahwa nilai motilitas sperma sebesar 40% masih dianggap normal.

8.

Morfologi Spermatozoa

Morfologi normal sebesar 87 %, abnormal 13 %. Kepala normal memiliki inti tidak pecah dan ekor normal. Kadang-kadang seseorang yang mempunyai jumlah sperma normal tetapi tetap infertil. Bila hal ini terjadi, sering kali separuh dari sperma abnormal, seperti mempunyai dua kepala, kelainan bentuk kepala, atau kelainan ekor. Pada keadaan lain, sperma tampak normal, tetapi karena alasanalasan yang tidak diketahui seluruhnya tidak bergerak atau relatif tidak bergerak.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : Sperma yang dihasilkan oleh Mr. X tergolong normal, karena memiliki ciri morfologi dan fisiologi yang sesuai dengan ketentuan spermatozoa yang normal.

Saran : Lakukan pemeriksaan analisa sperma ulang pada laboratorium yang memiliki standarisasi dan kontrol mutu yang baik. Sebelum melakukan ejakulasi sebaiknya melakukan abstinentia 2 sampai 7 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauree. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta:EGC. 2001 Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta:EGC, 1997 http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1210916_1410-5888.pdf Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito. Hermanto H.H. dan Hadiwidjaja DB http://kamuseliz.wordpress.com/2008/07/26/analisissperma-pada-infertilitas-pria/. M. Barnet dkk.http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/01485017908988405. Warta Medika.http://google.com/pemeriksaan-sperma.html. WHO.http://google.com/standar-sperma-normal-who.html.

You might also like