You are on page 1of 10

Indonesian Timber : Jati, Ramin, Sono Keling, Pulai/Lame dan Nyatoh

Oleh: Lutfiyah (3415102430) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta

Abstrak Indonesian timber adalah jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau peralatan lain seperti perabot rumah tangga. Berdasarkan studi pustaka, pohon-pohon yang berasal dari Indonesia yang dapat dimanfaatkan contohnya seperti Jati, Ramin, Sono Keling, Pulai/Lame, dan Nyatoh. Pohon tersebut banyak dibudidayakan di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Kayu-kayu tersebut memiliki ciri masing-masing dan dapat digolongkan berdasarkan tingkat keawetan dan kekuatan, sehingga dalam pemanfaatannya pun perbeda. Pemanfaatan dari katu-kayu tersebut seperti untuk bahan bangunan, furniture, mebel, alat-alat perkapalan, kertas dan sebagainya. Kata Kunci: timber, kayu jati, kayu ramin, kayu sono keling, kayu pulai/lame, kayu nyatoh.

PENDAHULUAN Kayu adalah bagian batang atau cabang mengeras serta ranting Kayu tumbuhan digunakan yang untuk karena mengalami lignifikasi

dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. Batang pohon yang dipotong

(pengayuan).

berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga

melintang akan memperlihatkan bagianbagian kayu, yang kerap kali berbeda warna. Bagian terdalam adalah empulur yang lunak,

lalu ke luar adalah kayu teras, kayu gubal, dan terakhir adalah pepagan (kulit kayu). Bagian percabangan akan memperlihatkan pola khusus, yang biasa dianggap sebagai "mata". Indonesian timber adalah jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau peralatan lain seperti perabot rumah tangga. Kayu dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pengawetan dan kekuatan. Pengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur. Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya. Tingkatan awet dan kuat sangat menentukan kualitas kayu. Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya. Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.

KAYU JATI Kayu jati adalah kayu yang berasal dari pohon jati yang memiliki nama ilmiah Tectona grandis dan termasuk dalam suku Lamiaceae. Kayu jati memiliki berat jenis rata-rata 0,70 gr/cm3. Termasuk kelas awet I dan II, serta kelas kuat II. Pohon jati tingginya dapat mencapai 50 m. Memiliki batang lurus dan percabangan terjadi setelah ketinggian mencapai 20-25 m, diameter batang berkisar 150-250 cm, terkadang terdapat akar banir pendek di bagian dasar batang. Permukaan batang berwarna coklat keabuan, bagian kulit dalam batang berwarna kemerahan bergetah lengket. Daun berbentuk bulat telur lebar, panjang 11-55 cm dan lebar 6-37 cm. Perbungan berukuran panjang 40 cm dan lebar 35 cm; tiap bunga berukuran 3-6 mm. Daun-daun kelopak berbentuk lonceng, berwarna putih dan merah jambu pada daun mahkotanya. Buah tertutup oleh daun-daun mahkota yang menggembung. Umumnya pohon jati Tumbuh di daerah dengan curah hujan 1.500 2 000 mm/tahun. Pada suhu 27 36 C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Paling baik adalah tanah dengan pH 4.5 7. Ketinggian tempat yang optimal adalah

antara 0 700 m dpl. Menurut beberapa ahli Jati merupakan spesies asli Burma, kemudian menyebar ke Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli yang lain berpendapat jati adalah spesies asli Burma, India, Muangthai dan Laos. Di Indonesia dikembangkan di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Di dunia industri kayu jati dapat dimanfaatkan sebagai bangunan, mebel, lantai, papan dinding, bantalan, tiang listrik dan telepon, perkapalan, patung, ukiran dan kerajinan tangan, serta finir mewah. KAYU RAMIN Kayu ramin berasal dari pohon ramin dengan nama ilmiah Gonystylus bancanus dari suku Thymelaeaceae. Kayu ini memiliki berat jenis 0,63 gr/cm3, termasuk dalam kelas awet IV dan kelas kuat II dan III. Pohon ramin memiliki tinggi sekitar 40-45 m. Diameter batang setinggi dada 60120 cm. Pohon kadang membentuk lekukan memanjang pada permukaan batang bawah, Memiliki akar menonjol ke luar permukaan tanah (peumatophores). Permukaan kulit batang sering pecah, berwarna abu-abu sampai merah coklat. Kulit batang bagian dalam warna kuning. Kayu gubal warna

pucat krem atau putih. Bentuk daun elips, 414,5 x 2-7 cm, panjang tangkai 8-18 mm. Panjang rangkaian bunga sampai 9 cm, berambut halus pendek. Panjang tangkai individu bunga 8-14 mm, daun mahkota (meruncing, tidak berambut), sebanyak 1320. Bentuk buah agak bulat, panjang sampai 4,5 cm, dengan 3-4 rongga, permukaan agak kasar tetapi tidak membentuk lekukan yang memanjang. Biji berbentuk telur, warna hitam, berukuran 28 x 22 x 6 mm. Ramin tumbuh di hutan rawa gambut beriklim selalu basah dan tanah tergenang air gambut dengan tebal lapisan gambut 120 m. Ramin Sumatera merupakan tenggara, jenis asli Indonesia (Kalimantan Barat dan Tengah, bagian Bangka), Malaysia (Semenanjung barat daya dan Sarawak) dan Brunei Darussalam. Populasi dan habitatnya IUCN, menurun tingkat tajam akibat penebangan berlebihan. Berdasarkan daftar merah kelestariannya tergolong kategori terancam punah. Kayu ramin ini dapat dimanfaatkan untuk bangunan, kayu lapis, mebel, lantai, papan dinding, rangka pintu dan jendela, dan hiasan ukir.

KAYU SONO KELING Pohon sono keling memiliki nama ilmiah Dalbergia latifolia yang termasik dalam suku Papilionaceae. Pohon sono keeling termasuk kelas awet I dan kelas kuat II, serta memiliki berat jenis rata-rata 0,90 gr/cm . Pohon berukuran sedang atau besar. Tinggi dapat mencapai 43 m dan diameter hingga 180 cm. Memiliki akar papan yang jelas. Daun majemuk terdiri dari 3 - 7 anak daun dan bertangkai lurus. Ujung daun membulat atau berlekuk Bunga bertangkai. Mahkota bunga berwarna putih atau merah jambu pucat. Benang sari berjumlah 9; panjang tangkai kepala putik 1.7 - 2.5 mm. Buah polong pecah, panjangnya 4 - 9 cm dan lebar 1.5 - 2 cm dan mengandung 1 - 3(4) biji.
3

Afrika. Sebaran alami sonokeling lainnya adalah anak-benua India, mulai dari kaki Pegunungan Himalaya hingga ujung selatan semenanjung, terutama di hutan-hutan monsun yang kering di wilayah-wilayah Karnataka, Kerala, dan Tamil Nadu, di Ghats Barat. Kayu sono keling dapat

dimanfaatkan sebagai mebel, lantai, papan dinding, alat olah raga dan music, patung, ukiran, dan kerajinan tangan, serta finir mewah. KAYU PULAI / LAME Kayu pulai berasal dari pohon nyatoh yang memiliki nama ilmiah Alstonia scholaris dari suku Apocynaceae. Kayu ini memiliki berat jenis 0,46 gr/cm3, termasuk kelas awet III dan V, serta kelas kuat IV dan

Di Indonesia pohon sono keling tumbuh pada ketinggian di bawah 600 m dpl, terutama di tanah-tanah yang berbatu, tidak subur, dan kering secara berkala. Tumbuh berkelompok, namun tidak terlalu banyak, di hutan-hutan musim di yang waktu menggugurkan daun-daunnya

V. Di Indonesia pohon ini tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Pohon ini umumnya memiliki tinggi 20 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 15 mm. Bentuk daun lonjong sampai lanset.

kemarau. Persebaran pohon sono keling mulai dari Daerah Nepal, India Barat dan Timur Laut dan Jawa. Tumbuhan ini telah ditanam di daratan Asia Tenggara, Jawa dan

Permukaan atas daun licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan nyatoh menyirip, panjang 10 23 cm, lebar 3 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk, berwarna Buah hijau terang sampai pita putih yang kekuningan, berambut halus yang rapat. bumbung berbentuk panjangnya 20 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Pohon Pulai dapat hidup pada

Kayu nyatoh berasal dari pohon yang memiliki nama ilmiah Palaquium rostratum dari suku Sapotaceae. Kayu ini memiliki tingkat kelas awet II dan III, serta kelas kuat I dan II. Massa jenis rata-ratanya adalah 0,67 gr/cm3. Pohon nyatoh memiliki tinggi sekitar 60-90 m dengan diameter antara 130-250 cm. Batang lurus, bulat bertorak disangga banir kecil dengan mahkota yang tidak lebar, cabang teratur. Daunnya seperti belalang dengan bagian bawah mengilap berwarna seperti emas. Kayunya coklat muda sampai kemerahan, mengkilat, berurat mudah, ringan, mudah dikerjakan, dan bergambar bagus. Daun berbentuk oval, tersusun berbentuk spiral. Buahnya hijau bulat sampai memanjang mengandung lemak yang cukup tinggi. Persebaran pohon ini mulai dari bagian barat India dan Sri langka sampai selatan Cina dan Polynesia. Sebagian besar ditemukan di bagian barat Malaysia dan di Indonesia di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Irian Jaya, dan Kalimantan banyak diantaranya merupakan jenis endemik.

ketinggian 1 m 1.230 m di atas permukaan laut, yaitu pada tanah berpasir dan tanah liat yang tidak pernah digenangi air. Tumbuh normal pada tanah dengan tekstur kasar, pH di atas 5, kandungan C-organik , N-total, Ptersedia, K dan Kejenuhan Basa (KB) tinggi serta kandungan unsur Al rendah. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 1000-3800 mm. Suhu minimun pada 8 0C. (Wirjodarmodjo, 1959). Kayu pulai dapat dimanfaatkan

untuk kayu lapis, bahan pembungkus, patung, ukiran dan kerajinan tangan, korek api, pulp, alat gambar, dan hiasan ukir. KAYU NYATOH

Kayu ini dapat dimanfaatkan sebagai bangunan, kayu lapis, lantai, papan dinding,

rangka pintu dan jendela, alat olah raga dan music, serta untuk perkapalan. PROSES PENGOLAHAN KAYU Kayu hasil penebangan biasa disebut kayu gelondongan (log). Log didistribusikan ke pabrik atau melalui pusat penggergajian Beberapa menggunakan angkutan khusus baik di darat maupun sungai. perusahaan mengupas kulit log agar bisa lebih cepat kering selama perjalanan. Untuk menghindari penampang kerusakan log diberi dan 'paku retak, cacing

suhu dan temperature udara di luar ruangan. Hal ini biasanya hanya dilakukan pada saat musim panas. Agar kualitas kayu terjaga, paling lama adalah 1 minggu setelah penggergajian, kayu harus segera dikeringkan. Semakin cepat kayu diproses akan lebih baik sehingga tidak ada waktu bagi jamur dan serangga untuk menyerang kayu. Jenis kayu apapun harus melalui proses pengeringan. Adapun yang perlu diperhatikan adalah ukuran ketebalan papan, cara penumpukkan dan metode pengeringan. Kayu yang lunak cenderung mudah pecah apabila proses pengeringan terlalu cepat. Pengeringan kayu membutuhkan waktu antara 2 hingga 4 minggu, dipengaruhi oleh jenis kayu, ketebalan papan dan kapasitas pengering. Cara pengeringan yang baik adalah dengan menggunakan peralatan yang benar. Pada beberapa industri kayu kecil biasanya untuk mengeringkan kayu cukup dengan disandarkan pada dinding atau tiang dan mengandalkan sinar matahari. Namun cara ini tidak bisa menghasilkan level yang ideal untuk kayu. Sawn Timber yang kering harus disimpan di tempat yang bersih, kering dan berventilasi baik, aman dari panas dan hujan

(paku2an) ' sebagai pengaman. Kemudian log dibelah sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Standar ketebalan papan pada saat pembelahan log adalah 3, 5, 7, 10, 12, dan 15 cm. Di area penggergajian kayu, papan-papan hasil pembelahan dipisahkan sesuai ketebalan dan jenis kayu sehingga memudahkan pengaturan di dalam kiln dry. Untuk pabrik yang memiliki kapasitas produksi besar, memiliki sawmill akan membantu efisiensi produksi baik dalam segi pemakaian bahan maupun kecepatan produksi. Sebelum masuk ke ruang pengeringan, papan dan balok disimpan dahulu di luar ruangan dengan tujuan agar kandungan air juga akan menguap karena

agar kekeringan kayu bisa terjaga dengan baik. Kayu dipotong dan dibelah sesuai dengan ukuran produk yang dikerjakan. Untuk mendapatkan ukuran ini tukang kayu akan mengambil lembaran-lembaran papan kering dengan ketebalan 45mm untuk dibelah di mesin gergaji atau ripsaw menjadi ukuran lebar 45mm. Dari proses tersebut akan diperoleh batangan/balok kayu ukuran 45x45mm. Setelah itu balok tersebut dibawa ke mesin cutting saw untuk dipotong dengan ukuran panjang 720mm. Balok-balok pendek tersebut kemudian dikirim ke mesin serut (planner, thicknesser atau lainnya yang sejenis) untuk mendapatkan ukuran jadi dengan permukaan yang halus tanpa garis gergaji. Selesai diserut (tergantung jenis produk juga), komponen tersebut dipindahkan ke mesin bor, atau mesin pen (tenoner & mortiser) untuk membuat konstruksi. Jika pada dasarnya proses konstruksi tersebut selesai, semua komponen akan berakhir di mesin amplas sebelum dilakukan perakitan. PROSES PENGOLAHAN KERTAS kertas, potong

Kayu yang diperoleh dari hutan di lalu didiamkan ditempat penampungan yang telah disiapkan selama beberapa bulan untuk menjaga kelembaban Log kayu. Setelah dikeluarkan dari tempat

penampungan, kulit kayu di kupas dengan mesin. Proses ini disebut juga dengan De Barker, setelah itu bagian kayu di belah belah menjadi ukuran yang lebih kecil menggunakan mesin chipping. Setelah kayu dipotong menjadi

bagian yang kecil kecil, proses selanjutnya adalah memasak kayu chip tersebut dengan mesin gester dengan tujuan untuk memilah serat kayu dengan lignin. Serat kayu ini yang dijadikan bahan utama untuk pembuatan kertas. Terdapat 2 macam proses pemasakan yaitu: Chemical Process & Mechanical Pulping Process. Pengertian Pulp ( Pulping ) adalah proses pemasakan kertas kedalam mesin getser. Proses pulp ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai proses pembuburan kertas dikarenakan pemasakan serbuk ini menyerupai bentuk bubur.

Setelah melalui proses pulping, pulp diolah kembali pada bagian stock preparation untuk meramu kertas dengan penambahan bahan bahan kimia lainnya seperti zat warna kertas (standar warna putih), zat retensi, zat filler (zat untuk memadatkan pori pori diantara serat kayu), air dll. Setelah menyelesaikan tahap ini, proses dilanjutkan ke areal paper machine (mesin kertas) Dari tahap stock preparation, bahan yang telah diramu tersebut dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cleaner / pembersih, barulah kemudian dimasukkan ke headbox untuk membentuk ukuran lembaran kertas yang diletakkan diatas fourdinier table (cetakan). Alat ini berfungsi untuk menguras zat air yang masih didalam stock preparation (dewatering) untuk menghasilkan kertas basah yang memiliki kadar padat sekitar 20 persen. Setelah itu kadar kepadatan kertas ditingkatkan menjadi 50% menggunakan mesin Press dengan membuang kadar air yang tersisa. Adapun proses yang dilalui oleh press part adalah memasukkan kertas diantara dua buah roll besar yang berputar yang diberi tekanan sehingga air yang tersisa dibuang keluar. untuk

Proses berikutnya dilanjutkan ke bagian pengeringan (dryer). Dryer berfungsi untuk mengeringkan lagi kadar air yang terseisa agar hanya mencapai 6 % saja. Hasilnya bahan yang telah melalui finishing tersebut dapat dikatakan sebagai kertas jadi, yang kemudian di gulung ke dalam sebuah alat penggulung raksasa ( pop reel ) hingga membentuk paper roll. Paper roll (gulungan kertas) raksasa inilah yang merupakan bahan kertas jadi yang kemudian dijual kepada produsen, pabrikan yang menggunakan kertas sebagai bahan dasar mereka seperti; pabrik buku, surat kabar, dll. PEMANFAATAN CORK (GABUS) Penggunaan gabus yang paling sebagai umum sarana

tetap

pembatasan botol anggur. Sekarang ada alternatif modern yaitu sumbat plastik, namun sumbat gabus tradisional tetap pilihan yang paling baik untuk anggur. Namun, gabus tidak hanya bermanfaat untuk tutup botol anggur, banyak hal menarik yang dimanfaatkan dari gabus. Gabus merupakan bahan yang sangat tidak biasa dalam penggunaannya sebagai sarang lebah yang kemudian diisi udara sehingga sangat kompresibel dan elastis. Ketika ditekan, gabus akan kembali ke

bentuk aslinya. Struktur ini membuatnya bberguna untuk berbagai keperluan dalam industri dan seni. Salah satu penggunaan industri yang lebih umum untuk gabus adalah dalam penciptaan isolasi suhu rendah, yang

membuat pad mouse komputer dari gabus. Mengingat bahwa tangan operator komputer yang menghabiskan banyak waktu pada mouse pad, ini adalah pilihan yang sangat baik untuk seseorang dengan kulit sensitif. Pada tahun 2002, Amerika Yohanes Pollack dan rekannya Garth Goldstein membuat berhasil Douro berita Sungai internasional perahu dalam Portugal dengan yang menavigasi menyusuri

digunakan untuk melindungi hal-hal seperti pipa pendingin dan pendingin air. Untuk membuat bahan isolasi, gabus sebagai lapisan atas, dibentuk dan dipanggang menjadi bentuk yang diinginkan. Gabus yang tinggi digunakan terhadap gabus di dalam api. roket roket. NASA untuk

seluruhnya terbuat dari sumbat gabus. KESIMPULAN Banyak diperoleh dari sekali manfaat yang

Karena gabus memiliki tingkat ketahanan menggunakan tumbuhan, terutama

mencegah bahan bakar roket menjadi terlalu panas saat pengapian. Gabus merupakan bahan yang indah untuk lantai yang tersedia dalam berbagai warna dan pola. Lantai Cork juga mudah untuk dibersihkan, hanya membutuhkan kain untuk membersihkan debu. Namun, tingkat kelembapan gabus juga harus tetap dijaga. Gabus bersifat hypoallergenic, yang membuatnya berguna untuk apa pun yang berhubungan dengan kulit manusia. Sebagai contoh, sebuah perusahaan di Kanada

tumbuhan berkayu seperti jati, ramin, sono keeling, pulai/lame, dan nyatoh. Bagian yang dapat dimanfaatkan adalah kayunya. Dengan melihat tingkat keawetan dan kekuatan dari jenis kayu kita dapat mengetahui kayu tersebut memiliki manfaat yang berbeda beda seperti bahan bangunan, mebel, kertas dan sebagainya. Di Indonesia sudah banyak pembudidayaan jenis-jenis pohon tersebut yang untuk nantinya akan dimanfaatkan perekonomian. DAFTAR PUSTAKA meningkatkan

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta Hill, Albert. F. 1951. Economic Botany. New Delhi: Tata Mc Graw Hill Soediarto. 1963. Keterangan-keterangan tentang ramin (Gonystylus bancanus) di Negara Serawak. Rimba Indonesia. Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1982. Ekologi hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Soerianegara I, Lemmens RHMJ. 1994. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: Major Commercial Timber. Prosea Publisher, Bogor Indonesia. Prohati.___. Detail Data spesies. http://www.proseanet.org. 26 Februari 2013 Plantanamor.___. Informasi Spesies. www.Plantanamor.com. 26 Febtuari 2013

You might also like