You are on page 1of 11

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN (Analisa Gaya Kepemimpinan SBY)

Disusun Oleh :

Rian Agustian

NPM : 123522191

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah B.Tujuan Penulisan Makalah .. ..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Makna dan Tujuan Kepemimpinan B.Teori-Teori Kepemimpinan . . .

C.Model gaya Kepemimpinan . D.Ciri-ciri Pemimpin dan Kepemimpinan Yang Baik

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungannya. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan, menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Sebagai mahluk Alloh yang menempati derajat tertinggi diantara mahluk lainnya, Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan serta kehidupan sosialnya dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia diharapkan akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan mengerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat tergantung pada pimpinannya. Di Indonesia, gaya kepemimpinan para pejabat negara pasca reformasi senantiasa menarik perhatian rakyat Indonesia dan disoroti secara berbeda, dan menimbulkan pro kontra dikalangan masyarakat seperti halnya kepemipinan SBY dengan 2 periode kepemimpinannya.

B.Rumusan Masalah

Berkaitan dengan masalah apa sebenarnya kepemimpnan itu dan bagaimana gaya kepemimpinan itu, maka yang menjadi pembahasan adalah hal-hal yang berkaitan dengan : 1. Apakah Makna Kepemimpinan itu? 2. Bagaimanakah Teori-Teori Kepemimpinan itu? 3. Bagaimanakah Tipe / gaya Kepemimpinan?

BAB II Landasan Teoritis

A.Makna Kepemimpinan

Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sementara menurut Ngalim Purwanto Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain: 1) Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi. 2) Di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan 3) Adanya tujuan bersama yang harus dicapai. Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan : 1. Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. 2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. 3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan. 4. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

5. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 6. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. 7. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. 8. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan: 1. Pendayagunaan Pengaruh 2.Hubungan Antar Manusia 3.Proses Komunikasi, dan 4.Pencapaian Suatu Tujuan.

Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, adalah: 1.Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan). 2.Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok. 3.Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B.Teori-Teori Kepemimpinan

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang produktifitas organisasi secara keseluruhan. Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Dari sekian banyak model teori dan analisis, berikut ini adalah enam sistem popular yang dapat menjelaskan gaya kepemimpinan: 1. Teori Kisi Kepemimpinan (Blake dan Mouton, 1964) Teori ini awalnya disebut sebagai kisi manajerial (managerial grid), kemudian sejak tahun 1991 disebut sebagai kisi kepemimpinan (leadership grid). Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer; perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang direncanakan untuk diselesaikan oleh organisasi, dan perhatian pada orang-orang dan unsur-unsur organisasi yang memengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan bagaimana perhatian pemimpin pada tugas dan manusia berkelindan sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepemimpinan. a. Gaya Pengalah (impoverished style) yang ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap produksi, ia cenderung menerima keputusan orang lain, serta menghindari sikap memihak. b. Gaya Pemimpin Pertengahan (middle of the road style), ditandai dengan perhatian yang seimbang antara terhadap produksi dan manusia. Bila terdapat perbedaan sikap dan gagasan ia berusaha untuk jujur tapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak. Ia berusaha mempertahankan agar keadaan tetap baik dan stabil. c. Gaya Tim (team style), gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Ia menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. d. Gaya Santai (country club style), gaya ini ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap tugas tetapi tinggi terhadap manusia. Ia lebih suka mendengar pendapat, sikap, dan gagasan dari orang lain daripada memaksakan kehendaknya. Ia lebih bersifat menolong daripada memimpin. e. Gaya Kerja (task style), gaya ini ditandai dengan perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan tugas tetapi kurang memperhatikan manusianya. Pemimpin seperti ini sangat menjunjung tinggi keputusan yang telah dibuat dengan perhatian utama adalah pelaksanaan dan penyelesaian kerja secara efisien.

2. Teori 3-D (Reddin, 1967) Reddin membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang dikemukakan Blake dan Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga yaitu efektivitas. Ketiga dimensi tersebut didefinisikan sebagai berikut : a. Orientasi Kerja, yakni tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan. b. Orientasi Hubungan, tingkat hubungan pribadi antara manajer dengan bawahan ditandai dengan adanya sikap saling memercayai, menghormati gagasan, dan memperhatikan perasaan bawahan. c. Keefektifan, tingkat persyaratan produksi yang dicapai sesuai yang ditetapkan manajemen.

Kisi 3D menghasilkan delapan gaya kepemimpinan yang terbagi dalam dua jenis gaya utama yakni lebih efektif dan kurang efektif. Manfaat gaya lebih efektif kurang lebih sama tergantung pada situasi yang dihadapi. Ada saatnya seorang manajer menggunakan keempat gaya secara bersamaan, tetapi di saat menjalankan tugas lain hanya menggunakan satu atau dua gaya secara konsisten.

3. Teori Kepemimpinan Situasional (Hersey dan Blanchard, 1974, 1977) Konsep kepemimpinan ini dikembangkan dari penelitian di Ohio State University (Stogdill & Coons, 1957), penelitian ini menunjukkan banyak kemiripan dengan teori yang dikemukakan Blake dan Mouton yaitu ada dua dimensi gaya kepemimpinan yakni struktur pertimbangan dan pengawalan, kisi yang dihasilkan juga serupa. Hersey dan Blanchard memperkenalkan kematangan sebagai variabel ketiga. Mereka menyebut bahwa perbedaan antara gaya efektif dan tidak efektif seringkali bukan hanya karena perilaku pemimpin yang sesungguhnya tetapi lebih pada masalah kecocokan antara perilaku dengan situasi yang dihadapi. Faktor yang menentukan efektivitas dijelaskan sebagai tingkat kesiapan anak buah yang meliputi kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab. Dari penelitian tersebut disimpulkan ada empat gaya kepemimpinan situasional yaitu; a. Memberitahu (Telling). Tugas berat hubungan lemah; ditandai hubungan komunikasi satu arah, pemimpin menentukan peranan anak buah dan memberitahu apa, dimana, kapan, dan bagaimana cara melaksakan berbagi macam tugas.

b. Mempromosikan (Selling). Tugas berat hubungan kuat; ditandai hubungan komunikasi dua arah, meskipun semua pengaturan dilakukan pemimpin, ia menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. c. Partisipasi (Partcipate). Hubungan kuat tugas berat. Ditandai pemimpin dan anak buah samasama terlibat dalam pengambilan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya. Pemimpin lebih banyak memberikan kemudahan karena anak buah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. d. Mewakilkan (Delegating). Hubungan lemah tugas ringan. Ditandai dengan pemimpin membiarkan anak buah bertanggung jawab atas keputusan mereka. Pemimpin mendelegasikan kewenangannya karena anak buah mempunyai tingkat kesiapan yang tinggi, bersedia dan mampu bertanggung jawab untuk mengatur perilaku mereka sendiri. Berlawanan dengan teori Blake dam Mouton dan Reddin, Hersey dan Blanchard gaya ini paling besar memberikan hasil terbaik karena didukung tingkat kesiapan anak buah.

4.

Teori Empat Sistem (Likert, 1967) Likert menemukan empat gaya kepemimpinan atau sistem manajerial yang berdasarkan pada suatu analisis atas delapan variabel yaitu kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pengendalian, dan kinerja. Likert membagi gaya kepemimpinan dengan kriteria sebagai berikut: a. Penguasa mutlak (exploitive authoritative), gaya ini berdasarkan pada asumsi teori X McGregor. Pemimpin memberikan bimbingan sepenuhnya dan pengawasan ketat pada pegawai dengan anggapan bahwa cara terbaik untuk memotivasi pegawai adalah dengan cara memberikan rasa takut, ancaman, dan hukuman. Interaksi atasan bawahan amat sedikit, semua keputusan berasal dari atas dan komunikasi ke bawah semata-mata berisi instruksi atau perintah. b. Penguasa semi mutlak (benevolent authoritative), gaya ini pada dasarnya bersifat otoritarian tetapi mendorong komunikasi ke atas untuk ikut berpendapat maupun mengemukakan keluhan bawahan tetapi interaksi di antara tingkatan dalam organisasi dilakukan melalui jalur resmi. Komunikasi yang terjadi jarang bersifat bebas dan terus terang. c. Penasihat (consultative), gaya ini melibatkan interaksi yang cukup sering pada tingkat pribadi sampai moderat antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Informasi berjalan baik atas ke bawah maupun bawah ke atas dengan sedikit penekanan bahwa ide dan gagasan berasal dari atas.

Manajer menaruh kepercayaan besar meskipun tidak mutlak dan adanya keyakinan pada pegawai. d. Pengajakserta (participate), gaya ini amat sportif dengan tujuan agar organisasi berjalan baik dengan adanya partisipasi pegawai. Informasi berjalan ke segala arah dan pengendalian dilakukan di setiap tingkatan. Orang berkomunikasi secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa takut terhadap hukuman. Secara umum sistem komunikasi formal dan informal identik dan menjamin integrasi tujuan pribadi dan tujuan organisasi yang sebenarnya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada

kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.

You might also like