You are on page 1of 31

salep mata steril kloramfenikol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan yang hendak kami capai dalam praktikum ini adalah untuk : 1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan salep mata serta membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat. 2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan steril mata.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi salap mata Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000) hal 110.Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12). Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memnuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salap mata mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu

aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. (Goeswin Agus, Sediaan Farmasi Steril) Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda syarat salep dermatologi salep mata yang baik yaitu : 1. Steril 2. Bebas hama/bakteri 3. Tidak mengiritasi mata 4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. 5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,1989) hal 562 2. Keuntungan dan Kelemahan Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa kontak. (ANSEL, Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi) Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585). 3. Bahan bahan membuatan salep mata Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam dasar salap mata berbentuk larutan atau serbuk halus. Salap mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata . Wadah (kontener) untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan serta harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada penggunaan pertama obat. Dasar salap mata yang dipilih tidak mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam caitan mata, dan tetap dapat memperthankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (usia) guna. Vaselin merupakan dasar salap mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salap dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air, dan bahan seperti ini memungkinkan dispersi oabt larut secara lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata. Zat obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep, apakah dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali sampai ukuran mikron. Lalu obat dicampur sampai sempurna dengan dasar salap biasanya memakai penggiling. Setelah pembuatan saeap mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat dari plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril. Tube tube ini khas kecil, yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan ujungnya berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai untuk menempatkan salap pada garis tepi kelopak mata. Suatu tempat yang biasa dalam pemakaian obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata. (ANSEL, Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi)

4. Tabel beberapa komposisi beberapa salap mata dalam farmakope Nama Bahan - bahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Pasrafin liquides 10 20 425 72 25 225 30 10 35 35 10 30 40 40 Vaselin Albuin - - 565 - 70 63 60 80 65 65 80 60 51 60 Vaselin Flaver 80 80 - 7 - - - - - - - - - Parafin Solidim - - - 168 - - - - - - - - - Adeps Lanae 10 - - - 5 45 7 10 10 10 10 7 6 Alkohol lanae - - - - - - - - - - - - - Kolesterol - - - 42 - - - - - - - - - Alkohol setilikum - - 1 - - - 3 - - - - 28 25 Aqua destilata - - - - - 10 - - - - - - - Keterangan : 1. BP 1980 2. pH Nordik 1963 3. AB DDR 1975 4. Oe AB 1960 5. Ph Hung 1969 6. Ph Hung 1969 7. Ph Belg V 1962 8. Ph Itali VII 1965 9. Ph Helv 1971 10. Ph Helv 1971 11. Ph Bohem III 1970 12. PH Swiss 1966 13. FNA Ned 1976 14. DAC 1979 5. Uji Salep Mata 1. Bahan Tambahan Bahan tambahan yang boleh digunakan bertujuan untuk : Meningkatkan satbilitas dan kegunaan (kecuali jika dilarang) Tidak boleh mempengaruhi efek terapi atau respons pada penetapan kadar dan pengujian spesifik Tidak boleh ditambahkan zat warna untuk pewarnaan sediaan akhir Pada penambahan pengawet untuk sediaan multiguna perlu dialakukan : - Uji akjtivitas pengawet antimikroba - Kandungan zat aktif mikroba - Sterilisasi dan jaminan sterilitas bahan kompendia - Uji sterilitas 2. Kemasan Wadah dan penutup wadah salap mata tidak boleh berinteraksi, baik secara kimia maupun fisika dengan sediaan salap 3. Partikel logam Lakukan pengujian penetapan partikel logam dalam salap mata. 4. Kebocoran

Dipilih 10 tube salap mat, lalu permukaan tiap tube dibersihkan dan dikeringkan dengan kain penyerap Letakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap dalam oven pada suhu 60oC 30oC selama 8 jam Tidak boleh terjadi kobocoran pada suatu tube, maka tidak boleh lebih dari 1 tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salap lagi. Pengujian memenuhi syarat jika : Tidak satu pun kobocoran di anatar 10 tube uji pertama, atau kobocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji. (Goeswin Agus, Sediaan Farmasi Steril)

BAB II PRAFORMULASI II. 1 Tinjauan Pustaka ZAT AKTIF Bahan aktif Kloramfenikol Sifat kimia Sinonim : Chloramphenicol Rumus Molekul

Rumus kimia : C11H12Cl2N2O5 Berat molekul : 323,13 pH : Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;putih sampai putih kelabu atau putih kekuning-kuningan; tidak bebrbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap Kemurniaan Bahan Aktif Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Sifat Larutan Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Sifat Fisika Suhu lebur : 86o 92oC Dosis Untuk bayi prematur dan abyi genap bulan sampai umur 2 minggu Dosis lazim : sekali (1xp) = 6 mg/kgBB, sehari (1xhp) = 24 mg/kgBB Keterangan : Dosis dihitung sebgai kloramfenikol, dosis diatur agar kadar dalam darah antra 10 g 20 g. Anak Dosis lazim : sekali (1xp) = sehari (1xhp) = 25 50 mg/kgBB Keterangan : Dalam dosis 3 bagian Dewasa Dosis Lazim : sekali (1xp) = 250 500 mg, sehari (1xhp) = 1 2 gram Salep mata 1 % Obat tetes mata 0,5 % Salep kulit 2 % Obat tetes telinga 1-5 %

Etiket : 1. Komposisi kloramfenikol 2.Daluwarsa Wadah Penyimpanan Botol tutup gelap dari cahaya Farmakologi Indikasi Tifus, Paratifus, Infeksi berat disebabkan Salmonella sp, H.Influenza, Rickttsia, Klamidia (untuk sediaan oral). Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif.

Efek Samping Disakaria darah terutama anemia aaplastika, mual, muntah, diare, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut,sindrom abu abu pada bayi baru lahir / prematur Perhatian! Hati hati untuk penderita gangguan ginjal, bayi prematur & baru lahir, untuk terapi berjangka, lakukan pemeriksaan hematologik Interaksi Obat Dalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransformasi tolbutamid, fenitoin, dikumarol dan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Interaksi obat dengan Penobarbital dan rifampisisn akan memperpendek waktu paruh dari kloramfenikol Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol gangguan fungsi ginjal dan hati, influenza, batuk, demam dan infeksi.

ZAT TAMBAHAN 1. Cetyl Alkohol Rumus molekul : C16H34O Rumus bangun :

BM : 242,44 Pemerian : bahan dari lilin, serpih putih, granul,kotak, sedikit bau danrasa sedikit lunak Kelarutan :Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, dapat meningkatkan kelarutan dengan penignkatan suhu, praktis tidak larut dalam air. Titik peleburan : 45 52 oC Penggunaan : Coating agent, emulsifying agent, stiffening agent. Konsentrasi penggunaan : Emollient 2-5%, Emulsifying agent 2 5 %, stiffening agent 2 10% dan water absorption 5% 2. Vaselin Kuning Pemerian : Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah; berfluoresensi sangat lemah walaupun setelah melebur, dalam lapisan tipis transparan, tidak atau hampir tidak berbau dan berasa Kelarutan :Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform dan dalam miny terpentin; larut dalam eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri; praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin. Penggunaan :Sebagai basis hidrokarbon 3. Paraffin Cair Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan, yang diperoleh dari minyak tanah. Pemerian : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak. Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak.

Penggunaan : Basis salep hidrofilik Konsentrasi penggunaan : Ophthalmic ointments : 3 60%, Topical ointments 0,1 95 % 4. Adeps Lanae Lanolin adalah zat serupa lemak yang dimurnikan diperoleh dari bulu domba yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%.Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%. Penambahan air dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan. Pemerian : massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dalam kloroform. Jarak lebur : antara 38 o dan 44 o. Inkompatibilitas : Lanolin mungkin mengandung prooxidant yg bisa mempengaruhi zat aktif tertentu Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu Kamar terkendali.

TABEL I SPESIFIKASI DAN SYARAT SEDIAAN YANG DIINGINKAN Nama Produk Klolamikan Bentuk Sediaan Salep mata Bahan aktif Kloramfenikol Kemasan Tube yang tertutup rapat Pemeriksaan Spesifikasi Syarat Warna putih Rasa - Bentuk Salep mata Kelarutan Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. -

Kadar bahan aktif Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Homogenitas Tercampur zat aktif dengan basis Homogen zat katif dengan basis (tercampur sempurna) Kemasan dan penandaan Oleskan dan untuk pemakaian luar Untuk pemakaian luar Ukuran kemasan 10 gram 10 gram

TABEL II RANGKUMAN HASIL KAJIAN PRAFORMULASI

MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN REKOMENDASI KEPUTUSAN ALASAN Mata mengalami infeksi dibutuhkan sediaan kloramfenikol yang cepat dalam mengobati infeksi Diperlukan sediaan yang mengobati mata kontak lebih lama dengan mata Obat tetes mata Salep mata Obat Salep mata karena diinginkan sediaan yang Karena diinginkan sediaan yang lama kontak di mata dan daya biovaibilitasnya besar pada mata Sediaan salep lebih salep stabil dan dapat membantu mengabsorpsi kloramfenikol Diperlukan basis agar membuat sediaan salep lebih stabil dan bila perlu dikombinasikan Vaselin album Paraffin Adepslane

Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk penggunaan konsumen =obat keras =Obat bebas terbatas =Obat bebas Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis

TABEL III RANCANGAN METODE DAN FORMULA

No Komponen / Fungsi Bahan Nama Bahan Rencana Pemakaian Bahan

DL % Pakai 1 tube (10 gram) 1 Zat Aktif Kloramfenikol 1% 1% 1` gram 2 Adeps Lanae 6% 0,891 gram 3 Basis Paraffin cair 40% 5,94 gram 4 Setil Alkohol 2,5% 0,371 gram 5 Basis Vaselin Album Add 10 gram 2,8 gram

BAB III METODE PRAKTIKUM

Sediaan Salap Mata Kloramfenikol 1. Data Zat Aktif No Nama Obat Dosis Lazim Kelarutan Jenis Sterilisasi Khasiat 1 Kloramfenikol Salep mata 1% Larut dalam 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol dan 97% dan tidak lebih dari 103 % C11H12Cl2N2O5 Pemanasan kering Antibiotikum 2. Standar Fornas Chloramphenicoli oculentum Salep mata Kloramfenikol Komposisi Tiap g mengandung Chloramphenicolum 10 mg Oculentum simplex hingga 1 g Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat atau dalam tube Dosis 2 sampai 3 kali sehari dioleskan Catatan . 1. Oculentum simplex terdiri dari : 2,5 g setilalkohol, 6 g Lemak Bulu Domba, 40 g Paraffin cair dan vaselin kuning hingga 100 g. Disterilkan dengan cara sterilisasi D

2. Dibuat dengan cara tekhnik aseptik 3. Pada etiket harus juga tertera : Daluwarsa Keterangan : Cara Sterilisasi D (FI III, Hal 18), pemanasan kering Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran. Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 1500C selama 1 jam. Jika volume tiap wadah mencapai suhu 1500, wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik. 3. Tak Tersatukan Zat Aktif (OTT) 4. Usul Penyempurnaan Sediaan 5. Alat dan Cara Sterilisasinya Sterilisasi Sediaan salap mata dengan sterilisasi aseptis, pemanasan kering

No. Nama Alat Jumlah Cara sterilisasi Waktu 1. Erlenmeyer 2 Oven 170oC 30 menit 2. Beaker glass 2 Oven 170oC 30 menit 3 Kaca arloji 4 Oven 170oC 30 menit 4 Botol infus 1 Oven 170oC 30 menit 5. Batang pengaduk 1 Oven 170oC 30 menit 6. Pinset 1 Oven 170oC 30 menit 7. Spatula 1 Oven 170oC 30 menit 8. Gelas ukur 1 Autoklaf 115oC 30 menit 9. Corong 1 Autoklaf 115oC 30 menit 10. Kertas saring 2 Autoklaf 115oC 30 menit 11. Tutup karet infus 1 Autoklaf 115oC 30 menit 12 Botol Infus 1 Oven 170oC 30 enit

6. Formula akhir R/ Kloramfenikol 1% Setil alkohol 2,5% Adeps lanae 6 % Paraffin cair 40 % Vaselin kuning add 10 gram 7. Penimbangan Bahan Kloramfenikol = 1% x 10 gram = 1 gram Basis = 100% - % zat aktif 100% - 1% = 99% x 10 gram = 9,9 gram

= 9,9 gram x 50% = 4,95 gram = 9,9 gram + 4,95 gram = 14,85 gram Setil alkohol = 2,5 % x 14,85 gram 0,371 gram Adeps lanae = 6 % x 14,85 gram = 0,891gram Paraffin cair = 40% x 14,85 gram = 5,94 gram Vaselin album = 9,9 (0,371 + 0,891 + 5,94) gram = 10 gram 7,202 = 2,8 gram 8. Prosedur Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan pada pembuatan salep mata kloramfenikol 2. Menimbang zat aktif (kloramfenikol), 3. Melapisi atas cawan penguap dengan 2 lembar kain kasa untuk menimbang basis salep (vaselin kuning, paraffin cair dan Adeps Lanae) di timbangan analitycal balance, setiap mengganti menimbang harus menara dahulu timbangan analitycal balance. 4. Mensterilkan alat alat praktikum ke dalam oven dengan suhu oC selama 5. Menstrilkan basis dengan memasukkan basis ke dalam oven selama suhu oC selama 30 menit sehingga basis dapat melebur 6. Menstrilkan kloramfenikol (dispensasi dianggap steril) 7. Memasukkan alat alat praktikum, zat aktif dan basis ke dalam ruangan white area 8. Memeras basis yang telah melebur yang telah dilapisi kain kasa. 9. Menimbang kembali basis 10. Memasukkan basis ke dalam lumpang kemudian menggerus basis 11. Masukkan zat aktif gerus sampai homogen 12. Masukkan sediaan salep pada tube 13. Memberi etiket

BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN EVALUASI Salep yang didapatkan adalah A. Evaluasi Fisik 1. Homogenitas (FI III, hal 33) Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen. Pada salep mata setelah dilakukan uji homogenitas terlihat partikelnya homogen pada kaca objek 2. Konsistensi, dengan penetrometer Tujuan: mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Konsistensi/rheologi dipengaruhi suhu. Sediaan non Newtonian dipengaruhi oleh waktu istirahat, oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan identik. 2. Bau dan warna: untuk melihat terjadinya perubahan fasa. Bau : Tidak tercium bau tengik dan seminggu kemudian bau salep mata tidak berubah 3. pH: berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit. 5. Isi Minimum (FI IV, hal 997) <861>

Netto 10 sediaan lebih atau sama dengan 100% netto yang tertera pada etiket. Berkaitan tidak langsung dengan dosis atau jumlah zat aktif dalam basis. 6. Pengujian difusi bahan aktif dari sediaan salep (Tugas Akhir Sriningsih, Kecepatan Difusi Kloramfenikol Dari Sediaan Salep) (Jika dipersyaratkan dalam monografi/pustaka sediaan) Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan salep menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu. Prosedur : Sejumlah salep dioleskan pada pelat difusi sampai rata, ditutup dengan membran, diusahakan tidak terjadi rongga udara, antara permukaan salep dan membran Pelat dipasang pada penyangga bawah dan ditutup dengan cincin, kemudian dihubungkan dengan penyangga atas. Sel difusi dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 37oC, dihubungkan dengan pompa peristaltic, wadah penerima dan tabung pencegah masuknya udara dengan memakai selang Cairan penerima disirkulasikan dengan kecepatan 10mL per menit memakai pompa peristaktik Cairan penerima dipipet pada waktu-waktu tertentu dan diganti dengan cairan yang sama bersuhu 37oC Kadar zat aktif ditentukan dengan metode yang sesuai. Pada uji tidak dilakukan B. Evaluasi Kimia Identifikasi zat aktif Penetapan kadar zat aktif. Pada uji ini tidak dilakukan C. Evaluasi Biologi Uji penetapan potensi antibiotik (FI IV, hal 891-899) <131> Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal. Pada uji ini tidak dilakukan

BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum teknologi steril kali ini membuat salep mata kloramfenikol, salep mata merupakan sediaan salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memnuhi syarat uji sterilitas. Keuntungan salep mata penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Salep mata kloramfenikol digunakan sebagai mengatasi infeksi pada mata dan dosis yang diberikan adalah 1%. Formulasi salep mata mengikuti formulasi pada fornas dengan memodifikasi sesuai dengan jumlah salep yang akan kita buat. Pada penimbangan basis pada chawan penguap harus dilapisi dengan kain kasa 2 lapis dan penimbangan dilebihkan 50% karena setelah strilisasi di oven selama 30 menit dengan suhu oCdan kemudian diperas kain kasanya takut sebagian basis menempel pada kain kasa sehingga penimbangan basis dilebihkan 50%. Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir yaitu strilisasi dilakukan lebih awal. Setelah alat alat yang digunakan praktikum disterilisasi, basis salep distrilisasi dan zat aktif

disterilisasi maka selanjutnya pengerjaan steril dilakukan pada white area. Basis yang terdapat pada lapisan kain kasa di chawan penguap diperas dan setelah itu ditimbang untuk mengetahui apakah jumlah basis yang hilang tidak menggangu perhitungan jumlah basis sebelumnya. Basis dimasukkan lebih dahulu di lumpang dan digerus homogen kemudian dimasukkan zat aktif ke dalam lumpang dan setelah itu digerus sampai homogen. Sediaan salep yang telah jadi dimasukkan ke dalam tube dengan cara memilit sediaan salep pada kertas dan dimasukkan pada tube dan setelah itu diberi etiket.

DAFTAR PUSTAKA 1) Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta. 2) Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta. 3) Martindale, The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical Press, London. 1982. 4) LACHMAN, Leon. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1989. 5) ANSEL, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),1989. 6) ISO Indonesia. Jakarta: PT Anem Kosong Anem (AKA), 1979. 7) MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Infomaster. 8) Agoes, Goeswien, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB. 9) Sulistiawati, Farida, 2009. Formulasi Sediaan Steril. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Klolamikan Tiap gram mengandung : Kloramfenikol............... 25 mg REG : DKL1216101989A2 BATCH : 1234STR Netto : 3,5 gram Exp date : April 2011 Syahid Pharmaceutical

PENDAHULUAN A. Definisi Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12). Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000) hal 110. Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik yaitu : 1. Steril 2. Bebas hama/bakteri 3. Tidak mengiritasi mata 4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. 5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,1989) hal 562 Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi dan membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006). B. Keuntungan dan kerugian Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585). C. Basis salep mata

Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik lebur yang mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petroletum dan cairan petrolatum (minyak mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur dengan air seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal in memungkinkan air dan obat yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian (Ansel,1989) hal 562. Oculenta, sebagai bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar salep larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka. Harus steril dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat saksama. Syarat oculenta adalah: 1. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar. 2. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata. 3. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan. 4. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril (Anief, 2000, hal: 117). D. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata 1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar . (Remingthon pharmauceutical hal. 1585). 2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji dibawah LAF. 3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secar tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada uji salep mata. Zat anti mikroba yang dapat digunakan : Klorbutanol dengan konsentrasi 0.5 % (Pharmaceutical exipient, 2006) Paraben Benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 0,02 % (Salvatore Turco et al, 1974). 4. Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam airaksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.

Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan serpihan logam. Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep mata secara segar.

ISI A. Formulasi 1. Formula Standar Tiap gram mengandung : R/ Chloramfenicolum 10mg Oculentum Simplek ad 1g (Anonim, 1978) hal 66 2. Formula Alternatif Tiap 10 gram salep mengandung : R/ Chloramfenikol 100mg Setil alkohol 2,5% Adeps lanae 6% Parafin Cair 40% Vaselin Kuning ad 10g Kloramfenikol merupakan zat aktif yang berkhasiat sebagai antibiotik, vaselin, setil alkohol, adeps lanae, dan parafin cair merupakan basis salep yang sering digunakan. Persentasi yang tertera dalam komposisi merupakan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam farmakope. B. Pemerian Bahan. Kloramfenikol Mengandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 103% C11H12CL2N2O5 Pemerian hablur halus membentuk jarumatau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. Sukar larut dalm air dan mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.simpan dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1979) hal 143 Adeps Lanae Pemerian massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.simpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu kamar terkendali (Anonim,1979) hal 61

Parafin Pemerian hablur tembus cahaya, atau agak buram, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa,agak berminyak. Tidak larut dalam air, dan dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, dalam

eter, minyak menguap, dan dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat, sukar larut dalam etanol mutlak. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih (Anonim,1995) hal 625 C. Prosedur Kerja & IPC 1. Secara Umum Penimbangan Fase Air Fase Minyak Pencampuran Bahan-bahan peleburan bahan-bahan Penyaringan Pencampuran bahan-bahan Pencampuran Fase Air Dan Fase minyak Homogenisasi, Pendinginan Dan pemvakuman IPC Organoleptis Kadar zat aktif pH BJ Viskositas Pengisian dalam Tube (Tube filling) Cek IPC : Penampilan,kontrol bobot,dan penandaan Pengemasan sekunder IPC Penampilan Kelengkapan Penandaan Gudang Obat jadi 2. Cara kerja pembuatan salep mata kloramfenikol Timbang semua bahan yang diperlukan Alat alat gelas termasuk mortir dan stemper di sterilisasi di autoklaf 30 Adeps lanae,parafin cair,basis,setil alkohol di oven selama 15 Dan kloramfenikol di sinar UV 15 Mortir & stemper yand dari autoklaf di dinginkan dahulu(hangat) Masukan setil alkohol+adeps lanae+parafin cair dan vaselin flavum secara berurutanmortir

Aduk cepat ad homogen,terakhir masukan kloramfenikol aduk ad homogen Salep dimasukan ke dalam pot Evaluasi 3. skala industri Tes sterilisasi awal Sterilisasi terminal dari salep Filtrasi agar jenih Pengerjaan penampilan Penggunaan LAF Uji stabilitas obat Tonisitas Viscositas Pengemasan D. Evaluasi dan validasi pH oleskan salep pada kertas pH meter Amati perubahan pH pada kertas pH meter Universal Homogenitas oleskan salep pada kaca arloji Amati ada atau tidak butiran atau partikel Konsistensi Salep yang dihasilkan Amati secara visual

Terbentuk massa salep/tidak Bobot salep Salep yang dihasilkan Timbang

Bobot sesuai/tdk E. Release pasar Indikasi : infeksi pada mata seperti takoma, blefaritis, keratitis, konjungtivitis Efek samping : iritasi lokal, rasa gatal,reaksi hipersensitifitas, anemia aplasia, nyeri kepala, delirium. Kontraindikasi : Hipersensitifitas untuk penggunaan sistemik dan adanya riwayat toksisitas terhadap kloramfenikol Dosis dan cara pakai : 3 4 kali seharidioleskan pada mata yang sakit, setidaknya pemakaian diteruskan 48 jam sesudah bagian yang sakit kembali normal Interaksi obat : antiepilepsi, siklosforin, simetidin, kontrasepsi oral dan parasetamol No.Reg : DKL 0932300831 A1 No.Bacth : 25640 Exp. Date : April 2012 TIPS CARA PENGGUNAAN OBAT - Tetes & Salep Mata 1. Cucilah tangan anda. 2. Jangan menyentuh ujung tube salep. 3. Tengadahkan kepala sedikit miring ke belakang. 4. Pegang tube salep dengan satu tangan dan tariklah pelupuk mata yang sakit ke arah bawah dengan tangan yang lain sehingga akan membentuk kantung. 5. Dekatkan ujung tube salep sedekat mungkin dengan kantung tanpa menyentuhnya (lihat gambar). 6. Bubuhkan salep sesuai dengan yang tertulis di etiket.

7. Pejamkan mata selama 2 menit. 8. Bersihkan salep yang berlebih dengan tissue. 9. Bersihkan ujung tube dengan tissue lain

OTM Kloramfenikol laporan 1


BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Sediaan yang ditujukan untuk mengobati penyakit mata telah ditemukan sejak dahulu. Istilah collyria diberikan oleh bangsa Yunani dan Romawi terhadap bahan-bahan yang dapat larut dalam air, susu atau putih telur yang dapat digunakan sebagai tetes mata. Pada abad pertengahan, tetes mata digunakan untuk memperbesar (dilatasi) pupil. Sebelm Perang Dunia II, sediaan obat mata sangat sedikit tersedia di pasaran. Pada tahun 1950 hanya tiga sediaan obat mata yang masuk dalam US Pharmacopoeia (USP) XIV. Sediaan obat mata biasanya dibuat pada farmasi komunitas atau farmasi rumah sakit dengan stabilitas yang terbatas hanya untuk beberapa hari saja. Pada tahun 1953, U.S.Food Drug Administration (FDA) menemukan bahwa larutan obat malam non steril telah dipalsukan. Produk-produk obat mata steril tersedia sebelum pertengahan tahun 1950-an, namun pentingnya sterilitas untuk obat tetes mata masih belum dikenal secara resmi sampai tahun 1955 ketka panduan resmi pertama kali memasukkan persyaratan sterilitas. Saat ini, jenis-jenis bentuk sediaan formulalsi obat mata adalah mulai dari larutan yang sederhana sampai dengansistem peghantaran kompleks. Pada tahun 1990-an produk-produk biologi dalam bentuk protein komplek diharapkan berperan lebih besar dalam hal seperti faktor pertumbuhan. Imono modulator dan lain-lain. Masing-masing membutuhkan formulasi yang khusus. I. 2. Tujuan I.2.1. Tujuan Praktikum Mampu membuat dan memahami pembuatan sediaan steril bentuk sediaan obat tetes mata Mampu memahami macam-macam teknik sterilisasi Mampu melakukan evaluasi sediaan obat tetes mata I.2.2. Tujuan Pembuatan Sediaan Formulasi sediaan disusun berdasarkan zat aktif yang digunakan, sehingga perlu diperhatikan ada atau tidaknya interaksi yang terjadi dengan zat tambahan yang digunakan agar obat/sediaan dapat digunakan secara efektif dan dapat memenuhi syarat-syarat resmi. BAB II TEORI DASAR II.1. Defenisi Obat Mata Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan pada mata dengan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Berbeda dengan mukosa usus yang merupakan organ untuk proses absorpsi, permukaan mata bukanlah suatu tempat yang baik untuk proses penyerapan obat oleh mata. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran dan pengaliran air mata bertentangan dengan arah penembusan obat serta struktur kornea mata yang khas. Oleh sebab itu penelitian pada akhir-akhir ini ditujukan pada sifat fisiko kimia dan stabilitas bahan aktif serta bagaimana meminimalkan kontaminasi mikroba dan partikel asing baik bahan kimia maupun bukan bahan kimia. Larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan ke dalam

mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadapfaktorfaktor famasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisita, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok. Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian. Meskipun larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf dalam wadah akhirnya, metode yang digunakan tergantung pada sifat khusus dari sediaannya. Obat-obat tertentu yang dalam media asam termostabil (tahan panas) dapat menjadi termolabil (tidak tahan panas) ketika didapar mendekati kisaran pH fisiologis (kira-kira 7,4). Jika diinginkan pH yang lebih tinggi, larutan obat yang belum didapar dapat dipanaskan dahulu dalam otoklaf dan larutan dapar steril ditambahkan kemudian secara aseptis. Dengan kekecualian garam basa kuat dengan asam lemah seperti natrium flourescein atau natrium sulfasetamid, larutan obat mata yang paling biasa yang disiapkan dalam pembawa asam borat dapat dosterilkan dengan aman ada 121 C selama 15 menit. Sediaan larutan mata adalah yang paling umum digunakan dan juga paling disukai karena pemberiannya yang lebih mudah. II.2. Kategori Farmakologi Produk Obat Mata Pembahasan yang menyeluruh tentang bahan terapeutik dan farmakologi yang digunakan di dalam ophtalmologi akan bermanfaat untuk memahami pengembangan sediaan-sediaan obat mata. Beberpa obat ini bekerja pada sistem syaraf otonomik sehingga harus ditangani dengan hati-hati. Sebagian besar produk obat mata adalah sebagai berikut: 1. Bahan untuk pengobatan Glaukoma 2. Midriatik dan Sikloplegik 3. Bahan anti mikroba dan anti inflamasi 4. Pengobatan dry eye syndrome 5. Produk intra okular II.3. Absorpsi Obat Pada Mata Absorpsi produk obat mata yang diberikan secara topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu volume kapasitas mata yang terbatas untuk menahan bentuk sediaan yang diberikan, laju sekresi dan laju aliran air mata, absorpsi oleh jaringan vaskular konjungtiva, penetrasi obat-obat melintasi kornea dan sklera, laju kedipan dan refleks tangisan yang disebabkan oleh pemberian obat. Cul-de-sac terendah mempunyai kapasitas sekitar 7 l. Mata manusia dapat menerima sampai 3 l larutan jika tidak berkedip. Beberapa obat tetes mata di pasaran dikemas dalam botol poletilen atau polipropilen dengan lubang yang dapat meneteskan 20-60 l. Karena kapasitas Cul-de-sac terbatas, maka sekitar 70-75% dari tetesan 50 l akan terbuang karena luapan dan mengalir dari puncta lakrimal ke dalam saluran naso lakrimal. Jikaterjadi kedipan, dapat dihitung bahwa 90 % dari volume yang diberikan dari 2 tetesan akan terbuang karena vlume sisa ditemukan 10 l. Kelebihan cairan memasuki puncta lakrimal superior dan inferior turun melalui kanalikuli dan kemudian masuk ke dalam lakrimal sac dan kemudian masuk ke dalam salura gastro intestinal. Efek samping sistemik yang signifikan telah dilaporkan terhadap pengobatan obat mata keras tertentu dengan mekanisme seperti ini. Hal ini juga merupakan mekanisme dimana pasien kadang-kadang dapat merasakan rasa pahit setelah pemberian obat tetes mata tertentu. Absorpsi obat yang dangkal ke dalam konjungtiva dengan pembuangan cepat dari jaringan okular oleh aliran darah perifer adalah mekanisme lain yang menyaingi absorpsi obat ke dalam

mata. Absorpsi obat trans kornea adalah lintasan paling efektif untuk membawa obat ke bagian depan dari mata. Selain faktor fisiologis yang telah diuraikan di atas, penetrasi obat ke dalam mata juga dipengaruhi oleh karakteristik sifat fisiko kimia bahan aktif, formula dan teknik pembuatan yang dapat mempengaruhi ketersediaan hayati bahan aktif. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa tonisitas, peranan pH dan konsentrasi bahan aktif dalam obat tetes mata juga mempengaruhi penetrasinya. Tekanan osmotik air mata sama dengan tekanan 0,93% b/v NaCl dalam air. Larutan NaCl tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak mengiritasi mata, bila konsentrasi NaCl terletak antara 0,71,4% b/v. Telah terbukti bahwa larutan hipertonis lebih dapat diterima dibandingkan larutan hipotenis. Sehingga dalam kenyataan biasanya bahan aktif dilarutkan dalam larutan NaCl 0,80,9% atau dalam pelarut lain dengan tonisitas yang sama. II.4. Komponen Non Terapeutik Dalam Produk-Produk Cair a. Pengawet Anti Mikroba Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk setelah kemasan dibuka dan selama pengunaan oleh pasien. Pemilihan zat pengawet juga dibatasi dalam hal stabilitas fisika dan kimia, kompatibilitas dan masalah keamanannya. I. Benzalkonium klorida biasanya dikombinasi dengan EDTA II. Timerosal III. Klorobutanol IV. Metil dan propil paraben V. Venil etil alkohol VI. Polikuat b. Bahan Pembuffer Stabilitas kimia dan kenyamanan mata untuk produk-produk obat mata cair bergantung pada nilai pH produk secara umum. c. Bahan peningkat viskositas Beberapa produk obat mata topikal mengandung bahan peningkat viskositas untuk meningkatkan waktu retensi, mengurangi laju pengeluaran dan meningkatkan bioavaibilitas mata. d. Bahan pengatur osmolaritas Tonisitas (osmolaritas) penting pada produk obat mata cair untuk meminimalkan potensi ketidaknyamanan selama penetesan ke dalam mata. Untuk larutan Non Elektrolit: mOsm/liter = konsentrasi dalam gram/liter x 1000 berat molekul dalam gr Untuk larutan Elektrolit kuat: mOsm/liter = konsentrasi dlm g/liter x jumlah ion yg terbentuk x 1000 berat molekul dalam gr Tabel hubungan osmolaritas dengan tonisitas Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas 350 Hipertonis 329 350 Sedikit hipertonis 270 328 Isotonis

250 269 Sedikit hipotonis 0 249 Hipotonis II.5. Sterilisasi Sediaan Tetes Mata Sterilisasi B yaitu pemanasan dengan mengunakan bakterisida. Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam laratutan klorkresol P 0,2% b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 980 sampai 1000C selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, waktu sterilsasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 980 sampai 1000C selama 30 menit. Jika dosis tunggal injeksi yang digunakan secara intravenus lebih dari 15 ml, pembuatan tidak dilakukan dengan cara ini, injeksi yang digunakan secara intrateka , intrasistema atau peridura tidak boleh dibuat dengan cara ini Sterilisasi C yaitu Penyaringan. Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptis.

BAB III PRAFORMULASI III.1. Kajian Praformulasi Kloramfenikol

Chemical Structure of Chloramphenicol Sinonim : Chloramfenikol; Chloramfenikolis; Chloramphenicolum; Chloranfenicol; Cloranfenicol; Klramfenikol; Kloramfenikol; Kloramfenikoli; Laevomycetinum Nama Kimia : 2,2-Dichloro-N-[(R,R)--hydroxy-hydroxymethyl-4nitrophenethyl]acetamide Rumus molekul : C11H12Cl2N2O5 Bobot Molekul : 323.1 Organoleptis Bentuk : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang Warna : Putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan Bau : Tidak berbau Rasa : Rasa sangat pahit Kelarutan Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95 %) P dan dalam 7 bagian propilen glikol P, sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Sifat Kimia & Fisika pH : 7 7,5

Kestabilan : Terurai oleh cahaya Farmakologi Khasiat : - Anti Bakteri : Bakteriostatik : Terhadap Enterobacter dan Staph.aureus. Bakterisid : Terhadap Str.pneumoniae , Neiss, Meningitis , H.influenza. - Antibiotik Spektrum luas : Gram ( + ) , Gram ( -) , spirokhaeta, Chylamydiatrachomatis , Mycoplasma. - Opthalmic : ( 0,25 1 % ), maksimal 2 minggu , lebih baik menggunakan salep mata 1 dd malam hari daripada tetes mata beberapa kali sehari. Efek samping : Kardiovaskular : Kardiotoksisitas , sindom Grey pada bayi SSP : Sakit kepala Dermatologi : Ruam GI : Diare , mual Hepatik : Sindrom Hepatitis , Pancytopenia. Okular : Neuritis optik Interaksi obat : Isoenzym Cp 450 , Inhibitor CYP2CG , Chlorpropamide , Fenitoin , antikoagulan , Fenobarbital , Rifampin. Interaksi Makanan : Vitamin B 12 , Riboflavin , Pyridoxin. Perhatian : Sedang Hamil, laktasi. Dosis : 0.5 % (larutan) dan 1 % (salep); tiap 10 ml mengandung 50 mg kloramfenikol. Cara penggunaan : Tetes pada mata Sterilisasi : Cara Sterilisasi B (Pemanasan dengan bakterisid) atau C (Filtrasi ) Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. ZAT TAMBAHAN 1. API Sinonim : Aqua pro injeksi Organoleptis Bentuk : Larutan Warna : Jernih Bau : Tidak berbau Rasa : Tidak berasa Khasiat : sebagai pelarut 2. Acidum Boricum Sinonim : asam borat Organoleptis Bentuk : serbuk kristal Warna : Jernih Bau : berbau lemah Rasa : Berasa pahit

Kelarutan Larut dalam 20 bagian air , 3,6 bagian air panas , 16 bagian alkohol , 4 bagian Gliserol.Mudah larut dalam minyak menguap , praktis tidak larut dalam eter. Khasiat : Pengawet antimikroba pada sediaan tetes mata 3. Natrii Tetraboras Sinonim : Borax decahydrate; boric acid disodium salt; sodium biborate decahydrate; sodium pyroborate decahydrate; sodium tetraborate decahydrate. Organoleptis: Bentuk : kristal tajam, granul, serbuk kristal Warna : putih Bau : tidak berbau Khasiat : ophthalmic solutions (0.031.0% w/v). III.2. Rancangan Formulasi R/ Chloramphenicol 50 mg Acidum Boricum 150 mg Natrii tetraboras 30 mg API ad 10 ml III.3. Alasan Pemilihan Bahan Masalah Diinginkan Alternatif Pemilihan Alasan Dibuat sediaan tetes mata steril Membuat sediaan yang cocok untuk stabilitas zat aktif Sedian Steril Volume Kecil Sedian Steril Volume Besar Sedian Steril Volume kecil Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas Rute pemberian untuk tetes mata steril Sediaan harus digunakan dengan rute pemberian yang sesuai Rute pemberian yang benar : - im - iv - guttae Guttae Pemberian obat tetes mata steril langsung diteteskan di konjungtiva. Sediaan dibuat obat tetes mata steril Dapat tercampur dengan konsentrasi dalam tubuh Dibuat sediaan yang bersifat Isotonis Hipotonis hipertonis Isotonis Syarat sediaan tetes mata steril harus berupa sediaan yang isotonis Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya mikroba Sediaan tetes mata yang steril dan stabil. Diberi zat antimikroba: Phenylhidragri nitras Acidum Boricum Acidum boricum Karena tidak OTT dengan zat aktif. Zat/ sediaan dikhawatirkan tidak stabil Sediaan tetes mata yang stabil diberi zat pendapar : - Natrii tetraboras - Sodium sitrat dihidrat Natrii tetraboras karena penggunaan Natrii tetraboras dan acidum merupakan kombinasi yang baik sebagai pengontrol pH

Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya mikroorganisme Sediaan steril terhindar dari mikroorganisme Dilakukan proses sterilisasi sterilisasi aseptis sterilisasi akhir Sterilisasi aseptis Karena kondisi aseptis efektif untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk penggunaan konsumen = Obat keras =Obat bebas terbatas = Obat bebas = Obat keras Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis BAB IV FORMULASI IV.1. Data Zat Aktif Daftar obat Kloramfenikol Dosis lazim 0.5 % (larutan) dan 1 % (salep); tiap 10 ml mengandung 50 mg kloramfenikol untuk sediaan tetesmata Kelarutan Larut dalam lebi kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95 %) P dan dalam 7 bagian propilen glikol P, sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. pH 7-7,5 Jenis sterilisasi : Sterilisasi Aseptis Khasiat : Antibakteri, Antibiotik spektrum luas, Opthalmic Daftar obat Dosis lazim Kelarutan pH Jenis sterilisasi Khasiat Kloramfenikol 0.5 % (larutan) dan 1 % (salep); tiap 10 ml mengandung 50 mg kloramfenikol untuk sediaan tetesmata Larut dalam lebi kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95 %) P dan dalam 7 bagian propilen glikol P, sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. 7-7,5 Sterilisasi Aseptis - Antibakteri - Antibiotik spektrum luas - Opthalmic

IV.2. Formula Standar Dari Fornas

CHLORAMPHENICOLI GUTTAE OPHTHALMICAE Tetesmata Kloramfenikol Komposisi. Tiap ml mengandung : Chloramphenicolum 50 mg Acidum boricum 150 mg Natrii Tetraboras 30 mg Phenylhydragyri Nitras 200 g Aqua destilata hingga 10 ml Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk Catatan. 1. Disterilkan dengan Cara Sterilisasi B atau C 2. pada etiket harus juga tertera: Daluwarsa IV.3. Usul Penyempurnaan Sediaan Formula yang dibuat tidak perlu penambahan pengawet, karena sediaan yang dibuat dosis tunggal / injeksi volume kecil dan ampul yang digunakan berwarna gelap karena mudah teroksidasi oleh cahaya. IV.4. Alat dan Cara Serilisasinya Masing-masing alat perlu disterilkan terlebih dahulu , karena metode yang digunakan adalah sterilisasi secara aseptis. Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi Erlenmeyer 1 buah Oven 1700 C Gelas Ukur 25 ml 1 buah Autoklaf 115-1160 C Beaker glass 2 buah Oven 1700 C Kaca Arloji 4 buah Oven 1700 C Cawan penguap 2 buah Oven 1700 C Batang Pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C Spatel logam 1 buah Oven 1700 C Kertas saring 1 buah Autoklaf 115-1160 C Corong gelas 1 buah Autoklaf 115-116 C Botol tetes mata plastik 1 buah IV.5. Formulasi Akhir R/ Kloramfenikol 50 mg Acidum Boricum 150 mg Natrii tetraboras 30 mg API ad 10 ml Perhitungan Volume yang dibuat Sediaan tetesmata 10 ml, untuk antisipasi dilebihkan menjadi 20 ml Perhitungan Bahan Kloramfenikol = 50 mg x 20 ml 10 ml = 100 mg Acidum Boricum

= 150 mg x 20 ml 10 ml = 300 mg Natrii tetraboras = 30 mg x 20 ml 10 ml = 60 mg API ad 20 ml , tiap vial : 10 ml.

IV.6. Metoda Pembuatan Pembuatan tetesmata kloramfenikol dilakukan dengan cara sterilisasi aseptis. PROSEDUR KERJA 1. Menyiapkan alat dan bahan yang hendak digunakan 2. Menyiapkan Aqua Pro Injeksi bebas O2 3. Melakukan Sterilisasi aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat nonpresisi) selama 30 menit. Catatan: Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen. 4. Menimbang masing-masing bahan pada neraca timbangan dengan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan secara aseptis. 5. Mengkalibrasi beaker glass yang akan digunakan (10 ml) 6. Melarutkan Acidum Boricum dan Natrii tetraboras dengan API secukupnya sampai larut sempurna (M1) 7. Melarutkan bahan aktif (Kloramfenikol) dengan API secukupnya sampai larut. (M2). 8. Mencampurkan M1 ke dalam M2 sampai larut, kemudian mengecek pH-nya. 9. Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam beaker gelas. 10. Menambahkan API sampai volume tercapai 20 ml 11. Memipet 10 ml larutan kemudian memasukannya ke dalam botol berpipet yang khusus digunakan untuk sediaan tetes mata. 12. Memberi etiket BAB V EVALUASI 1. Uji pH pH sediaan yang diperoleh 7 pH tersebut sudah sesuai dengan pH sediaan yang diinginkan. 2. Uji Penampilan a. Bentuk : Sediaan berbentuk larutan. b. Warna : Sediaan tetes mata yang dibuat berwarna jernih. 3. Evaluasi wadah

Wadah yang digunakan tertutup rapat BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum steril kali ini, kami membuat sediaan tetes mata dengan zat aktif kloramfenikol. Sediaan tetes mata merupakan sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan pada mata dengan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Sebelum kami membuat sediaan tetes mata, maka langkah awal yang kami lakukan adalah membuat rancangan praformulasi terlebih dahulu, tujuan dari rancangan praformulasi untuk memilih metoda serta bahan tambahan yang sesuai untuk digunakan pada sediaan tetes mata kloramfenikol yang sesuai dengan sifat fisika kimia maupun stabilitas dari masing-masing zat tersebut. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kloramfenikol memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air, namun mudah larut dalam kondisi asam dan memiliki pH 7 7,5. Karena kelarutan dari kloramfenikol yang sukar larut dalam air, maka kami me menggunakan pelarut air berupa API (Aqua Pro Injeksi) yang harus steril dan bebas pirogen sesuai dengan persyaratan sediaan parenteral volume besar. Jika dilihat dari sifatnya, glukosa bersifat hipotonis sehingga kami harus menambahkan NaCl sebagai larutan pengisotonis dalam sediaan infus yang dibuat. Pelarut yang digunakan dalam sediaan infus yang dibuat berupa API (Aqua Pro Injeksi) yang harus steril dan bebas pirogen. Pembuatan API (Aqua Pro Injeksi) bebas pirogen dilakukan dengan cara menambahkan karbon aktif sebesar 0.1 % dari jumlah total volume yang dibuat, kemudian dipanaskan larutan pada suhu 40-70oC dan didiamkan selama 15 menit yang selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring rangkap dua. API (Aqua Pro Injeksi) yang digunakan harus bebas pirogen karena sediaan yang dibuat ditujukan untuk injeksi iv yang langsung dialirkan ke dalam darah. Berdasarkan literatur, pembuatan infus glukosa ini dilakukan secara sterilisasi akhir segera setelah dibuat. Sterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit karena zat aktif yang digunakan tahan terhadap pemanasan. Dari data praformulasi yang telah kami buat maka kami dapat menetapkan formula infuse glukosa terdiri dari glukosa dan API (Aqua Pro Injeksi) bebas pirogen. Glukosa memiliki konsentrasi 5 mg/ml dengan dosis tunggal sehingga tidak perlu ditambahkan pengawet dan zat tambahan lainnya. Pada sediaan injeksi pelarut air yang digunakan harus bebas pirogen, hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Sediaan infus glukosa yang telah kami buat menghasilkan bentuk larutan yang berwarna jernih dan memiliki pH 6. Larutan dan pH yang diperoleh sudah sesuai dalam sediaan injeksi yang diinginkan. Wadah yang digunakan untuk menyimpan infus berupa wadah botol bening dan sesuai dengan yang diinginkan. BAB VI PENUTUP VI.1. KESIMPULAN Infus merupakan sediaan parenteral volume besar berupa sediaan cairan steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk menusia dan umumnya diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian dosisnya konstan.

Pembuatan sediaan infus glukosa menggunakan : Zat aktif : Glukosa Zat tambahan : API (Aqua Pro Injeksi) bebas pirogen sebagai pelarut Metode sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi akhir Sediaan infus glukosa yang telah kami buat sudah sesuai dengan sediaan yang diinginkan, yaitu bentuk larutan yang berwarna jernih dan memiliki pH 6. VI.2. SARAN Fasilitas laboratorium sebaiknya dilengkapi lagi demi kelancaran proses praktikum.

DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Anief, Muhamad.1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM Press Anonim. 1978. FORMULARIUM NASIONAL.Ed: II. Jakarta: DEPKES Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-Press. Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press. Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta. Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : UI Press Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press. LAMPIRAN ETIKET :

You might also like