You are on page 1of 11

2.

Di bidang industri Bahan bakar fosil Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu atau peat untuk panas. Ketika menghasilkan listrik, energi dari pembakaran bahan bakar fosil seringkali digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi di pembangkit listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin gas secara langsung. Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global. Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon dioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbon dioksida di udara. Industri pupuk Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah : N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = -92,4Kj Pada 25oC : Kp = 6,2105 Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukanNH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O. Reaksi kekanan pada pembuatan amonia adalah reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm lebih baik jika suhu diturunkan, tetapi jika suhu diturunkan maka reaksi berjalan sangat lambat. Titik

didih Amonia -33,35 oC, titik bekunya -77,7 oC, temperatur & tekanan kritiknya 133 oC & 1657 psi. Entalpi pembentukan (H), kkal/mol NH3(g) pada 0oC = -9,368; 25 oC = -11,04. Pada proses sintesis pada suhu 700-1000oF, akan dilepaskan panas sebesar 13 kkal/mol. Kondisi optimum untuk dapat bereaksi dengan suhu 400-600oC, dengan tekanan 150-300 atm. Meningkatkan kejenuhan minyak Lemak trans terbentuk dari penambahan hidrogen pada minyak nabati melalui proses hidrogenasi parsial. Normalnya minyak nabati bentuknya cair dan memiliki ikatan rantai asam lemak yang tidak jenuh. Melalui proses hidrogenasi dengan penambahan ion hidrogen, ikatan asam lemak yang awalnya tidak jenuh akan menjadi jenuh sehingga membuat minyak nabati menjadi lebih padat sehingga tidak mudah rusak. Contohnya dalam proses pembuatan margarin. Namun perubahan dari cairan minyak menjadi lemak padat akan mengubah lemak nabati yang tadinya lemak tak jenuh menjadi lemak trans. Makanan yang diolah dengan minyak nabati yang terhidrogenasi akan menjadi lebih tahan lama, teksturnya lebih baik, lebih renyah, dan gurih, serta tidak terlalu terasa minyaknya. Industri makanan gemar menggunakan lemak trans dalam produksi makanan karena mudah digunakan, harganya tidak mahal dan lebih awet. Sedangkan restoran-restoran terutama fast food menggunakan lemak trans untuk menggoreng karena minyak yang mengandung lemak trans bisa digunakan berulang kali. Selain dalam margarin, lemak trans pun juga terdapat dalam shortening (mentega putih atau lemak putih), fast food seperti ayam goreng (fried chicken), kentang goreng (french fries), adonan pizza, donat, keripik, kentang, kraker, biskuit, kue kering (cookies), permen, dan cake. Lemak trans secara alami juga ada dalam jumlah sedikit dalam daging dan susu sapi. Tapi lemak trans dalam makanan yang diproses efeknya lebih berbahaya bagi kesehatan. Padahal sebagian besar lemak trans yang kita konsumsi saat ini justru berasal dari makanan yang diproses. Hidrodealkilasi Hidrodealkilasi toluene adalah proses yang digunakan untuk menghasilkan benzene. Reaksi utama dalam proses ini adalah : C6H5CH3(g) + H2(g) ----> C6H6(g) + CH4(g)

Reaksi hidrodealkilasi toluene adalah reaksi gas-gas dengan katalis padat. Dimana toluene, hidrogen, benzene dan metana berada dalam fase gas (Psat C6H5CH3 = 183,69 atm; Psat H2 = 6,54 x 1090 atm; Psat C6H6 = 219,96 atm dan Psat CH4 = 2512,49 atm). Toluene dan hidrogen dikonversi dalam reaktor dengan katalis untuk memproduksi benzene dan metana. Umumnya reaksi mencapai konversi 90%. Reaksi ini merupakan reaksi yang sangat eksotermis dan umumnya kondisi operasi pada 500o C sampai 660o C, and 20 to 60 bar. Reaksi ini adalah reaksi searah dan membutuhkan katalis. Katalis terdiri dari kromium atau molybdenum oksida, platinum atau platinum oksida, pada silica atau alumina. Hidrodesulfurasi Hidrodesulfurisasi (HDS) adalah katalitik proses kimia banyak digunakan untuk menghilangkan sulfur (S) dari gas alam dan dari produk minyak olahan seperti bensin, bahan bakar jet, minyak tanah, solar, dan minyak bakar. Tujuan menghilangkan belerang ini adalah untuk mengurangi belerang dioksida (SO2) emisi yang dihasilkan dari yang menggunakan bahan bakar di otomotif kendaraan, pesawat, kereta api lokomotif, kapal, gas atau minyak bakar, pembangkit listrik, perumahan dan industri tungku, dan bentuk lain dari bahan bakar pembakaran. Alasan lain penting untuk menghilangkan belerang dari nafta aliran dalam kilang minyak bumi adalah bahwa belerang, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah, racun yang logam mulia katalis (platinum dan renium) dalam reformasi katalitik unit yang kemudian digunakan untuk meningkatkan nilai oktan dari aliran nafta. Proses hidrodesulfurisasi industri termasuk fasilitas untuk menangkap dan penghapusan yang dihasilkan hidrogen sulfida (H2S) gas. Dalam kilang minyak, gas hidrogen sulfida yang kemudian diubah menjadi belerang unsur sampingan atau asam sulfat. Pada kenyataannya, sebagian besar dari 64.000.000 metrik ton belerang diproduksi di seluruh dunia pada tahun 2005 adalah produk sampingan sulfur dari kilang dan pengolahan hidrokarbon tanaman lainnya. Hidrocracking

Hydrocracking adalah proses catalytic cracking dibantu oleh adanya peningkatan tekanan parsial gas hidrogen. Serupa dengan hidrotreater, fungsi hidrogen adalah pemurnian dari aliran hidrokarbon dari sulfur dan nitrogen hetero-atom. Produk dari proses ini adalah hidrokarbon jenuh, tergantung pada kondisi reaksi (suhu, tekanan, aktifitas katalis) produk ini berkisar dari etana, LPG untuk hidrokarbon berat sebagian besar terdiri dari isoparaffins. Agen pereduksi bijih logam Untuk mengekstrak logam, bijih atau senyawa logam harus mengalami proses reduksi (misalnya, ion logam positif menerima elektron negatif untuk membentuk atom logam netral, atau oksida yang kehilangan oksigen, untuk membentuk atom logam bebas). Senyawa yang kehilangan oksigen dari oksidanya disebut agen pereduksi misalnya karbon, karbon monoksida atau kadang-kadang hidrogen. Sebagai sel bahan bakar Ketika terbakar, hidrogen melepaskan energi berupa panas dan menghasilkan air sebagai bahan buangan (2H2 + O2 > 2H2O). Sama sekali tidak mengeluarkan karbon. Jadi penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar sangat membantu mengurangi polusi karbon dioksida (CO2) dan juga karbon monoksida (CO) sehingga sekaligus mengurangi efek rumah kaca. Dibanding bahan bakar fosil yang umum kita gunakan selama ini (bensin dan solar), pemakaian hidrogen sebagai bahan bakar jauh lebih efektif dalam pembakaran. Sebagai perbandingan 1 pound bensin yang dibakar pada suhu 25 derajat Celcius dan tekanan 1 atmosfer akan menghasilkan panas antara 19.000 Btu (44,5 kJ/g) s/d 20.360 Btu (47,5 kJ/g), sedangkan 1 pound Solar bisa menghasilkan panas antara 18.250/lb (42,5 kJ/g) s/d 19,240 Btu (44,8 kJ/g). Hidrogen sendiri dalam kondisi yang sama (25 derajat Celcius dan tekanan 1 atmosfer) dengan berat yang sama mampu menghasilan panas 51.500 Btu/lb (119,93 kJ/g) sampai 61.000 Btu/lb (141,86 kJ/g) yang berarti hampir 3 kali lipat dari panas yang bisa dihasilkan oleh pembakaran bensin dan solar. Keunggulan lain dari Hidrogen adalah jumlahnya di alam ini sangat melimpah, 93 % dari seluruh atom yang ada di jagat raya ini adalah Hidrogen, unsur yang paling sederhana dari semua

unsur yang ada di alam ini . Tiga perempat dari massa jagat raya ini adalah Hidrogen. Di bumi sendiri bentuk hidrogen yang paling umum kita kenal adalah air (H2O). Hanya, meskipun memiliki banyak keunggulan dibanding bahan bakar lain, hidrogen juga memiliki kelemahan. Kelemahan Hidrogen ini sebagai bahan bakar adalah sifatnya sebagai sumber energi yang tidak bersifat langsung (primer) sebagaimana halnya gas alam, minyak atau batubara. Hidrogen adalah energi turunan (sekunder) sebagaimana halnya listrik yang tidak bisa didapat langsung dari alam, melainkan harus diproduksi dengan menggunakan sumber energi lain seperti Gas alam, minyak, batu bara, nuklir, energi matahari dan berbagai sumber energi lainnya. Tapi meskipun hidrogen tidak bisa dilepaskan dari kelemahannya itu, tetap saja dalam skala kecil sudah banyak negara di dunia memanfaatkan hidrogen sebagai bahan bakar. Negara Amerika serikat misalnya. Sebagai negara yang pengkonsumsi energi terbesar di dunia, Amerika Serikat adalah salah satu negara yang paling aktif mengembangkan riset untuk mengembangkan Hidrogen sebagai bahan bakar. Pada tahun 1992 pemerintah Amerika mendirikan The Hydrogen Technical Advisory Panel (HTAP), untuk memberikan masukan kepada Menteri Energi tentang potensi hidrogen. Kebanyakan dari hidrogen yang diproduksi sampai hari ini (di Amerika maupun di negara lain) adalah hidrogen yang didapat dari gas alam (CH4) melalui proses yang disebut steam reforming. Tapi yang lebih potensial untuk dilakukan di masa depan adalah memproduksi hidrogen dari air melalui proses elektrolisis atau langsung menggunakan reaksi fotokimia. Seperti yang saya katakan sebelumnya, hidrogen itu seperti listrik yang merupakan sumber energi sekunder yang diproduksi dengan menggunakan sumber energi lain. Pada kenyataanya hidrogen dan listrik memang bagaikan dua sisi yang berbeda dari satu mata uang yang sama. Hidrogen bisa diproduksi dengan menggunakan tenaga listrik melalui proses elektrolisis, sebaliknya hidrogen bisa digunakan untuk memproduksi listrik bebas polusi melalui proses elektrolisis pula. Karena bersifat sekunder itulah, untuk tahap awal penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar, kita harus mengkombinasikan penggunaannya dengan bahan bakar primer (hibrida). Jadi

fungsi hidrogen lebih sebagai bahan bakar pendamping yang berfungsi membantu mesin mengurangi konsumsi bahan bakar utama. Memadukan teknologi elektrolisis yang menghasilkan hidrogen dari air dengan teknologi pembakaran menggunakan bahan bakar bensin atau solar kepada kendaraan ataupun mesin industri terbukti cukup efektif mengurangi konsumsi bahan bakar fosil antara 15-50 %. Jadi kalau saja teknologi seperti ini bisa diterapkan secara massal, konsumsi bahan bakar fosil tentu bisa diturunkan tanpa perlu ribut-ribut dan tarik urat seperti yang terjadi di Kopenhagen sekarang, karena disamping menghemat penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan teknologi ini juga secara efektif mengurangi produksi karbon yang hari-hari belakangan ini menjadi pokok perdebatan para pemimpin berbagai negara yang sekarang sedang melakukan konferensi di Kopenhagen. Untuk di Indonesia sendiri, kalau saja teknologi ini bisa digunakan, hal itu tentu akan banyak mengurangi sakit kepala pemerintah yang setiap tahunnya harus menganggarkan uang APBN dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mensubsidi BBM. Karena daya tarik teknologi pemanfaatan hidrogen yang diproduksi dari air melalui proses elektrolisis inilah sekarang banyak negara yang sudah mulai mengembangkan teknologi ini. Negara-negara itu di antaranya Malaysia, Cina, Jepang dan tentu saja Amerika Serikat. Kemudian pertanyaannya Indonesia kapan? Kalau untuk mengembangkan teknologi ini kita harus menunggu pemerintah dan para sarjana yang memiliki sederet gelar di berbagai universitas terkenal di negeri ini yang mengambil inisiatif, maka jawabannya adalah WALLAHU ALAM. Ini disebabkan karena seperti yang sudah-sudah, orang-orang yang duduk di pemerintahan Indonesia dan juga para sarjana dan akademisi di negara ini jarang sekali ada yang mampu berpikir di luar bingkai. Para sarjana dan akademisi di negara ini lebih banyak terdiri dari orang-orang yang terlalu bangga dan silau dengan gelar yang mereka miliki. Kembali ke hidrogen, sebagaimana juga untuk mengembangkan Pariwisata, untuk mengembangkan teknologi hibrida hidrogen dengan bahan bakar fosil ini pun, di Indonesia kita hanya bisa berharap kepada swasta. Karena di Indonesia ini pemerintah sebagaimana biasanya hanya bisa menjadi pahlawan kesiangan yang baru muncul belakangan, setelah masalah terselesaikan.

Kalaupun ada ilmuwan di Indonesia yang cukup brilyan maka biasanya dia akan dihadapkan pada kurangnya dukungan dana untuk mewujudkan ide brilyan-nya. Di Indonesia ini, ide dan pemikiran hebat tidak pernah dihargai secara wajar. Beda dengan Taiwan yang jika ada orang yang punya ide yang cukup cemerlang, maka pemerintah akan memberi dukungan dana dan fasilitas untuk melakukan penelitian, yang semuanya akan dibayar jika penelitian itu sudah menghasilkan. Maka tidak heranlah jika akhirnya negara asinglah yang mengambil manfaat dari banyak bakat brilyan yang lahir di negeri ini. Dalam pemurnian minyak bumi Produk minyak bumi adalah bahan bermanfaat yang berasal dari minyak mentah (minyak bumi) setelah diproses di pengolahan minyak. Menurut komposisi dan permintaan minyak mentah, pengolahan dapat memproduksi berbagai jenis produk minyak bumi. Produk minyak terbesar digunakan sebagai energi; bermacam tingkatan minyak bahan bakar dan bensin. Pengolahan juga memproduksi bahan kimia lain, beberapa diantaranya digunakan dalam proses kimia untuk membuat plastik dan bahan berguna lainnya. Sejak minyak bumi sering berisi beberapa persen sulfur, sejumlah besar sulfur juga sering diproduksi sebagai produk minyak bumi. Hidrogen dan karbon dalam bentuk arang minyak bumi juga dapat diproduksi sebagai produk minyak bumi. Produk hidrogen sering digunakan sebagai produk perantara untuk proses pengolahan minyak lainnya seperti pemecahan katalitis hidrogen (pemecahan hidro) dan hidrodesulfurisasi. Pembuatan metanol Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara komersial. Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (1020 atm) dan temperatur tinggi (sekitar 850 C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut: CH4 + H2O CO + 3 H2

Reaksi ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau SMR, merupakan reaksi endotermik dan limitasi perpindahan panasnya menjadi batasan dari ukuran reaktor katalitik yang digunakan. Metana juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul oksigen untuk menghasilkan gas sintesis melalui reaksi kimia berikut: 2 CH4 + O2 2 CO + 4 H2 Reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan secara in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming. Ketika dua proses tersebut dikombinasikan, proses ini disebut sebagai autothermal reforming. Untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis methanol, rasio CO and H2 dapat diatur dengan menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the water-gas shift reaction): CO + H2O CO2 + H2, Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan katalis kedua untuk menghasilkan metanol. Saat ini, katalis yang umum digunakan adalah campuran tembaga, seng oksida, dan alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI di tahun 1966. Pada 510 MPa (50100 atm) dan 250 C, ia dapat mengkatalisis produksi metanol dari karbon monoksida dan hidrogen dengan selektifitas yang tinggi: CO + 2 H2 CH3OH Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida. Salah satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut: CO2 + 3 H2 CH3OH + H2O Walaupun gas alam merupakan bahan yang paling ekonomis dan umum digunakan untuk menghasilkan metanol, bahan baku lain juga dapat digunakan.

Ketika tidak terdapat gas alam, produk petroleum ringan juga dapat digunakan. Di Afrika Selatan, sebuah perusahaan (Sasol) menghasilkan metanol dengan menggunakan gas sintesis dari batu bara. 3. Penggunaan hidrogen sangat menguntungkan Ketika hidrogen dikombinasikan dengan oksigen dalam sel bahan bakar, energi dalam bentuk listrik yang dihasilkan. Listrik ini dapat digunakan untuk kendaraan kekuasaan, sebagai sumber panas dan untuk keperluan lainnya. Keuntungan dari menggunakan hidrogen sebagai pembawa energi adalah bahwa ketika menggabungkan dengan oksigen produk sampingan hanya air dan panas. Efek rumah kaca tidak ada atau partikel lain yang diproduksi dengan menggunakan sel bahan bakar hidrogen. Hidrogen dapat diproduksi secara lokal dari berbagai sumber. Hidrogen dapat diproduksi baik terpusat, dan kemudian didistribusikan, atau penukaran di mana ia akan digunakan. Gas hidrogen dapat diproduksi dari metana, bensin, biomassa, batubara atau air. Masing-masing sumber membawa dengan itu jumlah yang berbeda dari polusi, tantangan teknis, dan kebutuhan energi. Dengan meningkatnya penggunaan hidrogen dan kemajuan teknis, biaya produksi, distribusi dan manufaktur produk akan menjadi semakin terjangkau. Dengan terus membangun kemitraan antara bisnis, pemerintah, universitas dan non-profit organisasi hidrogen akan menjadi fondasi ekonomi energi yang berkelanjutan. 4. Dalam bidang fisika dan teknik Sebagai shielding gas Shielding gas adalah gas-gas inert atau semi lembam yang umum digunakan dalam beberapa proses pengelasan, terutama gas metal arc welding dan gas tungsten arc welding (GMAW dan GTAW, lebih dikenal sebagai TIG MIG dan masing-masing). Tujuan mereka adalah untuk melindungi daerah las dari gas atmosfer, seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, dan uap air. Tergantung pada bahan yang dilas, gas-gas atmosfer dapat mengurangi kualitas las atau membuat proses pengelasan lebih sulit untuk digunakan.

Proses las busur yang lain menggunakan metode lain untuk melindungi las dari atmosfer juga - logam las busur terlindung, misalnya, menggunakan elektroda tercakup dalam fluks yang menghasilkan karbon dioksida ketika dikonsumsi, gas semi lembam yang merupakan shielding gas diterima untuk baja las. Penanganan pilihan las gas dapat menyebabkan las berpori dan lemah, atau hujan rintikrintik yang berlebihan, yang terakhir, sementara tidak mempengaruhi las itu sendiri, menyebabkan hilangnya produktivitas karena tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghapus tetes tersebar. Zat pendingin rotor Hidrogen juga dipakai sebagai zat pendingin rotor dalam generator listrik di stasiun penghasil listrik. H2 digunakan sebagai pendingin rotor di generator pembangkit listrik karena ia mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi di antara semua jenis gas. Rotor coil terbuat dari tembaga berlubang sebagai laluan hidrogen untuk mendinginkan rotor coil. Rotor coil harus didesain kuat menghadapi stress karena rotasi dan thermal expansion. Saat start, shutdown maupun perubahan beban generator, lilitan dari rotor akan bergerak relatif terhadap strukturnya sehingga disediakan jarak ruang dan slip layer untuk memungkinkan pergerakan ini dengan mengurangi gaya gesek yang terjadi sehingga vibrasi rotor dapat dihindari. PLTU 1 Banten Suralaya menggunakan hidrogen sebagai pendingin rotor coil dan stator core. Pendinginan dengan hidrogen memiliki beberapa keuntungan diantaranya mengurangi rugi angin (windage loss) karena densitas hidrogen hanya 7% dibandingkan udara, konduktivitas termal yang tinggi (7x udara), koefisien transfer panas yang tinggi (135% dari udara) dan mengurangi resiko korona yang mungkin ada jika menggunakan udara. 5. Kandungan hidrogen dalam air Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Dr. Shirahata di Universitas Kyusu, Jepang, ditemukan bahwa kandungan Air Ajaib berbeda dengan kandungan air minum biasa. Perbedaannya adalah kandungan hidrogen yang tersimpan dalam Air Ajaib.

Air ajaib mengandung hidrogen paling sedikit 200-300 kali dibandingkan air biasa. Setiap sumber mata air akan menghasilkan kandungan hydrogen yang berbeda, dimana jumlahnya kerap kali lebih besar. Mengapa hidrogen berperan membantu masalah kesehatan dan memperlambat proses penuaan? Hidrogen yang larut dalam air merupakan antioksidan yang sempurna karena kemampuannya untuk menyumbangkan/menstabilkan elektron sehingga akan menstabilkan radikal bebas. Radikal bebas adalah salah satu penyebab utama penuaan dan masalah berbagai penyakit. Setiap hari kita merasakan radikal bebas, dari bahan kimia dan racun rumah tangga, polusi lingkungan, penggunaan obat-obatan yang berlebihan, merokok dan minuman beralkohol, produk olahan dan makanan olahan, serta air yang terkontaminasi. Karena radikal bebas adalah salah satu penyebab utama penuaan dan menyingkirkan mereka adalah sangat penting agar Anda tetap sehat, oleh karena itu air yang kaya hydrogen sangat bernilai untuk melawan berbagai penyakit degeneratif. 6. Sebagai pendeteksi kebocoran Baru-baru ini hidrogen digunakan sebagai bahan campuran dengan nitrogen (kadangkala disebut forming gas) sebagai gas perunut untuk pendeteksian kebocoran gas yang kecil. Aplikasi ini dapat ditemukan di bidang otomotif, kimia, pembangkit listrik, kedirgantaraan, dan industri telekomunikasi. Hidrogen adalah zat aditif (E949) yang diperbolehkan penggunaanya dalam ujicoba kebocoran bungkusan makanan dan sebagai antioksidan.

You might also like