You are on page 1of 36

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
(1)

Pasien pre operasi efektif dapat mengalami berbagai

ketakutan, takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan selain ketakutan-ketakutan tersebut pasien juga mengalami kekhwatiran lain seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap keluarga, dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosis buruk atau kemungkinan kecacatan dimasa akan datang dan ancaman ketidakmampuan permanent yang lebih jauh, hal ini memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh prospek pembedahan.
(1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu faktor umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), tipe kepribadian, potensi stressor, maturasi (kematangan), keadaan fisik seseorang, sosial budaya dan lingkungan atau situasi berdampak dan saling berhubungan dengan timbulnya suatu tingkat kecemasan pada pasien dengan pre operasi. elektif. Khusus pada tipe kepribadian pasien pre operasi elektif berbeda-beda. Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan. Tipe-tipe

kepribadian menurut Jung, terdiri dari tipe introvert dan ekstrovert. Ciri-ciri seseorang dengan dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, tertutup, sulit berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik. Hal ini akan menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit tempat anak dirawat. Selain itu, anak juga akan bertemu dengan orang-orang baru yang dianggap asing. Tipe ekstrovert pada orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa cemas dalam menghadapi pra operasi.
(2)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BRSU Dr H Soewondo Kendal diperoleh data bahwa pada bulan Agustus -September 2007 jumlah pasien yang dilakukan operasi elektif diruang kenanga sebanyak 110 orang sesuai data dari rekan medik tempat pasien dirawat. Hasil wawancara dengan pasien yang akan menjalani operasi elektif mengatakan bahwa mereka mengalami kecemasan, hal ini menimbulkan suatu fenomena dan perlu dilakukan asuhan keperawatan pada pasien yang akan menjalani operasi dan untuk melakukan asuhan keperawatan yang berkualitas maka perawat perlu mengetahui faktor apa saja yang dapat menimbulkan kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H Soewondo Kendal.

B. Perumusan Masalah Analisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui analisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan umur dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H SoewondioKendal. b. Mengidentifikasikan status pendidikan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal. c. Mengidentifikasikan status ekonomi (pendapatan) dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal. d. Mengidentifikasikan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal.

e. Mengidentifikasikan tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal. f. Menganalisis hubungan umur dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H Soewondo Kendal. g. Menganalisis hubungan status pendidikan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr. H Soewondo Kendal. h. Menganalisis hubungan status ekonomi (pendapatan) dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr. H Soewondo Kendal. i. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr. H Soewondo Kendal. j. Menganalisis hubungan tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif Soewondo Kendal. di ruang kenanga BRSU Dr.H

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif.

2. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan meningkatkan efektifitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien pre operasi elektif 3. Bagi Pendidikan Sebagai tambahan referensi dalam penelitian lanjutan dan bahan pertimbangan bagi yang melakukan penelitian sejenis. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan peneliti di bidang keperawatan bedah dan menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi dengan daftar teori yang telah peroleh serta sebagai dasar penelitian lain guna mengembangkan ilmu pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan,

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
(3)

Kecemasan

adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual. Kecemasan juga dapat diartikan

sebagai respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami oleh dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah suatu kebingungan atau kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
(3)

Kecemasan adalah emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian dan super ego. Bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang ide dan super ego berada pada kondisi bahaya. Kecemasan terjadi yang sangat akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan paling penting untuk upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri. 2. Tanda dan gejala kecemasan Manifestasi dari adanya kecemasan dapat terlihat pada individu sebagai tanda dan gejala, dimana dapat muncul tanda-tanda fisik maupun gejala psikologis
(4) (3)

. Tanda dan gejala orang yang mengalami kecemasan

adalah sebagai berikut:

No

Tanda Fisik 1. Gemetaran 2. Rejatan 3. Rasa goyang 4. Ketegangan otot

Gejala Psikologis 1. Rasa takut 2. Sulit konsentrasi 3. Hypervigilance (siaga berlebih)

5. Nafas pendek 6. Mudah lelah 7. Sering kaget 8. Hiperaktifitas autonomik Wajah merah dan pucat Tangan terasa dingin Dare Mulut kering Sering kencing Takikardi atau nadi cepat

4. Insomnia 5. Libido turun 6. Rasa mengganjal

ditenggorokan 7. Rasa mual diperut

3. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami kecemasan


(5)

sebagai berikut:

a. Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala. 4. Tingkatan kecemasan a. Kecemasan ringan
(6)

adalah sebagai berikut:

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Kecemasan ini normal dalam kehidupan karena meningkatkan motivasi dalam membuat individu siap bertindak. Stimulus dari luar siap

diinternalisasi dan pada tingkat individu mampu memecahkan masalah secara efektif, misalnya seseorang yang menghadapi ujian akhir, individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan. b. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang yang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Cemas sedang ditandai dengan lapang persepsi mulai menyempit. Pada kondisi ini individu masih bisa belajar dari arahan orang lain. Stimulus dari luar tidak mampu diinternalisasi dengan baik, tetapi individu sangat

memperhatikan hal-hal yang menjadi pusat perhatian. c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi orang yang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan

untuk mengurangi ketegangan. Seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Lapang persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk berfokus pada area lai, misalnya individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, individu dalam penyanderaan. d. Panik Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meski dengan perintah, terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya keemampuan berhubungan dengan orang alin, penyimpanan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.

10

RENTANG RESPONS ANSIETAS

Respons adaptif

Respons maladaptif

Antisipasi

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Gambar. 2.1. Rentang respons ansietas (Stuart & Laraia, 2001) 5. Faktor-faktor Yang Menimbulkan Kecemasan a. Faktor Biologi Peneliti biologis pada sistem neurotransmiter gamma

aminobutyricacid (GABA), serotanim dan neropinetrin berpengaruh terhadap kecemasan umum dan depresi banyak terjadi pada wanita. Gangguan kecemasan juga bersifat diturunkan, kurang lebih 25% generasi pertamanya juga kan terkena. Sebanyak 50% anak kembar satu sel telur dan 155 pada dua telor dari yang mengalami gangguan kecemasan. b. Faktor Psikologis Dua faktor pikitan utama tentang faktor psikologis yang menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan umum adalah bidang kognitif perilaku dan bidang psikoanalitik. Bidang kognitif perilaku menghipotensikan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah berespon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapi. Ketidakakuratan tersebut disebabkan oleh

11

perhatian selektif terhadap perincian negatif di dalam lingkungan oleh distorsi pemprosesan informasi untuk mengatasinya. Bidang

psikoanalitik menghipotensikan bahwa kecemasan tersebut adalah suatu gejala konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan berikut: a. Umur Ada yang berpendapat bahwa faktor umur muda lebih mudah mengalami stres daripada yang berumur lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya usia muda biasanya mudah mengalami cemas atau stres dikarenakan bertumpuknya masalah yang mungkin sering dialami oleh seseorang pada usia muda. Walau umur sukar ditentukan karena sebagain besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Tapi seringkali kecemasan terjadi pada usia 20-40 tahun. b. Status Pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang pra operasi yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan di dalam keluarganya dan bisa mengambil tindakan secepatnya Adapun pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Pendidikan Informal
(7) (3)

sebagai

12

Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah, di lingkungan sekolah dan di dalam kelas. 2) Pendidikan Formal Pendidikan formal ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti yang terdapat di sekolah atau universitas Status pendidikan yang kurang pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan yang lebih tinggi atau baik c. Status Ekonomi (pendapatan) Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan keadaan kesehatan seseorang. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai.
(8)

Tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada status kesehatan yang ada. Tingkat pendapatan akan

mempengaruhi pola kebiasaan dalam menjaga kesehatan dan penanganan yang selanjutnya berperan dalam prioritas pemanfaatan kesehatan berdasarkan kemampuan ekonomi atau pendapatan pada suatu keluarga. Bagi mereka yang berpendapatan sangat rendah hanya

13

dapat memenuhi kebutuhan berupa pemanfaatan kesehatan apa adanya, sesuai dengan kemampuan mereka. Apabila tingkat pendapatan baik, maka pemanfaatan kesehatan mereka akan lebih baik. d.
(9)

Tingkat Pengetahuan 1) Pengertian Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hasil pengetahuan seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telingga dan sebagainya) dan sendirinya pada waktu penginderaan sampai intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). Menurut Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat. 2)
(10)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

14

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a) Tingkat Pendidikan

(10)

yaitu :

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. b) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. c) Kultur Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

d) Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada seseorang dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta bersikap lebih bijak. e. Tipe Kepribadian Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan.
(2)

Orang dengan kepribadian tipe A lebih mudah

mengalami gangguan akibat adanya stres dari pada orang dengan

15

kepribadian tipe B, Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A yaitu tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang, sedangkan orang dengan kepribadian tipe B, mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan orang berkepribadian tipe A. Setiap orang yang mempunyai tipe kepribadian yang berbeda-beda. Tidak semua orang mengalami cemas, hal ini tergantung pada tipe kepribadiannya kepribadian
(1) (5)

. Adapun klasifikasi

tipe

terdiri dari:

1. Tipe introvert Sikap introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan antisosial. Seseorang juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif dan menggunakan pandangan subjektif mereka sendiri. Ciri-ciri orang dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, hatinya tertutup, sulit berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik. Hal ini akan menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit, dimana orang dihadapkan pada berbagai macam tindakan keperawatan dan orang yang tidak dikenal, seperti dokter, perawat dan pasien lainnya.
(1)

16

2. Tipe ekstrovert Sikap ekstrovert mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar, cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah. Ciri-ciri anak tipe ekstrovert biasanya mudah bergaul, hatinya terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. f. Potensi Stessor Stersor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu perlu mengadakan adaptasi atau menanggulangi steror yang timbul sesuai dengan berat ringannya stres. g. Maturasi (Kematangan). Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kperibadian sehingga akan sukar mengalami gangguan terhadap stres, sebab individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stresor yang timbul, sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang yaitu yang tergantung pada peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguann akibat stres. h. Keadaan Fisik Individu yang mengalami gangguan fisiik seperti cedera, penyakit badan, operasi, aborsi lebih mudah mengalami stres.
(1)

17

Disamping itu orang yang mengalami kelemahan fisik yang lebih mudah mengalami stres. i. Sosial Budaya Cara hidup orang bermasyarakat juga sangat mempengaruhi pada timbulnya stres, individu yang mempunyai cara hidup yang sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami stres. Demikian juga keyakinan agama yang kuat akan jauh lebih sukar mengalami stres dibanding mereka yang berkeyakinan agamnya lemah. j. Lingkungan Dan Situasi Orang yang berada ditempat yang dirasakan asing lebih mudah mengalami stres, sehingga fasilitas lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurang kontak dengan penyebab kecemasan.

B. Teori Operasi 1. Pengertian Operasi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan oleh dokter spesialis atau operator dengan syarat ada persetujuan operasi, kelengkapan laboratorium, EKG, Radiologi dan lain-lain sesuai perintah dokter yang menaggani operasi, disetujui oleh dokter anestasi. Adapun macam-macam operasi
(12)

adalah sebagai berikut:

a. Operasi Elektif (Terprogram)

18

Operasi elektif (terprogram) pada pasien dari ruang kenangga yang sehari sebelumnya telah didaftarkan ke IBS (Instalasi Bedah Sentral) dengan ACC dari dokter anestesi. Semua prosedur operasi sudah memenuhi syarat termasuk persiapan pasien puasa, laborat, lagnen, skeren daerah operasi dan lain-lain, dimana terencana terlebih dahulu. b. Operasi Cyto (emergency) Operasi segera atau mendadak (emergency) dimana pasien harus dioperasi segera dengan alasan medik misalnya SC dengan perdarahan, placentaprefia dan lain-lain. Fraktur terbuka dengan perdarahan hebat dan lain-lain. Adapun klasifikasi tindakan operasi adalah:

1. Sederhana meliputi operasi ringan a) Incici b) Caterisasi lesi kecil c) Fungsi ringan d) Jahit luka < 5 cm. 2. Kecil a) Exterpasi tumor kulit superfisial diameter kecil b) Wound toilet luka kecil c) Exterpasi klavus d) Cabut kuku dan lain-lain 3. Sedang

19

a) b) c) d) 4. Besar

Hernioterapy reponible Apendiksitis simple tanpa penyulit Mekrotopmiluas Incici abses dengan anestesi ringan

a) Laparatomy explorasi (Lilies, peritonitis) b) Apendiksitis dengan penyulit (perforasi, infitrat) c) Thiroidectomy para anal d) Amputasi extermitas superior atau eksternal 5. Canggih a) Prostatectomy terbuka b) Urectrolitotomy 6. Khusus a) Laparatomy explorasi reseksi dan anastomosis usus b) Laparatomy dan coloctomi c) Orit fraktur pasang plat, screw prothese dengan penyulit

2. Persiapan pre operasi elektif Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan adalah untuk mempersiapkan pasien agar penyulut pasca operasi dapat dicegah sebanyak mungkin. Sebagian tindakan tersebut dilakukan secara rutin seperti pembersihan kulit, sedangkan yang lain dipilih berdasarkan keterangan anamnesis. Pemerksaan pra operasi dan

20

rencana pengolahan. Toleransi pasien terhadap pembedahan mencakup toleransi fisik maupun mental. a.
(12)

Persiapan Mental Secara mental seorang pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anestesi terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini hubungan baik antara penderita, keluarga dan dokter sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dokter dan petugas kesehatan lainnya. Atas dasar pengertian, pasien dan keluarga dapat memberikan persetujuan dan izin untuk pembedahan.

b.

Persiapan Fisik 1) Berbagai organ dan sistem Sebelum pembedahan dimulai (dengan anesthesia umum) lambung harus kosong, Reflek esophagus mudah terjadi terutama pada permulaan anesthesia, sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang merupakan suatu penyulit berbahaya karena menimbulkan pneumonia yang tidak mudah diatasi. oleh karena itu pasien dipuasakan 6 jam sebelum pembedahan. Kulit tubuh khususnya didaerah lapangan operasi harus bersih. Pasien harus mandi atau dimandikan dengan sabun atau

21

larutan

antiseptik

seperti

khorheksidin

atau

larutan

yang

mengandung yodium. Sealin itu harus bebas infeksi, sehingga operasi efektif harus ditunda selama ada infeksi kulit. Suhu badan sebaiknya dipertahankan kurang lebih normal. Penderita yang demam metabolismenya meningkat dan

memerlukan lebih banyak zat asam sehingga iribilitas miskord meningkat dan keadaan syok tidak dapat dikompensasikan seperti biasa. Suhu tubuh harus diturunkan terlebih dahulu umpamanya dengan sedia salisilat. Bila demam disertai mengigil dapat diberikan klorpromazin, hipotermia dibawah 340 C berisiko karena metabolisme berlangsung lambat, sehingga pembekuan darah terjadi keterlambatan. pasien yang demikian harus dihanggatkan dahulu dengan selimut hangat atau dimandikan dengan air hangat 400 C Diuresis menjadi pegangan penting dalam menentukan keseimbangan cairan. Jika diuresis mencapai 30ml/jam, lidah lembab, mukosa lain tampak basah, turgor kulit memadai pasien dapat dianggap normal. Penyulit pasca bedah paling banyak terjadi diparu. Perokok diharuskan berhenti merokok satu minggu sebelum operasi, karena merokok melumpuhkan siliamukosa dan meningkatkan sekresi jalan nafas sehingga proses pembersihan jalan nafas terganggu. Selain itu gangguan faal hati, gangguan pembekuan darah juga perlu dikoreksi.

22

2) Keadaan Gizi Kebanyakan pasien yang akan dioperasi tidak membutuhkan perhatian khusus tentang gizi. Pada umumnya mereka itu dapat berpuasa untuk waktu tertentu sesuai dengan penyakit dan waktu pembedahan, tetapi tidak jarang pasien yang datang dalam keadaan gizi yang kurang baik, misalnya yang terjadi pada penderita penyakit saluran cerna, keganasan infeksi kronis dan trauma berat. Malnutrisi berat dipengaruhi morbiditas karena

terganggunya penyembuhan luka dan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Namun malnutrisi ringan protein dan kalori tidak banyak mempengaruhi hasil operasi. Berbeda dengan malnutrisi akibat kelaparan pada penderita bedah terdapat faktor lain yang menyebabkan malnutrisi yaitu kurangnya asupan makanan dan proses radang akibat katalisme meningkat dan anabolisme menurun. Keadaan ini dapat berlangsung tampak pada penurunan kadar serum albumin dan hipotrofi otot.

C. Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi: 1. Umur 2. Status pendidikan 3. Status ekonomi (pendapatan) 4. Pengetahuan 5. Potensi stressor 6. Maturasi/kematangan 7. Keadaan fisik 8. Tipe Kepribadian 9. Sosial Budaya 10. Lingkungan atau Situasi

Tingkat Kecemasan Pasien Pre operasi elektif - Tidak cemas - Cemas Ringan - Cemas Sedang - Panik

Pasien Pre Operasi Elektif

23

Gambar 2.1. Sumber Alimul Aziz (2003), Suwandi dalam Sulistianingrum (1998) Dengan Modifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi: - Umur - Status pendidikan - Status ekonomi (pendapatan) - Pengetahuan - Tipe Kepribadian

Tingkat Kecemasan Pasien Pre operasi elektif - Tidak cemas - Cemas Ringan - Cemas Sedang - Panik

Keterangan: : Diteliti

24

Gambar.3.2. Kerangka Konsep

B. Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. 2. Ada hubungan antara status pendidikan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. 3. Ada hubungan antara status ekonomi (pendapatan) dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. 5. Ada hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal.

C. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan tipe kepribadian) dengan variabel terikat (tingkat kecemasan). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran atau (13) pengamatan pada saat bersamaan.

D. Populasi dan Sampel

25

1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
(14)

Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi elektif sebanyak 110 orang pada bulan Agustus-September 2007 yang dirawat di ruang Kenangga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini ditentukan dengan teknik Quota
(15)

Teknik sampel dalam penelitian Sampling, dimana tujuan

pengambilan sample sebanyak jumlah tertentu yang dianggap dapat memperoleh sampel tertentu, yang mana dalam pelaksanaannya tidak dilakukan secara random.
(15)

1 N d 2


Jumlah sampel Jumlah populasi Tingkat signifikansi (0,05)

Dimana : n N d = = =

110 1 110 0.052

n = 86,27 = 86 orang 3. Sampling

26

Dari rumus diatas diperoleh sampel dengan jumlah sebanyak 86 orang yang menjadi responden dan ditetapkan secara Quota Sampling
(15).

Penentuan jumlah sampel dari populasi penderita hipertensi berdasarlan dari data dari rekam medik BRSU Dr H. Soewondo Kendal. Adapun ketentuan sampel dengan persyaratan atau kriteria yaitu a. Kriteria Inklusi 1) Pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr. H. Soewondo Kendal 2) Pasien pre operasi elektif hipertensi yang bersedia menjadi responden. 3) Pasien pre operasi yang pada saat penelitian telah terprogram untuk dioperasi sesuai prosedur di ruang kenanga BRSU Dr. H. Soewondo Kendal b. Kriteria Eksklusi 1) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden 2) Pasien pre operasi yang pada saat penelitian belum telah terprogram untuk dioperasi sesuai prosedur di ruang kenanga BRSU Dr. H. Soewondo Kendal
(15)

27

E. Definisi Operasional No Variabel 1 2 Umur (Th) 1. Definisi 3


Lamanya kehidupan seseorang dihitung sejak tahun lahir sampai tahun saat dilakukan penelitian dihitung dengan angka tahun (umur saat pasien pra operasi elektif) Tingkat pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh pasien pre operasi elektif

Alat Ukur 4
Diukur dengan dengan alat ukur metode kuesioner A

Hasil Ukur 5
Dengan kategori a. < 30 tahun b. 30-40 tahun c. > 40 Tahun

Skala 6
Ordinal

2.
Status Pendidikan

Diukur dengan dengan alat ukur metode kuesioner A

Dengan kategori a. Dasar (SD SMP) b. Menengah (SMA) c. Tinggi (DIII-PT) Dengan kategori a. Rp <650.000,b. Rp > 650.000,-

Ordinal

3.
Status ekonomi (pendapatan)

Jumlah penghasilan yang dimiliki oleh keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup khususnya kebutuhan dalam pembiayaan operasi Tingkat kemampuan pasien pre operasi elektif dalam menjawab dengan benar pertanyaan tentang tindakan0. operatif yang meliputi pengertian, jenis tindakan, yang dilakukan, komplikasi 1. pasca operasi elektif.

Diukur dengan dengan alat ukur metode kuesioner A

Nominal

4.
Pengetahuan

Diukur dengan metode kuesioner B 2. Responden benar dalam menjawab pernyataan 1. Responden Salah dalam menjawab pernyataan

Dari total 10 item dengan nilai (2x10=20) Score tertinggi:20 Score terendah: 2 Untuk menjelaskan secara deskriptif dengan nilai score: a. Baik (17-20) b. Cukup Baik (11-16) c. Kurang Baik

Ordinal

5.
Tipe Kepribadian Sifat dan cara seseorang bertingkah laku yang mempengaruhi interaksinya dengan orang lain dan lingkungan. seseorang dikatakan tope A jika tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah Kuesioner C yang terdiri dari 10 item pernyataan dengan kriteria jawaban : - Responden menjawab Ya = 1 - Responden menjawab

(2-10)
Tipe A: bila skor 6 - 10 Tipe B: bila skor 0 -5

Nominal

28

gelisah, tidak dapat tenagn atau diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang, dan tipe B jika sebaliknya

tidak Tidak = 0

3 4 2 5 6 Respon emosional yang muncul pada pasien pre operasi elektif selama dirawat di rumah sakit Kuesioner D yang terdiri dari 15 item pertanyaan dengan kriteria jawaban: 1) Tidak pernah = 0 2) Jarang = 1 3) Sering = 2 4) Selalu = 3 Dari total 15 item dengan nilai (4x15=60) Score tertinggi:60 Score terendah: 4 Untuk menjelaskan secara deskriptif dengan Klasifikasi: a. Tidak ada kecemasan = 0 b. Kecemasan ringan = 1 - 12 c. Kecemasan sedang = 13-25 d. Kecemasan berat = 26-40 e. Panik = 41-60 Dengan kategori: a. Cemas b. Tidak Cemas Ordinal

6.

Tingkat Kecemasan

F. Metode Pengumpulan Data Langkah-langkah penelitian ini meliputi pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dari responden. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap intrumen tersebut. 1. Jenis Data a. Data primer dengan menggunakan data yang diperoleh dari responden.

29

b. Data sekunder berupa jumlah pasien pre operasi elektif yang didapatkan dari data rekam medik di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. 2. Prosedur pengumpulan data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner terdiri pertanyaan pengetahuan tentang pre operasi elektif, tipe kepribadian dan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr H. Soewondo Kendal. Dengan keseluruhan pertanyaan yang berjumlah 35 item pertanyaan. a. Kuesioner A : Data pribadi yang terdiri atas: umur responden, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan). b. Kuesioner B : Untuk mengukur pengetahuan tentang pre operasi elektif yang terdiri dari atas 10 item pernyataan pilihan yang meliputi pertanyaan tentang pre operasi elektif berupa item pertanyaan menjawab benar nilai (2), menjawab salah nilai (1) c. Kuesioner C: Pada pertanyaan tipe kepribadian pasien pre operasi elektif, dimana peneliti membuat pernyataan sebanyak 10 pernyataan pilihan yang meliputi pernyataan tentang tipe kepribadian yang berupa pernyataan dengan menjawab ya nilai (1), menjawab tidak nilai (0). d. Kuesioner D: Pada pertanyaan tentang tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif dengan mengunakan alat ukur modifikasi dari Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) yang terdiri dari 15 item

30

pertanyaan dengan kriteria jawaban tidak pernah = 0, jarang = 1, sering = 2, dan selalu =3. 3. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur dengan membagikan kuesioner kepada responden. Sebelum responden mengisi kuesioner peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian oleh responden. Kuesioner diisi sendiri oleh responden dan kepada responden diingatkan mengisi semua pertanyaan yang ada dan harus diisi, setelah selesai dikembalikan kepada peneliti.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi (15) ukurnya . Adapun kevalidan kuesioner ini diujicobakan di Ruang Kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, dengan jumlah responden sebanyak 20 pasien pre operasi elektif, dalam hal ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di Ruang Kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal. Uji validitas dapat dilihat dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut di atas, nilai rhitung untuk seluruh pertanyaan dibandingkan dengan nilai rtabel 0, 482 pada taraf signifikansi 0,05. Jika nilai r hitung > r table, pertanyaan dinyatakan valid. Untuk mengetahui validitas caranya adalah membandingkan nilai r tabel dengan nilai alpha. Dengan ketentuan bila r alpha > r tabel maka alat penelitian handal Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach > 0,482 yaitu dari jumlah 20 responden. Adapun hasil reliability adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, berdasarkan hasil uji validitas pengetahuan dalam

31

rentang 0,5552-0,9905 artinya kuesioner pengetahuan tersebut valid karena nilai tersebut lebih besar daripada 0,482 2. Tipe kepribadian pasien pre operasi di ruang kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, berdasarkan hasil uji validitas tipe kepribadian dalam rentang 0,5142 0,7812 artinya kuesioner tipe kepribadian tersebut valid karena nilai tersebut lebih besar daripada 0,482. 3. Tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, berdasarkan hasil uji validitas tingkat kecemasan dalam rentang 0,5530 0,8312 artinya kuesioner tingkat kecemasan tersebut valid karena nilai tersebut lebih besar daripada 0,482. b. Uji Reliabilitas Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Pada awalnya tinggi-rendahnya reliabilitas koesioner tercermin oleh nilai Cronbach Alpha. Dimana apabila nilai Cronbach Alpha diatas 0,60 maka variabel dalam penelitian dapat dikatakan reliabel atau handal, sehingga apabila kuesioner terhadap pertanyaan yang diajukan dilakukan secara berulang-ulang maka jawaban (18) responden akan sama.

kr 1 k r r
Koefisien Cronbach Alpha Jumlah item valid Rerata korelasi antar item Konstanta

Dimana = k r 1 = = =

Kuesioner dapat dikatakan realibitas tinggi jika nilai Alpha Croanbach melebihi angka kritik. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah membandingkan nilai r tabel dengan nilai alpha. Dengan ketentuan bila r alpha > r tabel maka alat penelitian handal Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach > 0,60 yaitu dari jumlah 20 responden. Adapun hasil reliability adalah sebagai berikut:

32

1) Pengetahuan pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, berdasarkan hasil uji reliabilitas pengetahuan diketahui dengan nilai = 0,9340 artinya kuesioner pengetahuan tersebut reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Croanbach melebihi angka kritik dan mendekati nilai 1 (> 0,60). 2) Tipe kepribadian pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, berdasarkan hasil uji reliabilitas tipe kepribadian diketahui dengan nilai = 0,9872 artinya kuesioner tipe kepribadian tersebut reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Croanbach melebihi angka kritik dan mendekati nilai 1 (> 0,60). 3) Tingkat kecemasan pasien pre operasi elektif di ruang kenanga BRSU Dr.H. Soewondo Kendal, berdasarkan hasil uji reliabilitas tingkat kecemasan diketahui dengan nilai = 0,9648 artinya kuesioner tingkat kecemasan tersebut reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Croanbach melebihi angka kritik dan mendekati nilai 1 (> 0,60).

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut : a. Editing Mengecek kembali kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Kuesioner yang diberikan pada responden telah terisi tiap

33

pertanyaan, sehingga tidak ada kuesioner yang perlu dibuang karena tidak lengkap dalam menjawab dan kuesioner yang telah dibagikan kembali semua. b. Coding Dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, sehingga memudahkan proses pemasukan data di komputer. Untuk kuesioner A untuk identitas responden, kuesioner B untuk pengetahuan tentang pre operasi elektif dengan memberi nilai pernyataan benar nilai (2), pernyataan salah nilai (1). Pada kuesioner C tentang tipe kepribadian dengan pernyataan jika jawaban ya nilai (1). Kuesioner C tentang tingkat kecemasan pasien pre elektif terdiri dari tidak pernah nilai (0), jarang nilai (1), sering nilai (2), selalu nilai (3). c. Skoring (penilaian) Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden. d. Tabulating (tabulasi) Kegiatan tabulating meliputi memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya. e. Data Entry (memasukkan data)

34

Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu pemrosesan data, yang dilakukan oleh peneliti adalah memasukkan data dari kuesioner ke dalam paket program komputer. f. Processing Setelah diedit dan dikoding, diproses melalui program SPSS versi 10 for Windows. g. Cleaning Membuang data atau pembersihan data yang sudah tidak dipakai 2. Analisis Data a. Analisa Univariat Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
(16)

Penelitian melakukan analisis

univariat dengan tujuan yaitu analisis deskriptif variabel yaitu umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe kepribadian dan tipe kecemasan pada pasien pre operasi. Analisa univariat digunakan untuk mengestimasi parameter populasi untuk data numerik terutama ukuran-ukuran tendensi sentral berkategorik dengan distribusi frekuensi. b. Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk mendapatkan hubungan antara variabel bebas (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe kepribadian) dan variabel terikat (tingkat kecemasan pasien pre operasi elektif). Dalam analisis bivariat pada penelitian ini

35

menggunakan uji statistik dengan Chi Square karena data berbentuk kategorik. Pada uji Chi Square digunakan aturan dasar frekuensi harapan (nilai ekspektasi) tidak boleh terlalu kecil atau nilai ekspektasi kurang dari 5 tidak melebihi 25% dari total sel.

I. Etika Penelitian 1. Informed Concent (Lembar Persetujuan Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden atau keluarga responden yang mewakili yang akan dilakukan dan memenuhi kriteria yang sebelumnya diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian untuk menandatangani informed concent tersebut. 2. Anonimity (Kerahasiaan identitas) Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar kuesioner yang kode itu hanya diketahui oleh peneliti. 3. Confidentiality (Kerahasiaan informasi) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(16) (16) (16)

36

You might also like