You are on page 1of 32

V.

JENIS-JENIS TUNGAU

1. Famili TARSONEMIDAE Jenis tungau dari famili ini mempunyai beberapa variasi biologi, yaitu berbadan lunak dan tidak mempunyai mata. Beberapa spesiesnya adalah fitofag, pada hal hidupnya pada sampah atau sebagai parasit. a. polifag. Tungau dapat menyebar pada tanaman inang diantaranya kapas di Brasil, Uganda, dan Kongo; kacang-kacangan, castor, dan dahlia di Afrika Selatan; teh di Ceylon dan Jawa serta beberapa tanaman lainnya. Di Philipina tungau ini menjadi hama pada tanaman muda di green house (yaitu tomat, kentang, dan tembakau) dan di kebun-kebun bunga. Di Indonesia tungau ditemukan Umumnya gejala serangan, daun pada beberapa tanaman diantaranya berwarna coklat, daun menebal dan mati pada bagian pucuknya. tomat, lombok, karet, dan teh. Tungau ini merupakan hama yang cukup serius pada tanaman teh dan juga kadang-kadang pada tanaman kopi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan (Kalshoven, 1981). Tungau ini juga sering ditemukan pada tanaman teh, yaitu di pucuk diantara bulu-bulu pada sisi bawah daun muda. Akibat serangan pada daun-daun muda, pucuknya memanjang dan mengalami khlorosis serta mengeriting. Setelah pemetikan daun teh biasanya tungau tersebar pada suatu tempat di atas daundaun muda. Gejala serangan pada tanaman teh serupa dengan yang disebabkan oleh pink mite (Eriophyes sp.). Kerusakan pada tanaman kina, kadang-kadang meningkat bersamaan dengan terjadinya serangan thrips. Biji-biji kina yang terserang menjadi agak coklat warnanya, sedangkan tanaman karet yang terserang daun-daunnya mudah sekali rontok dan tumbuhnya menjadi tidak normal. Pada tanaman karet, tungau berada di atas daun muda yang lunak dan tidak dapat hidup pada daun tua, serta serangan umumnya terjadi setelah musim hujan. Kerusakan tanaman karet juga terjadi pada tanaman muda di persemaian. Polyphagotarsonemus ( = Hemitarsonemus ) latus Banks. atau

yellow tea mite (sin. Tarsonemus translucens Green), tersebar luas dan bersifat

27

Tungau yang menyerang juga dapat mendorong terjadinya penyakit yang disebabkan oleh jamur Helminthosporium (Kalshoven, 1981). Menurut Aart van Schoohoven (1978) bahwa, tungau juga dapat menyerang tanaman kedele dan menyebabkan kerusakan setelah pembungaan, khususnya pada cuaca lembab dan kering sehingga dapat menurunkan produksi sampai 56 persen. Gejala serangan tungau pada tanaman kedelai dapat dilihat dari kerusakan pada tepi (ujung) daun yang menggulung ke atas dan berwarna terang. Daun muda tidak tumbuh dengan normal, sering menjadi kering; Beberapa varietas kedelai menunjukkan gejala yang demikian juga polong dapat diserang dengan menunjukkan jaringan luka berwarna agak kecoklatan. menggulung ke bawah pada tepi daun dan berwarna gelap pada tangkai daun, sehingga gejalanya mudah keliru dengan akibat serangan virus atau kekurangan mineral. Hasil penelitian Trisusilowati dan Purnomo (1997), bahwa tungau famili Tarsonemidae dijumpai menyerang tanaman kedelai varietas Wilis dan Edamame di Jember pada saat umur 45 53 hari setelah tanam. Gejalanya terjadi bentukan berupa tonjolan seperti gall berwarna coklat tampak berderet atau bergerombol menutup atau melekat pada permukaan batang. Bentukan serupa juga ada pada daun. Dijumpai pula tonjolan berupa pintalan benang-benang berwarna putih. Gejala serangan pada tanaman tomat, tanaman lebih cepat menjadi coklat yaitu 8 10 hari setelah infestasi, dan 4 5 hari kemudian pertumbuhan bagian pucuk seperti terbakar. Tungau berukuran 0,25 mm, tubuhnya licin hampir jernih, berwarna hijau kekuningan dengan kaki tipis dan bergerak cepat. Bentuk tungau trianguler, nimfanya berwarna putih transparan. Biasanya nimfa terdapat pada daun-daun muda dan segera setelah menjadi imago, tungau betina kemudian makan dan meletakkan telur pada daun yang sama. Telur tungau berdiameter 0,1 mm berwarna putih bersinar yang terletak di daun bagian bawah. Siklus hidup tungau setiap fase sekitar 1 3 hari dan ratarata 2 hari pada temperatur 27
0

C.

Tungau jantan hidup selama 12 hari,

sedangkan yang betina 15 hari dan meletakkan telur rata-rata 48 butir (Aart van Schoohoven, 1978). Imago betina yang tidak kawin hanya akan menghasilkan tungau jantan (Pelley, 1968).

28

Gambar 8. Polyphagotarsonemus latus (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Larva (Bagian Lateral), c. Larva (Bagian Ventral), d. Nimfa Bagian Ventral, e. Imago Betina, dan f. Imago Jantan Koloni tungau terjadi pada 2 atau 3 daun muda sekitar tunas, dan apabila daunnya telah menjadi tua maka tungau akan bergerak ke atas pada daun-daun muda. Di Afrika Selatan hidupnya tungau selama 9 hari pada musim dingin dan hanya 4 hari pada musim kemarau. Sedangkan pada tanaman teh di Ceylon sekitar 4 6 hari, dan pada tanaman kapas di Kongo siklus hidupnya 4,5 hari pada suhu 24 0C (Le Pelley, 1968). Akibat serangan tungau pada tanaman kapas, daun-daunnya menjadi hijau gelap dan tepi daun menggulung ke dalam yang akhirnya daun berlubang akan tetapi tidak jatuh. Pada akhir musim tanam kapas, tungau pindah ke tanaman inang lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan serupa. Tungau melukai daun dengan cara menghisap cairan daun dan sering menyebabkan kerusakan pada pucuk-pucuk bunga dan buah-buah muda.

29

Tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) juga menyerang tanaman wijen pada saat 21 hari setelah tanam. Gejala serangan pada daun yang masih muda, di bagian pucuk tanaman terlihat bentuk daun abnormal, kaku kemudian menebal, hijau tua dan melengkung ke bawah akhirnya menjadi keriting. Serangan berat menyebabkan bunga akan gugur, tidak terbentuknya polong sehingga produksi merosot (Helmy, 2008). Pada tanaman jarak pagar, gejalanya daun yang baru tumbuh, daun caping mengeras, sebaran hijau daun tidak sempurna, pertumbuhan tunas terhenti sementara atau selamanya, tergantung kondisi lingkungan. Pada daun yang sedang tumbuh dan berkembang, terlihat afanya cekungan-cekungan pada permukaan daun, caping mengeras dan tunas akan tumbuh kembali, tetapi menunjukkan adanya gejala serangan tungau. Pada serangan lebih lanjut, terlihat serangan pada tunas daun yang terlihat lebih jelas. Tungau akan menyerang tanaman jarak pagar sejak awal musim hujan dan akan meningkat pada musim kemarau (Taufan dan Taufiq, 2007). b. Steneotarsonemus (= Tarsonemus) bancrofti Mich., adalah tungau pada tanaman tebu yang tersebar di daerah Pasifik Barat Daya. sedang di bagian tepi tidak terlihat dengan jelas (Kalshoven, 1981). Tungau ini menyebabkan kerusakan seperti gall (pembengkakan), dengan ciri khusus kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan sampai hitam. Tungau betina berukuran 0,4 mm dan yang jantan berukuran 0,3 mm. Tungaunya bertungkai 4 pasang dan sangat peka terhadap cahaya matahari, dan lebih suka menyembunyikan diri di tempat-tempat yang gelap seperti di bawah daun. c. Steneotarsonemus (= Tarsonemus) pallidus Banks., cyclament (sin. Tarsonemus fragariae Zimm.), strawberry tarsonemid mite. Tanaman yang terserang daunnya menggulung, tunas gugur pada waktu membuka atau dengan bunga-bunga kecil yang menggulung (Metcalf dan Flint, 1979). Tubuh tungau sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata, berwarna putih, hijau, atau coklat keperakan. Tungau ini tercatat sebagai hama pada strawberry, anggur, dan beberapa tanaman bunga-bungaan. Ditemukan pertama kali di New Tungau ini banyak terdapat di dekat nodes (tunas-tunas baru) di celah-celah atas poros daun,

30

York pada tahun 1898 dan di Kanada tahun 1908 serta umumnya menyebar di green house.

a b Gambar 9. Steneotarsonemus pallidus (Cyclamen Mite) (Metcalf dan Flint, 1979). a. Imago Betina, b. Imago Jantan Tungau memakan pada beberapa bagian tanaman diantaranya bulu-bulu daun dan antara lipatan-lipatan daun muda pada tunas. Pada daerah yang terlalu dingin, tungau berada pada fase imago dan tungau mulai meletakkan telur pada bulan Maret dan April. Perkembangbiakannya sangat cepat dan pada musim panas, siklus hidupnya mulai telur sampai imago adalah sekitar 2 minggu, dan setiap fase tungau dapat ditemukan pada sekitar daun tanaman yang diserang. Pada saat permulaan musim dingin tungau mencari perlindungan pada daun-daun pucuk. Tungau dewasa panjangnya 0,25 mm yang pada tingkat pertumbuhan larva berkaki 6 dan tingkat pertumbuhan nimfa berkaki 8. Pasangan kaki belakang pada tungau betina terdapat seperti benang dan yang jantan seperti catut (penjapit) (Metcalf dan Flint, 1979). Setiap imago betina menghasilkan sekitar 90 butir telur, dan 80 persen diantaranya akan berkembang menjadi tungau betina. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan fumigasi Methyl bromida atau penyemprotan tanaman yang terserang dengan Kelthane, Endrin, atau Thiodan khususnya pada saat tanaman tumbuh setelah pemangkasan. Pada tanaman strawberry dapat menggunakan predator Typhlodromus bellinus dan T. reticulatus.

2. Famili TETRANYCHIDAE Famili tungau ini sebagian besar terdiri dari jenis fitofag, dengan ukuran tubuhnya tidak melebihi 1 mm dan berwarna kuning, coklat, kehijau-hijauan, atau merah dan mempunyai mata. Jenis tungau ini bervariasi dengan panjang

31

tubuhnya antara 0,25 0,5 mm. Tungau ini aktif merayap yang dapat diketahui oleh mata kita sebagai bintik merah pada ujung depan tubuhnya, dan biasanya berlindung pada permukaan daun dengan pelindung yang baik. Bagian ujung pada masing-masing tarsus mempunyai rambut yang khas dengan kait yang melintang pada ujungnya, dan bagian mulutnya menyerupai jarum serta terlindung pada bagian dasarnya oleh lempeng mandibula (mandibular plate). Umumnya bentuk respirasinya melalui sistem tracheal yang sederhana dengan stigmata dorsal sekitar mandibular plate. Tingkatan hidup tungau ini terdiri dari telur, larva (dengan 3 pasang kaki), 2 tingkatan nimfa (protonimfa dan deutonimfa) yang mempunyai 4 pasang kaki, dan imago. Setiap pergantian kulit didahului dengan keadaan diam selama 1 atau 2 hari; selama keadaan ini tungau sangat resisten terhadap pengendalian dengan kimia. Tungau betina meletakkan telur setiap hari selama 2 3 minggu. Pada kondisi lingkungan yang sesuai, maka siklus hidupnya berkisar antara 15 20 hari. Jenis kelamin tungau sangat ditentukan oleh adanya pembuahan. Tungau jantan dihasilkan dari telur yang tidak dibuahi, sedangkan tungau betina dihasilkan dari telur yang dibuahi. Beberapa spesies tungau pada musim yang sangat dingin berada pada fase telur di tanaman inangnya; sedangkan imago dan nimfa berada di dalam kulit tanaman, di bawah daun-daun yang mati atau di dalam tanah. Daun-daun yang diserang oleh tungau pertama kali akan kelihatan suram, tampak berbintik dan akhirnya berubah seperti karat atau keperang-perangan. dalam beberapa keadaan akan terjadi defoliasi Tanaman atau buah yang dihasilkan tidak dapat tumbuh dengan normal sebagaimana mestinya, dan Selanjutnya apabila serangan berat biasanya tanaman menjadi sangat kerdil atau bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Tungau lebih menyukai sisi daun bagian bawah, akan tetapi mungkin juga ditemukan pada kedua sisi daun apabila keadaan serangan berat. Tungau berkembangbiak selama musim panas, cuaca kering dan umumnya tidak merusak pada musim dingin dengan cuaca lembab atau basah. a. Tetranychus cinnabarinus (Boisduvall), carmine atau red spider mite. Jenis tungau ini hampir selalu terdapat di daerah tropis, dan sebagai hama di green house pada daerah-daerah beriklim sedang.

32

Jenis tungau ini pertama kali ditemukan di Jawa pada cassava (ketela pohon) oleh Leefmans pada tahun 1915, bersifat polifag yaitu terdapat juga pada tanamantanaman seperti jeruk, kapas, kacang-kacangan, dan tanaman hias serta pada tumbuhan pengganggu (gulma). Pada daun cassava (ketela pohon) menunjukkan adanya bintik kuning, yang kemudian menyatu sehingga jaringan daun seluruhnya menjadi kuning dan akhirnya merah (hama merah). Tungau terlihat seperti bercak-bercak merah (red spot) menyerupai jarum yang merayap di bagian bawah daun. Apabila tanaman cassava terserang sangat berat, maka daun menjadi mengkerut dan akhirnya gugur akan tetapi tanaman tidak mati. Pada tanaman kina akan terlihat daun pada pembenihan menjadi berbintik dan mengeriting sehingga tanaman layu. Pada tanaman kedelai terlihat tungau dewasa meletakkan telur di permukaan bawah daun. Telur berwarna kuning pucat berbentuk bulat berukuran + 0,15 mm. Pertumbuhan mulai dari telur sampai menjadi tungau dewasa berlangsung selama kurang lebih 15 hari.. Larva berwarna kemerah-merahan dan lebih besar daripada telur serta berkaki 3 pasang. Pada tingkat selanjutnya adalah nimfa (protonimfa dan deutonimfa) berkaki 4 pasang dan nimfa berwarna kehijau-hijauan atau kemerah-merahan dengan total periode nimfa 6 10 hari. putih. Imago tungau ini berukuran 0,5 mm berwarna merah tua dengan kaki dan bagian mulut berwarna

Gambar 10. Tetranychus cinnabarinus (Kalshoven, 1981) Pada tanaman ketela pohon yang disukai oleh tungau adalah daun muda yang ada di tengah-tengah, dan meletakkan telur sekitar 10 butir setiap hari. Walaupun tungau makan dalam jumlah yang tidak begitu banyak, namun demikian

33

perkembang biakannya sangat cepat khususnya pada musim kering. Sewaktu populasi tungau sangat banyak maka daun seringkali berubah warna menjadi keabu-abuan atau berwarna hitam kotor. Apabila keadaan daun berubah menjadi tidak sesuai untuk perkembang biakannya, maka akan membuat jaringan benang halus dan berpindah tempat dengan cara menggantung pada benang. karenanya tanaman penuh dengan anyaman benang halus. Oleh Penyebaran

umumnya dengan menjatuhkan diri dari daun, dan dibantu dengan adanya tiupan angin, serta dapat pula melalui pakaian manusia yang lewat sehingga membantu mempermudah pemindahan tungau. Tanaman inang tungau ini yang tercatat di Bogor adalah karet, pepaya, pupuk hijau, dadap, tanaman polong, tomat, dan beberapa tanaman hias (Harnoto dkk., 1985). Kerusakan pada ketela pohon umumnya cukup berat khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, untuk itu pembersihan gulma dianjurkan sebagi pengendalian utama. Di Eropa pengendalian tungau di dalam green house telah berhasil dengan menggunakan predator Phytoseiulus persinilis (Ath Henr.) dan P. macropilis (Banks.). Ke dua jenis tungau predator ini berkembangbiaknya lebih cepat daripada jenis tungau famili Tetranychidae, dan telah diproduksi secara komersial. Di Jawa diketahui pula beberapa jenis famili Coccinelidae (Stethorus sp.) juga diketahui menyerang tungau. Tetranychus urticae (= telarius, bimaculatus) Koch., two spotted

b.

mite. Tungau ini bersifat kosmopolit dan polifag, yang merupakan hama utama pada buah-buahan (apel dan pepaya), kapas, ketela pohon, dan lain sebagainya. Di Indonesia juga dijumpai menyerang tanaman kedelai, walaupun serangannya tidak berat (Oka, 2005). Pengaturan tanaman yang baik dan pemeliharaan tanaman secara intensif ternyata dapat mengurangi kerusakan akibat serangan tungau. Tungau ini berada pada seluruh permukaan bawah daun, terutama pada daun yang letaknya terlindung. Serangan tungau pada populasi tinggi akan menyebabkan rusaknya khlorofil pada jaringan palisade, sehingga tanaman yang terserang menjadi berkilau atau menunjukkan bercak-bercak putih pada daun. Serangan berat yang terdapat pada daun akan menunjukkan warna terang, mengering, sering berwarna coklat kemerahan sehingga tanaman menjadi lemah dan akhirnya mati.

34

Gambar 11. Tetranychus urticae Tungau pada waktu dulu disebut dengan nama yang sama sebagai T. cinnabarinus. Tungau ini hampir serupa dengan T. cinnabarinus hanya tungau betinanya tidak berwarna merah, akan tetapi hijau kekuningan dengan 2 bercak hitam besar pada bagian punggungnya. Telurnya berwarna putih dan jernih, pada kondisi yang tidak menguntungkan tungau akan melakukan diapause dan saat itu tungau berwarna oranye tanpa bercak gelap. Tungau ini pernah menjadi salah satu hama utama pada tanaman anggur. Selama musim panas kerusakan pada tanaman anggur menjadi kekuningkuningan, mengeriting,daunnya rusak, dan pertumbuhan daun pucuk terhambat. Tanaman menjadi merana dan menghambat pemasakan buah, bahkan tungau sering menyerang bagian kayunya. Serangan berat dari tungau ini dapat juga menyebabkan daun tanaman menjadi rontok seluruhnya. Kadang-kadang tungau juga bersembunyi di celah-celah kulit pohon anggur atau di atas tanah di bawah sisa-sisa tanaman. Bentuk tubuh tungau betina oval dengan ukuran 0,3 0,35 mm, bahkan perkembang biakan selama musim kemarau dapat mencapai 6 generasi dan kadang-kadang dapat lebih. Pada kelembaban nisbi 60 70 persen, suhu siang hari 28 0C dan suhu malam hari 25 0C, rata-rata jumlah telur setiap betina dapat mencapai 40 butir. Pada tabel berikut ini akan disajikan siklus hidup tungau T. urticae pada daun ketela pohon.

35

Tabel 3. Siklus Hidup Tetranychus urticae pada Potongan Daun Ketela Pohon (Var. M Col 420) dibawah Kondisi Growth Chamber (Anonim, 1976) Stadium Jantan : Telur Larva Protonimfa Deutonimfa Telur Imago Betina : Telur Larva Protonimfa Deutonimfa Telur Imago Daur Imago Telur Imago mati 44 27 23 22 22 20 20 34 25 12 13 7 11 8 22 17 32 3,09 2,85 1,65 2,04 9,27 15,05 24,35 Jumlah Pengamatan 6 6 6 6 6 Lama Rerata

.. hari .. 34 24 12 13 7 10 3,18 2,66 1,33 1,66 8,83

Berdasarkan hasil penelitian Soemargono pada tahun 1977 di kebun percobaan Proyek Penelitian Ketela Pohon di Desa Tapan Tulungagung mulai bulan Juni hingga September, tentang dinamika populasi tungau T. bimaculatus Harv. pada ketela pohon Mukibat menunjukkan bahwa : a. Populasi T. bimaculatus pada bulan Juni menurun karena pengaruh curah hujan yang tinggi (185 mm). Populasi akan meningkat setelah hujan berakhir, yaitu permulaan bulan Juli dan populasi tertinggi pada pertengahan bulan Agustus (suhu 30,2 0C dan kelembaban nisbi 62,25 persen). Penurunan populasi pada bulan Agustus dipengaruhi oleh predator (Coccinelidae), karena suhu dan kelembaban nisbi masih menguntungkan bagi kehidupan T. bimaculatus. b. Pertengahan sampai akhir September populasi tungau cukup rendah. Rendahnya populasi diakibatkan karena banyaknya daun-daun yang rontok dan curah hujan sudah mulai turun.

36

c. Kepadatan dan distribusi tungau pada setiap tanaman lebih banyak pada daun bagian atas dibandingkan dengan daun sebelah bawah, akan tetapi berlaku sebaliknya pada musim hujan. Hasil penelitian BALITKABI Malang di rumah kaca menunjukkan bahwa tungau merah T. urticae yang menyerang ubi kayu dapat menurunkan hasil sampai 95 persen. Sebaran populasi tungau pada tanaman ubi kayu umur 7 bulan terkonsentrasi pada daun tengah, sedikit sekali pada daun bawah dan pucuk. Pada daun tersebut tungau merah banyak diam sepanjang tulang daun dan di pusat tulang daun (Sinuraya, 2005). Pengendalian tungau ini dapat dilakukan dengan penyemprotan Tedion, Kelthane, Chlorobenzilate, atau Aramite; juga Ethion yang disemprotkan 2 kali dengan selang waktu penyemprotan 7 10 hari. Tungau akan menjadi resisten terhadap akarisida, apabila digunakan satu atau beberapa kali akarisida yang sama, sehingga perlu adanya kombinasi dalam memakainya. Pemakaian akarisida yang sejenis hanya efektif dalam beberapa bulan saja, selain itu akarisida dapat merusak tanaman kalau digunakan dosis yang terlalu tinggi. Di daerah Kediri dan Kepanjen (Malang), T. urticae merupakan hama penting pada tanaman bawang putih. Gejala serangan pada mulanya menunjukkan permukaan daun bawang putih ada bercak-bercak berwarna, selanjutnya daun akan menguning, layu, dan akhirnya kering. Tingkat serangan tungau yang ringan biasanya daun akan menjadi kuning, sedangkan pada serangan berat dapat menyebabkan tanaman mati.

37

Gambar 12. Siklus Hidup Tetranychus urticae Koch. (Johansen, 1978) a. Telur, b. Larva, c. Protonimfa, d. Deautonimfa, e. Imago

Tungau T. urticae yang menyerang tanaman apel seperti halnya tungau yang lain, yaitu memiliki stadium telur, larva, nimfa, dan imago. Telur berwarna putih, nimfanya berwarna merah kekuningan memiliki empat pasang kaki. Tungau dewasa berwarna merah tua dan terdapat dua bercak gelap pada punggungnya dan berkaki empat pasang, dengan ukuran panjang tubuh 0,6 mm. Lama hidup tungau mulai dari stadium telur sampai dewasa lebih kurang 12 hari. Tungau lebih suka menyerang daun apel muda dan daun setengah tua dengan gejala serangan terlihat adanya bercak berwarna kuning, buram, coklat, dan kering. Tungau ini menghisap cairan sel yang mengakibatkan terganggunya Pengendalian tungau pada serangan masih ringan dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambil daun yang terserang kemudian memusnahkannya (dibakar). Sanitasi gulma disekitar tanaman perlu dilakukan; demikian pula pemeliharaan tanaman, pemupukan yang berimbang akan dapat meningkatkan ketahanan tanaman apel terhadap serangan tungau. proses fotosintesis.

38

Gambar 13. Gejala Serangan Tungau pada Daun Tanaman (Anonim. 2008) Di alam ada beberapa jenis agen biotis, seperti predator Lycosa sp. (labalaba) dan parasit Aphidius sp. yang perlu diperhatikan kelangsungan hidupnya. Apabila serangan terus meningkat dapat digunakan akarisida yang berbahan aktif propargite (Omite 57 EC) atau berbahan aktif fenpropatin (Meothrin 50 EC), atau berbahan aktif dikofol (Kelthane MF) yang disemprotkan pada interval1 2 minggu sekali dengan dosis 0,6 1 liter akarisida yang dilarutkan dalam 500 800 liter air untuk penggunaan setiap hektar lahan. Tetranychus sp. yang hidup pada tanaman pepaya stadium dewasanya berwarna merah tua, terdapat dua bercak gelap pada punggungnya dan berkaki empat pasang. kekuningan. Telurnya berwarna putih dan nimfanya berwarna merah Pada saat populasi tinggi akan tampak adanya benang-benang

transparan disekitar kelompok tungau merah ini. Lama hidup tungau dari telur hingga mencapai dewasa sekitar 12 hari. Bagian daun yang terserang adalah bagian bawah, sehingga menyebabkan daun agak keriting. Permukaan daun akan tampak adanya bercak-bercak kuning, coklat, dan kering. Serangan tungau ini akan meningkat pada musim kemarau yang panas dan kering. Tanaman pepaya yang baru ditanam di lahan tegalan pada musim kemarau (Agustus sampai Oktober), dan lahannya bekas tanaman ubi kayu, maka akan mendapatkan serangan tungau tersebut. Hasil penelitian Amir dkk. (1997) menunjukkan bahwa, kultivar tanaman wijen Sesamindo danMarada putih, lebih tidak disukai oleh tungau Tetranychus spp. daripada kultivar Lombok, Venezuela, dan Grati KKO.

39

Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara mekanis (apabila serangan masih ringan), yaitu memetik daun yang terserang kemudian dikumpulkan dan dibakar. Sanitasi lahan terhadap gulma Saponaria officinalis, Sonchus olevaceus, Galinsoqa parviflora, Euphorbia sp. perlu dilakukan karena menjadi tanaman inangtungau merah ini. Ada agen biologi yang perlu dilindungi, seperti laba-laba predator Lycosa sp. dan Schymnus sp. yang dapat menjadi musuh alami bagi tungau tersebut. Pengendalian terakhir dengan menggunakan akarisida yang berbahan aktif dikofol (Kelthane MF) dan fenpropatin (Meothrin 50 EC). Penggunaan akarisida pada konsep pengendalian hama terpadu harus dilaksanakan pada tahapan terakhir, apabila cara-cara pengendalian lainnya sudah tidak mampu mengatasi ledakan (out break) populasi tungau merah serta harus dilaksanakan secara bijaksana; oleh karena itu akarisida digunakan pada tanaman pepaya yang terserang saja dengan dosis 0,6 1 liter yang dicampur air sebanyak 500 800 liter untuk setiap liter akarisida dan disemprotkan pada daun pepaya dengan interval 1 2 minggu sekali. c. Oligonychus coffeae (Nietn.), red tea mite. Tungau ini namanya Beberapa

diambil tanaman kopi di Ceylon oleh Nietner pada tahun 1861. merwei Tucker (1926).

sinonimnya adalah Tetranychus bioculatus Wood-Mason (1884), dan Oligonychus Tungau ini menyebar di daerah tropis dan tercatat sebagai hama pada tanaman kopi, teh, kapas, dan tanaman lain. Tungau telah lama diketahui di Ceylon pada tanaman kopi, akan tetapi sekarang ditemukan pada lapisan atas daun teh yang tua dan warna daun berubah menjadi coklat kekuningan berkarat atau berwarna ungu. Di Jawa serangan tungau ini pada tanaman kopi umumnya tidak begitu serius, sedangkan di Kenya pada tanaman kopi yang ditanam pada daerah dibawah 1.620 m menimbulkan kerusakan yang cukup serius. Apabila semaksemak teh menjadi merah pada waktu musim kemarau, maka tanaman terserang oleh tungau tersebut. Akan tetapi tungau ini tidak tahan terhadap air hujan dan hanya telur saja yang masih bisa bertahan untuk hidup. Telur berwarna merah terang berbentuk bola berukuran 0,15 mm. Telur yang menetas kulitnya meluruh sehingga dapat dilihat dengan mata seperti bintik putih. Imagonya berukuran 0,4

40

0,5 mm berwarna merah pada bagian anterior dan berwarna terang bagian posteriornya, serta fase nimfanya berukuran sedikit lebih kecil daripada imagonya.

a b Gambar 14. Oligonychus coffeae (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Imago

Tungau pada fase sebelum dewasa memerlukan waktu 2 minggu pada suhu 21 22 0C, dan masa sebelum peletakan telur 1 2 hari. Siklus hidupnya sekitar 3 minggu pada ketinggian 1.350 m. Imago betina dapat menghasilkan 40 50 butir telur. Berbeda dengan di Srilanka dan India, hama ini tidak begitu penting di Indonesia sehingga mudah dikendalikan. Agar memperoleh hasil yang baik dalam pengendalian spider mite (Tetranychus spp.), dapat digunakan akarisida diantaranya Metasystox, Busathion, dan Folidol. Pengujian menggunakan Eradex juga pernah dilakukan untuk mengendalikan beberapa jenis tungau pada tanaman teh, ternyata hasilnya cukup baik. d. Olygonychus ilicis McGregor, merupakan hama kopi di Sao Paulo dan Brasil. Tungau ini hidup pada lapisan atas daun dengan pelindung dari tenunan yang kuat, dan menyebabkan daun menguning khususnya disekitar urat daun. Penyebaran tungau dari daun ke daun melalui benang atau terbawa oleh adanya angin (Le Pelley, 1968). Tungau betina bertelur 10 24 butir, masa bertelur 6 10 hari pada suhu 22,5 0C. Lama hidup imago betina sekitar 15 hari dan masa sebelum peletakan telur 3 hari. Telur yang dihasilkan oleh tungau betina steril, hanya akan Hasil pencatatan di lapang ternyata sekitar 80 menghasilkan imago jantan.

persen dari telur yang dibuahi, akan menghasilkan imago betina.

41

Tungau menyerang tanaman tua dan muda, khususnya pada tanaman di daerah kering. keadaan kering. Populasi terbesar sebelum musim hujan, dan menyenangi Pengendalian tungau ini dapat dilaksanakan dengan

menggunakan akarisida Parathion. e. Olygonychus exiccator (Zehnt.), adalah tungau pada daun tebu di Jawa dan Hawaii. Tungau ini membentuk koloni pada daun sebelah bawah yang berwarna kuning kehijauan dengan sedikit bintik merah. Daun yang terserang menjadi layu, selanjutnya kering dan akhirnya mati sebelum tua; berkembang dengan cepat sekitar 10 hari. f. Brevipalpus (= Tenuipalpus) phoenicis (Geijsk.) atau Brevipalpus obovatus (Donn.), scarlet tea mite. Tungau ini penyebarannya meluas di daerah tropis dan subtropis yaitu di pertanaman kopi di Brasil, Meksiko, Tanzania, Kenya, dan India. Di Jawa diketahui bahwa tungau ini merusak tanaman teh. Pada Tungau ini hidupnya polifag yaitu pada kopi, apel, tanaman teh di Jawa Barat perkembangbiakannya dari telur sampai dewasa kurang dari satu bulan. mangga, jeruk, pepaya, ketela pohon, dan lain sebagainya. Tungau yang hidup pada tanaman teh berada di bagian bawah daun, tangkai daun, dan ranting muda. Tungau ini lebih menyukai pada tempat yang terlindung, pada sisi tulang daun atau pada luka-luka di tangkai daun dan ranting muda. Warna coklat akan tampak pada tangkai daun dan pangkal daun yang terserang. Warna coklat ini dapat memanjang sepanjang tulang tengah daun sampai ke ujung, kemudian pangkal daunnya mati dan mengering. Serangan berat akan menyebabkan bagian daun yang lainnya menjadi kecoklatan dan rontok. akan tetapi kerusakan ini terbatas pada pucuk ke dua dan tidak merugikan, dan tungau dapat

a b c Gambar 15. Brevipalpus obovatus (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Imago Betina, c. Imago Jantan

42

Menurut Oomen

dalam Hidayat (1983) bahwa, selain tungau jingga

(Brevipalpus obovatus) pada tanaman teh, juga dijumpai jenis tungau yang lain, seperti tungau kuning / yellow mite (Polyphagotarsonemus latus Bank), tungau laba-laba merah / red spider mite (Oligonychus coffeae Nietn.), tungau merah jambu / pink mite (Acaphyla theae Watt) dan tungau ungu / purple mite (Calacarus carinatus Green). Semua tungau ini dapat ditemukan hampir di semua tempat dan setiap waktu pada tanaman teh. Serangan tungau ini jarang diketahui karena tungau mempunyai ukuran tubuh yang kecil, dan hidup bersembunyi sehingga pengendaliannya sering terlambat. Hasil penelitian Hidayat (1983) di kebun percobaan Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung-Bandung (tinggi tempat 1.250 m) menunjukkan bahwa, populasi tungau jingga sangat rendah pada permukaan tanaman teh setelah dipangkas, kemudian populasi akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur tanaman teh dari pangkasan. Populasi tertinggi pada umur pangkas 31,33 bulan yaitu 653,22 ekor. Meningkatnya populasi diduga karena makanan masih tersedia dengan jumlah yang cukup, ruang gerak serta keadaan cuaca yang membantu; sedangkan menurunnya populasi setelah dipangkas pada 31,33 bulan sampai saat pangkasan berikutnya (pangkasan 4 tahun sekali) disebabkan karena adanya kompetisi diantara spesies tungau jingga itu sendiri baik dalam ruang gerak atau mencari makanan, juga kompetisi dengan hama lain dan adanya serangan predator. Tanaman teh yang baru dipangkas sampai umur 5,74 bulan ternyata tidak ditemukan tungau jingga. Tingkat kerusakan ekonomis tungau jingga pada tanaman teh adalah, apabila setiap daun terdapat 24 telur dan tungau (Oomen dalam Hidayat, 1983). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambil tungau pada daun bersamaan dengan waktu pemetikan dan sesudah itu disemprot dengan pestisida (akarisida). Adapun akarisida yang dapat digunakan untuk pengendalian tungau jingga ini diantaranya Morestan 25 WP, Morocide 40 EC, Kelthane MF, Omite 57 EC, dan Plictran 50 WP (Anonim, 1987). Akarisida Kelthane MF disemprotkan pada tanaman teh yang terserang tungau jingga, apabila setiap daun dijumpai 2 3 ekor tungau. Dosis yang dianjurkan sebanyak 0,6 1 liter per hektar, dengan volume semprot 500 600 liter per hektar.

43

Di India bagian timur laut, tungau menjadi hama yang paling serius pada tanaman teh. Padahal di India Selatan dan di kepulauan Melayu, peledakan serangan tungau tampaknya hanya pada waktu kering yang lama. Tungau betina bentuknya oval, warnanya kemerah-merahan dan ukuran tubuhnya sekitar 0,25 x 0,12 mm; sedangkan tungau jantan bentuknya trianguler dan lebih kecil daripada betina. Telur berbentuk elips berwarna kemerahan dan diletakkan secara tunggal atau mengelompok di bawah lapisan daun. g. Tenuipalpus orchidarum Parf. (sin. Brevipalpus pereger Donn), tungau merah pada bunga anggrek. Tungaunya berukuran sangat kecil hanya 0,2 mm dan ditemukan pada daun. Perkembangan tungau ini sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan yang berat. Telur berwarna merah, memanjang (empat persegi panjang) yang diletakkan pada sisi atas. Kerusakan dapat meluas baik pada tanaman maupun pembibitan. Oncidium, Grammathophyllum dan Vanda (Toerngadi dkk., 1980). Jenis-jenis tanaman anggrek yang dapat terserang yaitu Phalaenopsis, Dendrobium,

Gambar 16. Tenuipalpus orchidarum (Kalshoven, 1981) Serangan pada tingkat awal menunjukkan bahwa daun anggrek terlihat bintik-bintik putih dan kadang-kadang bergerombol. Khusus pada anggrek bulan (Phalaenopsis), bercak putih itu berwarna keperak-perakan dan transparan terlihat pada permukaan daun. Pada anggrek jenis lainnya bercak putih keperakperakannya hanya terdapat pada permukaan bawah saja, sedangkan permukaan atasnya hanya kelihatan menguning. Pada tingkat selanjutnya bercaknya berubah menjadi merah kecil atau besar, hal ini tergantung tingkat serangannya; sedangkan warna bagian daun yang tidak diserang akan menjadi lebih tua. Di samping itu daun yang terserang

44

juga akan memperlihatkan adanya lekukan-lekukan kecil. Serangan ini kalau tidak segera diberantas, daunnya akan mati dan gugur sehingga tanaman anggrek tumbuh merana. Tungau merah ini sangat berbahaya pada anggrek bulan, karena serangan awal dapat mematikan. Pengendalian tungau merah ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian hama secara terpadu (PHT), yaitu : a. Budidaya tanaman sehat, Pemeliharaan tanaman pada anggrek yang baik, terdiri dari penyiraman teratur, pemupukan berimbang, penambahan atau penggantian media tumbuh. Sanitasi, membersihkan gulma, memotong dan memusnahkan daun-daun yang terserang organisme pengganggu tumbuhan (OPT). b. Pemanfaatan Agensia Hayati Memberi peluang dan memanfaatkan agensia hayati predator, seperti Phytoseiulus persimilis, Typhlodromus sp. dan Athias henriot (Sianturi, 2005). c. Monitoring Lakukan pengamatan secara rutin, yaitu mingguan. d. Penggunaan Pestisida secara Bijaksana Apabila hasil pengamatan mingguan menunjukkan intensitas serangan 15 persen, maka dapat menggunakan akarisida yang direkomendasikan pada saat ini. h. Panonychus (= Metatetranychus) ulmi Koch. (sin. Paratetranychus pilosus), european red mite. Hama menyebar di Benua Eropa, dan pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1911. Tungau ini menjadi salah satu hama penting di Canada dan Amerika Serikat yang menyerang tanaman apel dan peer. Kerusakan pertama kali tampak pada tunas merekah sehingga pucukpucuk dan daun-daun tidak tumbuh dengan normal, dan akhirnya menunjukkan adanya lubang-lubang kecil pada bagian tepi yang terang.

45

Gambar 17. Panonychus ulmi Bentuk tungau amat kecil dan aktif biasanya berada di bagian bawah daun, apabila serangan ringan daun akan berbintik dan pada serangan berat daun yang sakit berwarna kecoklatan dan dalam waktu singkat akan terlihat tertutup oleh debu dan daun gugur. Buah menjadi kecil dan mutunya rendah, bahkan tunas buah lemah sehingga bentuk buah tidak normal. Walaupun tungau-tungau memakan pada lapisan bawah daun, maka akan menunjukkan warna tidak normal pada daun bagian atas dimulai dari pangkal daun menyebar sepanjang tulang daun; yang akhirnya seluruh daun dan pucuk serta kemungkinan daun gugur sebelum tua. Apabila serangan berat dapat dilihat dengan mata seperti sumbat kemerahan dibawah tunas.

e f Gambar 18. Siklus Hidup Panonychus (= Metatetranychus) ulmi Koch. (Kalshoven, 1981). a. Telur, b. Larva, c. Protonimfa, d. Deutonimfa, e. Imago Jantan, dan f. Imago Betina bagian lateral

46

Tungau pada musim dingin berada pada fase telur berwarna merah terang sampai oranye dan dapat bertahan selama 150 200 hari pada temperatur dibawah 10 0C. Telur berukuran sekitar 0,1 mm yang diletakkan di bagian sisi bawah daun dan menetas pada permulaan musim panas, kemudian larva mengelompok pada daun-daun muda Larva yang baru saja menetas berwarna merah terang berkaki 6, panjangnya sekitar 0,15 0,20 mm dan setelah melalui tingkat protonimfa dan deutonimfa kemudian tungau tumbuh menjadi imago. Bentuk tungau jantan ramping dan pendek (panjangnya 0,3 0,35 mm) berwarna hijau kekuningan atau coklat kemerahan, sedangkan yang betina berbentuk elips berwarna merah gelap (sekitar 0,5 mm) dapat meletakkan telur sekitar 15 50 butir. Lama hidup tergantung pada iklim, umumnya 8 15 generasi per tahun. Perkembangbiakan tungau sangat cepat pada cuaca panas dan kering. Siklus hidup mulai menetas sampai imago, rata-rata 20 hari pada suhu udara 12,5 0C; sedang pada suhu 25 0C hanya berlangsung selama 4 hari (Metcalf dan Flint, 1979). Imago betina hidup sekitar 19 hari dan dapat meletakkan telur sekitar 20 butir pada musim kemarau. Telur imago betina yang dihasilkan tanpa perkawinan akan menetas menjadi tungau jantan, sedangkan telur yang dihasilkan akibat perkawinan akan menetas menjadi tungau betina sekitar 63 persen dan selebihnya menjadi tungau jantan. Warna tungau ini merah bata sampai coklat kemerahan dengan bintik putih yang menarik pada bagian dasar duri punggung. (Johansen, 1978). Apabila pada setiap daun ditemukan 4 6 ekor tungau pada bulan Juni, Juli, atau Agustus pada saat musim panas, maka perlu diadakan pemberantasan untuk menghindari terjadinya kerusakan tanaman akibat serangan tungau. i. Tetranychus pasificus McGregor (pasific mite) dan Tetranychus schoenei McGregor (schoenei mite). kebun buah-buahan. Daun tanaman yang terserang menjadi kekuning-kuningan, dan kalau serangan berat daun akan berselaput. Serangan berat juga dapat menyebabkan tidak terbentuknya daun, serta buah akan jatuh sebelum dipanen. Tanaman inangnya adalah apel, peer, kapas, dan lain sebagainya. Tungau ini mirip dengan tungau two spotted mite (Tetranychus urticae), dan hanya dapat dibedakan oleh Kedua tungau ini merupakan hama di

47

para ahli. Kedua tungau ini panjangnya 0,4 mm dan imago betina pada musim kemarau berwarna kehijauan dengan bintik gelap. Tungau tersebut pada musim dingin, imago betinanya berwarna oranye terang berada di bawah kulit pohon atau daun dan sampah-sampah diatas tanah. Pada saat menjelang musim kemarau tungau pindah ke atas tanaman, yaitu pada ujung tanaman yang berwarna hijau dan memakan bagian tanaman yang baru tumbuh. Dalam waktu singkat setelah migrasi, setiap betina meletakkan telur sekitar 50 butir yang berwarna putih dan kecil. Semua telur yang steril menghasilkan imago jantan, dan yang fertil hanya 80 persen yang menjadi imago betina serta sisanya menjadi imago jantan. Tungau yang baru muncul adalah fase larva dengan 6 kaki, kemudian protonimfa dan deutonimfa sebelum menjadi imago. Siklus hidup tungau Tetranychus schoenei mulai menetas sampai imago berkisar 28 hari pada suhu 12,5 0C, dan hanya 5 hari pada suhu 25 0C. Masa sebelum peletakan telur 1 5 hari dan jangka waktu hidup imago betina 38 40 hari. j. Bryobia arborea Morgan & Anderson (brown mite). menghisap getah tunas dan daun. Pada musim

kemarau tungau ini seringkali menimbulkan kerugian pada tanaman apel, dengan Daun yang terserang akan berbintik dan berwarna kekuningan, serta pada musim kemarau yang panjang maka banyak daun yang jatuh. Selama masa istirahat (hibernasi) akan ditemukan telur-telur berwarna merah, berukuran kecil yang tertahan di lapisan kulit pohon sekitar tunas dan ujung ranting tanaman. Tanaman inangnya antara lain apel, peer, dan lain sebagainya. Daerah penyebarannya meliputi Amerika dan Kanada. Telur-telurnya menetas menjelang musim kemarau, kemudian tungau memakan daun pada malam hari atau dibawah intensitas cahaya yang rendah. Pada waktu siang hari tungau berkumpul pada bagian kayu. Tungau mungkin memakan pada kedua lapisan daun, akan tetapi lebih menyukai lapisan daun bagian atas. Telur-telur pada musim kemarau diletakkan pada ranting dan daun sampai pada bulan September. Imago berwarna coklat sampai kemerahan, bentuknya kecil dan ramping menyerupai jarum. Sepasang kaki depan lebih panjang daripada ketiga pasang kaki yang lainnya.

48

Gambar 19. Bryobia arborea (Brown Mite) Gambar 20. Telur dan Imago B. praetiosa (Metcalf dan Flint, 1979) (Clover mite) (Gomez dan

Mizell, 2008) k. Panonychus (= Metatetranychus) citri McGregor (citrus red mite), Eotetranychus (= Tetranychus) sexmaculatus Riley (six-spotted mite), Eotetranychus lewisi McGregor (lewis spider mite), Brevipalpus lewisi McGregor (flat mite), dan Eutetranychus banksi Pritchard & Baker (= Anychus clarki) (texas citrus mite) adalah jenis-jenis tungau yang sering ditemukan sebagai hama perusak tanaman jeruk.

Gambar 21. Panonychus citri (Citrus Red Mite) Citrus red mite (Panonychus citri McGregor) mengakibatkan daun berbintik dan serangan berat menjadi berwarna coklat dan akhirnya rontok, sedangkan buah berwarna abu-abu atau kuning. Serangan six-spoted mite (Eotetranychus sexmaculatus) terbatas pada bagian bawah daun, dan tungau membentuk koloni yang akhirnya daun mengecil serta menguning sehingga daun sering gugur. Lewis spider mite (Eotetranychus lewisi McGregor) menyerang buah dan

49

menyebabkan buah berwarna kuning kemerahan sampai merah.

Flat mite

(Brevipalpus lewisi McGregor) menyebabkan lubang atau bintik pada buah jeruk, sedangkan texas citrus mite (Eutetranychus banks) menyebabkan kerusakan pada daun serupa dengan citrus red mite. Penyebaran tungau ini meliputi daerah Kalifornia dan Florida; bahkan hampir semua daerah yang yang ada tanaman jeruk di Amerika Serikat, semua tingkat perkembangan tungau ini selalu ditemukan setiap tahun meskipun selama musim dingin populasinya rendah. Telurnya ditempatkan pada daun atau pada tenunan benang halus yang dihasilkan oleh tungau tersebut. Tungau betina Panonychus citri meletakkan 20 50 butir telur selama 2 3 hari baik pada daun, ranting, atau buah. Telurnya berwarna merah terang mempunyai tangkai vertikal seperti tiang yang ujungnya menyebar garis-garis pada daun. Tungau yang berada pada tingkatan larva berkaki 6 dan pada tingkat protonimfa dan deutonimfa berkaki 8 selanjutnya tumbuh menjadi imago. Siklus hidupnya memerlukanwaktu 3 5 minggu tergantung pada suhu, serta dalam satu tahun dapat mencapai 12 15 generasi. Imago Panonychus citri berwarna merah beledu atau agak ungu, dan sekitar bulu-bulu keras yang sangat menarik muncul dari bonggol yang tampak nyata. Kehidupan tungau six-spotted mite (Eotetranychus sexmaculatus) sangat sederhana, telurnya tidak berwarna hingga kuning kehijauan yang disimpan diantara selaput pada koloni dan terdapat tongkat tetapi tidak membentuk garisgaris yang menyebar di ujungnya. Imagonya agak kemerah-merahan, kehijauan, atau kekuningan dengan 6 bintik gelap dan bulu-bulu keras tidak muncul dari bonggol yang tampak nyata. Pengendalian kelima jenis tungau ini juga masih dititik beratkan dengan cara mekanis dan khemis.

3. Famili ERIOPHYIDAE Jenis-jenis tungau famili ini bentuknya memanjang dan hanya mempunyai 2 (dua) pasang kaki pada bagian anterior tubuhnya, serta tungau ini dapat mengakibatkan timbulnya gall pada daun dan batang. Bentuk telur menyerupai gelembung yang transparan dan penyebaran tungaunya melalui angin (Kalshoven, 1981).

50

a. Calacarus (= Eriophyes) carinatus (Gr.). Tungau ini menjadi hama tanaman teh di pantai timur Sumatra dan juga terjadi di Jawa. Spesies tungau ini pertama kali menyebar di India, dan akibat serangan tungau ini dapat menyebabkan tanaman berwarna ungu, dan daun tertutup dengan tepung halus diantara jaringan. Imagonya kecil dengan ukuran 0,15 0,20 mm dan berwarna ungu gelap. Pembibitan tanaman teh pada musim kemarau kadangkala terserang oleh hama ini.

Gambar 22. Calacarus carinatus (Kalshoven, 1981) b. Eriophyes boisi Gerb. (= doctersi Nal.), adalah tungau yang menyebabkan gall pada tanaman kina. Ukuran badannya hanay 0,12 0,14 mm. Daun muda yang baru membukua kadang-kadang terserang sehingga berwarna kuning keunguan.

Gambar 23. Eriophyes sp. dan Gejala Serangan Tungau (Kalshoven, 1981) a. Eriophyes boisi, b. Gall pada Daun akibat Serangan Tungau, c. Eriophyes indigoferae

c. Eriophyes ( = Acaphylla ) theae Watt., pink tea mite.

Tungau ini

ditemukan di Indonesia dan India sebagai hama pada tanaman teh. Tanaman teh

51

yang masih muda sering mendapat serangan, dan gejala pertama kali kelihatan pada daun berwarna keputihan dan akhirnya menjadi kering. Walaupun demikian tungau ini ternyata merupakan hama yang kurang penting.

Gambar 24. Eriophyes theae (Kalshoven, 1981) Phyllocoptruta oleivora Ashmead, citrus rust mite. Tungau menghisap getah kulit buah dan daun, sehingga dapat menurunkan mutu dan daya tarik buah. Hama ini menyerang semua jenis buah jeruk, dan merupakan hama penting di California. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan menggunakan penghembusan sulfur atau penyemprotan kapur sulfur 2 4 kali atau dengan menggunakan Zineb, dan Chlorobenzilate juga sangat efektif (Metcalf dan Flint, 1979). Serangan tungau ini selain ada setiap tahun, akan tetapi populasi terendah terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Tungau betina dapat menghasilkan telur sampai 30 butir yang berbentuk bola, licin, dan warnanya kuning pucat yang diletakkan pada buah dan daun; setelah 2 8 hari nimfa muncul dan kemudian menyerang tanaman. Tubuhnya berukuran 0,13 mm dengan 2 pasang kaki dekat kepala dan abdomennya meruncing seperti lingkaran-lingkaran cincin, serta populasinya tungau tertinggi pada bulan Juli.

a b Gambar 25. Phyllocoptruta oleivora (citrus rust mite) (Metcalf dan Flint, 1979) a. Imago (perbesaran 700 kali), b. Telur (perbesaran 825 kali)

52

e. Aceria ( = Eriophyes ) sheldoni Ewing, citrus bud mite. Tungau ini tersebar luas pada daerah tropis dan subtropis diantaranya di pulau Jawa. Penyerangannya secara sporadis dan merupakan hama yang cukup serius pada semua jenis tanaman jeruk, bahkan menjadi hama yang serius pada jeruk melon di Kalifornia. Hidupnya berada di dalam tunas dan bunga serta di bawah kelopak (calyx), sehingga menyebabkan pembentukan yang aneh pada buah, daun, bunga, tunas, dan ranting. Selain tanaman jeruk, tungau ini juga dapat akibat serangan pada buah bentuknya menyerang tanaman anggur. Tungau ini menyerang bunga dan buah, khususnya pada buah-buah yang masih muda; menjadi tidak normal, akan tetapi tidak rontok serta buah masih dapat dimakan. Tungau muncul pada musim kemarau dan penghujan, serta menghindari cahaya. Telur tungau bentuknya bulat berwarna putih dalam tempat-tempat yang terlindung pada tanaman dan menetas 2 6 hari. sekrup berukuran 0,1 mm. Pengendalian tungau ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, yaitu Chlorobenzilate. f. Eriophyes pyri Pagenstecher, pear leaf blister mite. Hama ini hampir selalu berada pada setiap pertumbuhan tanaman peer. Gejala serangan akan kelihatan bisul kecoklatan pada bagian bawah daun peer dan apel. Bisul-bisul mengelompok pada bagian ujung sisi bawah daun, apabila diamati dengan menggunakan lensa pembesar maka pada bisul-bisul akan ditemukan tungau mengelompok dan berukuran sangat kecil. Tungaunya berwarna agak putih atau kemerahan, memanjang, lonjong, dan tubuhnya berbentuk seperti cincin-cincin dan hanya mempunyai 2 pasang kaki yang berada dekat kepala. Tunas-tunas buah yang berwarna coklat dan membuka selama musim dingin, akan menghasilkan bunga yang lemah dan tungau ini berada di bawah tunas buah. Penyebarannya diketahui sekitar tahun 1870 di Amerika Utara pada tanaman buah-buahan. Tungau dewasa berukuran 0,2 mm panjangnya, masuk dalam tunas pada buklan Agustus dan September, serta keluar pada musim dingin. Pada daerah-daerah tropis, telur disimpan di dalam tunas-tunas yang akan muncul dan berkembang selama musim dingin pada bagian tunas tanaman. Tungaunya sangat kecil, berwarna coklat kekuningan sampai kemerah-merahan, dan bentuknya seperti

53

Di Amerika tungau ini pada musim dingin berada pada stadia telur dan menetas pada musim semi, segera setelah pembungaan pada musim semi maka tungau aktif dan mulai memakan bagian bawah daun sehingga menyebabkan terbentuknya bisul atau gall.

Gambar 26. Eriophyes pyri (bagian bawah) (Metcalf dan Flint, 1979) Sejumlah generasi hidup pada daun dan aktifitasnya menurun selama musim kemarau yang panas, dan bisul-bisul baru sering dihasilkan pada pertumbuhan baru. Tungau yang menyerang buah akan menyebabkan timbulnya bintik kuning kemerahan, sehingga dapat menyebabkan buah kecil dan tidak normal.

4. Famili PHYTOSEIIDAE Tungau pada famili ini merupakan jenis tungau yang hidupnya sebagai predator, khususnya pemangsa famili Tetranychidae; sehingga dapat digunakan dalam usaha pengendalian pada sejumlah tungau yang merusak buah-buahan dan sayur-sayuran yang ada di green house maupun di lapang. Tungau famili Phytoseiidae sering berkembangbiak dengan cepat, dan akan mati apabila kekurangan makanan. Jenis tungau yang sangat memberikan harapan untuk usaha pengendalian secara hayati yaitu Phytoseiulus persimilis, akan tetapi spesies ini belum digunakan di Indonesia.

54

b Gambar 27. Phytoseiulus persimilis a, Imago Phytoseiulus persimilis b, Memangsa tungau T. urticae

Jenis tungau pada famili ini selain memangsa semua tungau yang merugikan tanaman, juga memangsa binatang-binatang kecil lainnya seperti Thrip, telur-telur ngengat dan lain sebagainya. Spesies lainnya yang berperan sebagai predator adalah Typhlodromus luvea Oud. dan Typhlodromus luvearum Oud. yang telah ditemukan pada tungau-tungau yang menyerang tanaman karet, bunga tanaman kelapa dan juga pada koloni rayap serta sekitar telur-telur belalang.

5. Famili ACARISIDAE (TYROGLYPHIDAE) Tungau ini hidup pada bahan simpanan dan sampah, umumnya bertubuh lunak, licin, berkaki pendek, berwarna putih atau abu-abu dan tidak begitu aktif. Pada keadaan yang tidak menguntungkan akan istirahat, dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama tanpa makan. Penyebaran tungau dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan melalui hewan lain. Jenis-jenis tungau ini sering ditemukan pada biji dan beberapa bahan simpanan diantaranya bungkil, daging kering atau ikan, keju bahan fermentasi, jerami dan lain sebagainya. (misalnya kopra). Beberapa bahan makanan yang terserang tidak dapat dimakan, bahkan mengganggu bahan simpanan yang disimpan terlalu lama

55

a. Acarus siro L. (= Tyroglyphus farinae ), flour atau grain mite. Tungau sering ditemukan dalam tepung, keju, dan sejumlah produk lainnya serta bersifat kosmopolit; khususnya pada kelembaban tinggi dan setelah terjadi penyerangan cendawan. Tungau menyerang seluruh biji pada bagian embrio, dan tidak menyebabkan bahan simpanan berbau.

Gambar 28. Acarus siro Linnaeus (a, pada Keju dan b, pada Tepung) Siklus hidup tungau minimal 17 hari, yaitu pada keadaan suhu optimal 20
0

C, dan kelembaban nisbi 90 persern. Setiap imago betina dapat menghasilkan


0

100 butir telur bahklan masih dapat hidup pada suhu rata-rata 0

C.

Perkembangbiakan-nya dapat terjadi pada suhu 2,5 - 30 0C dan kelembaban nisbi rendah sampai 12 persen. Jenis tungau lain yang dapat dijumpai pada bahan simpanan yaitu A. farris, A. chaetoxysilos, Glycyphagus destructor dan Tyrophagus longior (Anonim, t th.). Rhyzoglyphus echinopus (Fumouse & Robin), bulb mite. Tungau

b.

bersifat kosmopolit dan sering ditemui pada umbi bunga, umbi akar, rhizome, akar, dan lain sebagainya. Tungu ini belum dapat dipastikan sebagai hama utama, karena pernah dilaporkan oleh Nesbitt pada tahun 1945 bahwa tungau hanya hidup pada substrat yang terlalu lembab. Tanaman yang tumbuh dari bulb (tunas) sakit, akan menjadi kering dan umumnya akan kelihatan sakit. Daun tanaman tidak tumbuh dan menggulung, sehingga tanaman akan gagal menghasilkan bunga atau jika menghasilkan akan menjadi jelek.

56

Tungau berukuran sangat kecil, berwarna agak putih dengan 6 atau 8 kaki yang berwarna coklat atau kemerah-merahan, ditemukan pada tempat-tempat terlindung atau dalam lubang tunas. Penyebaran tungau umumnya di Amerika Serikat dan Kanada. Tunas-tunas bunga yang diserang akan dijumpai semua tingkat kehidupan tungau. Panjang tungau antara 0,5 1 mm, berwarna agak putih dan dapat dilihat dengan mata. Telur diletakkan pada tunas dan akan segera menetas menjadi larva berkaki 6, kemudian berubah menjadi nimfa berkaki 8 dan selama fase ini hidupnya merusak bulb. Tungau tampaknya menyukai bulb yang masih sehat dan melakukan migrasi melalui tanah, dari bulb yang busuk ke bagian tanaman lainnya. Tungau ini juga dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya melalui pengiriman bulb. Semua bulb yang terserang akan kelihatan lunak seperti bubur sewaktu akan ditanam. Tungau mengalami masa istirahat (hypopus) pada akhir fase larva menjelang fase nimfa selama 1 2 minggu. Kehidupan tungau betina sekitar 1 2 bulan, dan yang jantan umurnya lebih pendek. Setiap tungau betina mampu menghasilkan 50 100 butir telur. Pencegahan tungau dapat dilakukan dengan pencelupan selama 10 menit pada larutan 40 persen nicotine sulfat. Penggunaannya ialah 1 bagian nicotine sulfat pada 400 bagian air panas 50 0C; atau 2 4 persen larutan kapur sulfur pada 50 0C air selama 1 menit; dapat juga dikerjakan dengan pencelupan selama 3 jam dalam air pada suhu lebih kurang 42,5 0C. Penyimpanan bulb dalam kontainer yang rapat denga 2 persen nicotine dust juga efektif. c. Tyrophagus putrescentiae (Schr.), copra mite. Penyebaran tungau meluas dan bersifat polifag, terdapat pada semua jenis bahan makanan kering dan hasil-hasil lain yang disimpan seperti buah-buahan. disebut dengan cheese mite. Tungau juga dapat menjadi hama yang cukup serius pada cendawan yang diusahakan, serta sering

6. Famili PYEMOTIDIAE (PEDICULOIDIDAE) Pyemotes (= Pediculoides ) ventricosus Newp., adalah tungau yang bersifat predator kosmopolit pada seranga gudang. Tungau ini juga hidup di lapang, menyerang serangga yang hidup pada tempat-tempat persembunyiannya.

57

Imago betina yang masih muda berukuran 0,2 mm dan jantan 0,15 mm, menyerang binatang-binatang yang berbadan lunak dan membunuhnya dalam waktu 24 jam dengan cara menghisap cairan tubuh. makanan. Imago muda muncul dalam waktu 6 14 hari, kemudian kawin dan yang jantan mencari mangsa. Tungau ini dapat menyerang hampir 100 persen larva dan pupa Promecotheca cumingii pada musim kering, tetapi tidak menyerang imago. Berkembangbiaknya sangat cepat sekitar 10 hari pada kondisi kering. Penyebarannya melalui angin atau terbawa oleh binatang dan juga dapat terbawa dengan bahan

7. Famili PSEUDOLEPTIDAE Pseudoleptus vandergooti Oud., orange orchid mite. Tanaman yang terserang menunjukkan warna gelap pada daun dan batang. Tungau umumnya berukuran 0,3 mm, hidupnya berkoloni di bawah kulit daun yang mati menggulung. Tanaman anggrek jenis Dendrobium spp. sangat disukai sehingga mudah terserang.

You might also like