You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

PERCOBAAN IV FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID LIQUID UNGUENTA

Disusun oleh: Yolanda Angnes Arief Dzulfianto Skolastika Feranda Gita Mentari Aditya Christian.f. (118114156) (118114157) (118114158) (118114160) (118114161)

LABORATORIUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

PERCOBAAN IV FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID LIQUID (UNGUENTA)


A. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami cara pembuatan, jenis basis dan cara evaluasi bentuk sediaan unguenta. 2. Mengenal dan memahami profil disolusi unguenta asam salisilat dengan basis yang berbeda. B. DASAR TEORI Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar salep yang cocok (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1979). Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput lender salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 %( Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995) Kualitas dasar salep yang baik ialah stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruhi oleh suhu dan kelembaban kamar, mudah dipakai, dasar salep yang cocok dapat terdistribusi merata ( Soetopo,2002) Peraturan-peraturan pembuatan salep: 1. Peraturan salep pertama Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan. 2. Peraturan salep kedua Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturan-peraturan lain,dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep : jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis 3. Peraturan salep ketiga Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian yang dapat larut dalam lemak dan air harus diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak dengan no. B4 4. Peraturan salep keempat Salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin (Soetopo,2002)

Macam-macam dasar salep antara lain : 1. Dasar salep hidrokarbon,

Dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) bebas air, preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila lebih minyak sukar bercampur. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak memungkinkan larinya lembab ke udara dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup saja. Tidak mengering atau tidak ada perubahan dengan berjalannya waktu. 2. Dasar salep serap

Dasar salep ini dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Paraffin hidrofilik dan Lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). 3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepatnya disebut krim. dasar salep ini mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk bahan dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif dengan menggunakan dasar salep ini. Keuntungan lain adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap air pada kelainan dermatologik. 4. Dasar salep larut dalam air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Sama halnya dengan dasar salep yang dapat dicuci dengan air dasar salep ini banyak memiliki keuntungan. (Ansel, 1989)

C. ALAT DAN BAHAN Bahan : Asam salisilat Vaselin Cera flava PEG 400 PEG 4000 Reagen FeCl3 Alat : Alat-alat gelas (beaker glass, cawan porselin, pengaduk kaca dll) Roller Mill Alat uji daya sebar unguenta Alat uji daya lengket unguenta Alat uji daya proteksi unguenta terhadap air Alat uji disolusi unguenta Stopwatch Visible Spektrometer

D. FORMULA Formula Asam salisilat Vaselin Cera flava PEG 4000 PEG 400

I 0,5 99,5+10%=109,45 -

II 0,5 93,9+10%=103,29 5,6+10%=6,16 -

III IV 0,5 0,5 55,3+10%=60,83 71,9+10%=79,09 44,2+10%=48,62 27,6+10%=30,36

E. SKEMA KERJA 1. Cara pembuatan unguenta a) Unguenta formula I dan II Dalam sebuah cawan porselin vaselin dan cera flava dilelehkan, diaduk homogen, lalu didinginkan sampai kira-kira suhu 50C.

Dalam mortar hangat asam salisilat dimasukkan, ditambah spritus fortiori beberapa tetes lalu ditambah campuran (1). Diaduk homogen dan spritus dibiarkan menguap.

Sisa campuran (1) ditambahkan dan diaduk homogen

Penggilasan dilanjutkan dengan menggunakan Roller Mill, diulang 2-3 kali.

Unguenta disimpan dalam wadah untuk percobaan selanjutnya b) Unguenta formula III dan IV Cara pembuatan sama dengan unguenta formula I dan II, namun dengan basis unguenta merupakan campuran antara PEG 4000 dan PEG 400

2. Uji daya sebar unguenta 0,5 g unguenta ditimbang, kaca bundar diletakkan di tengah

Kaca penutup diletakkkan di atas massa unguenta setelah kaca penutup tersebut ditimbang. Dibiarkan selama 1 menit

Diameter unguenta yang menyebar diukur (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi)

50 g beban tambahan ditambahkan, didiamkan selama 1 menit dan diulangi langkah(3)

Dilanjutkan sebanyak 3 kali, dengan menambah tiapa kali dengan beban tambahan 50 g, didiamkan 1 menit dan diukur diameternya seperti langkah (3)

Gambarkan dalam grafik hubungan antara beban dan luas unguenta yang menyebar 3. Uji daya lekat unguenta Unguenta diletakkkan secukupnya diatas object glass yang telah ditentukan luasnya

Object glass yang lain diletakkan diatas unguenta tersebut. Ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit

Object glass dipasang pada alat uji

Beban seberat 80 g dilepaskan dan dicatat waktunya hingga kedua object glass terlepas Diulangi sebanyak 3 kali

Dilakukan tes untuk formula unguenta yang lain dengan masing-masing 3 kali percobaan 4. Uji kemampuan proteksi Sepotong kertas saring (10 x 10 cm) diambil. Dibasahi dengan larutan PP untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan

Olesilah keras tersebut pada no.1 dengan unguenta yang akan dicoba (satu muka) seperti lazimnya orang mempergunakan unguenta

Sementara itu pada kertas saring yang lain, buat suatu areal (2,5 x 2,5 cm) dengan pembatas paraffin padat yang dilelehkan

Kertas (3) ditempelkan diatas kertas (2)

Areal ditetesi/dibasahi dengan KOH 0,1 N

Diamati timbulnya noda kemerahan pada sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan PP pada waktu 15;30;45;60;180;300 detik

Lakukan percobaan untuk unguenta yang lain 5. Uji disolusi unguenta Sel disolusi unguenta dan membran selofan porous (sebelum dipergunakan direndam dulu 24 jam dalam air suling) disiapkan

Unguenta yang akan dicoba dimasukkkan ke dalam sel sampai penuh dengan menggunakan alat yang disediakan, diratakan lalu ditimbang. Ditutup dengan membran selofan, dijaga supaya tidak ada gelembung udara antara unguenta dan membrane. Lalu sel ditutup dengan penutupnya.

Aquadest 37C sebanyak 500 ml (ambil dengan labu takar) dituangkan ke dalam bejana disolusi. Dijaga agara suhu medium 37C selama percobaan Sel yang sudah diisi unguenta tersebut dimasukkan ke dalam medium. Pengadukan dijalankan dan dicatat waktunya Diambil 5 ml contoh medium pada waktu 5;10;15;25;35; dan 45 menit. Setiap kali contoh diambil, kembalikan volume medium dengan menambahkan 5 ml aquadest 37C

Tetapkan kadar salisilat dalam contoh tersebut dengan cara: 5 ml contoh medium ditambah 1 tetes larutan FeCl3. Tetapkan absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm. Ditambahkan kembali 5 ml medium ke dalam bejana disolusi segera setelah pengambilan sampel

Hitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium pada tiap pengambilan tersebut

Bandingkan pelepasan obat dari kedua jenis basis unguenta tersebut

Pembahasan

Tujuan praktikum formulasi sediaan unguenta ini adalah memahami dan mengenal prosedur pembuatan, mengetahui jenis-jenis basis dan memahami prosedur evaluasi bentuk sediaan unguenta. Dalam praktikum ini digunakan 4 jenis basis dan 1 zat aktif yaitu vaselin, cera flava, PEG (Polietilenglikol) 400 dan PEG 4000 serta asam salisilat sebagai zat aktif. Unguenta yang dibuat ada 4 macam formula yaitu unguenta berbasis vaselin, unguenta berbasis vaselin dengan cera flava, unguenta berbasis campuran PEG 400 dan PEG 4000 dengan komposisi yang berbeda. Formula unguenta yang dibuat tidak berpotensi terjadi inkompatibilitas. Dalam formula tidak terdapat bahan yang bersifat oksidator kuat sehingga vaselin dan PEG tidak teroksidasi dan tetap stabil dalam formulasi. Basis hidrokarbon, sifatnya berlemak misalnya vaselin putih dan salep putih. Dapat digunakan cera flava untuk meningkatkan kepadatan daripada unguenta yaitu dengan meningkatkan titik didih daripada basis hidrokarbon. Hanya ada sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Unguenta jenis ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci, tidak mengering dan stabil dalam waktu lama. Basis serap, dapat dibagi dalam 2 jenis. Jenis pertama terdiri dari basis yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan jenis ke 2 terdiri dari emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin).

Basis yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam air antara lain unguenta hidrofilik, bersifat mudah dicuci sehingga dapat diterima untuk dasar kosmetik. Keuntungan lain dari basis ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjdi pada kelainan dermatologik. Basis larut dalam air, basis jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti basis yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti

polietilenglikol. Jika melihat basis yang lebih bersifat hidrofilik seperti larut air dan tercuci air dapat dilihat bedanya dari kandungan air yang ada dalam formula. Basis tercuci air ini mengandung air dengan kadar yang lebih rendah dari basis larut air.

Adapun peraturan yang mendasari pembuatan sediaan unguenta asam salisilat ini adalah peraturan no 4 yaitu Salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin. Di sini digunakan basis-basis yang dilelehkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan asam salisilat. Asam salisilat ini diperkecil ukurannya terlebih dahulu dengan menggunakan spiritus fortiori agar mudah homogeny dengan basis. Karena dalam formulasi ini sangat diperhatikan panas yang digunakan maka mortar dan stamper yang digunakan untuk menggerus juga harus sesuai suhunya dengan basis yang telah leleh, dengan harapan meminimalkan shock thermal agar campuran tetap stabil.

Keuntungan basis larut air dibanding dengan basis hidrokarbon yaitu dapat dilihat dari disolusi zat aktif dalam basis. Zat aktif dalam basis larut air ini akan lebih mudah terdifusi ke dalam tubuh karena viskositas basis akan lebih rendah ketika diaplikasikan ke kulit. Sedangkan kerugiannya yaitu mudah tercuci atau mudah hilang saat penerapan pada kulit. Jika melihat basis hidrokarbon ada keuntungan yaitu ketahanan saat penerapan pada kulit. Kerugiannya bisa berupa ketidak nyamanan saat pemakaian.

Uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas daripada sediaan unguenta yaitu uji daya sebar. Uji daya sebar ini dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa luas sebaran dari unguenta yang dibuat. Semakin besar daya sebar semakin bagus sediaan unguenta yang dibuat. Karena dengan adanya daya sebar yang tinggi, sediaan dapat mencakup daerah aplikasi (simptom kulit) sehingga zat aktif dapat tersebar secara merata. Jika dilihat dari hasil uji daya sebar pada ke empat formula didapatkan hasil akhir pada penambahan beban sebanyak 150 gram yang memiliki daya sebar tinggi adalah vaselin, kemudian campuran vaselin dengan cera flava, PEG formula III dan yang terakhir PEG formula IV. Faktor yang dapat mempengaruhi daya sebar adalah viskositas dan jenis basis, lama pengadukan saat pembuatan dan lama melelehkan. Maka dengan viskositas yang tinggi dapat menahan gaya tekan beban daripada unguenta dengan viskositas kecil.

Uji daya lekat dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa kuat unguenta dapat melekat pada daerah aplikasi (kulit). Dengan daya lekat yang besar yang ditinjau dari lama waktu unguenta

melekatkan dua lapis kaca objek. Dilihat dari data yang didapatkan, formula 3 dan 4 memiliki daya lekat paling besar dan paling kecil ada pada formula 2.

Uji kemampuan proteksi dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa kuat unguenta menjaga kestabilan. Di sini digunakan larutan KOH sebagai agen intervensi. KOH ini akan mengubah warna indikator phenolptialin menjadi merah. Jika terjadi perubahan warna tersebut maka unguenta sudah tidak dapat memproteksi kestabilannya. Maka semakin lama perubahan warna yang terjadi, semakin besar kemampuan proteksi unguenta. Dari data yang didapat ke empat formula memiliki kemampuan proteksi yang baik karena pada menit ke 300 pun tidak terjadi perubahan warna.

Uji Disolusi unguenta dilakukan dengan tujuan mengetahui profil disolusi unguenta asam salisilat dengan basis yg berbeda. Disini digunakan membrane porous pada sel sebagai simulator kulit untuk menutupi unguenta yg ada di sel, setelah ditutup dengan membrane porous tidak boleh ada gelembung karena bisa mempengaruhi hasil setelah dimasukkan ke dalam medium. Jadi harus benar- benar rata dan tidak boleh ada gelembung pada membrane porous yg menutupi unguenta pada sel. Faktor yg mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basis unguenta ke dalam medium adalah viskositas, ukuran partikel, homogenitas, jenis basis. Secara spesifik belum bisa meakili pelapasan obat secara nyata , karena digunakan membrane porous pada dasarnya membrane porous tidak bisa menggantikan kulit karena tidak ada pengaruh suhu tidak ada sirkulasi udara (por-pori) seperti pada kulit. Data yg didapat pada larutan baku baik karena absorbansi yg didapat semakin besar dan dapat membentuk garis linear , sedangkan pada sampel formula 2 dan sampel formula 3 data yg di dapat tidak bagus, tidak sesuai dengan teori . mungkin dipengaruhi oleh gelembung pada membrane porous , viskositas , dan homogenitas pada unguenta , yg diharapkan sesuai teori absorbansi pada formula 2 dan formula 3 seharusnya semakin lama waktu absorbansi semakin meningkat.

F. KESIMPULAN Unguenta yang dibuat pada praktikum merupakan unguenta berbasis hidrokarbon dan unguenta berbasis larut air. Uji sifat fisik yang dilakukan beruapa uji daya sebar, uji daya lekat, uji proteksi, dan uji disolusi. Dari data formula paling baik sifat fisik nya adalah formula 4.

G. DAFTAR PUSTAKA Ansel , C.H.,1990, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, 5th edition, Lea and Febiger,Pensylvania,USA,pp. 241. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1979,Farmakope Indonesia, jilid III,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 279 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995,Farmakope Indonesia, jilid IV,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 456 Soetopo dkk, 2002, Ilmu Resep Teori,Departemen Kesehatan, Jakarta, pp. 97

Yogyakarta, 18 Maret 2013 Pratikan,

Skolastika Feranda 118114158

Arief Dzulfianto 118114157

Yolanda Angnes 118114156

Aditya Christian F. 118114161

Gita Mentari 118114160

You might also like