You are on page 1of 4

LIMBAH Kegiatan Pelayanan penunjang medis di RSUD Ungaran yang lain yaitu Instalasi Sanitasi.

Menurut SK Mentri Lingkungan Hidup No. Kep 58/MENLH/12/1995 tanggal 21 desember 1995, pengertian limbah adalah semua bahan sisa baik padat, cair maupun gas yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Air limbah atau limbah cair rumah sakit adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan masih mengandung bakteri patogen, bahan kimia beracun dan radioaktif. Prinsip dasar pengelolaan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi kontaminasi yang terdapat dalam limbah cair tersebut, sehingga hasil olahan limbah tidak mencemari lingkungan. Limbah di RSUD Ungaran dibedakan menjadi 2 macam yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dibagi menjadi dua, yaitu limbah atau sampah medis dan non medis. a. Penanganan limbah padat 1) Limbah padat non medis Limbah padat non medis dapat berupa kertas dari bagian administrasi, pembungkus atau pengemas obat dan sampah sisa makanan atau sampah makanan dari instalasi gizi. Penanganan limbah ini dilakukan dengan memasukkan sampah tersebut ke dalam plastik dan dibuang ke dalam TPA (Tempat Pembuangan Akhir) 2) Limbah padat medis Limbah padat medis adalah sampah padat akibat proses pelayanan yang mengandung bahan-bahan yang tercemar jasad renik yang dapat menularkan penyakit dan/ atau dapat mencederai antara lain: sisa ampul, sisa jarum suntik, sisa jarinagn, kasa bekas, kapas, verban, alat suntik, pot sputum dan bahan padat lain yang berasal dari

laboratorium dan kamar operasi dan sebagainya yang sangat dimungkinkan mengandung mikroorganisme yang membahayakan. Pengelolaan limbah padat medis harus dikelola sesuai dengan aturan dan pedoman yang berlaku. Limbah ini ditampung dalam plastik dan dmasukkan dalam safty box, kemudian dimasukkan ke dalam incenerator untuk dimusnahkan atau dibakar dengan suhu 1000 C sehingga kondisi sampah menjadi aman, membentuk abu dan asap. b. Penanganan limbah cair Limbah cair merupakan bahan cair sisa yang bercampur dengan zat-zat padat tersuspensi atau terlarut dalam suatu proses pembuangan. Sisa pembuangan yang potensial untuk menimbulkan limbah adalah yang mengandung mikroorganisme patogen, bahan beracun, serta bahan kimia sehingga diperlukan pengolahan. Alur pengolahan limbah cair dimulai dari sumber air limbah dari ruangan ditampung di BAK A yang merupakan tangki pengolahan dengan pendahuluan, agar terjadi gamping.

pengendapan(

koagulasi/

sedimentasi)

menggunakan

kaporit,

Kemudiaan dipompa secara otomatis masuk ke BAK B yang merupakan tangki penerima dengan tujuan menghancurkan limbah dari BAK A, dengan teknologi pengurai bakteri maka terjadi pengendapan yang kedua diman kandungan airnya 60-80%, sehingga kandungan air id BAK B lebih besar dari BAK A. Dalam hal ini BAK A dan BAK B merupakan tangki yang kedap. Air limbah dalam BAK B di pompa ke BAK C yang merupakan tangki Anaerob yang bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri aerob yang terkandung dalam air limbah. Setelah itu air dari BAK C di pompa ke BAK D yang merupakan tangki aerob yang bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri anaerob sehingga air limbah menjadi bebas bakteri aerob dan anaerob. Kemudian air limbah dari BAK D dialirkan ke BAK E merupakan tangki kaporit untuk mengendapkan dan

menyaring kotoran sehingga air yang akan dialirkan ke BAK F sudah benar-benar jernih. BAK F merupakan tangki penampungan akhir dimana didalamnya terdapat ikan kaper dan ikan lele yang bertujuan untuk mengecek air limbah tersebut sudah aman untuk di buang ke badan lingkungan seperti parit, sungai dan lain-lain. Pengolahan limbah yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pengolahan limbah, meskipun meskipun masih menggunaka alat yang sangat sederhana. Proses penanganan limbah dilaporkan ke Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah setiap satu bulan sekali. CSSD (Central Sterilization Supply Departement) Sterilisasi adalah suatu proses menghilangkan atau memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada peralatan medis/ objek termasuk endospora yang dapat dilskuksn melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator. Sebagai institusi penyelenggara pelayanan kesehatan, rumah sakit sangat

berkepentingan terhadap pencegahan infeksi baik pada pasien maupun petugas rumah sakit. Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit, bagian atau unit yang bertugas melakukan sterilisasi alat, ruangan, pakaian, dan barang-barang lain yang harus dalam keadaan steril memegang peranan penting. Biasanya bagian yang menangani ini adalah bagian CSSD (Central Sterilization Supply Departement) yang secara organisasi sering disatukan dengan bagian binatu atau loundry. Saat ini di RSUD Ungaran belum memiliki bagian CSSD karena keterbatasan ruangan dan sampai sekarang sterilisasi ruangan, pakaian, alat dan bahan untuk kebutuhan operasi masih dilakukan sendiri oleh petugas (perawat) Instalasi Bedah Sentral (IBS). Kegiatan sterilisasi di RSUD Ungaran meliputi:

a. Sterilisasi pakaian dan bahan linen Sterilisasi pakaian dan bahan linen dipisahkan antara yang infeksius dan non infeksius. Untuk bahan non infeksius cukup disiram dengan air bersih sedangkan yang infeksius didekontaminasi terlebih dahulu dengan baiklin (5 kg linen 200 CC baiklin). Setelah itu linen dimasukkan ke mesin cuci setelah itu linen di pindahkan ke mesin pengering selama 30 menit kemudian disetrika. b. Sterilisasi alat Sterilisasi alat dilakukan dengan prosedur: 1) Alat yang sudah selesai digunakan untuk tindakan operasi dimasukkan ke ruang pencucian. 2) Di ruang pencucian alat tersebut direndam dan dicuci dalam cairan disinfektan. 3) Kemudian alat dimasukkan dalam wadah stainless yang dilengkapi rongga/ lubang udara yang bisa dibuka tutup. 4) Kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan posisi lubang udara terbuka, dengan suhu, tekanan dan waktu tertentu. 5) Setelah selesai alat kemudian dikeringkan. Lubang udara ditutup dan disimpan dalam almari steril. Bila dalam 3 hari tidak dipakai maka harus disterilkan ulang/.

You might also like