You are on page 1of 34

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN GEOLOGI DASAR

ACARA : GEOLOGI STRUKTUR

Disusun Oleh: Roni Hepson Tambun 21100112140089

LABORATORIUM PALEONTOLOGI,GEOLOGI FOTO DAN GEOOPTIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud Mengetahui tentang pembentukan suatu singkapan yang diamati dilapangan. Mengetahui tentang struktur geologiyang ada dilapangan. Mengatahui tentang genesa struktur geologipada bentang alam yang diamati. Menginterpretasian topografi. struktur geologi dengan pengamatan peta

1.2 Tujuan Adapaun tujuan dari Praktikum Lapangan Geologi Dasar, acara : Geologi Struktur ini yaitu : Mampu melakukan pendeskripsian terhadap kenampakan struktur geologi pada suatu bentang alam. Dapat menginterpretaskani genesa pembentukan struktur geologi di lapangan. Dapat mengetahui jenis-jenis struktur geologi dengan melakukan interpretasi peta topografi.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan praktikum Lapangan Geologi Dasar acara : Geologi Struktur telah dilaksanakan pada : hari tanggal pukul tempat : Sabtu : 17 November 2012 : 08.15 : Sungai Banyumeneng, Girikusumo, Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

1.4 Kesampaian Daerah Sebelum berangkat lokasi stasiun pengamatan,terlebih dahulu praktikan dan asisten berkumpul di depan kampus Gedung Pertamina Sukowati untuk melakukan briefing pada pukul 06.00.Kemudian setelah semua perlengkapan dan personil lengkap kita pun brangkat dari Sukowati menuju daerah pengamatan pada pukul 07.00 menggunakan sepeda motor.Setelah melewati panorama sawah sawah dan alam yang luarbiasa daerah Mranggen akhirnya kita tiba di pintu masuk yaitu di sekitar bendungan Sungai Banyumeneng menuju tempat pengamatan pada pukul 08.15.Kemudian kita melanjutkan perjalan munuju stasiun pengamatan yang pertama dan tiba pada pukul 08.15.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pendahuluan Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi.Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.

Untuk mempelajari geologi struktur,ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan.Pertama-tama adalah mengenal jenis-jenis struktur batuan yang ada.Hal ini pada umumnya dilakukan pada pengamatan di lapangan.Jenis-jenis struktur tersebut kemudian diamati bentuknya,dideskripsi sifat simestrinya,diukur kedudukannya,dan sebagainya,serta bila perlu,digambarkan dalam pet,ini disebut sebagai analisis deskriptif. Tahap berikutnya adalah mengamati sifat perubahan (strain) yang terjadi pada batuan dengan dasar pengetahuan tentang proses deformasi yang terjadi pada batuan.Pengamatan ini meliputi bentuk sifat perubahan dan tempat atau gerak ukuran

(displacement),perubahan

(distorsion)

perubahan

(dilation).Tahapan ini disebut sebagai analisis kinematik.Dalam hal ini perlu dipertimbangkan tentang sifat fisik batuannya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat deformasi.Sebagai kelanjutan dari analisis kinematik,langkah berikutnya adalah mempelajari penyebab dari perubahan yang terjadi pada batuan.Perubahan seperti pergerakan dan perubahan bentuk adalah respon dari batuan terhadapa gaya (force) dan tegasan (stress). 2.2 Struktur Batuan Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan,termasuk di dalamnya bentuk dan kedudukannya.Didasarkan pada proses pembentukannya,struktur batuan dapat dibedakan menjadi:

A.Struktur primer,yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan batuan tersebut,misalnya,pada batuan sedimen : bidang perlapisan

bersilang,gelembur gelombang,perlapisan bersusun,dan sebagainya.Pada batuan beku : struktur aliran,kekar akibat pendinginan dan sebagainya. B.Struktur sekunder,yaitu struktur yang terjadi kemudian,setelah batuan terbentuk,yaitu akibat proses deformasi atau tektonik.Jenis struktur yang termasuk di dalam struktur sekunder diantaranya adalah :

lipatan,rekahan(kekar),patahan(sesar),dan sebagainya. 2.3 Deformasi Batuan. Deformasi merupakan perubahan volume atau bentuk suatu material atau batuan. A.Penyebab Deformasi Stress adalah gaya yang bekerja pada satuan luas.Macam-macam stress: 1.Stress yang dari segala arah sama (Uniform stress ):

Confining stress 2.Stress yang besarnya berbeda dari segala arah (Differential stress ): Tensional stress yang menyebabkan tarikan pada batuan;Compressional stress yang menekan batuan;Shear stress yang menyebabkan pergeseran dan puntiran. Strain adalah perubahan ukuran,bentuk atau volume dari material,terjadi akibat batuan mengalami deformasi.

Gambar 2.1 Jenis-jenis stress

B.Tahapan Deformasi Bila batuan mengalami penambahan stress akan terdeformasi melalui 3 tahap berurutan : 1.Elastic deformation adalah deformasi sementara tidak permanen atau kembali ke bentuk awal (revesible).Begitu stress hilang,batuan kembali ke bentuk dan volume semula.Seperti karet yang ditarik akan melar tapi jika dilepas akan kembali ke panjang semula.Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic limit,yang apabila dilampaui batuan yang pernah mengalami deformasi elastic ini,karena tidak meninggalkan jejak atau bekas,karena kembali ke keadaan semula,baik bentuk maupun volumenya. 2.Ductile deformation merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali. 3.Fracture terjadi apabila batas atau limit elastic dan ducktile deformasi dilampaui.Deformasi rekahan ( fracture deformation) dan lentur (ductile

deformation) adalah sama,menghasilkan regangan (strain) yang tidak kembali ke kondisi semula. 2.4 Jenis Struktur Geologi Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya-gaya yang bekerja pada batuan,yaitu (1) Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks) (2) Perlipatan (folding) dan (3) Patahan/Sesar (fault) Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsure struktur,yaitu: A.Kekar dan Rekahan Banyak teori yang dikemukan untuk menjelaskan terjadinya kekandasan pada batuan bila mengalami suatu gaya tekanan, terutama dalam hal pembentukan rekahan-rekahan gerus (shear fracture) dan hubungannya dengan besarnya sudut yang mereka bentuk di alam.Rekahan adalah hasil proses geologi yang tidak menunjukkan perpindahan yang dapat diamati (Ramsay & Huber,87).Rekahan adalah pecahan pada batuan yang tidak atau sedikit sekali mengalami pergerakan (Twiss & Moores,92).Retakan pada batuan yang sedikit atau tidak sama sekali mengalami pergeseran (Davis,1996). Retakan yang terjadi

gaya tekanan disebut shear fractures dan yang terjadi karena gaya tarikan disebut tension fractures (Hatcher,1990 & Dennis,1972).Billings (1972), membagi kekar tarikan kedalam extension joints dan release joints. Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.Fungsi kekar adalah sebagai jalannya larutan (air/larutan magma dll),sebagai ruang untuk pengendapan cebakan,sebagai jalan migrasi minyak bumi,sebagai reservoir minyak bumi untuk memudahkan penambangan batu.Secara umum dicirikan oleh: a)Pemotongan bidang perlapisan batuan; b)Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut: 1.Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup. 2.Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama.Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka. 3.Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka. Terjadinya kekar dapat disebabkan karena ; -Tektonik (Kekar Gerus/Shear Joint dan Kekar Regangan/ Tension Joint/Gash Fracture,Extension & Release Joint) -Non-Tektonik (coling Joint, Shrinkage Joint & akibat hilangnya beban ). B.Sesar atau Patahan Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan (fracture).Tekanan yang diberikan mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan

sampai beberapa meter.Ketika ini terjadi,maka akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa. Arah pergerakan pada suatu patahan tergantung pada kekuatan batuan. Patahan diakibatkan oleh batuan yang ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam bentuk tekanan ( pada umumnya membentuk lipatan) yang kemudian batuan dapat pecah. atahan adalah istilah yang menandai adanya gaya tekan atau tekanan dan terjadi secara alami yang geometris. Patahan terjadi searah dengan retakan.Sesar atau patahan mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi,ukurannya ada yang sepanjang ratusan Km,ada yang hanya beberapa Cm saja. Patahan terdiri dari beberapa tipe yang diantaranya : a.Dip Slip Fault - Normal Fault Patahan normal adalah patahan yang terjadi pada batuan yang salah satu bagiannya mengalami pergerakan ke bawah terhadap keadaan asalnya. Gerakan patahan ini adalah disebabkan oleh kekuatan tegang dan mengakibatkan perluasan (ada bidang fault plane).Nama lain adalah normal-slip fault,patahan gaya berat atau patahan tegang.

Gambar 2.2 Normal fault

- Reserve fault Pada reserve fault adalah kebalikan dari normal fault.Yaitu arah patahan bagian batuan adalah naik terhadap keadaan awal batuan.Gerakan patahan ini disebabkan oleh kekuatan compresional (tekanan) yang mengakibatkan

pemendekan atau penyempitan.

Gambar 2.3 Reserve fault b.Strike Slip Fault. Patahan Strike Slip ini merupakan patahan yang terjadi pada batuan yang arah patahannya secara horizontal.Bagian yang bergerak menjauhi bagian kanan bidang dinamanakan left-fault.Dan sebaliknya apabila bagian yang bergerak menjauhi bagian kiri bidang dinamakan right-fault.Patahan ini terjadi karena gaya yang mengenai sebuah batuan berasal dari samping atau gaya melintang.

Gambar 2.4 Strike slip fault c.Oblique slip Fault Oblique Slip Fault merupakan kejadian yang merupakan gabungan dari Dip-Slip fault dan strike-slip fault.Sehingga pergerakan batuan terjadi secara naik
9

atau turun dan juga mengalami pergerakan secara horisontal ke kanan atau ke kiri. Sehingga pergerakan yang timbul secara vertikal dan horizontal.Patahan ini disebabkan oleh gaya tekan dari atas atau dari bawah dan juga gaya samping yang diberikan / dikenakan pada batuan.

Gambar 2.5 Oblique slip fault

C.Lipatan Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.

Gambar 2.6 Lipatan berdasarkan lengkungannya

10

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya,lipatan dapat dikelompokkan menjadi : 1) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap. 2) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama. 3) Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama. 4) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya. 5) Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar. 6) Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar. 7) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.

Gamabr 2.7 Jenis-jenis lipatan

Disamping lipatan tersebut diatas,dijumpai juga berbagai jenis lipatan,seperti Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.

11

BAB III GEOLOGI REGIONAL

3.1 Daerah Geologi Kali Banyumeneng Lokasi studi secara administratif mencakup seluruh wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada koordinat 1101620 110 3029 Bujur Timur dan 6 5534 7 0704 Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2. Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan silih berganti sepanjang tahun. Besarnya rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Semarang utara 2000 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata perbulan berdasarkan data dari tahun 1994 1998 berkisar antara 58 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi di daerah pemetaan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 131 mm/bulan. Kali Banyu Meneng terletak di daerah Desa Banyu Meneng Kecamatan Mranggen, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan daerah dengan bentang alam fluvial karean terdapat sungai yang panjang, akan tetapi daerah ini juga terdapat bentang alam strutural karena terdapat sesar dan kekar yang di akibatkan oleh gaya tektonik pada daerah tersebut. Kali Banyu Meneng dikatakan pada dahulunya merupakan sebuah lautan yang dimana laut tersebut mengalami pengangkatan(uplift) dan dipengaruhi gaya tektonik yang membuat lapisan itu bergeser-geser, lalu daerah itu mengalami deformasi sehingga permukaan itu membentuk fracture geser berupa sesar. Pada daerah ini lebih banyak di temukan batuan sedimen, lanau, dan beberapa batu gamping. Karena daerah ini tingkat sedimentasinya sangat tinggi yang di pengaruhi oleh air sehingga banyak juga terdapat batuan yang telah tertransport oleh aliran sungai.

12

3.2 Morfologi Daerah Morfologi daerah studi berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu: 1.Dataran. Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai dan setempat di bagian baratdaya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 5% (0-3%), ketinggian tempat di baruan utara antara 0 25 m dpl dan di baguan baratdaya ketinggiannya antara 225 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah studi. 2.Daerah Bergelombang. Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah studi. 3.Pebukitan Berlereng Landai. Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 15 % dengan ketinggian wilayah 25 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah pemetaan. 3.Pebukitan Belereng Agak Terjal. Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 30%, ketinggian tempat antara 25 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah studi. 4.Perbukitan Berlereng Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 50%, ketinggian tempat antara 40 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah studi. 5.Perbukitan Berlereng Sangat Terjal.

13

Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 70%, ketinggian tempat antara 45 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah studi. 6.Perbukitan Berlereng Curam. Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah studi. 7.Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan dan konservasi. 3.3 Susunan Stratigrafi Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut: 1.Aluvium (Qa) Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir. 2.Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg) Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint). 3.Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk) Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras. 4.Formasi Jongkong (Qpj)

14

Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 50 cm, menyudut membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga). 5.Formasi Damar (QTd) Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 20 cm, menyudut membundar tanggung, agak keras. 6.Formasi Kaligetas (Qpkg) Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus sedang, porositas sedang, agak keras. 7.Formasi Kalibeng (Tmkl) Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras

15

dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak. 8.Formasi Kerek (Tmk) Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m. 3.4 Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.

16

BAB IV DATA LAPANGAN


4.1 STA 1 Pinggir Kali Banyumeneng Lokasi Cuaca Waktu Morfologi Bentuk lahan Litologi Warna Struktur Tekstur : Daerah Pinggir Sungai Banyumeneng, Mranggen : Cerah : 09.02 WIB : Tebing yang curam dan perbukitan : Meander : Batuan sedeimen (batu gamping) : abu-abu gelap : non struktural : subrounded, sortasi baik, kemas tertutup

Nama batuan : batu gamping Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas, kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan sebelumnya yang mengalami transportasi jauh

sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan sebagian hancur kemudian terkumpul dan

terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami pengangkatan dan membentuk daratan dan karena permukaannya yang lebih tinggi dari daerah sekitar maka terbentuk lereng.Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah jenis batuan sedimen. Bentang Alam Struktur Geologi Dimensi singkapan Strike/dip perlapisan : Struktural : Sesar turun : 10 m x 6 m : N1200 E / 450 N1270 E / 500
17

Strike/dip sesar turun

: N 3200 E / 320 N 3220 E / 360

Tingkat pelapukan Vegetasi

: sedang : pohon jati, semak-semak belukar, putri malu, dan pohon pisang

Tataguna lahan Potensi positif Potensi negatif Morfogenesa

: perkebunan : tempat pariwisata dan tempat penelitian : Banjir, erosi dan longsor : STA I merupakan daerah dengan litologi batuan berwarna abu-abu dengan struktur non perlapisan. Tekstur dari batuan ini kebundarannya baik, ukuran butirnya pasir halus (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama karbonat.STA ini terbentuk akibat adanya uplift atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang membuat litologi disekitar termasuk bukitnya memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya tektonik lempeng yang saling bertumbkan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena adanya pengaruh dari air permukaan namun tidak terlalu kuat maka perlapisan pada batuan ini tidak tergerus seperti STA dan tetap berbentuk lereng. Dan karena adanya gaya tektonik susulan mengakibatkan bidang perlapisan pada STA ini mengalami rekahan dan rekahan tersebut akhirnya mengalami pergeseran dengan hanging wall

18

bergerak turun ke bawah atau sering disebut singkapan sesar turun.

Gambar 4.1 STA 1 Daerah Pinggiran Mranggen

4.2 STA 2 Daerah Sungai Banyumeneng,Mranggen Lokasi Cuaca Waktu Morfologi Bentuk lahan Litologi Warna Warna Sortasi Kemas : Kali Banyumeneng : Cerah : 10.05 WIB : Sungai yang bermeander dan perbukitan : Meander : Batuan sedimen (batulempung) : Coklat keabu-abuan Ukuran Butir : Lempung ( >1/256) Batu sedimen (batupasir) : Abu abu : Baik : Tertutup

19

Ukuran butir : Pasir kasar Petrogenesa : Berdasarkan pengamatan pada batuan di daerah STA 2 memiliki warna merah bata yang dimana berupa pengotor pada batuan, batuan ini memiliki tekstur holokristalin, equigranular, fanerik, dan euhedral.Batuan ini memiliki mineral yang masih tampak seperti biotit dan hornblende. Berdasarkan pengamatan batuan di daerah STA 1 batuan ini termasuk dalam batuan beku namun batuan ini telah mengalami transport karena telah mulai mengikis. Bentang Alam Struktur Geologi Strike/dip perlapisan : Fluvial (stadia dewasa) : Sesar sinistral : N1440 E / 540 N 3400 E / 700 Strike/dip bidang sesar : N 350 E / 650 N 460 E / 690 Tingkat pelapukan Vegetasi Tataguna lahan Potensi positif Potensi negatif Morfogenesa : Sedang : pohon jati, pohon bambu kuning, dan ilalang : Pengairan, MCK : tempat penelitian : Banjir dan erosi : STA 2 terdapat sesar mendatar yaitu sesar sinistral. Dimana sesar itu sendiri merupakan rekahan yang cenderung mengalami perubahan tempat, sedangkan sinistral sesar yang mendatar mengiri, dimana sesar ini disebabkan adanya gaya tektonik. Sesar ini dapat diketahui karenaa adanya perbedaan batas batuan. Kemiringan (bidang yang tegak lurus dengan strike)

Strike/dip bidang sesar geser : N 1450 E / 500

20

bidang sesar tidak curam. Sesar ini hanya berskala mikro (kecil).

Gambar 4.2 Sesar Sinistral Pada STA II di Meander Banyumeneng

4.3 STA 3 Daerah Kali Banyumeneng 4.3.1 Lokasi Pengamatan 1 Lokasi Cuaca Waktu Morfologi : Kali Banyumeneng : Cerah : 11.20 WIB : Sungai yang terdapat antiklin pada bagian pinggirnya Bentuk lahan Litologi Warna Struktur Tekstur : Sungai : Batuan sedimen (batu lanau) : Abu-abu : Non struktural : Subrounded, sortasi baik, kemas tertutup

Nama batuan : Batulanau Petrogenesa : Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas, kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan

21

sebelumnya yang mengalami transportasi jauh sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan sebagian hancur kemudian terkumpul dan terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami pengangkatan dan membentuk daratan selajutnya karena aliran air permukaan maka lapisan batuan ini muncul dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah jenis batuan sedimen. Bentang Alam Struktur Geologi Strike/dip antiklin : Fluvial : Antiklin (lipatan asimetri) : N 2900 E / 470 N 1450 E / 300 Tingkat pelapukan Vegetasi : Sedang : Pohon jati, pohon bambu kuning, dan semaksemak Tataguna lahan Potensi positif Potensi negatif Morfogenesa : Sumber air, dan pengairan : Tempat penelitian : Banjir dan erosi : STA III / LP I merupakan daerah dengan litologi batuan berwarna abu-abu dengan struktur perlapisan.Tekstur dari batuan ini kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama karbonat.STA ini terbentuk akibat adanya uplift atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang membuat litologi disekitar termasuk bukitnya memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan

22

ini disebakan karena adanya gaya tektonik lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena adanya pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan membentuk sungai. Dan dari hasil penggerusan tersebut terlihat bidang perlapisan yang jelas dan perlapisan yang dijumpai berupa lipatan asimetri.

Gambar 4.3 Antiklin Pada Lokasi Pengamatan 1

4.3.2 Lokasi Pengamatan 2


Lokasi Cuaca Waktu : Kali Banyumeneng : Cerah : 11.30 11.50 WIB

Morfologi

: Meander sungai yang terdapat sesar geser (dekstral)

Bentuk lahan Litologi

: Sungai : Batuan sedimen (batu lanau)

23

Warna Struktur Tekstur

: Abu-abu : Non struktural : Subrounded, sortasi baik, kemas tertutup

Nama batuan : Batu gamping

Petrogenesa

: Ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas, kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan sebelumnya yang mengalami transportasi jauh sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan sebagian hancur kemudian terkumpul dan terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami pengangkatan dan membentuk daratan selajutnya karena aliran air permukaan maka lapisan batuan ini muncul dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa batu ini adalah jenis batuan sedimen.

Bentang Alam Struktur Geologi Strike/dip sesar geser

: Fluvial : Sesar Geser (Dekstral) : N 3410 E / 78 0 N 3280 E / 670 N 3340 E / 790 N 3340 E / 790 N 3300 E / 780

Tingkat pelapukan Vegetasi

: Rendah : Pohon jati, pohon bambu kuning, dan semaksemak

Tataguna lahan Potensi positif Potensi negatif Morfogenesa

: Sumber air, dan pengairan : Tempat penelitian : Banjir dan erosi : STA III / LP II merupakan daerah dengan litologi batuan berwarna abu-abu dengan struktur

24

perlapisan.Tekstur dari batuan ini kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semn utama karbonat. STA ini terbentuk akibat adanya uplift atau pengangkatan dasar laut. Hal inilah yang membuat litologi disekitar termasuk bukitnya memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan batuannya berjenis batuan sedimen. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya tektonik lempeng yang saling bertumbkan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. dan karena adanya pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan membentuk sungai. Dan karena adanya gaya tektonik susulan mengakibatkan bidang perlapisan pada STA ini mengalami rekahan dan rekahan tersebut akhirnya mengalami pergeseran dengan arah geser horizontal dengan bidang berser ke kanan atau sering disebut singkapan sesar geser dekstral.

25

Gambar 4.4 Sesar Dekstral Pada Lokasi Pengamatan 2

26

BAB V PEMBAHASAN
Pada pengamatan tanggal 17 November 2012 di daerah Kali Banyu Meneng, Desa Banyu Meneng, Kecamatan Mranggen, Jawa Tengah dimana waktu keberangkatan pukul 07.00 dari gedung Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro. Dengan cuaca cerah akan tetapi di perjalanan terdapat halangan yaiut jalan yang dikatakan sangat buruk dan berbatu. Perjalanan menuju kali Banyu Meneng memerlukan sekitar waktu 45 menit, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni bukit hingga sampai di daerah tujuan. Pada pengamatan daerah ini terdapat tiga STA yang harus diamati. Jarak dari daerah pengamatan satu dengan yang lain cukup jauh dan memiliki jalan berbatu. 5.1 Analisa Sayatan Peta Topografi Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap daerah ini dan penggabungkan data lapangan dengan teori yang sudah ada serta geologi regional daerah ini maka dapat dilakukan interpretasi peta topografi sebagai berikut ini.Sayatan pada peta topografi yang melalui Sungai Banyumeneng ternyata pada daerah tersebut dikelilingi oleh bukit-bukit yang sedang atau agak curam.Sayatan menyilang ini melewati puncak Gunung Magerdjenu dan melewati beberapa puncak bukit yang lebih rendah dari Gunung Magerdjenu. Puncak bukit ini berada tepat disebelah sungai Banyumeneng sehingga daerah di pinggir sungai banyumeneng terkesan beupa bukit-bukit yang agak curam. Namun kecuraman itu tidak sama antara sisi kanan dan sisi kiri sungai Banyumeneng. Sisi lainnya yang tersayat cenderung lebih landai dibandingkan sisi yang dekat dengan puncak bukit dekat Gunung Magedjenu. 5.2 Litologi Pada Stasiun Pengamatan pertama ditinjau dari deskripsi megaskropis batuan di atas, kemungkinan batu ini terbentuk dari batuan sebelumnya yang

mengalami transportasi jauh sehingga ukuran butirnya menjadi halus dan sebagian hancur kemudian terkumpul dan terendapkan serta tersedimentasi di lingkungan laut menjadi batu ini. Kemudian laut ini menglami pengangkatan dan
27

membentuk daratan dan karena permukaannya yang lebih tinggi dari daerah sekitar maka terbentuk lereng.

Gambar 5.1 Batu Gamping Pada STA 1 Pada Stasiun Pengamatan kedua, daerah ini memiliki litologi yang didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur non perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat. Pada Stasiun Pengamatan LP I,daerah ini memiliki litologi yang didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat. Pada daerah pengamatan ketiga LP II, daerah ini memiliki litologi yang didominasi oleh batuan dengan ciri-ciri berwarna abu-abu dengan struktur perlapisan. Tekstur dari batuan ini yaitu kebundarannya baik, ukuran butirnya lanau (skala wenth worth), sortasinya baik dan kemasnya tertutup. Batu ini adalah jenis batuan sedimen dengan semen utama karbonat.

28

Gambar 5.2 Batu lempung ( kiri ) dab Batu pasir ( kanan)

5.3 Geologi Struktur Pada STA 1 ini ditemukan struktur geologi yaitu adanya sesar turun. Dimana sesar yang terdapat pada singkapan ini memunyai hanging wall turun oleh sebab itu dinamakan sesar turun. Pada sesar ini kami melakukan pengukuran sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 1200 E / 450 dan N1270 E / 500. Selain mengukur strike and dip dari sesar turunnya kami juga melakukan pengukuran strike and dip dari perlapisannya sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 3200 E / 320 dan N 3220 E / 360.

Sesar turun

Gambar 5.3 sesar turun Selain terdapatnya sesar pada singkapan ini juga terdapat adanya kekar yaitu suatu struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Kekar yang terdapat pada singkapan ini adala kekar tarik atau extension fracture karena rekahan yang ada pada singkapan ini tergolong terbuka.

29

Gambar 5.4 gambar kekar tarik atau extention fracture Pada STA 1 kita menemukan batu sedimen, dimana batuan sedimen berupa batu gamping karenaa jaman dahulu daerah sekitar semarang berupa lautan, dengan berjalannya waktu dan adanya pergerakan tektonik dalam bumi terjadi uplift pada permukaan ini, sehingga terangkatlah bagian permukaan ini. Oleh karenaa itu, bekas lautan ini yang meninggalkan batuan sedimen berupa batu gamping, dimana batuan gamping mengandung karbonat, karenaa daerah bekas daerah laut. Struktur geologi geologi yang kami dapatkan pada STA 2 yaitu sesar geser, dimana sesar geser yang kami amati adalah sesar geser sinistral yaitu sesar yang arah prgeserannya berlawanan dengan jarum jam. Pada sesar ini kami mengukur strike and dipnya, pada sesar yang pertama kami melakukan pengukuran strike and dip perlapisan dan didapatkan N1440 E / 540

Sesar geser Sinistral

Gambar 5.5 Sesar geser sinistral

30

Dan pada sesar geser sinistral kami melakukan pengukuran strike and dipnya sebanyak 2 kali dan didapatkan N 1450 E / 500 dan N 3400 E / 70. Selain mengukur strike and dip dari sesar sinistral, kami juga melakukan pengukuran strike and dip dari biddang sesarnya dan kami melakukan sebanyak dua kali dan didapatkan hasil N 350 E / 650 dan N 460 E / 690
.

Ditinjau dari vegetasi yang berada di sekitar singkapan terdiri atas pohon jati, pohon bambu kuning, dan semak-semak dan tata guna lahan dari singkapa pada STA 2 ini adalah sebagai sumber air bagi daerah sekitar. Untuk potensi positif dari singkapan ini menurut kami yaitu sebagai tempat observasi geologi karenaa di daerah ini terdapat struktur geologi dan adanya batuan gsedimen dan dari potensi negatifnya yaitu dapat menyebabkan banjir karenaa daerah ini merupakan daerah fluvial. Proses terjadinya struktur geologi pada singkapan ini yaitu sesar adalah dikarenakan adanya tenaga endogen dari dalam perut bumi yang disebut sbagai tenaga tektonik dan gempa yang dangkal. Pada STA III / LP I tergolong kedalam bentang alam struktural-fluvial.Hal ini dibuktikan dengan pembentukan daerah ini yang terjadi akibat adanya uplift atau pengangkatan dasar laut. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya tektonik lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. Kemudian karena adanya pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan lama kelamaan membentuk sungai (salah satu bentang alam fluvial). Karena adanya gaya tektonik yang melampuai batas limit elstik maka perlapisan batuan pada STA tidak dapat kembali seperti keadaan semula. Gaya tektonik yang dialami oleh lapisan batuan ini mengakibatkan pengangkatan pada bagian tertentu, pengangkatan tersebut mengakibatkan terbentuknya lipatan asimetri yang terlihat akibat adanya pengaruh air permukaan yang terus-menerus menggerus lapisan yang menutupinya. STA III LP / II tergolong kedalam bentang alam struktural-fluvial,hal ini dibuktikan dengan pembentukan daerah ini yang terjadi akibat adanya uplift atau

31

pengangkatan dasar laut. Pengangkatan ini disebakan karena adanya gaya tektonik lempeng yang saling bertumbukan sehingga mendesak dasar laut untuk muncul ke permukaan dan akhirnya membentuk daratan ini. Kemudian karena adanya

pengaruh dari air permukaan maka perlapisan pada batuan ini tergerus dan lama kelamaan membentuk sungai (salah satu bentang alam fluvial). Karena adanya gaya tektonik susulan yang mempunyai daya besar sehingga mengakibatkan bidang perlapisan mengalami deformasi tahap ketiga yaitu fracture yang artinya batas limit elastik dan ducktile deformasi terlampaui oleh gaya tektonik sehingga lapiasan batuan mengalami rekahan yang tidak kembali lagi dan rekahan tersebut mengalami pergeseran dengan arah geser horizontal dengan bidang kanan bergeser ke depan atau sering disebut singkapan sesar geser dekstral. Kejadiankejadian inilah yang membuat litologi di sekitar termasuk bukitnya memiliki komposisi karbonat yang tinggi dan batuannya berjenis batuan sedimen.

Gambar 5.6 Antiklin

Gambar 5.7 Sesar dekstral

32

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan 6.1.1 STA 1 memiliki morfologi yang berada di daerah tebing yang curam, terdapat beberapa struktur geologi berupa sesar turun dan kekar. 6.1.2 STA 2 memiliki morfologi sungai yang bermeander. Dan memiliki litologi batuan sedimen, serta memiliki struktur geologi yaitu sesar geser sinistral. 6.1.3 STA 3 memiliki merfologi daerah sungai yang memiliki meander. Terdapat struktr geologi berupa lipatan antiklin dan sesar geser dextral. 6.2 Saran 6.2.1 Praktikan harus fokus saat asisten menjelaskan konsep materi. 6.2.2 Praktikan bisa membaca refrensi untuk mendukung pemahaman konsep saat dilapangan. 6.2.3 Praktikan harus lebih komunikatif dengan Asisten Praktikum

33

DAFTAR PUSTAKA
Endarto,Danang.2005.Pengantar Geologi Dasar.Surakarta : Lembaga Pengembangan Pendidikan Tim Asisten Geologi Dasar.2012.Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar.Semarang : Universitas Diponegoro Tim Asisten Mineralogi.2012.Buku Panduan Praktikum Mineralogi.Semarang : Universitas Diponegoro Http://www.adipedia.com/20122/04/sesar-mendatar-strike -dip-slip-dansesar.html(Diakses Pada 1 Desember 2012 pukul 22.30)

34

You might also like