You are on page 1of 21

SPESIFIKASI TEKNIK

SYARAT SYARAT UMUM


Pasal 1 PERATURAN-PERATURAN TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN
1. Untuk pelaksanaan Pekerjaan ini digunakan ketentuan dan peraturan yang sesuai dengan bidang Pekerjaan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala perubahannya hingga kini ialah : Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) disingkat S.U Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 disingkat PPBBI Pedoman Plumbing Indonesia, tahun 1979 Peraturan Dinas Pemadam Kebakaran Peraturan DEPNAKER tentang penggunaan Tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DPPI 1980 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara oleh Dep.Pekerjaan Umum Peratuan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 Peraturan Perencanaan tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1981 beserta pedomannya Standar Indonesia Indonesia (SII) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982 Peraturan Cat Indonesia-N4 Peraturan Sistem Istalasi Telepon / PABX dari Instalasi yang mengeluarkan. Pemborong harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang dinyatakan dalam butir 1 pasal ini, termasuk segala perubahannya hingga kini. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat ini terdapat kelainan / penyimpangan dari peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam butir 1 pada pasal ini maka rencana kerja dan syarat yang mengikat.

2.

3.

Pasal 2 PENGAWASAN
Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan Pekerjaan dilakukan oleh Direksi Lapangan. Setiap saat Direksi Lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian Pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan : 1. Pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari Pengawasan Direksi menjadi tanggung jawab Pemborong. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibongkar sebagian atau seluruhnya. 2. Jika pemborong perlu melaksanakan Pekerjaan diluar jam kerja, atau melampaui jangka

waktu yang ditetapkan dalam Kontrak yang memerlukan pengawasan Pekerjaan oleh Direksi maka segala biaya Direksi menjadi beban Pemborong

3. Wewenang dalam memberikan keputusan petugas Direksi adalah terbatas pada hal yang jelas tercantum didalam gambar dan RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan haruslah seijin Pemilik.

Pasal 3 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Kontraktor harus menetapkan Organisasi Pelaksana Lapangan yang terdiri dari personalia yang memiliki kemampuan dan pengalaman bidang pelaksanaan konstruksi sesuai keahlian yang dibutuhkan. Personalia Organisasi Lapangan Kontaktor, minimal terdiri dari : a. Seorang penanggung jawab Proyek, dalam hal ini adalah Dirktur Perusahaan atau Kuasanya yang menandatangani Kontak dengan Pemilik ; b. Seorang Penanggung Jawab Lapangan (Site Manager), pengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebagai Site Manager. c. Tenaga Ahli Arsiterktur, Struktur, Mekanika/Elektrikal, Estimasi Biaya dan K3 (sesuai kebutuhan). d. Tenaga Pelaksana Lapangan. Penanggung jawab Lapangan, Tenaga Ahli Pelaksana lapanagan harus mendapat kuasa penuh dari pemborong untuk bertindak atas namanya, dan senantiasa harus ditempat Pekerjaan. Dengan adanya Penanggung jawab Lapangan, Tidak berarti Kontraktor lepas dari tanggung jawab sebagian atau keseluruhan terhadap kewajibannya. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemilik atau Direksi, tentang Susunan Organisasi Pelaksana Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Bila kemudian hari, menurut pendapat Tim Pengelola Teknis dan Pengawas, pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin Pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor harus sudah menunjuk pelaksana baru atua Kontraktor sendiri (penanggungjawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan. Tempat tinggal (domisili) Kontrak dan Pelaksanaan Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-hal mendesak, Kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat, dan nomor telepon di lokasi kepada Tim Pengelola Teknis dan Pengawas.

Pasal 4 RENCANA KERJA


Pemborong harus membuat rencana pelaksanaan Pekerjaan berupa Time schedule Kurva S selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah penunjukkan, disyahkan oleh pengawas dan diketahui oleh pemberi tugas. Pemboronng berkewajiban melaksanakan Pekerjaan menurut rencana ini, hanya dengan persetujuan Direksi harus menyimpang dari rencan semula, maka kerugian yang dideritanya adalah tanggungjawab Kontraktor.

Pasal 5 PEMBAGIAN HALAMAN


Sebelum pemborong memulai pelaksanaan Pekerjaan maka pemborong harus terlebih dahulu merundingkan dengan Direksi mengenai pembagian halaman Pekerjaan, tempat penimbunan barang-barang, tempat mendirikan los-los Direksi atau los kerja dan lain sebagainya agar Pekerjaan dapat berjalan lancar.

Pasal 6 LOS DIREKSI, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN


1. Pemborng harus membuat los Direksi secukupnya, menggunakan bahan-bahan sederhana, yang dapat dikunci dengan baik, dan dilengkapi dengan peralatan sederhana. 2. Pemborng harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-barang atau alatalat lainnya dan kamar untuk pelaksana 3. Cara-cara menimbun bahan-bahan bangunan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat teknis dan dapat dipertanggungjawabkan 4. Pemborong harus membuat papan proyek yang ukuran dan modelnya ditentukan oleh Direksi

Pasal 7 TANGGUNG JAWAB PEMBORONG


Pemborong bertanggungjawab atas: 1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh pelaksana harus sesuai dengan rencana dan syarat-syarat serta gambar-gambar pelaksanaan. 2. Penggunaan bahan baku/personil dan lain-lainnya, yang digunakan guna pelaksanaan Pekerjaan, serta wajib menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang dilakukan pemborong selama pembangunan gedung maupun masa pemeliharaan. 3. Kesehatan/kesejahteraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan Pekerjaan 4. Kelancaran pelaksanaan Pekerjaan. 5. Keamanan/kerusakan dari equipment yang dipakai selama pelaksanaan Pekerjaan. 6. Penerangan pada pelaksanaan Pekerjaan 7. Penjagaan keamanan lapangan Pekerjaan 8. Tidak diperkenankan: Pekerja menginap ditempat Pekerjaan kecuali dengan Izin Direksi Lapangan Memasang ditempat bekerja kecuali atas izin Direksi Lapangan Membawa masuk penjual makanan, buah, minuman, rokok dan sebagainya ketempat Pekerjaan Keluar masuk dengan bebas

Pasal 8 SYARAT-SYARAT DAN PEMERIKSAAN MATERIAL

Sebagai prasyarat dalam pengadaan bahan- bahan bangunan baik bahan lokal maupun non lokal kantraktor harus memperhatikan hal-hal sebagai berikt : 1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan 2. Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor wajib memberitahukan. 3. Semua material yang akan digunakan harus diperiksakan dulu kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan. 4. Material yang telah didatangkan oleh Kontraktor dilapangan Pekerjaan, selambatlambatnya 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat ) jam terhitung dari jam penolakan. 5. Pekerjaan atau bagian Pekerjaan yang telah dilakukan oleh Kontraktor tetapi ternyata ditolak pengawas, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya konraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Pengawas. 6. Apabila pengawas merasa perlu untukmeneliti suatu bahan lebih lanjut, pengawas berhak mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian Bahan-bahan (laboratorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil penelitian bahan tersebut.

Pasal 9 LAPORAN-LAPORAN
Pelaksana diharuskan membuat laporan harian, mingguan dan laporan bulanan dari pelaksanaan Pekerjaan dan penyerahan laporan tersebut kepada Direksi untuk dapat digunakan sebagai dasar pengamatan/pemeriksaan pelaksanaan Pekerjaan yang sedang berjalan, secara berkesinambungan.

Pasal 10 DOKUMENTASI
Pemborong harus membuat dokumentasi Pekerjaan berupa photo-photo berukuran post card pada bagian-bagian Pekerjaan yang penting sedapat mungkin diusahakan dengan photo berwarna. Sebelum Pekerjaan dimulai prestasi 0% (nol persen) Saat penggalian pondasi dan pemasangan pondasi, tulangan beton dan pengecoran Saat pemasangan besi dan pengocoran sloof pondasi, kolom, plat beton, ring balk dan leuifel. Saat Pekerjaan dalam prestasi 35%, 55%, 75% dan 100%, dan permintaan pembayaran angsuran. Selama masa pemeliharaan atau pada waktu Pekerjaan diserah terimakan. Setelah Pekerjaan berakhir, Kontraktor harus menyerahkan album photo sebanyak 3 (tiga) set kepada Pemberi Tugas, dimana 1 (satu) set untuk arsip proyek, 2 (dua) set untuk arsip pemberi tugas. Untuk setiap pengajuan termin Pemborong harus melampirkan photo kemajuan Pekerjaan sesuai Kontrak (diambil satu titik bidik)

Pasal 11 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SERTA GAMBAR KERJA


1. Peraturan dan syarat-syarat teknis pelaksanaan ini bersama dengan gambar kerjanya digunakan sebagai pedoman dasar ketentuan dalam melaksanakan Pekerjaan ini. 2. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada peraturan dan syarat-syarat teknis pelaksanaan. 3. Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan hal di atas, maka pemborong menanyakan secara tertulis kepada Perencana/Direksi. Pemborong diwajibkan mentaati keputusan Perencana/Direksi dalam hal yang menyangkut masalah tersebut di atas. 4. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka, yang terdapat didalam gambar terbaru dengan skala terbesar, serta tidak diperkenankan mengukur gambar berdasarkan skala gambar. 5. Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam gambar kerja atau diperlukan gambar tambahan/gambar detail maka pemborong harus membuat gambar tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap atas biaya pemborong, sebelum dilaksanakan harus mendapat ijin dari Direksi.

Pasal 12 PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR


Pemborong diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar : Gambar kerja arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam hal jenis dan kualitas bahan/konstruksi bangunan adalah gambar struktur. Gambar kerja arsitektur dengan gambar mekanikal, maka dipakai sebagai pegangan dalam ukuran fungsioanal adalah gambar arsitektur, dalam hal ukuran kualitas dan jenis bahan/konstruksi adalah gambar mekanikal, demikian halnya dengan gambar kerja sanitair. Gambarkerja arsitektur dengan gambar kerja elektrikal, maka dipakai sebagai pegagan dalam ukurn fungsional, ialah gambar arsitektur dan dalam hal kualitas dan jenis bahan adalah gambar elektrikal. Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong memperbaiki sendiri perbedaan-perbedaan tersebut diatas. Akibat-akibat dari kelalaian, Pemborong hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.

Pasal 13 PEKERJAAN DIWAKTU MALAM


Pemborong harus meminta ijin kepada Pengawas/Direksi Pelaksana dalam hal untuk melaksanakan Pekerjaan atau bagian Pekerjaan dimalam hari. Ijin akan diberikan kalau penerangan cukup atau memakai penerangan PLN/Generator.

Pasal 14 IJIN IJIN


Kontraktor harus memiliki ijin-ijin sesuai dengan dilaksanakannya Kontrak Pekerjaan yang dilaksanakan. bidangnya, sehubungan dengan

Pasal 15 GAMBAR PELELANGAN


Gambar-gambar yang dimaksud sebagai gambar yang akan dilaksanakan dan termasuk didalam Kontrak. Untuk dimensi atau detail yang lain, Kontraktor harus mengecek dan menyesuaikan dengan gambar-gambar yang lain, baik sipil maupun arsitektur.

Pasal 16 GAMBAR PELAKSANAAN


1. Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan Pekerjaan dilapangan (Shop drawing). Gambar-gambar tersebut harus dibuat berdasarkan gambar-gambar pelelangan dan penjelasan gambar yang diberikan. 2. Sebelum gambar-gambar pelaksanaan disetujui oleh pihak Direksi Lapangan, Kontraktor tidak diperbolehkan memuali Pekerjaan dilapangan.

3. Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat ditentukan oleh Direksi


Lapangan dan yang disampaikan Kepada Pihak Direksi Lapangan harus sesuai dengan Kontrak.

4. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada Direksi Lapangan untuk meneliti
gambar-gambar pelaksanaan.

5. Persetujuan terhadap gambar-gambar pelaksanaan bukan berarti pemberian garansi


terhadp dimensi-dimensi yang telah dibuat oleh Kontraktor, dan tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan Pekerjaan.

Pasal 17 GAMBAR SESUAI DENGAN INSTALASI


1. Sesudah Pekerjaan instalasi selesai, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan instalasi. 2. Gambar-gambar tersebut harus memberikan informasi yang lengkap mengenai instalasi yang telah terpasang. 3. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Direksi lapangan untuk dicek dan sesudah mendapat persetujuan barulah gambar-gambar tersebut diserahkan kepada pemberi tugas. 4. Banyaknya gambar yang harus diserahkan adalah sebagai berikut : a. 3 (tiga) set gambar-gambar cetakan b. 1 (satu) set gambar-gambar yang bisa direproduksi (reproductible copy)

Pasal 18 INSTRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI

Sesudah Pekerjaan instalasi selesai dan berjalan dengan baik, Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap, untuk memberikan pelajaran/training kepada operatoroperator yang ditunjuk oleh pemberi tugas, guna untuk pemeliharaannya. Sesudah Pekerjaan instalasi selesai, Kontraktor diwajibkan pula menyerahkan dokumen yang berisi cara operasi maupun cara pemeliharaan dari sistem instalasi. Dokumen ini harus disetujui dahulu pleh Direksi Lapangan, sebelum diserahkan kepada pemberi tugas. Banyaknya dokumen yang diserahkan adalah 3 (tiga) set.

Pasal 19 PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN


1. Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan pemeliharaan terhadap instalasi yang telah selesai dipasang dan termasuk didalam Kontrak, selama jangka waktu pemeliharaan, dihitung dari masa penyerahan instalasi kepada pemberi tugas. 2. Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika terjadi permasalahan atau kerusakan, serta memperbaiki kerusakan tersebut dengan segera. Semua Pekerjaan perbaikan tersebut harus menjadi tanggung jawab Kontraktor kalau disebabkan kwalitas Pekerjaan maupun kwalitas material yang kurang baik. 3. Kontraktor harus mengadakan pengecekan berkala terhadap instansi yang berjalan dan membuat catatan-catatan yang perlu guna pemeliharaan dan dari sistim instalasi tersebut

Pasal 20 P E ME R I K S A A N
Kontraktor harus melaksanakan testing terhadap sistem yangtelah selesai dipasang baik secara sebagian maupun secara keseluruhan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku atau yang ditentukan oleh spesifikasi. Kontraktor harus mengadakan pengecekan dimana pihak Direksi Lapangan hadir dan pihak Direksi akan menentukan apakah testing yang dilakukan cukup baik atau harus diulang kembali Kontraktor harus menanggung segala perongkosan yang timbul. Jika sesuatu sistim instalasi yang termasuk dalam Kontrak yang lain diadakan pengetesan dan hal ini menyangkut pula Pekerjaan salah satu Kontraktor, maka wakil-wakil dari Kontraktor yang bersangkutan harus hadir dan menyaksikan jalannya pengetesan tersebut dan kalau perlu memberikan saran-saran. Kontraktor harus memberikan hasil-hasil testing kepada Direksi lapangan. Hasil-hasil tes akan dipakai untuk menentukan apakah sistim instalasi yang telah dipasang berfungsi sebagaimana mestinya. Kontraktor harus mengecat sistim instalasi yang dikerjakan, dimana pengecatan tersebut diharuskan menurut peraturan dan standart yang berlaku atu ditentukan oleh spesifikasi.

Pasal 21 PEMBERSIHAN
Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah-sampah. Pada waktu-waktu tertentu dan pada waktu Pekerjaan telah selesai Kontraktor harus membuang sampah-sampah sebagai hasil Pekerjaan, ketempat diluar proyek atau tempat yang telah ditunjuk oleh Direksi Lapangan.

Pasal 22 KERJASAMA DENGAN KONTRAKTOR LAIN


Berhubung dengan adanya Pekerjaan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa Kontraktor, maka Kontraktor-Kontraktor harus bekerja sama guna pelaksanaan dari pada sistim-sistim instalasi secara keseluruhan. Kontraktor utama harus bertanggung jawab atas mutu bahan / hasil pelaksanaan Pekerjaan secara keseluruhan.

Pasal 23 PERLINDUNGAN TERHADAP BARANG-BARANG DAN INSTALASI


1. Kontrktor harus melindungi semua barang-barang dan instalasi yang ada terhadap kerusakan-kerusakan maupun terhadap pencurian yang mungkin timbul. 2. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang-barang maupun instalasi sampai diserah terimakan kepada pemberi tugas.

Pasal 24 BAHAN (MATERIAL) DAN MUTU PEKERJAAN


1. Semua barang-barang dan peralatan yang digunakan harus baru dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 2. Jika barang-barang dan peralatan tidak ditentukan oleh spesifikasi, maka barang-barang dan peralatan yang normal yang harus dipergunakan.

3. Guna menjaga mutu Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan lapangan yang cakap dan berada dilapangan setiap waktu dan bertanggung jawab terhadap mutu dari Pekerjaan tersebut. 4. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanan penyelesaian / perapihan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pemborong yang benar-benar ahli.

Pasal 25 LUBANG-LUBANG, LANDASAN FONDASI DSB


Pekerjaan-Pekerjaan dalam pasal ini untuk sistim instalasi dan yang merupakan bagian dari pada Pekerjaan sipil secara keseluruhan termasuk dalam lingkup Pekerjaan pemborong.

Pasal 26 PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN


Sebelum dimulai pelaksanaan, pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat Pelaksanaan serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Pemborong wajib menyerahkan hasil Pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun penyedia bahanbahan bangunan, alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan. Setiap Pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan, pemborong diwajibkan berhubungan dengan Direksi Lapangan / Pengawas, untuk ikut menyaksikan sejauh persetujuannya. tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan penegesahan /

Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari pengawas dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan Pekerjaan proyek ini harus benarbenar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan standart / peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus mendapatkan pengesahan / persetujuan dari Pemilik Proyek / Pengawas sebelum dimulai pelaksanaannya.

Ketelitian dan kerapihan kerja akan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh pengawas, terutama yang menyangkut Pekerjaan penyelesaian dan kerapihan.

Pasal 27 PEIL DAN PENGUKURAN


1. Pemborong wajib memberitahukan kepada Pengawas setiap kali suatu bagian Pekerjaan akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketetapan peil-peil dan ukuran-ukurannya. 2. Pemborong diwajibkan senatiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap Pekerjaan, dan segera melaporkan secara tertulis kepada Pengawas / setiap terdapat selisih / perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak dibenarkan Pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan Pengawas. 3. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan Pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam Gambar Kerja dan Syarat ini.

4. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian Pekerjaan selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak diperhatikan sungguhsungguh. 5. Kelalaian Pemborong dalam hal ini tidak akan ditolerir Direksi Lapangan dan berhak untuk membongkar Pekerjaan yang telah dilakukan tanpa pemeriksaan dari Direksi Lapangan.

Pasal 28 PEMAKAIAN UKURAN


1. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menempati semua ketentuan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya. 2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagianbagiannya dan memberitahukan Direksi Lapangan tentang setiap perbedaan yang ditemukannya didalam rencana kerja dan syarat dan gambar kerja maupun dalam pelaksanaan, pemborong baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan. 3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun menjadi tanggungjawab pemborong. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar kerja yang ada.

Pasal 29 ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU


1. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan menyelesaikan Pekerjaan secara sempurna dan efisien misalnya :Truk , katrol, steger, mesin bor, mesin las, vibrator dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Pekerjaan 2. Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat-alat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas. 3. Bila Pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut, serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekasbekasnya. 4. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan, pemborong harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan dan lain-lain.

Pasal 30 PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR


Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan Pekerjaan, harus diadakan oleh pemborong, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu Pekerjaan selesai, adalah beban pemborong. Air untuk keperluan Pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapat dari sumber air yang sudah ada dari lokasi Pekerjaan. Pemborong harus memasang pipa-pipa untuk mengalirkan air dan membongkar kembali bila Pekerjaan sudah selesai. Biaya untuk mengadakan air kerja tersebut adalah beban pemborong. Pemborong tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air dari saluran induk, lubang penyedot, reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Pemilik proyek/Direksi lapangan.

Pasal 31 IKLAN
Pemborong tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja dan ditanah yang berdekatan tanpa izin dari Pemilik proyek/Direksi lapangan.

Pasal 32 JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA


1. Pemakaian jalan masuk ketempat Pekerjaan menjadi tanggungjawab pihak

pemborong dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.

2. Pemborong diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan perbaikan segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi beban pemborong Pasal 33 PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM
1. Selama masa pelaksanaan Pekerjaan, pemborong bertanggungjawab penuh atas segala kerusakan akibat operasi pelaksanaan Pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran dan lain-lain yang ada dilingkungan Pekerjaan.

2. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum seperti air, telepon, dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi pemborong. Segala biaya untuk pemasangan kembali serta perbaikan-perbaikannya adalah menjadi beban pemborong. Pasal 34 KECELAKAAN DAN KESEHATAN
1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama Pekerjaan berlangsung menjadi beban pemborong.

2. Sehubungan dengan pasal ini, pemborong diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi menurut kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama. 3. Terhadap kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala biaya menjadi beban pemborong. 4. Kebakaran-kebakaran yang timbul, adalah tanggung jawab pemborong.

5. Sehubungan dengan butir di atas pemborong diwajibkan menyediakan alat pemadam kebakaran jenis ABC (segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galahgalah secukupnya serta pemeliharaannya. 6. Pemborong diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya. 7. Sejauh tidak disebutkan dalam rencana kerja syarat ini, maka pemborong harus mengikuti ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh instansi/jawatan pemerintah c.q Undang-Undang Kesehatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahan yang hingga kini tetap berlaku. Pasal 35 PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
Setelah pemborong mengetahui batas-batas daerah kerja dan lain-lainnya, sebagaimana diuraikan dalam pasal-pasal dimuka, maka pemborong bertanggungjawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya mengenai : 1. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang sengaja

atau tidak 2. Menggunakan sesuatu yang keliru/salah 3. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada didaerahnya. 4. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut di atas pemborong harus melaporkan kepada Pemilik proyek/Direksi lapangan dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut. 5. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas, pemborong diharuskan mengadakan pengamanan, antara lain : penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara dan sebagainya. Pasal 36 PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN

Bila dalam rencana kerja dan syarat-syarat disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang, untuk menunjukkan standar mutu/kualitas bahan maka:

Setiap barang dan bahan yang akan dignakan harus disampaikan kepada Direksi lapangan, untuk mendapat persetujuan Pemilik proyek. Setiap usulan penggunaan nama pabrik dan pembuatan dari suatu bahan dan barang harus mendapat rekomendasi dari Direksi lapangan berdasarkan petunjuk dalam Rencana Kerja dan syarat serta gambar kerja dan risalah penjelasan untuk selanjutnya usulan tersebut diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik proyek. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam Pekerjaan harus segera disediakan atas biaya pemborong, setelah disetujui oleh Pemilik

proyek/Direksi lapangan, maka bahan dan barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan Pekerjaan nanti. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pemilik proyek/Direksi lapangan untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya. Dalam pengajuan harga penawaran, pemborong harus sudah memasukkan sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang tanpa mengingat jumlah tersebut pemborong tetap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemimpin Proyek/Direksi lapangan.

Pasal 37 GAMBAR-GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA


1. Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis dari Pemilik proyek berdasarkan pertimbangan dari Direksi lapangan 2. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang

diperintahkan oleh Pemilik proyek, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rancangan 3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh pemborong. 4. Gambar perubahan yg disetujui oleh Pemilik Proyek/Direksi lapangan kemudian dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan tambah kurang. Pasal 38 PEMBONGKARAN OLEH PEMBORONG 1. Setiap kerusakan oleh pemborong tidak dibenarkan merusak bagian-bagian bangunan yang sudah selesai dilaksanakan oleh pemborong bidang lain (merusak bidang Pekerjaan lainnya) 2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka pemborong yang bersnagkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik proyek/Direksi lapangan secara tertulis. Pasal 39 PEMERIKASAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai Pekerjaan lanjutan, Kontraktor diwajibkan memintakan persetujuan kepada pengawas.

2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam, (dihitung dari jam diterimanya sura permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan Pekerjaannya danbagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui pengawas. Hal ini dikecualikan jika pengawas minta perpanjangan waktu. 3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini pengawas berhak menyuruhmembongkar bagian Pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungjawab Kontraktor.

B. SYARAT-SYARAT KHUSUS
Pasal 1 PENJELASAN PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini terdiri dari : 1. Syarat pekerjaan Arsitek 2. Syarat pekerjaan Struktur 3. Syarat pekerjaan Mekanikal dan elektrikal Pasal 2 PERATURAN TEKNIS KHUSUS UNTUK PELAKSANAAN DISAMPING PERATURAN-PERATURAN TEKNIS

Pekerjaan harus diselesaikan menurut dan sesuai : 1. Peraturan dan syarat-syarat yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-

2. 3. 4. 5.

syarat ini Gambar-gambar bestek, detail konstruksi dan instalasi. Perubahan-peruabahan dan penambahan yang tercantum dalam Berita Acara Aanwijzing Gambar-gambar kerja yang dibuat oleh pemborong pada waktu Pekerjaan berlangsung dan telah mendapat persetujuan dari Direksi/pemimpin proyek Petunjuk-petunjuk dan keterangan yang diberikan Direksi pada waktu Pekerjaan berlangsung

Pasal 3 DASAR UKURAN TINGGI DAN UKURAN-UKURAN POKOK 1. Sebagai dasar peraturan tinggi lantai dasar 0,00 (titik duga) dipakai tinggi lantai pada denah bangunan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya titik ditentukan secara permanen, dan oleh pemborong diberi tanda jelas dengan neut beton yang kokoh dan baru boleh dibongkar setelah Pekerjaan selesai untuk penyerahan. Ukuran-ukuran tinggi ini diambil dari atas : a. Ketinggian sumbu jalan dimuka bangunan tambah 100 cm b. Muka tanah setempat tambah 50 cm c. +.cm 2. Untuk Pekerjaan penambahan bangunan/ perluasan , titik lantai dasar 0,00 (titik duga) disesuaikan dengan/diukur dari : a. Peil bangunan..(yang sudah ada) b. +cm

3. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail tertera pada gambar bestek dan detail. Pemborong hendaknya meneliti kembali ukuran-ukuran tersebut. Jika ada perbedaan dan ketidak cocokan, pemborong melapor/membicarakan dengan Direksi/Asisten teknik dan pemimpin proyek. Pemborong harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Ukuran yang tertera pada gambar konstruksi beton harus disesuaikan dengan ukuran jadi tanpa finishing Ukuran-ukuran pada konstruksi kayu (kosen pintu dan jendela dan pekerjaan kayu lainnya adalah ukuran jadi ) setelah diserut.

Pasal 4 PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN


1. Pemborong wajib meneliti ukuran-ukuran di lapangan dan melaporkan segala sesuatunya kepada Direksi 2. Pasangan patok-patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan

atas persetujuan Direksi 3. Segala Pekerjaan pengukuran persiapan (uitezet) adalah tanggungan pemborong 4. Pengukuran-pengukuran sudut siku, ketinggian peil, panjang dan lebar harus menggunakan teropong, water pass dan theodolite, prisma penyiku dll. Pengukuran siku secara prinsip segitiga phitagoras hanya dibolehkan pada bagian-bagian kecil dan tidak penting saja.

5. Ketidakcocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan eksisting harus dilaporkan kepada Direksi
a. Pekerjaan pemasangan bouwplank adalah termasuk Pekerjaan pemborong dan harus dibuat dari kayu, tidak diperkenankan untuk memperguanakan bambu. b. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan bouwplank

dipasang, tinggi dasar (0,00), sumbu-sumbu dinding dan sumbu-sumbu kolom ditetapkan dengan persetujuan Direksi/PTP dan Pemimpin Proyek Pasal 5 PEKERJAAN TANAH

1. Galian tanah.

a. Saluran daerah yang akan terletak dibawah lantai bangunan harus dikupas lapisan humusnya, hasil kupasan dibuang ketempat yang akan ditunjuk oleh Direksi/PTP b. Galian tanah dilaksanakan untuk : 1. Konstruksi Pondasi 2. Saluran air hujan dan bak kontrol c. Jika terdapat air menggenang dalam parit/galian pondasi harus dipompa keluar, sehingga pada waktu pemasangan pondasi parit/galian pondasi dalamkeadaan kering d. Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/galian pondasi harus digali dan ditimbul kembali dengan pasir urug, disiram air dan dipadatkan e. Galian harus mencapai kedalam seperti tercantum dalam gambar bestek dan cukup lebar untuk bekerja dengan leluasa. f. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalam yang ditentukan dan bila hal ini terjadi pengukuran kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas.

2. Urugan Tanah

Untuk bagian-bagian diluar bangunan dilakukan pengurugan tanah sampai mencapai tebal sesuai dengan ketentuan gambar. Urugan tanah harus dilaksanakan pemadatan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm setiap lapisnya.

Tanah humus tidak diperkenankan untuk mengurug. Tanah yang berasal dari tanah galian yang tidak dapat dipakai untuk maksud-maksud penambahan (penimbunan) harus dibuang/ditimbun ditempat yang akan ditentukan oleh Direksi.

Urugan tanah harus dilaksanakan segera setelah urugan kembali dari parit/galian pondasi kaki kolom selesai dikerjakan agar cukup waktu untuk dipadatkan.

Pasal 6 URUGAN PASIR DAN URUGAN TANAH.

1. Urugan pasir dilaksanakan untuk :

a. Mengurug kembali galian dibawah pondasi setebal 10 cm sebelum di timbris. b. Mengurug sisa galian (sisi luar pondasi) setelah pasangan pondasi dilaksanakan. c. Dibawah saluran-saluran pembuangan setebal 10 cm agar pipa dapat diletakan dengan rata/stabil dan dibawah bak pemeriksaan/bak kontrol d. urugan pasir/ sirtu dilaksanakan untuk pekerjaan urugan dibawah lantai sesuai ukuran yang telah ditenukan dalam gambar. e. Tempat-tempat lain yang ditetapkan sebagai syarat teknis yang baik dan sempurna (sesuai gambar bestek).Urugan pasir dilaksanakan lapis-demi lapis setebal 10 cm dan tiap lapis harus ditumbuk serta diairi sampai padat sebelum lapis berikutnya dipasang

2. Urugan tanah.

a. Urugan tanah dilaksanakan sebelum diurug dengan pasir/ sirtu dan harus disiram dan dipadatkan dengan menggunakan alat tumbuk atau stamper. b. Dilaksanakan untuk pekerjaan peninggian halaman yang harus menggunakan tanah urug dan dipadatkan dengan baik dan sempurna. Pasal 7 PEKERJAAN PONDASI DAN TIMBRISAN.

1. a. Pekerjaan pondasi harus berdasarkan pengukuran dan papan bouwplank yang diteliti, sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam dalam gambar. b. Perubahan pada konstruksi pondasi diperbolehkan setelah mendapat persetujuan dari Direksi, apabila terdapat penyesuaian pekerjaan dilokasi/tempat pekerjan. 2. Pekerjaan Pondasi harus menggunakan bahan batu dasar yaitu batu gunung/

Batu Kali. Atau batu belah yang menurut Direksi/ Pengawas telah sesuai dan memenuhi syarat. 3. Pekerjaan pondasi secara keseluruhan harus mengikuti persyaratan dan ketentuan sbb : a. Pondasi batu dasar dengan campuran 1 pc : 5 ps b. Pada setiap sisi luar dan dalam pondasi yang telah selesai atau sedang dilaksanakan Sebelum diurug dengan pasir maka pada setiap pori / sambungan batu harus diberapen terlebih dahulu dengan campuran yang sama yaitu 1 pc : 5 ps c. Sebelum pekerjaan pasangan pondasi dilaksanakan maka diatas urugan pasir alas pondasi harus ditimbris dengan timbrisan batu koson yang di padatkan dengan pasir pasangan dan disiram dengan air. Batu dasar

yang dipakai adalah batu pecah/batu belah jenis keras,yang ukurannya d. Sebagai dasar pelaksanaan yang baik dan sempurna maka pada setiap jarak tertentu sesuai yang ditentukan oleh Direksi/ Pengawas diatas permukaan pondasi harus dibuat lubang dengan kedalaman minimal 30 cm, dan dicor dengan cor beton bertulang sebagai pengikat hubungan antara pondasi dan slove beton atau sesuai gambar. Pasal 8 PASANGAN DALAM ADUKAN KUAT Yang harus dibuat dengan adukan kuat dan Bak Kontrol Saluran. 1 pc : 3 ps adalah : Saluran air hujan

tidak boleh lebih dari ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. batu keropos bulat tipis/kecil dan batu karang tidakboleh dipakai

Pasal 9 PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang ialah yang tertera pada gambar konstruksi serta bagian-bagian lain yang digambarkan pada gambar konstruksi bertulang seperti Sloef. 2. Pada garis besarnya beton bertulang dibuat dengan adukan 1 Pc : 2 Psr : 3

krkl yang dilaksanakan untuk konstruksi : Kolom utama, kolom praktis, sloof/balok, plat lantai pondasi, plat kaki pondasi, balok latei dan ring balk, balok ekspos menggunakan besi Diameter 14, 12, 10 mm dan begel menggunakan besi beton Diameter 8 mm jarak 15 20 Cm.

3. Persyaratan pelaksanaan Pekerjaan beton bertulang : a. Sebelum Pekerjaan dimulai pelaksana wajib meneliti dimensi/ukuran b. Pelaksanaan Pekerjaan berpedoman pada Peraturan Beton Indonesia (PBI) N.1.2. dengan mutu beton K 110 s/d K 275dan mutu baja U.24 c. Diameter dan jumlah tulangan setiap komponen sesuai tabel dan sesuai gambar d. Untuk konstruksi ini disyaratkan memakai pasir campuran (pasir halus dan kasar), tidak diperkenankan menggunakan pasir halus. e. Masa pengeringan beton minimal 28 hari, namun terhadap bekisting penahan sisi vertikal dapat dilepas 3 hari sesudah pengecoran atau menurut petunjuk Direksi. f. Bahan bekisting harus cukup kuat terhadap cuaca. Sistem pemasangan dibuat mudah lepas dan tidakmempengaruhi konstruksi tersebut. g. Pengecoran dapat dilakukan setelah pemasangan pembesian diperiksa dan disetujui oleh Direksi/pemimpin proyek.

h. Setelah pengecoran, beton harus selalu dibasahi dengan air minimal 2 kali sehari selang 7 hari kalender. i. Kualifikasi untuk bahan beton bertulang maupun tidak bertulang menggunakan : - Agregat kerikil padat/keras, tanpa rongga, tidak berlumut/licin, berat, tidak berkarang/bukan kerikil laut dan bebas dari segala kotoran. Kerikil karang tidak boleh digunakan. - Pasir kali/gunung yang padat keras yang bersih dari kotoran, tidak diperkenankan memakai pasir laut. - Semen yang mempunyai sertifikat dan produksi dalam negeri merk : tiga roda dan tonasa, bosowa. - Air yang bersih, bebas dari kotoran organik dan lumpur. Pasal 10 PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG
Dengan campuran 1 pc : 3 psr : 5 krl dilaksanakan untuk : - Rabat beton, sesuai gambar

Bagian yang tercantum dalam gambar kerja Lain-lain Pekerjaan dimana dianggap perlu menurut syarat-syarat pelaksanan yang baik dan sempurna sesuai petunjuk Direksi dan dianggap perlu. Pasal 11 PEKERJAAN PLESTERAN / PENGHALUS ACIAN BETON

1. Dinding batu bata, sebelum diplester permukaan harus dibasahi sampai jenuh. Begitu selesai memasang batu siar-siar di kerug sedalam kurang lebih 1 cm dengan tujuan supaya plesteran akan menyatu dengan baik dengan bidang yang diplester, disamping itu spesi harus diaduk dengan baik hingga masak betul kemudian dilakukan plesteran. 2. Dengan adukan 1pc: 3 ps dilakukan untuk semua plesteran dasar sudut-sudut, pinggir-pinggir tembok dan trasram. 3. Semua permukaan pasangan batu bata dan batu kali yang terpendam didalam tanah harus diplester kasar (berapen) dengan adukan yang sama ( 1 Pc : 5 Psr). 4. Spesi 1 pc : 3 ps dilakukan untuk plesteran beton, plesteran Pondasi dan trasram. 5. Untuk mendapatkan hasil plesteran yang baik ( lurus dan rata ) seluruh

6. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan apabila terlebih dahulu telah dilakukan pemasangan pipa-pipa saluran air dan listrik telah selesai, pembobokan plesteran

permukaannya maka sebelum plesteran tersebut dimulai maka semua bidang dinding dan setiap pertemuan sudut dinding yang terdapat tonjolan batu bata atau cor-coran beton harus terlebih dahulu dibobok hingga rata betul, Tebal plesteran tembok bata diambail maksimum 1,5 cm.

untuk instalasi tersebut tidak diperkenankan setelah Pekerjaan plesteran selesai maka dilanjutkan acian semen dinding kemudian diplamur. Pasal 12 PEKERJAAN KAYU Pekerjaan kayu dilaksanakan untuk masing-masing konstruksi antara lain sbb : 1. Pekerjaan Rangka plafond dan gantungan plafond. 2. Pekerjaan daun pintu dan rangka daun jendela. 3. dan pekerjaan lainnya yang ada hubungannya denga penggunan kayu. Pekerjaan kosen pintu/ jendela menggunakan jenis kayu kls I: Gopasa, kayu besi dan kayu lasi. Pekejaan Konstruksi Kuda-kuda/rangka atap dan gantungan/rangka plafond menggunakan jenis kayu Popapi, kayu Kuma, Kayu Bitaula dan kayu rasamala ( Momala ), kayu Bugis. Pekerjaan Daun Pintu dan rangka daun jendela menggunakan kayu jenis Cempaka. Pekerjaan Listplank kayu dan jalusi / ventilasi menggunakan kayu seperti tersebut pada point 2 diatas. Pekerjaan kayu klas III dilaksanakan untuk cetakan beton /bekisting (mall) Semua jenis kayu yang digunakan harus kering benar serta tidak mengandung cacat yang merugikan. Kayu-kayu yang didatangkan ditempat Pekerjaan harus ditimbun dengan cara yang tepat (diskunding) dalam los-los yang terlindung dengan baik. Sebelum kayu-kayu mendapatkan persetujuan Direksi tidak diperbolehkan dicat dengan menie. Pekerjaan hubungan kayu : a. Semua hubungan kayu dilaksanakan dengan syarat-syarat Pekerjaan yang baik (PUBB). Hubungan-hubungan kayu yang baik yang tampak maupun yang tak tampak harus dikerjakan dengan rapi. b. Sebelum dipasang bagian-bagian yang dihubungkan harus dimenie terlebih dahulu. c. Semua Pekerjaan kayu yang tampak harus diserut rata dan licin hingga dapat dicat/diplitur. d. Ukuran kayu yang tertera dlam gambar ialah ukuran jadi setelah digergaji dan diserut, apabila ada ukuran yang tidak tertera pada gambar atau sukar diperoleh dipasaran pemborong diwajibkan membicarakan dengan Direksi/Pemimpin Proyek.

Pasal 13 PEKERJAAN BESI DAN LOGAM LAINNYA 1. Anker, baut begel dsb harus disediakan dan dipasang perkuatan-perkuatan dari besi pada tempat-tempat yang menurut sifat dan konstruksinya atau menurut pendapat Direksi dianggap perlu. Pasal 14 PEKERJAAN CAT DAN POLITUR
1. Untuk cat tembok, cat kayu, cat besi, cat menie dipergunakan cat dengan kualitas baik. 2. Teknik pengecatan harus mengikuti ketentuan dari pabrik

a. Cat tembok kualitas Metrolite b. Cat kayu dan cat besi kualitas Glote c. Pekerjaan residu dilakukan sebelum dipasang/dinaikkan

konstruksi

kap

(kuda-kuda)

Pasal 15 SALURAN PEMBUANGAN 1. Kemiringan. a. Kemiringan saluran pembuangan dibawah tanah harus sekurang-kurangnya 1:125 dan sebanyak-banyaknya 1:25. b. Saluran air hujan sekurang-kurangnya 1:100. 2. Bak kontrol/periksa.
a. Harus dibuat pada sambungan-sambungan cabang saluran dan belokan-belokan saluran sehingga ditempat saluran dapat diperiksa dan dibersihkan. b. Dibuat dari pasangan batu dengan adukan 1 pc : 2 psr dan diplester

campuran 1 pc : 2 psr.

3. Air hujan : Air hujan langsung disalurkan kesaluran terbuka di sekeliling bangunan yang selanjutnya akan dibuang ke arah selokan pinggiran jalan raya.

Pasal 18 PERATURAN PENUTUP


Jika dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini tidak disebut perkataan yang dilever pemborong atau yang dipasang pemborong maka harus dianggap bahwa perkataan itu sudah tercantum, apabila Pekerjaan ini jelas termasuk Pekerjaan pemborong dan tidak diterangkan sebaliknya.

Kalau dianggap perlu pemborong diwajibkan membuat gambar-gambar revisi pada gambar-gambar bestek dan gambar detail yang telah dilaksanakan. Gambar dibuat dalam rangkap 2 (dua) diserahkan kepada Direksi/Pemimpin proyek pada waktu penyerahan pertama, satu copy dari gambar tersebut diserahkan kepada perencana pada waktu yang sama. Jika dalam RKS ini belum tercakup beberapa jenis Pekerjaan atau persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam adendum RKS ini dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Demikian penjelasan RKS ini, untuk Proyek Pembangunan Rehabilitasi Pasar Moodu

You might also like