You are on page 1of 13

PENGEMBANGAN KOMUNIKASI RESPEKTIF DAN PENGGUNAAN

BAHASA KOMUNIKATIF SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM


DUNIA PENDIDIKAN1)
Oleh : Salman Alfarisy Totalia2)

ABSTRACT
The focuss of this paper is trying to change the old perception, wherein the
Indonesian Language must be used in education or teaching-learning process
because the Indonesian Language is the nation language.
In fact, the education process or teaching-learning process needs some factors
that back up the teaching-learning procees itself. They are; communicative,
interactive, challenge,and for situation. One thing that must be developed is using the
communicative language in conversation of teaching learning process.
Communicative Language is acceptable, understood language, it is not
depend only one language, not only Indonesian Language, but also Mother Language
and Foreign Language too.
Respective communication is respect communication from communicators to
the other communicator, integrity, the quality of being trust, rewardness, tolerance
positive thingking, solution oriented, being honest, emphaty, feeling, and mutualism
communicating.
Keywords: language on teaching-learning process, interactive learning,
communicative language education, respective communication, integrity.

Pendahuluan
Persaingan global menuntut seseorang untuk mengembangkan potensinya agar
tidak tertinggal oleh zaman, salah satu cara untuk mengembangkan diri tersebut
adalah melalui jalur pendidikan. Hal ini sudah menjadi amanat konstistusi tentang
hakekat dan tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945
alenia 4 yang berbunyi " Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam…”. ” Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
umat manusia” (Pasal 28 UUD 1945). “ Setiap warga negara berhak mendapat

1) Makalah
2) Dosen Pendidikan Ekonomi P.IPS FKIP UNS

In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 1


Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
pendidikan” (Pasal 31 UUD 1945). “Pendidikan bukan hanya merupakan pilar
terpenting dalam upaya mencerdaskan bangsa, tetapi juga merupakan syarat mutlak
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan” (A. Siswanto Hadi,
2007). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan menurut UU No. 20
Tahun 2003 di atas mempunyai tujuan untuk bisa mengembangkan potensi, memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan keterampilan yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara.
Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas maka diperlukan proses pembelajaran
yang komunikatif. Artinya antara pengajar dengan siswa terjadi kesepahaman
terhadap apa yang dipelajari, hal ini dapat dicapai dengan penggunaan bahasa yang
mudah dan bisa diterima, difahami oleh kedua belah pihak. Hal ini sesuai dengan PP.
RI. Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Dengan keterangan di atas dapat diperoleh
pengertian dalam proses pembelajaran harus interaktif, artinya terjadi proses
komunikasi multi arah, antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik lainnya. Proses pembelajaran yang interaktif ini hanya bisa dilakukan
apabila bahasa yang digunakan adalah bahasa yang komunikatif.
Sementara beberapa kalangan berpendapat bahwa bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan adalah bahasa persatuan dan bahasa nasional yaitu Bahasa
Indonesia, di lain pihak mulai ada perkembangan perlunya penggunaan bahasa asing
atau internasional dalam dunia pendidikan, ada pula yang berpendapat perlunya
memelihara bahasa daerah sehingga perlu dipakai juga dalam bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan. Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam berbagai
hal dalam kehidupan, dunia kerja, perdagangan, pemerintahan, maupun dalam
pendidikan. Bila komunikasi berjalan efektif, maka arus informasi dalam dinamika
pendidikan pun akan berjalan lancer sehingga dapat mempercepat proses pencapaian
tujuan pendidikan atau pembelajaran. Sebaliknya, bila komunikasi terhambat, arus
informasi pun tersendat, dan akibatnya tentu akan membuat proses pendidikan atau
pembelajaran akan terlambat atau sulit untuk dicapai, kesemua hal di atas
memerlukan suatu bahasa yang komunikatif dan komunikasi yang efektif.
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 2
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
Pembahasan
Bahasa
Bahasa adalah sebuah alat komunikasi untuk menganalisis pengalaman
manusia, secara berbeda di dalam setiap masyarakat, dalam satuan-satuan yang
mengandung isi semantis dan pengungkapan bunyi, yaitu monem. Pengungkapan
bunyi tersebut pada gilirannya diartikulasikan dalam satuan-satuan pembeda dan
berurutan, yaitu fonem, yang jumlahnya tertentu di dalam setiap bahasa, yang kodrat
maupun ketersalingterkaitannya berbeda juga dalam setiap bahasa (Andre Martinet,
1987). Definisi bahasa dalam Wikipedia Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.


2. Satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke
dalam pikiran orang lain
3. Satu kesatuan sistem makna
4. Satu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan
antara bentuk dan makna.
5. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh :-
Perkataan, kalimat, dan lain lain.)
6. Satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Collins Cobuild English Language Dictionary mendefinisikan bahasa sebagai


suatu sistem komunikasi yang terdiri dari seperangkat bunyi dan lambang tertulis
yang digunakan oleh orang-orang pada suatu negara atau wilayah tertentu untuk
berbicara dan menulis di lingkungan negara atau wilayah tersebut (a system of
communication which consist of asset of sound and written which are used by the
people of particular country of region for talking or writing in). Bahasa itu arbitrary,
artinya suatu kata tidak akan ada artinya apabila tidak ada persetujuan dari para
pemakainya (Endang Lestari, 2003). Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary,
bahasa adalah sistem bunyi dan kata yang digunakan oleh manusia untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya (the system of sounds and words used to
express their thoughts and feelings).

In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 3


Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah
sebuah alat untuk melakukan komunikasi antara satu dengan pihak yang lain.
Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa bahasa sangat diperlukan dalam proses
komunikasi, bahasa juga tidak efektif keberadaannya jika tidak ada komunikasi.

Komunikasi

Secara etimologis kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cum, sebuah
kata depan yang artinya dengan, atau sama dengan, dan kata umus, sebuah kata
bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio,
dalam bahasa Inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan,
persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena untuk ber-
communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata itu dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar-menukar,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang,
bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi , komunikasi berarti
pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
(Hardjana, 2003). Communicate adalah upaya untuk membuat pendapat, menyatakan
perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui / dipahami oleh
orang lain (to make opinions, feelings, information etc, known or understood by
others). (Longman Dictionary Of Contemporary). Arti lain yang juga dikemukakan
dalam kamus tersebut adalah berbagi (to share) atau bertukar (to exchange) pendapat,
perasaan, informasi dan sebagainya. Sedangkan communication diartikan sebagai
tindakan atau proses berkomunikasi (the act or process of communicating).

Dennis Murphy dalam bukunya Better Bussiness Communication,


sebagaimana dikutip Drs. Wursanto (1994) dalam bukunya Etika Komunikasi Kantor,
mengatakan : “Communication is the whole process used to reach other minds”
(komunikasi adalah seluruh proses yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran
orang lain). Komunikasi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menyampaikan
pesan, pendapat, perasaan, atau memberikan berita atau informasi kepada orang lain
(Endang Lestari: 2003). Komunikasi ialah sejenis proses permindahan maklumat
melalui sistem simbol yang sama. Komunikasi juga salah satu disiplin akademik.
Definisi komunikasi ialah "satu proses perpindahan maklumat, perasaan, ide dan
fikiran seseorang individu kepada individu/sekumpulan individu yang
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 4
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
lain".(wikipedia-indonesia,htm). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan
(ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di
antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-
kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa
verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi dengan bahasa nonverbal atau bahasa isyarat.(Wikipedia Indonesia-
Ensiklopedia Berbahasa Bebas,htm).
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. Wikipedia-Indonesia menjelaskan komponen-komponen
tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengumumkan pesan


kepada pihak lain.
2. Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari
pihak lain.
3. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
4. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikannya.

Di samping komponen komunikasi Wikipedia-Indonesia menjelaskan pula


Proses Komunikasi, secara ringkas proses berlangsungnya komunikasi bisa
digambarkan seperti berikut:

1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang


lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang
disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat
simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2. Pesan (Message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau
saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara
langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan
isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak.
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 5
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan
atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami
pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

Sehingga komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses penyampaian


pesan dari pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) melalui
media tertentu. Sehingga apabila digambar proses komunikasi akan tampak sebagai
berikut:

Sender Channel/Media Receiver

Meaning Encode Message Decode Meaning

Noise

Feed Back

Gambar Proses terjadinya komunikasi


(Sumber: Gordon, 1996)

Komunikasi yang efektif


Sebelum mendefinisikan komunikasi yang efektif, barangkali perlu merujuk
dahulu kepada kata “efektif” itu sendiri. Secara etimologis kata efektif sering
diartikan sebagai mencapai sasaran yang diinginkan (producing desired result),
berdampak menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat aktual dan nyata (actual
and real). Dengan demikian, komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai
penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim
oleh sender atau komunikator , kemudian receiver atau komunikan memberikan
respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Jadi komunikasi yang efektif itu
terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikan dan informasi
tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi
tersebut (komunikator dan komunikan).
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 6
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
Dalam membangun komunikasi yang efektif atau sering disebut komunikatif
Endang Lestari G dan M. A. Maliki memberikan lima aspek :
1. Kejelasan (Clarity), Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas.
2. Ketepatan (Accuracy), Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus
akurat atau tepat.
3. Konteks (Contex), Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi.
4. Alur (Flow), Keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti dalam
menjalin komunikasi yang efektif.
5. Budaya (Culture), Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi,
tetapi juga tata krama dan etika.

Dari keterangan di atas dapat diperoleh suatu pengertian bahwa dalam


komunikasi harus memperhatikan bahasa yang digunakan, bahasa harus mudah
difahami, sesuai dengan budaya, sesuai dengan situasi keadaan lingkungan di mana
komunikasi sedang berlangsung. Dari pemahaman ini kita bawa dalam proses belajar
mengajar, agar hasil pembelajaran efektif maka perlu juga dalam proses pembelajaran
jangan hanya terpaku pada satu bahasa tertentu saja. Di samping berkesan monoton,
kaku, dan akhirnya menimbulkan kebosanan dari komunikan (dalam hal ini adalah
peserta didik), akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai atau kurang maksimal
hanya karena bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh salah satu pihak.
Maka dapat ditambahkan bahwa bahasa komunikatif adalah bahasa yang biasa
digunakan pada wilayah di mana sedang terjadi proses komunikasi, tidak terpaku pada
satu bahasa saja, mudah diterima, mudah difahami dan mudah untuk ditanggapi atau
mendapatkan feedback. Oleh karena itu, maka dirasa perlu untuk mengembangkan
bahasa komunikatif sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, dengan bahasa yang
komunikatif maka akan mengurangi rasa kaku, monoton, dan akan lebih menarik bagi
komunikan, pada akhirnya diharapkan mampu mencapai tujuan dalam proses belajar
mengajar yang diinginkan.
Untuk mencapai proses komunikasi yang efektif dan komunikatif, Endang
Lestari dan Maliki (2003) mengemukakan strategi membangun komunikasi efektif
dan komunikatif harus memuat hal-hal sebagai berikut:

In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 7


Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
1. Ketahui mitra bicara (audience)
Kita harus sangat sadar dengan siapa kita bicara. Apakah dengan orang
tua, anak-anak, laki-laki atau perempuan, status sosialnya seperti apa,
pangkat, jabatan dan semacamnya. Dengan mengetahui audiens kita, kita
harus cerdik dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan
informasi, pesan atau materi. Artinya, bahasa yang digunakan harus sesuai
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audiens kita, berbicara dengan
anak-anak tentu akan sangat berbeda dengan berbicara kepada orang dewasa.
Berbicara dengan atasan tentu akan berbeda dengan bawahan atau teman
sederajad. Begitu pula dalam dunia pendidikan berbicara dengan anak
Sekolah Dasar tentu akan sangat berbeda dengan berbicara kepada
mahasiswa.
2. Ketahui Tujuan
Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita
menyampaikan informasi. Apabila kita bermaksud sekedar menyampaikan
informasi, tentu komunikasi kita bersifat pengumuman. Tetapi bila
komunikasi kita bermaksud membeli atau menjual, komunikasi kita bersifat
negosiasi, apabila tujuan kita untuk mengajak, mempengaruhi tentu kita
memakai kounikasi yang bersifat persuasif, begitu pula apabila dalam
pembelajaran agar antara pendidik dan peserta didik terjadi komunikasi dua
arah atau multi arah perlu memakai komunikasi yang interaktif.
3. Perhatikan Konteks
Konteks di sini berarti keadaan atau lingkungan pada saat
berkomunikasi. Sehingga bahasa yang digunakan harus sesuai dengan situasi
yang sedang terjadi. Sebagai contoh mengirim bunga kepada orang yang
berulang tahun atau kepada orang yang kita kasihi, akan berbeda maknanya
bila disampaikan kepada orang yang sedang berduka. Bahkan jenis bunga
yang disampaikan pun akan membawa pesan atau kesan tersendiri.
4. Pelajari Kultur
Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga
perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada
umumnya dikenal dengan kelembutannya dalam bertutur kata. Kegemulaian
bertutur ini akan sangat baik bila diimbangi dengan cara serupa. Tentu tidak
berarti mutlak. Maksudnya, bukan berarti orang non Jawa atau non Sunda
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II
8
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
mutlak harus seperti bertuturnya orang Jawa atau Sunda, meskipun kalau
memang bisa itu lebih baik. Begitu juga orang Batak yang bertutur dengan
nada tinggi. Perimbangan di sini dimaksudkan bukan untuk harus mutlak
menyerupai kultur yang ada tetapi terjadinya pengertian dan penyesuaian
gaya komunikasi yang terjadi.
5. Pahami bahasa
“Bahasa menunjukkan bangsa” artinya bahasa dapat menjadi ciri atau
identitas suatu bangsa. Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau
kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti berusaha
menghargai orang lain. Tetapi memahami bahasa di sini tidak harus
memahami semua bahasa yang dipakai oleh mitra bicara kita. Istimewa sekali
kalupun memang demikian. Yang lebih penting adalah memahami gaya orang
lain berbahasa (bukan gaya bahasa). Bahasa anak muda dengan sesamanya,
bahasa orang terminal, bahasa kantoran, bahasa pedagang, bahasa politisi,
tentu semuanya ada perbedaan.

Apabila dibuat dalam gambar proses komunikasi yang efektif adalah sebagai
berikut:

KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN

FEEDBACK

Gambar Komunikasi yang efektif


(Sumber: Endang Lestari, 2003)

In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 9


Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
Bahasa Pengantar Dalam Dunia Pendidikan
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB
VII Tentang Bahasa Pengantar menjelaskan sebagai berikut:
(1). Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara sebagai bahasa pengantar dalam
pendidikan nasional.
(2). Bahasa daerah dapat digunakan sebagai pengantar dalam tahap awal
pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau
keterampilan tertentu .
(3). Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan
pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan bahasa asing peserta
didik.
Dari Undang-Undang di atas jelas bahasa pengantar dalam pendidikan adalah
Bahasa Negara yaitu Bahasa Indonesia, tetapi di ayat dua dan tiga diperjelas
penggunaan bahasa daerah maupun bahasa asing masih dimungkinkan untuk
mengantarkan satuan pendidikan tertentu, menyampaikan pengetahuan dan/atau
keterampilan tertentu. Oleh karena itu untuk mencapai proses pembelajaran yang
interaktif memerlukan penggunaan bahasa yang mudah diterima, difahami dan
didukung oleh bukan hanya bahasa negara Bahasa Indonesia saja, melainkan bahasa
daerah maupun bahasa internasional.

Komunikasi Respektif
Komunikasi respektif adalah komunikasi yang saling menghargai antar pelaku
komunikasi. Langkah awal untuk membangun komunikasi respektif ini adalah upaya
meningkatkan integritas diri atau kepercayaan orang lain terhadap diri sendiri.
Integritas artinya kualitas untuk dapat dipercaya (the quality of being trust). Respek
terhadap keberadaan orang lain adalah nilai mutlak untuk menjalin hubungan timbal
balik antar perorangan (interpersonal interaction) yang mutualistik atau saling
menguntungkan. Perbaikan hubungan timbal balik antar perorangan juga akan
memberi kemudahan komunikasi antar individu yang berbeda budaya dengan
meningkatkan penghargaan/kepercayaan, toleransi, dan jawaban yang berbeda.
Implementasinya dalam dunia pendidikan adalah perlunya integritas, respektif,
memberikan penghargaan, kepercayaan, toleransi dari setiap komunikasi yang
dilakukan oleh peserta didik. Selama ini dalam pendidikan komunikasi yang harus
diperhatikan adalah dari pendidik, tetapi kadang feedback dari peserta didik kurang
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 10
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
diperhatikan, dipandang sebelah mata, atau bahkan dianggap sebagi noise (gangguan)
dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentunya akan mematikan proses
pengembangan peserta didik, oleh karena itu di samping penggunaan bahasa
komunikatif perlu juga penggunaan komunikasi respektif dalam dunia pendidikan.
Dalam melakukan komunikasi yang respektif perlu memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi respektif itu sendiri. Menurut Endang G. Lestari dan M. A. Maliki
(2003) prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Positive Thinking (berprasangka positif). Lebih baik menguraikan atau
mendeskripsikan keadaan yang apa adanya daripada mengevaluasi berita atau
pesan untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain. Memberi
informasi dan bertanya tentang informasi lebih baik daripada sekedar
menghargai atau memuji, membenarkan pendapat, atau menyatakan, secara
tidak langsung bahwa penerima seharusnya tidak merubah pesan.
2. Solution-oriented (berorientasi pada solusi). Berorientasi pada pemecahan
masalah dengan cara berkolaborasi dalam menggali masalah bersama yang
dihadapi jauh lebih baik daripada mencoba mengawasi atau mengontrol
pendengar atau dengan membesar-besarkan sikap komunikator.
3. Being Honest. Gunakan spontanitas dan kejujuran, serta nyatakan maksud
sesungguhnya daripada secara ambisius memakai strategi yang melibatkan
orang lain untuk memanipulasi demi mencapai berbagai maksud pribadi.
4. Emphaty (Empati). Sampaikan empati dan gunakan perasaan dalam
mendengarkan daripada sekedar memperlihatkan ketidakseriusan atau
bersikap netral.
5. Feeling (perasaan). Merasakan apa yang orang lain rasakan adalah lebih baik
daripada melebih-lebihkan apa yang disampaikan pendengar. Berikan isyarat
bahwa kita masuk sebagai bagian dari hubungan, tidak hanya mendominasi
hubungan timbal balik.
6. Communicate. Gunakan komunikasi bila orang lain mencoba perilaku dan
ide-idenya daripada sekedar mengikuti saja. Mereka tidak akan memberikan
kesan kalau mereka tahu akan jawabannya, karena mereka tidak memerlukan
bantuan orang lain.

In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 11


Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
Kesimpulan
Penggunaan bahasa dalam dunia pendidikan modern membutuhkan sebuah
pembaharuan, bukan hanya terpaku pada satu bahasa tertentu saja, baik itu bahasa
negara, bahasa daerah, maupun bahasa asing saja. Keberhasilan proses pembelajaran
mampu ditunjang dengan penggunaan bahasa komunikatif yaitu bahasa yang biasa
digunakan pada wilayah di mana sedang terjadi proses komunikasi, tidak terpaku pada
satu bahasa saja, mudah diterima, mudah difahami dan mudah untuk ditanggapi untuk
mendapatkan feedback.
Komunikasi respektif adalah komunikasi yang saling menghargai antar pelaku
komunikasi. Langkah awal untuk membangun komunikasi respektif ini adalah upaya
meningkatkan integritas diri atau kepercayaan orang lain terhadap diri sendiri.
Integritas artinya kualitas untuk dapat dipercaya (the qulity of being trust). Respek
terhadap keberadaan orang lain adalah nilai mutlak untuk menjalin hubungan timbal
balik antar perorangan (interpersonal interaction) yang mutualistik atau saling
menguntungkan. Perbaikan hubungan timbal balik antar perorangan juga akan
memberi kemudahan komunikasi antar individu yang berbeda budaya dengan
meningkatkan penghargaan/kepercayaan, toleransi, dan jawaban yang berbeda.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu adanya gerakan untuk merubah
anggapan yang mengharuskan atau mewajibkan penggunaan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan. Perlu juga sebuah gerakan untuk
mensosialisasikan penggunaan bahasa komunikatif sebagai bahasa pengantar dalam
pendidikan. Dengan penggunaan bahasa komunikatif maka diharapkan mampu
mencapai maksud dari PP. RI. Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19: Proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Peningkatan kepercayaan merupakan langkah awal untuk membangun
komunikasi respektif sebagai landasan untuk berinteraksi secara proporsional, berlaku
untuk semua pihak, baik pendidik maupun peserta didik sehingga komunikasi yang
terjadi adalah komunikasi yang respektif dan komunikatif.
In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 12
Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008
DAFTAR PUSTAKA

Collins Cobuild English Language Dictionary


Gordon, J. R. (1996), Organizational Behavior, A Diagnostic Approach, Fifth
Edition: Prentice Hall
Hardjana , A.M. (2003), Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Jakarta: Kanisius

Lestari, Endang (2003, Komunikasi Yang Efektif, Jakarta: Lembaga Administrasi


Negara Repoblik Indonesia
Longman Dictionary Of Contemporaray English

Maliki (2003), Komunikasi Yang Efektif, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara


Republik Indonesia
Martinet, (1987), Ilmu Bahasa: Pengantar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Oxford Advanced Learner’s Dictionary

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Siswanto (2007), Sertifikasi Guru dan Dosen; Peluang ataukah Tantangan?, Makalah
Seminar Nasional Himpunan Sarjana-Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (HISPISI) di Solo

Sinar Harapan, html (2005), Bahasa, diakses dari: http://www.sinar


harapan.co.id/modify 2005/0222/man 01.html
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28, Pasal 31

Wikipediaindonesia (2007), Komunikasi Efektif, diakses dari: http://www.wikipedia-


indonesia.or.id/wiki/ensiklodia berbahasa bebas.html/komunikasi.
Wursanto, (1994) , Etika Komunikasi Kantor, Yogyakarta: Kanisius

In House Training “Peningkatan Keterampilan Pembelajaran Guru-Guru MTsN II 13


Surakarta” Sabtu 19 Juli 2008

You might also like