You are on page 1of 8

Contoh : -kata ayah, itu sebuah kuini -kata ayah, itu sebuah durian Jadi, di dalam kontras/ konter

tampaknya ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan. Pilihan itu mugkin banyak. Contoh, -kata ayah, itu sebuah kuini -kata ayah, itu bukan sebuah kuini -kata ayah, itu sebuah jeruk Polisemi berarti sepatah kata mempunyai banyak arti atau sepatah kata mempunyai arti lebih dari satu. Polisemi dengan pengertian sepatah kata yang lebih satu timbul karena sepata kata asal-usulnya sama ini dipergunakan dalam bentuk berbeda. Dalam Polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini. a. Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu. Misalnya kepala yang mempunyai arti bagian atas tubuh manusia, tempat mata, hidung, dan tumbuhnya rambut, tetapi dapat juga berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor, tempat bekerja, dan sebagaiya b. Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu dipakai untuk memberi keterangan benda lain. Umpamanya bagian-bagian tubuh manusia seperti pinggang, keher, kaki, serta mulut. Kata-kata tersebut dipakai untuk memberi keterangan benda lain dengan dasar perbandingan yang sama seperti yang terdapat pada bentuk pinggang perahu, leher botol, kaki meja, dan mulut sungai. c. Sepatah kata konkret dapat pula dipergunakan untuk suatu pengertian abstrak. Misalnya, kata-kata menyala, meluap, sera berkobar pada bentuk-bentuk berikut ini Kemarahan abang menyala-nyala karena anak itu diam seribu bahasa. Keinginan adik meluap-luap untuk mengikuti pelantikan itu.

d. Kata yang sama berubah artinya karena berbeda indera yang menerimanya. Gejala seperti ini juga disebut sinestesia.

Misalnya, kata pedas dan manis dalam kata-kata berikut ini. Kata-kata ayah si Amir sangat pedas untuk anak yang sesusia itu. Cabai itu sudah pasti sangat pedas apalagi dicampur dengan merica. Rasa the itu sangat manis karena kebanyakan gula Adek gadis yang sangat manis itu sudah dua tahun mengikuti perkuliahan.

Hipermini adalah kata-kata yang maknanya mencakup makna kata-kata lainnya. Misalnya, kata bunga melingkupi kata-kata anggrek, kamboja, ros, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, yang disebut bunga bukan hanya mawar dan melati, tetapi termasuk anggrek, ros, dan sebagainya. Kata-kata yang berHipermini selalu bersifat umum karena maknanya meliputi makna sejumlah kata lainnya. Kebalikan dari Hipermini adalah hiponim. Hiponim adalah katakata yang maknanya termasuk di dalam makna kata-kata lainnya. Misalnya, makna kata merah sudah termasuk serta merupakan di dalam makna kata warna ; makna kata burung sudah termasuk dalam makna kata unggas. 3). Lazim Maksud lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kelompok kata ataupun pengelompokan kata yang seperti itu memang sudah lazim dibiasakan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, di dalam sebuah karangan janganlah dipergunakan ungkapan, frase, serta katakata yang belum menjadi milik Indonesia. Kata yang tidak lazim di dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan juga dala satu kalimat akan membingungkan dan mengacaukan saja. Contoh : Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan anjing bersantap sebagai anjing makan. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakaiannya. 4). Benar Yang dimasud dengan benar adalah piihan kata itu harus mempunyai bentuk sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang kita pilih itu mematuhi aturan tata bahasa Indonesia.

Contoh : kata pengrusak dalam pengrusak rumah merupakan kata yang tida sesuai dengan kaidah baasa Indonesia. Seharusnya kata ini adalah perusak dalam bentuk perusak rumah.

B). Pilihan Kata Sesuai Dengan Makna Kata pilihan kata/diksi pada bagian ini harus memperhatikan makna dasar kata yang bersangkutan. Kesulitannya adalah orang tidak dapat lagi membedakan makna kata dasar dan makna yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman pribadi, perbedaan perasaan, perbedaan lingkungan, perbedaan tujuan, perbedaan nilai-nilai makna, serta perbedaan profesi. Untuk mengenal makna dasar lebih baik, satu-satunya adalah dengan membuka dan membaca kamus besar bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kita tidak segan-segan membaca kamus standar bahasa yang bersangkutan. Makna dasar sepatah kata disebut dengan denotasi atau makna denotatif. Sedangkan makna-makna yang lainnya disebut dengan asosiasi atau makna asosiatif yang terkadang disebut juga dengan konotasi/makna konotatif. Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan makna kata harus memperhatikan sudut makna kata itu sendiri. Makna kata itu bermacam-macam antara lain adalah : 1). Makna denotatif Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya, makna yang sesuai dengan observasi, makna yang diberi batasan. Pengertian yang dikandung oleh sepatah kata pada bagian ini objektif. Nama lain dari makna denotatif ini adalah makna konseptual. Yaitu makna menurut konsep yang ada. Penilaian emosional dan subjektif perlu ditinggalkan dan selalu mempertahankan makna denotatif/konseptual apabila kita sedang bekerja secara ilmiah dan di dalam karangan argumentatif, ekspositoris , atau deskriptif. Di dalam pilihan kata, yang pertama sekali kita temui adalah makna denotatif atau makna konseptual ini. Namun kesalahpahaman masih terus ditemui karena makna denotatif/konseptual ini tidak sesuai lagi dengan lingkungan pemakainya, tidak kena kepada lawan bicara, ataupun terdapatnya kesalahan sintaksis. Contoh :

Secara denotatif/konseptual kata bini dengan isteri, laki dengan suami, tidak ada perbedaannya. Begitu juga dengan kata-kata kelompok, grup, gerombolan, denotatif/konseptual tidak ada bedanya. 2). Makna asosiatif Makna asosiatif berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa itu,nilai-nilai yang ada pada masyarakat pemakai bahasa itu sesuai dengan kehendak pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, masa kata itu dipergunakan, dan perasaan pemakai bahasa. Keenam makna berikut dibawah ini termasuk makna asosiatif. 1. Makna konotatif Makna konotatif adalah makna yang timbul karena makna konseptual/denotatif mendapat tambahan-tambahan sikap social, sikap diri dalam suatu jaman, sikap pribadi, dan criteria tambahan lainnya. Oleh karena itu, makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman, dari kelompok masyarakat ke suatu masyarakat, dari pribadi ke pribadi, dari satu darerah ke satu daerah. Makna konotatif ini tidak tetap dan selalu bergantung kepada kebudayaan bangsa yang bersangkutan. Contoh : Kata wanita dan perempuan berbeda maknanya berdasarkan konotasinya. Kata wanita mengandung makna manusia dewasa berjenis kelamin betina yang lebih berani, agresif, modern, professional, lebih terdidik, kurang pandai memasak, dan kurang sensitif. Sedangkan kata perempuan mengandung makna manusia berjenis kelamin betina yang kurang professional, pandai memasak, kurang terdidik, dan sangat sensitif. 2. Makna stilistik Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan kata dalam tutur ataupun karang mengarang sesuai dengan lingkungan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Makna stilistik dapat dibedakan berdasarkan : a. Profesi b. Status c. Modalitas d. Pribadi dan rombongan, secara

3. Makna afektif Makna afektif berhubungan dengan perasaan pembicara/pemakai bahasa secara pribadi, baik secara lawan bicara maupun terhadap objek pembicara. Makna afektif akan lebih berkesan dalam bahasa lisan daripada dalam bahasa tulis. Makna afektif mempergunakan pengantar makna denotatif/konseptual, makna asosiatif/konotatif, dan makna stilistik. Makna afektif lebih jelas dengan pemakaian kata-kata seruan aduh, aduhai, aha, ahai, biar!,mampus lu!, oh, dan sebagainya. 4. Makna reflektif Makna reflektif umumnya menghubungkan antara makna denotatif/konseptual yang satu dengan makna denotatif/konseptual yang lain. Pilihan kata dengan makna kata denotatif/konseptual tertentu menimbulkan refleksi kepada sesuatu yang hamper bersamaan. Umumnya Contoh : Baju hijau mengandung makna reflektif karena dapat menmbulkan pengertian spuntan sesuatu yang dapat melindungi, tetapi dapat juga mengandung pengertian sesuatu yangmenaktiku. 5. Makna kolotatif Makna kolotatif berhubungan dengan makna dalam frase sebuah bahasa. Hubungan makna kolotatif dalam bahasa Indonesia lebih banyak berdasarkan kelaziman dan kebiasaan. Contoh : Kata cepat dan laju mempunyai pasangan atau kelompok kata tertentu. Oleh karena itu, kedua patah kata itu mempunyai makna kolotatif. Kita dapat mengatakan laju pertumbumbuhan penduduk dan janggal rasanya mengatakan cepat pertumbuhan penduduk. makna reflektif ini lenih cendenrung kepada bersifat sacral,sesuatu yang bersifat tabu, kurang sopan, dan sesuatu yang haram.

6. Makna interpretatif Makna interpretatif berhubungan dengan penasiran dan juga tanggapan dari pendengar maupun pembaca. Si A menulis/berbicara dan si B membaca/mendengar. Lalu si B akan memberikan tafsiran pilihan kata/diksiyang dilakukan si A. tafsiran dan tanggapan si B haruslah sesuai dangan piliha kata/diksi si A. apabila hal ini tidak terjadi, kesalahpahaman antara si A dan Si B akan muncul. C). Pilihan Kata Sesuai Dengan Kaidah Sosial Lingkungan Kata dalam pilihan kata/diksi harus diperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita pergunakan tepat dan mengena. Lingkungan itu kita lihat berdasarkan : 1. Tingkat sosial yang mengaakibatkan terjadinya sosiolek; 2. Daerah/geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek; 3. Resmi/formal dan tidak resmi/nonformal yang mengakibatkan terjadinya bahasa baku/bahasa standard an bahasa tidak baku/bahasa nonstandard. 4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinyabahasa umum dan bahasa khusus/professional. Bahasa Indonesia tidak mengenal pemakaian bahasa berdasarkan tingkat sosial. Di dalam bahasa Indonesia kata-kata tertentu kita bedakan penggunaannya karena adanya perbedaan rasa bahasa, seperti kasar, halus, saying, benci, hormat, dan lain-lain. kata-kata mati, wafat, meninggal dunia, dan tewas dapat kita bedakan penggunaannya dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa, bukanlah melihat tingkat sosialnya. Pilihan kata/diksi dengan memperhatikan dialek perlu kita lakukan dengan cermat. Kita dapat merasakan adanya perbedaan makna kata-kata tertentu yang dipergunakan di daerahdaerah yang berbeda pula. Dengan kata lain, dialek juga menentukan makna kata. Hal itu tampak pada kata-kata bis, kreta, dan motor, yang kalau kita pergunakan di Jakarta berbeda dengan kalau kita pergunakan di medan. Bahasa Indonesia yang dipergunakan di dalam karangan ilmiah harus mempergunakan bahasa Indonesia standar. Agar dapat mengetahui dan membiasakan diri dengan bahasa Indonesia standar, perlulah kita membaca tulisan-tulisan para pengarang yang baik dan sudah terkenal.

Pilihan kata/diksi juga harus memperhitungkan kata-kata dan makna yang professional. Pilihan kata/diksi berdasarkan profesi tidak sama dengan istilah. Pilihan kata berdasarkan profesi merupakan pilihan kata yang telah kita lazimkan jika orang membicarakan masalah tertentu. Contoh : Umum : Pembantu Penonton televisi Profesional : Asisten Pemirsa

D). Pilihan Kata Sesuai Dengan Kaidah Mengarang Pilihan kata pada bagian ini sangat penting. Pilihan kata disini haruslah tepat dan dan dapat mewakili apa yang dimaksudkan.pilihan kata akan memberikan informasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Untuk itu, perlu pula diperhatikan lingkungan sosial kata-kata yang kita pilih itu. Harus selalu dibedakan dengan jelas kata yang bersinonim, bentuk yang bersinonim, dan kalimat yang bersinonim, bentuk yang bersinonim, dan kalimat yang bersinonim. Pilihan kata yang sesuai dengan karang-mengarang hal-hal berikut ini : 1. Pilihan kelompok kata yang berpasangan tetap Di dalam mengarang sebaiknya dipergunakan kelompok kata yang berpasangan tetap. Terkadang ada pula kata-kata yang dapat dipasangkan dengan berbagai kata depan/kata hubung lainnya. Akibatnya, kelompok kata itu mempunyai beberapa bentuk yang saling bersaing atau kita terpaksa memilih kata itu dengan berbagai alternatif. Contoh : a. Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas b. Bebas akan, bebas atas, bebas dari c. Biasa dengan, biasa oleh, biasa dengan 2. Pilihan kata yang langsung Dalam karang mengarang sebaiknya dipilih kata-lata yang langsung serta tidak mempegunakan kalimat, frase, maupun bentuk yang bersifat uraian, panjang, dan berbelit-belit. Pilihan kata-kata itu haruslah yang berisi, terarah, dan lugas. contoh : Ia menelepon kekasihnya. (pilihan kata langsung)

Ia memanggil kekasihnya melalui telepon. (pilihan kata yang panjang dan berbelitbelit)

3. Pilihan kata yang dekat dengan pendengar/pembaca Pilihan kata/diksi pada bagian ini harus sesuai dengan tingkat sosial, tingkat pendidikan, tingkat pendidikan lawan berbicara, sehingga pembicara/penulis dekat dengan pendengar/pembaca. Pilihan kata berupa singkatan kata ataupun akronim selalu menimbulkan kekurang lancaran berkmunikasi. Tidak semua pendengar ataupun pembaca mengerti dengan singkatan ataupun akronim : balita, KISS, dan kolempencapir. Begitu jugalah dengan kata-kata asing ataupun istilah-istilah yang berasal adari bahasa asing yang dipilih dalam suatu arangan seperti: memberikan respon terhadap challenge ; pilot proyek modernisasi desa; background ibu ; selalu akan menimbulkan berbagai kesalahpahaman atau kekurangan pengertian para pendengar/pembaca terhadapt ide/pesan/pokok pikiran yang ingin disampaikan di dalam sebuah karangan.

You might also like