You are on page 1of 11

Masalah pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks di mana banyak faktor yang ikut mempengaruhinya.

Salah satu faktor tersebut di antaranya adalah guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya (warga belajar). Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan iptek tersebut perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama sekali yang berkaitan dengan faktorfaktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor dan pendukung utama dalam proses interaksi guru dan siswa adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai guru/ calon guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada para siwanya secara baik berdaya guna dan berhasil guna. Mengingat begitu besarnya peranan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, makalah ini membahas tentang berbagai media pembelajaran baik perkembangan maupun karakteristiknya yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran khususnya di Indonesia serta bagaimana orientasi penggunaannya di masa akan datang.
II. Perkembangan Media Pembelajaran Perkembangan media pembelajaran dewasa ini tidak terlepas dari perkembangan komunikasi. Pada mulanya manusia berkomunikasi melalui suaranya saja yang dapat didengar dalam jarak yang terbatas, ditambah dengan gerakan-gerakan tangannya. Kemudian cara ini mengalami perkembangan dengan membuat tanda-tanda sebagai lambang, misalnya dengan menyusun batu-batu atau mematahkan ranting-ranting kayu. Untuk dapat berkomunikasi dalam jarak yang lebih jauh, beribu tahun sebelum Masehi orang Yunani menggunakan isyarat berupa nyala obor. Orang Indian menggunakan asap. Komunikasi sederhana ini diantaranya juga menggunakan alat yang dapat ditabuh atau dipukul yang akan mengeluarkan suara sebagai isyarat tertentu. Komunikasi sederhana tersebut berkembang menjadi komunikasi secara tertulis. Komunikasi tertulis ini lahir dengan berbagai cara dan bentuk yang berbeda di berbagai bagian dunia ini. Mula-mula bukan huruf-huruf yang disusun merangkai sebuah kata melainkan dengan menggunakan gambargambar yang sederhana dengan disertai tanda-tanda yang sederhana pula. Tulisan jenis ini disebut pictograph. Pada masa Mesir kuno, susunan gambar-gambar dan tanda-tanda yang diciptakan sebagai tulisan disebut hieroglyph. Dari hieroglyph berkembang menjadi ideograph, yaitu lambang yang mempunyai arti tertentu. Huruf kanji yang masih digunakan di Jepang dan Cina merupakan

perkembangan dari ideograph. Di Indonesia telah beratus tahun dikenal berbagai jenis tulisan yang diabadikan dalam bentuk prasasti.1 Kira-kira 1000 tahun Sebelum Masehi manusia telah mengenal abjad. Selain dapat menuliskan peristiwa-peristiwa penting, dengan abjad manusia dapat mengirimkan berita ke tempat-tempat yang jauh. Dalam rentang waktu yang panjang manusia sampai pada penemuan besar dalam seni berkomunikasi. Ini ditandai dengan ditemukannya alat cetak oleh Johan Gutenberg di Jerman pada tahun 14562. Dengan ditemukannya alat cetak ini maka komunikasi massa terus berkembang dalam bentuk buku, koran, dan majalah. Komunikasi massa tidak terhenti hanya pada susunan kata-kata saja. Ia disusul oleh komunikasi pictorial, yaitu komunikasi dengan memanfaatkan gambar-gambar yang realistis. Hal ini seiring dengan penemuan-penemuan ilmiah di bidang fotografi, berupa reproduksi foto, slide, film, dan televisi. Pada tahun 1844 Samuel FB. Morse mengirimkan berita melalui kawat dari Baltimore ke Washington dan disebut dengan telegraf. Kemudian pada 14 Februari 1875, Alexander Graham Bell untuk pertama kalinya melakukan pembicaraan melalui telepon. Dan sejak Glugielmo Marconi untuk pertama kali pada tahun 1896 mengirim dan menerima pesan tanpa kawat, komunikasi elektronik telah maju pesat sekali. Dan sembilan belas tahun kemudian suara manusia dapat didengar di seluruh dunia melalui radio. Pada tahun 1930, televisi, memungkinkan orang menyiarkan tidak hanya suara melainkan beserta gambarnya. Pada tahun 1962, diorbitkan satelit komunikasi Amerika Serikat bernama Telstar yang dapat menciptakan sistem komunikasi antar benua tanpa kawat untuk suara dan gambar sekaligus. Dan dengan adanya satelit Palapa yang mengorbit di angkasa Indonesia sejak tahun 19763, percakapan antar pulau dapat dilakukan tanpa kawat. Begitu pula siaran TV dapat ditangkap di seluruh Indonesia. Komunikasi elektronik mengalami perkembangan yang sangat cepat dan pesat dengan dikenalnya sebuah sistem komunikasi informasi berupa jaringan global yang tanpa batas. Jaringan global ini, kemudian dikenal dengan internet. Internet adalah kumpulan komputer antar satu wilayah dan wilayah lainnya yang terkait dan saling berkomunikasi, dimana keterkaitan dan komunikasi ini diatur oleh protokol. Dengan kata lain, internet adalah media komunikasi yang menggunakan sambungan seperti halnya telepon, yang tentunya disambungkan dengan komputer serta modem. Namun, berbeda dengan telepon yang komunikasinya harus dilakukan dengan oral dan dilaksanakan secara bersamaan atau simultan, maka pada internet komunikasi yang dilakukan umumnya tertulis tanpa perlu dilakukan secara bersamaan antara pengirim dan penerima berita tersebut. Internet telah mengubah wajah komunikasi dunia yang sejak lama didominasi oleh perangkat digital non-komputer, seperti: telegram, telepon, fax, dan PABX, menjadi komunikasi komputer yang global. Dengan internet, maka di manapun kita berada dapat berhubungan satu sama lainnya dengan perangkat komputer tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu. Hal inilah yang mensyaratkan adanya sambungan kabel telepon. Komunikasi elektronik juga tidak terhenti hanya pada pengunaan telepon. Di awal tahun 1980, pasa sistem selular analog dengan menggunakan teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) atau di Indonesia lebih dikenal dengan HP (handphone) berkembang sangat pesat di Eropa, kemudian berkembang menjadi TDMA (Time Division Multiple Acces)4. Perkembangan HP memang demikian pesat, bayangkan saja, mungkin kita lupa atau tidak tahu berbagai istilah teknis yang digunakan televisi atau dalam perangkat telepon yang digunakan. Sebaliknya, GSM, CDMA, GPRS, SMS serta berbagai singkatan dan terminologi teknologi komunikasi informasi sekarang ini bukan istilah yang asing di kuping kita. Siapa pun akan dengan mudah berasosiasi dengan kata-kata yang menjadi bagian dalam bahasa pergaulan sehari-hari. III. Penggunaan Media Pembelajaran A. Pengertian Media

Secara harfiyah kata media memiliki arti perantara atau pengantar . Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisi-kan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi5. Media juga berarti saluran (channel) komunikasi dari sebuah informasi antara sumber dan penerimanya6. Sedangkan Education Asociation (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional7. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siwa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara alat Bantu (peraga) dengan media, namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian. Perbedaan penggunaan istilah tersebut terletak pada fungsi bukan substansinya. Sumber belajar dikatakan sebagai alat bantu (peraga) jika hal tersebut fungsinya hanya sebagai alat Bantu saja. Artinya guru tetap memegang peran sentral. Dikatakan media jika sumber belajar tersebut merupakan bagian yang integral dari seluruh kegiatan belajar. Di sini ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara guru di satu pihak dan sumber yang bukan manusia (media) di pihak lain.8 B. Urgensi Penggunaan Media Pembelajaran Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa untuk bertukar pikiran dalam mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan verbalisme, ketidakpastian siswa, kurangnya minat belajar dan sebagainya. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Bahkan dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkahlangkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik. Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:9 1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa (warga belajar). Dua orang yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. 2. Media dapat mengatasi ruang kelas. 3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang kongkrit sampai kepada yang abstrak. Beberapa nilai dan manfaat lainnya, seperti:10 1. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. 2. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Pada sisi lain, media pun dapat membantu para siswa dalam pengulangan belajar berulang kali. Sebab frekuensi dan intensitas informasi yang kita peroleh akan menentukan apakah perilaku kita akan terpengaruh oleh informasi tersebut (Thorndike, Law of Repetition). Informasi yang sama, senada atau serupa yang masuk secara berulang-ulang ke dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan apabila informasi tersebut hanya diterima sekali. Seringkali tanpa disadari informasi tersebut terinternalisasi ke dalam diri kita dan selanjutnya terealisasikan dalam bentuk perilaku tertentu. Bahkan sesuatu informasi yang salah karena berulang-ulang disampaikan tanpa disadari akan dianggap sebagai suatu kebenaran. C. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Azhar Arsyad, terdapat tiga fungsi media dalam proses pembelajaran, yaitu:11 1. Fungsi afektif, media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi menyangkut masalah sosial. Fungsi kognitif, media dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 3. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca atau mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. D. Pemilihan Media Pembelajaran Dalam memilih media pembelajaran, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan, yaitu: 12 1. Prinsip kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan tersebut. Tujuan ini sendiri beraneka ragam: apakah untuk keperluan rekreasi/ hiburan, informasi umum atau bahkan lebih spesifik: belajar kelompok, belajar individual untuk mencapai sasaran tertentu seperti anak balita, orang dewasa, tuna netra, tuna rungu dan sebagainya.

2. Prinsip familiaritas media. Artinya seorang guru harus mengenal sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih. 3. Prinsip perbandingan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat diperbanding-kan, karena memilih media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari berbagai alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan. 4. Prinsip norma/ patokan yang akan dipakai dalam proses pemilihan media. Dalam praktek norma ini diterjemahkan lebih lanjut sebagai kriteria pemilihan media. Ada 4 kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan sebagaimana dikemuka-kan oleh Dick dan Carey13. Pertama, ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang digunakan untuk jangka waktu yang lama, artinya bila digunakan dimana saja dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa (fortable). Keempat, efektifitas dan efisiensi biaya dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekalipun nampaknya mahal namun mungkin lebih murah dibandingkan media lainnya yang hanya dapat digunakan sekali pakai. Di samping kriteria yang disebutkan di atas, terdapat pula beberapa kriteria pemilihan media lainnya, antara lain:14 1. Aspek tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, artinya media yang dipilih selaras dan menunjang tujuan yang telah ditetapkan. 2. Ketepatgunaan antara materi dengan media yang digunakan. 3. Kondisi siswa (warga belajar), seperti faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya dan lingkungan warga belajar. 4. Ketersediaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 5. Mutu teknis dan biaya. Sementara Azhar Arsyad membagi pemilihan media menurut sifat tugas pembelajaran dan isi pelajaran, sebagaimana diuraikan pada tabel 1.

IV. Taxonomi dan Karakteristik Media Pembelajaran A. Taxonomi Media Pembelajaran Pengertian sendiri masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi materi pembelajaran yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut15. Dengan berkembangnya teknologi serta pengaruhnya atas khazanah pendidikan, kemudian timbul usaha-usaha penataan, yaitu pengelompokkan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara lain dikemukakan oleh Rudy Bretz, CJ Duncan dan RM. Gagne16. 1. Taxonomi Rudy Bretz Rudy Bretz mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada 3 bentuk, yaitu gambar visual garis ( linergraphic) dan simbol. Di samping itu dia juga membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi media, yaitu media audio visual gerak, media audio visual diam, media audio semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media visual semi gerak, media audio dan media cetak. (Tabel 3). 2. Taxonomi CJ Duncan Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfataannya untuk pendidikan. Duncan menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu fihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain fihak dengan kerumitan medianya dalam satu hirarki. Semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya, begitupun sebaliknya. (Gambar 1).

3. Taxonomi RM. Gagne Gagne membuat 7 macam pengelompokkan media, yaitu: 1) benda yang didemonstrasikan, 2) komunikasi lisan, 3) gambar cetak, 4) gambar diam, 5) gambar gerak, 6) film bersuara, dan 7) mesin belajar. Ketujuh macam pengelompokkan media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkannya, yai-tu: pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi-kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan memberi umpan balik. (Tabel 4). B. Karakteristik Ada tiga karakteristik beberapa media yang lazim dipakai dalam kegiatan pembelajaran khususnya di Indonesia, yaitu:17 1. Media Grafis Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera

penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Yang termasuk dalam jenis media grafis adalah: gambar/ foto, sketsa, diagram, bagan/ chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flannel dan papan bulletin (bulletin board). 2. Media Audio Media audio berkaitan dengan media pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal. Yang termasuk dalam jenis media ini adalah radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam dan laboratorium bahasa. 3. Media Proyeksi Diam Media proyeksi diam (still projected medium) mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Kecuali itu bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas di antara mereka adalah bila pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu. Adakalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tetapi ada pula yang hanya visual saja. Yang termasuk dalam jenis media ini adalah film bingkai (slide), film rangkai (strip), overhead proyector, dan microprojection dengan microfilm. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat, khususnya dengan pemanfaatan komputer dalam segala bidang, multimedia merupakan satu karakteristik tambahan di samping tiga karakteristik tersebut di atas yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sekarang pun orang mulai terbiasa dengan istilah multimedia, para akademisi, mahasiswa, maupun politisi di negeri mana pun berbicara dengan menggunakan isitilah ini walaupun adakalanya banyak yang tidak paham dengan pengertian dan makna yang dikandung dengan kata multimedia ini. Ketika kata ini pertama kali digunakan sekitar tahun 1997, banyak yang mengira kalau kata multimedia ini ada kaitannya dengan seni atau rancang grafis. Ternyata, multimedia ini mencakup berbagai persoalan yang lebih luas dan mendalam. Secara harfiah kata multimedia yang terdiri dari kata multi yang artinya lebih dari satu dan media yang biasanya mengacu pada medium tertentu, mempu-nyai arti lebih dari satu medium. Karena kata ini mengacu pada kehidupan, maka lebih dari satu medium ini sangat terkait dengan lima indera dasar yang dimiliki manusia, melihat, mendengar, mencium, merasa, dan meraba. Kelima rasa ini yang mengintegrasikan diri kita dengan keadaan di sekeliling kita. Oleh karena itu, interaksi yang semakin tinggi tingkat ketergantungan-nya, maka multimedia ini dikaitkan dengan bagaimana kelima indra dasar ini sangat erat berhubungan maupun bersentuhan dengan informasi, baik itu dalam elemen teks, audio (suara), grafik (gambar), animasi (gerakan), dan video. Istilah multimedia sendiri merupakan suatu kolektifitas materi pembelajaran yang diorganisasikan ke dalam satu bahasan. Di dalamnya bias termasuk filmstrips, slide, audiotapes, records, still pictures, overhead tranparan, peta, chart, grafik dan model18. Multimedia berarti suatu sistem yang berbasis komputer untuk memberikan fasilitas kecepatan dan kemudahan akses dalam memandu seluruh informasi dari berbagai model media, seperti teks, grafik, animasi, suara, video dan audio.19 Lebih lanjut Phillips menjelaskan tentang pemanfaatan multimedia dalam proses pembelajaran, yaitu:20 a. Instructional Aids

Guru dapat memanfaatkan kemampuan komputer dalam melaksana-kan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan bantuan komputer yang dimaksud dikenal dengan nama computer assisted instruction (CAI). Dengan komputer dapat dilakukan simulasi yang sulit atau tidak mungkin disimulasikan tanpa komputer. Komputer dapat menghasilkan grafik dan peta yang memiliki ketepatan statistik untuk bermacam-macam media visual. b. Interactive Tutorial Dalam model ini siwa berinteraksi langsung dengan komputer, yang diprogram untuk mereaksi terhadap respon-respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Komputer tersebut kemudian menyediakan informasi belajar tambahan sebagai pelengkap, yang selanjutnya menghen-daki adanya jawaban segera oleh siwa bersangkutan. c. Reference Works Dalam hal ini siswa dapat menggunakan komputer sebagai sumber pembelajaran atau sumber informasi seperti sebuah ensiklopedia. Fasilitas ini lebih mudah didapatkan setelah adanya internet. Internet sekarang ini merupa-kan lautan informasi dari berbagai bidang pengetahuan. Namun jika ingin mendapatkan informasi yang akurat, maka diperlukan penyaringan-penya-ringan terlebih dahulu, agar informasi yang kita dapatkan tidak menjadi bias. V. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Indonesia A. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Indonesia saat ini Di Indonesia terdapat Pustekkom sebagai lembaga pemerintah yang mengelola dan lebih dari 20 tahun mengembangkan berbagai program media untuk pendidikan. Produk media sampai saat ini yang ada di Indonesia dapat dikategorikan dalam media audio, video, multimedia, cetak dan film. Jenis-jenis media yang pernah dikembangkan oleh Pustekkom mulai dari media cetak, kaset audio, film slide, kaset video dan CD Rom. Jenis produk media audio yang pernah dihasilkan oleh Pustekkom adalah:21 1. Radio pelangi Sejak tahun 1998/ 1999 Pustekkom bekerjasama dengan Direktorat SLTP dan Direktorat Radio mengembangkan program audio berupa majalah udara untuk SLTP Terbuka dengan nama Pelangi Pesan Lewat Angkasa Galang Ilmu. Program ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan meningkatkan motivasi siswa SLTP Terbuka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Program ini juga untuk memberikan bimbingan belajar dalam proses belaja r mandiri. Program audio Pelangi berisikan antara lain: kejadian nasional, sastra, informasi SLTP Terbuka, kebijakan actual, proses belajar mengajar, bimbingan belajar, kontak siswa, pengayaan (mata pelajaran), serta kuis. Program ini dikemas dalam format siaran radio yang diselingi dengan lagu-lagu pop remaja untuk menarik minat pendengar. Pemanfaatan program audio Pelangi (Pesan Lewat Angkasa Galang Ilmu) ini selain di TKB juga di rumah masing-masing yang disiarkan melului stasiun nasional RRI Jakarta, dengan harapan program tersebut dapat dimanfaatkan oleh semua siswa SLTP Terbuka di seluruh Indonesia. Dan untuk mengukur efektivitas program yang disampaikan melalui radio, salah satu upayanya adalah dengan menyiarkan kuis. Melalui kuis ini diharapkan dapat diketahui sampai sejauh mana program ini dapat diikui oleh siswa dan sekaligus memberikan umpan balik kepada siswa.

Ada 52 judul program radio yang pernah diproduksi oleh Pustekkom pada tahun 2001, di antaranya adalah: Kutahu Yang Kumau; Baca, Baca, Baca; Alah Bisa Karena Biasa; Rajin Pangkal Pandai; Bahasa Inggris Yes; Ilmu Dasar Gerbang Kemajuan; Menghitung Hari, dan lain -lain.22 2. Audio integrated Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SLTP Terbuka, Pustekkom Depdiknas bekerja sama dengan Direktorat SLTP serta dengan Departement of Education, Training and Employment (DETE) South Australia dalam mengembangkan program Bahasa Inggris. Program tersebut dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris melalui pemanfaatan modul secara terpadu. Diharapkan melalui program tersebut siswa lebih termotivasi dan lebih merasakan belajar Bahasa Inggris sebagai kegiatan yang menyenangkan dan tidak terasa sulit. 3. Audio SLTP terbuka Salah satu jenis produk media video yang pernah dihasilkan oleh Pustekkom adalah sinetron atau film. Sejak tahun 1983 Pustekkom telah mengembangkan program film anak, yang memuat pesanpesan pendidikan moral dan budi pekerti, Dikemas dalam suatu ceritera anak-anak/ remaja setingkat siswa SLTP dan SMU, yang dikenal dengan Film ACI (Aku Cinta Indonesia). Pada awalnya program diproduksi dalam bentuk film 16 mm, sebanyak 53 episode untuk Film ACI I (SLTP), 53 Episode Film ACI II (SMU), 20 episode film ACI Guru (menggambarkan liku-liku kehidupan Guru yang profesional), dan 52 Episode Film PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Khusus film PSPB dalam produksinya Pustekkom bekerja sama dengan PPFN. Pustekkom bekerjasama dengan beberapa fihak baik dalam lingkungan Depdiknas, maupun instansi diluar Departemen telah mengembangkan beberapa Sinetron berseri antara lain Sinetron Mandiri, Sinetron Anak yang dikemas dalam sinetron Laskar Anak Bawang dan Sinetron Anak LUV, Sinetron Pemasyarakatan Buku dan Minat Baca yang dikemas dalam Sinetron Tiada Kata Akhir, Rahasiamu Tak Habis Kubaca, dan Sinetron Jendela Dunia (ABC&D). Sedangkan untuk program multimedia Pustekkom telah mengembang-kan dan memproduksi program multimedia sejak tahun 1995. Program tersebut antara lain ditujukan untuk siswa SMU, SMK, dan Pendidikan Prasekolah. Dan bahkan kini telah dijual bebas di took buku-toko buku Gramedia. B. Orientasi Pemanfaatan Media Pembelajaran di Indonesia Kemajuan teknologi yang pesat, khususnya teknologi informasi, menuntut suatu perubahan yang besar di dalam sistem pendidikan nasional. Seperti diketahui, bahwa pendidian nasional kita merupakan warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya adalah menghafal fakta-fakta tanpa arti. Proses pendidikannya juga seperti menuangkan air ke dalam botol sehingga tidak ada efeknya di dalam pengembangan kemampuan untuk mencari sesuatu dan menciptakan sesuatu yang baru. 24 Oleh sebab itu pengelolaan dan pengembangan media pembelajaran menjadi sangat urgen mengingat kendala-kendala yang ada dalam proses pembelajaran seperti keterbatasan tempat dan waktu, ketersediaan guru, motivasi siswa dan lain sebagainya. Melihat prestasi Pustekkom dalam memproduksi media pembelajaran harus kita dukung walaupun sangat terbatas bidang garapannya. Pengembangan media pembelajaran di Indonesia pun cukup menjanjikan. Hanya saja ke depan pengembangan media tidak terbatas pada media audio, video dan multimedia saja. Masih banyak jenis media lain yang terabaikan, seperti media gambar(kartun, komik), media cetak (buku-buku, majalah), dan lain-lain, yang boleh jadi kedua media ini (gambar maupun cetak) lebih tepat sasaran dibandingkan program media yang telah dikembangkan oleh Pustekkom.

Saat ini banyak anak-anak Indonesia, lebih tertarik baca komik-komik produk luar negeri khususnya dari Jepang yang secara budaya jelas-jelas berbeda dengan Indonesia. Sementara sisi lain, belum ada komikus Indonesia yang karya-karyanya diminati anak-anak Indonesia. Di samping itu, persoalan-persoalan buku, baik dari segi pengadaan, distribusi masih merupakan persoalan yang belum jelas akhir penyelesaiannya. Kualitas buku & cetakan, biaya yang mahal pun turut menambah persoalan yang ada. Kecendrungan sinetron yang telah dihasilkan Pustekkom juga kalah populer dibandingkan sinetronsinetron yang menjanjikan mimpi dan khalayan. Film-film seperti Fatahillah, Cut Nyak Dhin lah yang dari sisi misi/ materi pembelajaran (sejarah dan perjuangan bangsa) dapat diterima masyarakat. Tentu saja produksi kedua film ini bukannya tanpa persoalan. Alasan dana, menjadi alasan klasik. Oleh sebab itu komik, buku, program-program televisi yang menarik, sinetron atau film berkualitaslah yang harus menjadi perhatian dan tantangan ke depan. Dan untuk bisa mencapai itu semua, SDM yang professional dan dana yang memadai merupakan syarat utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan agar pemanfaatan media pembelajaran di Indonesia lebih bervariasi sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai sasaran (warga belajar). Di samping itu, yang paling utama dalam pengembangan media pembelajaran adalah penguasaan teknologi komputer. Karena teknologi komputer merupakan sarana dan alat yang paling banyak dan paling mudah digunakan dalam mengembangkan jenis-jenis media lainnya. Seperti pembuatan buku, koran, majalah, gambar, komik, film, sinetron, multimedia, semuanya menggunakan sarana ini. VI. Penutup Penemuan-penemuan baru dalam ilmu dan teknologi, khususnya komputer telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Perubahan tersebut bukan saja terjadi pada kurikulum, administrasi, personil melainkan juga media pembelajaran. Perubahan tersebut merupakan suatu inovasi dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Untuk itu diperlukan tenaga guru yang handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu kesuksesan guru adalah kemampuannya untuk berkomunikasi dalam mentransfer ilmunya dengan tepat. Kesuksesan kemampuan berkomunikasi tentu saja ditunjang oleh media (pembela-jaran) yang memadai. Pemilihan media pembelajaran yang tepat adalah dengan memperhatikan kondisi guru dan siswa, serta kemampuan teknis dan dana. Untuk masyarakat Indonesia yang sangat heterogen, pengembangan media pembelajaran yang variatif merupakan harapan yang perlu diperhatikan. Sebab, tidak semua warga belajar mau menerima media-media yang ada dan yang pernah dikembangkan. Hal ini juga untuk menjawab kebutuhan dan minat siswa yang semata-mata proses pembelajaran tidak hanya melalui forum-forum sekolah, melainkan juga film sinetron program televisi yang bermutu, komik dan multimedia interaktif lagi menarik.

DAFTAR PUSTAKA AECT, Definisi Teknologi Pendidikan: Satuan Tugas Definisi dan terminology AECT, (terj.), Jakarta: Pusat Antar Universitas Terbuka & RajaGrafindo Persada, 1997. Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada, cet. iv, 2003. Halim, Abdul, (Ed.), Media Pembelajaran, Jakarta: Depag RI & Delia Citra Utama, 2002. Heinich, Robert, et. al., Instructional and The New Technologies of Instruction, New York: Macmillan Publishing Co, 1990. Phillips, Rob, The Developers Handbook To Interactive Multimedia: A Practical Guide for Educational Applications, London: Kogan Page, 1997. Sadiman, Arief S, et. al., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfataannya, Jakarta: RajaGrafindo Persada, cet. vi, 2003. Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo, cet. v, 2002. Sudjarwo S (ed.), Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: Mediyatama, 1989. Sulaeman, Amir Hamzah, Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, Jakarta: Gramedia, 1981. Tharom, Thabratas, (et. al), Mengenal Teknologi Informasi, Jakarta: Elex Media, 2002. Tilaar, HAR., Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. http: www.pustekkom.go.id media.htm

You might also like