You are on page 1of 7

Titrasi Kompleksometri

Kata Kunci: Penitrasi Logam, senyawa kompleks, Titrasi Kompleksometri Ditulis oleh Adam Wiryawan pada 22-01-2011

Banyak ion logam dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut. Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid(EDTA).

EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :

Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut. Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah : M + Y MY Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :

Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstante pembentukan senyawa komplek, maka senyawa komplek

tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil. Tabel8.1. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA (KMY) (Fritz dan Schenk, 1979).

Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H larutan bufer.

maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah

Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya Calmagite, Arsenazo, Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara Mg2+ dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator calmagite. Reaksi antara ion Mg2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator adalah : Mg2+ + H2Y2- ? MgY2- + 2H+ Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.

Kesalahan Titrasi Kompleksometri


Ditulis oleh Ikhsan Firdaus pada 07-03-2009

Korbl dan Pribil telah mengkelompokkan titrasi kompleksometri. Meliputi titrasi asam basa, demikian Ringbom. Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui titik akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan, dideteksi. Pertama, kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan. Kedua, digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA.

Zat yang digunakan sebagai indikator dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan. Pertama, senyawa senyawa yang tidak berwarna. Kedua zat warna organik yang mempunyai sifat sebagai indikator asam-basa dan mengandung gugus pembentuk khelat. Korblmenamakan indikator tersebut Indikator Meakhromik. Dalam suatu titrasi dengan indikator tersebut, titik akhir ditandai oleh perubahan dari warna kompleks indikator logam ke warna indikator bebas. Kesalahan absolut sama dengan jumlah logam yang tidak terikat menjadi kompleks pada titik ekivalen. Jumlah logam yang diubah menjadi kompleks, sangat tergantung pada kepekaan indikator yang dipakai. Kepekaan ini tergantung pada tetapan satabilitas atau tetapan pembentukan kompleks. K untuk reaksi antara logam dengan indikator M + I MI, didefinisikan sebagai K1= [ MI ] / [ M ] [ I ]. Dan tergantung pada konsentrasi indikator, sebab indikator bertindak sebagai pembentuk kompleks, bersaing dengan titran. pHjuga mempengaruhi kesalahan titrasi kompleksometri. Jika digunakan indikator metakhromik dua warna, warna larutan ditentukan oleh rasio A= [ MI ] / [ M ]. Seperti pada indikator asam-basa, perubahan warna berlangsung pada interval A=9 sampai A=1/9. Pada indikator satu warna, titik akhir diamati jika konsentrasi kompleks indikator logam [ MI ] telah berkurang sampai nilai batas b = [ MI ]min berbeda-beda, tergantung absoptivitas molar dari kompleks berwarna. Kita tetapkan knsentrasi optimum indikator metakhromik dengan menggunakan rumus yang menggambarkan hubungan antara kepekaan indikator ( U ) dengan konsentrasi, menggunakan persamaan U = A ( 1/K1 + C1/A + 1 ) Dimana C1 konsentrasi total indikator. Tentu, jika reaksi indikator makin peka, makin besar perubahan nilai A yang diakibatkan oleh perubahan kecil konsentarsi logam ( bebas / terikat pada indikator ), atau makin dekat turunan dU/dA = 1/K1 + C1/( A + 1 )2 terhadap minimumnya. Minimum tercapai jika C1 = 0, sesuai dengan praktek. Paling baik jika ditambahkan sedikit indikator metkhromik. Sama dengan persamaan kepekaaan bahwa konsentrasi indikator praktis tidak berpengaruh jika C1 U. Pada indikator satu wana, U = B ( 1/K1.C1 + 1 ) dan turunan pertama dU/dB = ( 1/K1.C1 ) + 1 mencapai minimum jika C1 sebesar mungkin. Disini inikator harus ditambahkan untuk meniadakan disosiasi warna kompleks yang terbentuk dari logam dan iindikator agar sedikit jumlah logam yang tak tertitrasi. Untuk perhitungan kesalahan titrasinya, perlu menentukan kepekaan aktual dari indikator pada kondisi tertentu. Kepekaan ini dapat ditetapkan baik secara percobaan atau nilai K1 dan C1 diketahui, dapat dihitung dengan rumus untuk interval A dari 1/9 sampai 9, atau dengan nilai B yang ditetapkan secara pecobaan. Kesalahan relatif didapat dari rumus ? = ( p 1 ) x 100% dimana p rasio konsentrasi

logam C1 dan jumlah titran yang diperlukan Cy yang dapat ditetapkan dari hubungan : p = 1 U/Cm + ay/U.K Cm = [ M ] + [ MY ] menyatakan konsentrasi total logam, dan K tetapan stabilitas kompleks yang tebentuk antara logam dengan titran. K = [ MY ]/ [ M ] [ Y ]. Rasio K/ay merupakan tetapan stabilitas untuk pH tertentu, besaran ay oleh Ringbom disebut koefisien reaksi samping, modifikasi tetapan stabilitas termodinamik dengan mempertimbangkan derajat pembentukan kompleks tertentu pada nilai pH tertentu. Tabel V Nilai log ay untuk EDTA PH 0,0
0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8

log ay 21,18
20,39 19,59 18,42 18,01 17,20 16,45 15,68 14,93 14,21 13,52 12,79 12,24 11,67 11,13

pH 3,0
3,2 3,4 3,6 3,8 4,0 4,2 4,4 4,6 4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8

log ay 10,63
10,16 9,71 9,28 8,86 8,45 8,04 7,65 7,23 6,84 6,45 6,06 5,69 5,05 4,98

pH 6,0
6,2 6,4 6,6 6,8 7,0 7,55 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 11,0 12,0 14,0

log ay 4,65
4,33 4,06 3,79 3,55 3,32 2,78 2,26 1,77 1,29 0,83 0,45 0,07 0,00 0,00

Tabel VI Tetapan stabilitas khelat beberapa kation dengan EDTA ( pK1 = 2,0 ; pK2 = 2,76 ; pK3 = 6,16 ; pK4 = 10,26 ) Kation log KMey Kation log KMey

8,69
10,96

16,31
18,62

Mg2+
Ca2+ Sr2+ Ba2+ Mn2+ Fe2+ Fe3+

8,63 7,76 14,04 14,33 25,1

Co3+
Ni2+ Cu2+ Zn2+ Cd2+ Pb2+ Al3+

18,80 16,50 16,46 18,04 16,13

Kesalahan relatif dengan mudah ditetapkan menggunakan monogram yang dipublikasi dalam makalah asli Korbl dan Pribil. Dalam monogram ini nilai U/Cm dan ay/U.K terbaca langsung dalam persen dan selisihnya menunjukkan kesalahan relatif total. Masalah tajamnya perubahan warna indikator pada titik ekivalen titrasi kompleksometri, sangat penting untuk ketelitian hasil, telah diteliti oleh Reilley dan Schmid.

Jenis Komplekson
Ditulis oleh Ikhsan Firdaus pada 07-03-2009

Salah satu dari jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatakan pembentukan suatau kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Salah satu contoh reakasinya adalah reaksi dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2-yang sangat stabil: Ag+ + 2CN ? Ag(CN)2Dalam isi laporan, yaitu pada bagian Komplekson, disana terdaapt empat jenis komplekson, sedangkan dalam sumber yang lain disebutkan ada tiga macam komplekson, yaitu diantaranya : 1. Asam etilen-diamin-tetra-asetat, pada umumnya disebut EDTA (Ethylene Diaminatetra Acetic Acid). Nama lain untuk EDTA adalah: o o o o Complexon II. (Siegfried) Titriplex II. (Merck) Versena acid (Dow) Sesquestic acid (Hopkins & Williams)

EDTA merupakan asam lemah yang mempunya nilai pK1 = 2,0, pK2 = 2,67 pK3 = 6,16, pK4 =10,26. Harga tersebut menunjukkan bahwa kedua proton yang pertama, lebih mudah lepas dibandingkan

dengan 2 proton lainnya. Asam bebas ini sukar larut dalam air, karena itu jarang sekali dipakai dalam larutan standard. Garam dinatriumnya (Na2H2Y) biasanya dipakai dalam kimia nalisis dengan nama:

Komplekson III, Titriplex III, Sesquesterne, Trilon B Versene Chelaton 3 2. Asam nitroloasetat Nama lainnya adalah:

Complexon I NITA atau NTA Asam ini mempunyai nilai pk1 = 1,9, pk2 = 2,5, pk3 = 9,7. Asam nitroloasetat bebas sukar larut dalam air, jadi seperti halnya EDTA yang biasa dipakai dalam garam dinatriumnya. 3. Asam 1,2 diaminosiklo heksana N N N1 N1 tetraasetat Nama lainnya:

Complexon VI DCYT atau DCTA Zat ini akan membentuk senyawa kompleks lebih lambat jika dibandingkan dengan mengakibatkan kesukaran pada penetapan titik akhir. Dari ketiga komplekson di atas, yang paling banyak dipakai adalah komplekson III, sebab : o o Harganya lebih murah Merupakan lignand heksadentat dan dalam rumus kompleksnya membentuk cincin dengan 5 EDTA sehingga

atom sehingga cukup mantap. Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bayangkan, sebagai contoh, komponen trietilenatetramina, sebuah ligan kuadridentat, yang sering sekali disingkat trine. Di sini, 4 atom nitrogen terhubung oleh jembatan jembatan etilena dalam sebuah molekul tunggal yang dapat memenuhi angka koordinasi 4 dalam tembaga normal dalam satu langkah.

Dapat dianggap bahwa pembentukan dari ikatan nitrogen-tembaga pertama akan membawa molekul nitrogen lain dari molekul trien sampai suatu kedekatan yang sedemikian rupa sehingga pembentukan dari ikatan tambahan yang melibatkan nitrogen-nitrogen ini jauh lebih mungkin terjadi daripada pembentukan ikatan-ikatan antar tembaga dengan molekul trien lainnya

You might also like