You are on page 1of 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.

1 Berat Isi Tanah (Bulk Density) Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah, dinyatakandalam g/cm3 (g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman tanah,jenis fauna tanah, dan kadar air tanah (Agus et al. 2006). Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut (Pearson et al., 1995). Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf kemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan penetrasi air terhambat (Darmawijaya, 1997). Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1986). Menurut Hardjowigeno (1987), bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang dicelupkan ke dalam cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod gumpalan isi. 2.2 Permeabilitas Tanah Permeabilitas tanah adalah kemampuan untuk mentransfer air atau udara. Biasanya diukur dengan istilah jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu yang tertentu dan ditetapkan sebagai inci/jam (wanihadi utomo, 1985). Susunan gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh permeabilitas

lapisan-lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan air. Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah.(Dede rohmat, 2009) Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1).( N.Suharta dan B. H Prasetyo.2008) Faktor faktor yang mempengaruhi Permeabilitas: a. Tekstur tanah Tanah yang berstruktur berpasir, maka permeabilitas tinggi karena poriporinya banyak, sebaliknya bila tanah bertekstur liat maka permeabilitas tanahnya memiliki pori-pori yang kecil. b. Struktur tanah Tanah yang memiliki struktur granuler maka permeabilitasnya tinggi karena pori-porinya banyak. Sebaliknya tanah yang memiliki struktur yang mantap maka memiliki pori-pori mikro yang banyak sehingga permeabilitasnya rendah. c. Porositas Jika dalam tanah tersebut porositasnya banyak ( dalam hal penjumlahan antara pori makro dengan pori mikro ) maka permeabilitasnya tinggi,karena ruang pergerakan airnya akan lebih banyak. Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.

Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured). Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poreus. Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Banyak peneliti telah mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan beberapa rumus. (Rumus Fair dan Hatch 1933) dapat dipandang sebagai sumbangan yang khas. Permeabilitas intrinsik suatu akifer bergantung pada porositas efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran, bentuk dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi karena sifatsifat ini jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan air. 2.3 Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil analisa di laboratorium. Metoda atau cara pengambilan contoh tanah yang tepet sesuai dengan jenis analisa yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang

perlu diperhatikan. Pengambilan contoh tanah untuk analisis fisik tanah diperlukan tiga macam contoh tanah, yaitu: 1. Contoh tanah utuh untuk penetapan penetapan kerapatan limbak, susunan pori tanah, PH dan permeabilitas. 2. Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan nilai Cole. 3. Contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu untuk penetapan penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama untuk penetapan kerapatan limbak, PH dan permeabilitas harus hati-hati. Guncanagn guncanagn yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro. Sebaiknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang lembab ( kelembaban relative 90% dan suhu 18% dengan variasi cukup kecil. 2.3.1 Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) Pengambilan contoh tanah utuh untuk analisa sifat fisik tanah seperti berat isi (bulk density), porositas, permeabilitas. Pengambilan contoh tanah utuh hanya pada satu kedalaman yaitu 0-20 cm . Kegiatan pengambilan contoh tanah dimulai dengan membersihkan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan serasah dan batu, kemudian diratakan. Ring sample diletakkan tegak lurus di atas permukaan tanah tersebut dan ditekan hanya tiga perempat bagian masuk ke dalam tanah. Selanjutnya, meletakkan ring sample kedua di atas ring pertama, kemudian ditekan kembali sampai ring pertama dan ring kedua masuk ke dalam tanah. Ring beserta di dalamnya digali dengan menggunakan sekop/cangkul. Kedua ring dipisahkan dengan, hati-hati kemudian kelebihan tanah yang ada pada bagian atas dan bawah ring diiris hingga rata. Ring ditutup dengan menggunakan kantong plastik (Purwowidodo 2004). Kemudian tanah dianalisa di laboratorium. 2.3.2 Contoh Tanah Biasa (Disturbed Soil Sample)

Pengambilan contoh tanah biasa digunakan untuk analisa sifat kimia seperti pH, KTK, kadar air, dan kandungan hara. Kegiatan pengambilan contoh tanah dimulai dengan membersihkan permukaan tanah dari tanaman, daun dan sisa kotoran kemudian tanah diambil secara komposit dari 3 titik dengan menggunakan cangkul dan pisau pada kedalaman 0 20 cm, kemudian dicampur menjadi tanah komposit sebanyak 1 kg. Contoh tanah dimasukan ke dalam kantung plastik dan diberi label dan dimasukkan ke dalam cool box agar terjaga kelembabannya. Kemudian tanah dianalisa di laboratorium (Purwowidodo 2004)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Hasil Kelompok 1 A. Bulk Density 1. Berat Total (Bt) = 272,167 g 2. Berat ring (Br) = 101,0 g 3. Berat tanah kering udara (BB) = 171,2 g 4. Berat basah (Bb) = 50 g

5. Berat cawan (Bc) = 7 g 6. Berat kering cawan (BKc) = 42 g 7. Berat kering (BK) = 35 g 8. Kadar air (
m

) = 42,857 %

9. Berat Kering Tanah Mutlak (BKTM) Basis basah = 119,84 g Basis kering = 119,84 g 98,175 cm3 11. Bulk density = 1,221 g/cm3 B. Porositas 1. Kelembaban volume 2. h (b) = 2,546 cm 3.
h

10. Volume ring

( v )

= 0,509

(c) = 2,303 cm

4. h (a) = 0,151 cm 5. d = 2,697 cm 6. Porositas = (F) = 0,5394 C. Water holding capacity


ms

= 0,442

D. Permeabilitas * 15 menit Pertama = 3 ml Kedua = 2 ml Ketiga = 3 ml Keempat = 3 ml Rata-rata = 2,75 ml

Permeabilitas (K) = 2,668 x 10-3 cm3/menit = 160,08 x 10-3 cm3/jam GAMBAR 0,151 cm

b c

2,54 cm

D = 5 cm

2,303 cm

3.1.2. Hasil Kelompok 2 A. Bulk Density 1. Berat Total (Bt) = 273 g 2. Berat ring (Br) = 101,0 g 3. Berat tanah kering udara (BB) = 172 g 4. Berat basah (Bb) = 50 g 5. Berat cawan (Bc) = 6 g 6. Berat kering cawan (BKc) = 41 g 7. Berat kering (BK) = 35 g 8. Kadar air (
m

) = 42,86 %

9. Berat Kering Tanah Mutlak (BKTM) Basis basah = 120,4 g Basis kering = 120,4 g

10. Volume ring 98,175 cm3 11. Bulk density = 1,226 g/cm3 B. Porositas

1. Kelembaban volume 2.
h

( v )

= 0,509

(b) = 2,546 cm

3. h (c) = 2,31 cm 4.
h

(a) = 0,14 cm

5. d = 2,69 cm 6. Porositas = (F) = 0,538 C. Water holding capacity ms = 0,438

D. Permeabilitas * 15 menit Pertama = 3 ml Kedua = 2 ml Ketiga = 3 ml Keempat = 3 ml Rata-rata = 2,75 ml

Permeabilitas (K) = 2,668 x 10-3 cm3/menit = 160,08 x 10-3 cm3/jam GAMBAR 0,14 cm

2,546 cm

D = 5 cm

2,31 cm 3.1.3. Hasil Kelompok 3 A. Bulk Density 1. Berat Total (Bt) =

2. Berat ring (Br) = 100,667 g 3. Berat tanah kering udara (BB) = 4. Berat basah (Bb) = 50 g 5. Berat cawan (Bc) = 6 g 6. Berat kering cawan (BKc) = 7. Berat kering (BK) = 8. Kadar air (
m

)=

9. Berat Kering Tanah Mutlak (BKTM) Basis basah = Basis kering =

10. Volume ring = 11. Bulk density = 1,294 g/cm3 B. Porositas 1. Kelembaban volume 2. h (b) = 2,546 cm 3.
h

( v )

= 0,5116

(c) =2,442 cm

4. h (a) = 0,012 cm 5. d = 2,655 cm 6. Porositas = (F) = 0,531 C. Water holding capacity


ms

= 0,395

D. Permeabilitas * 15 menit Pertama = 0 ml Kedua = 0 ml Ketiga = 0 ml Keempat = 0 ml

Rata-rata = 0 ml

Permeabilitas (K) = 0 cm3/menit = 0 cm3/jam (Permeabilitas sangat lambat)

GAMBAR 0,012 cm

b c

2,546 cm

D = 5 cm

2,442 cm

3.1.4. Hasil Kelompok 4 A. Bulk Density 1. Berat Total (Bt) = 275 g 2. Berat ring (Br) =100,667 g 3. Berat tanah kering udara (BB) = 174,33 g 4. Berat basah (Bb) = 50 g 5. Berat cawan (Bc) = 6 g 6. Berat kering cawan (BKc) = 41 g 7. Berat kering (BK) = 35 g 8. Kadar air ( m ) = 42,86 % 9. Berat Kering Tanah Mutlak (BKTM) Basis basah = 122,03 g Basis kering = 122,03 g

10. Volume ring 98,175 cm3 11. Bulk density = 1,243 g/cm3

B. Porositas 1. Kelembaban volume 2.


h

( v )

= 0,509

(b) = 2,546 cm

3. h (c) = 2,345 cm 4.
h

(a) = 0,109 cm

5. d = 2,655 cm 6. Porositas = (F) = 0,531 C. Water holding capacity ms = 0,427

D. Permeabilitas * 15 menit Pertama = 0 ml Kedua = 0 ml Ketiga = 0 ml Keempat = 0 ml Rata-rata = 0 ml

Permeabilitas (K) = 0 cm3/menit = 0 cm3/jam (Permeabilitas sangat lambat)

GAMBAR 0,109 cm

b c

2,546 cm

D = 5 cm

2,345 cm

3.1.5. Hasil Kelompok 5 A. Bulk Density 1. Berat Total (Bt) = 270 g 2. Berat ring (Br) = 98 g 3. Berat tanah kering udara (BB) = 172 g 4. Berat basah (Bb) = 50 g 5. Berat cawan (Bc) = 5 g 6. Berat kering cawan (BKc) = 41 g 7. Berat kering (BK) = 36 g 8. Kadar air (
m

) = 38,88 %

9. Berat Kering Tanah Mutlak (BKTM) Basis basah = 123,84 g Basis kering = 123,84 g

10. Volume ring 98,175 cm3 11. Bulk density = 1,261 g/cm3 B. Porositas 1. Kelembaban volume 2. h (b) = 2,546 cm 3.
h

( v )

= 0,509

(c) = 2,380 cm

4. h (a) = 0,074 cm 5. d = 2,62 cm 6. Porositas = (F) = 0,524

C. Water holding capacity


ms

= 0,415

D. Permeabilitas * 15 menit Pertama = 0 ml Kedua = 0 ml Ketiga = 0 ml Keempat = 0 ml Rata-rata = 0 ml

Permeabilitas (K) = 0 cm3/menit = 0 cm3/jam (Permeabilitas sangat lambat)

GAMBAR 0,074cm

b c

2,546 cm

D = 5 cm

2,380 cm

DAFTAR PUSTAKA Ade. 2010. Berat Isi Tanah dan Berat Jenis Tanah.

http://adekoer.wordpress.com/about/. (Diakses pada tanggal 15 Maret 2013, pada pukul 20.18 WIB). Andrian. 2011. Permeabilitas Tanah. http://4ndrian0nlii.blogspot.com/2011/12/ permeabilitas-tanah.html (Diakses pada tanggal 15 Maret 2013, pada pukul 20.33 WIB). Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 52177/BAB%20III%20Metode%20Penelitian.pdf?sequence=5 (Diakses pada tanggal 15 Maret 2013, pada pukul 21.00 WIB). Siagian, Prasetyo. 2011. Laporan Pengambilan Sampel Tanah. http://llmutanah.blogspot.com/2011/12/laporan-pengambilan-sample-tanah.html (Diakses pada tanggal 15 Maret 2013, pada pukul 20.43 WIB).

You might also like