You are on page 1of 9

Tumingan (Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda) tumingan@yahoo.co.

id Abstrak Nilai kuat tekan karakteristik beton diperoleh dari berbagai variasi nilai kuat tekan beton. L a p o r a n h a s il p e n g u jia n k u a t t e k a n k a r a k t e r is t i k b e t o n d ib u a t s e b a g a i b e n t u k pertanggungjawaban dari hasil pelaksanaan pekerjaan beton di lapangan. Kajian ini bertujuan untuk memberikan suatu formula yang seharusnya dilakukan dalam membuat laporan hasil pengujian kuat tekan karakteristik beton. Sampel data diambil dari jurnal dan laporan pengujian sebuah laboratorium serta berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan kasus komplain dari pengguna jasa Laboratorium Bahan Konstruksi Politeknik Negeri Samarinda atas ketidaktepatan dalam menyimpulkan kuat tekan karakteristik beton. Data yang digunakan sebagai sampel hanya sebagian dari banyak data yang ada dan hanya bertujuan memberikan perbandingan hasil analisis yang menggunakan formula yang ada dan yang diusulkan dalam kajian ini. Berdasarkan uraian kajian ini menunjukkan bahwa formula yang diusulkan memberikan hasil kuat tekan karakteristik beton yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil akhir sebagai kuat tekan karakteristik beton diperoleh dari penyebaran data hasil pengujian masing-masing sampel yang nilainya tidak di bawah dari nilai yang terendah dan tidak di atas dari nilai rata-rata hasil pengujian. Kata Kunci : beton, karakteristik beton, kuat tekan PENDAHULUAN

Se c a r a u m u m p e r t u m b u h a n a t a u perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup pesat. Hampir 60% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi menggunakan beton yang pada umumnya dipadukan dengan baja (composite) atau dengan jenis lainnya, seperti pada pembuatan gedung- gedung, jalan (rigid pavement), bendung, dermaga, saluran dan lain-lain (Mulyono, 2003). Beton merupakan batuan yang terbuat dari campuran agregat kasar, agregat halus, semen dan air dengan/tanpa bahan tambah dengan perbandingan tertentu. Pada awalnya agregat yang digunakan untuk pembuatan campuran beton sebagai bahan konstruksi adalah kerikil dan pasir alami yang bersumber dari sungai karena sangat mudah diperoleh dan sangat mudah dikerjakan disamping harganya relatif murah, proses pengambilan juga mudah tidak memerlukan peralatan yang khusus. Perbandingan tertentu dalam pembuatan campuran diperlukan untuk menentukan kekuatan t e k a n d a r i b e t o n ya n g d ir e n c a n a k a n a g a r menghasilkan kuat tekan yang disyaratkan, dengan perbandingan yang berbeda akan diperoleh kekuatan tekan yang berbeda pula. Kekuatan tekan pada beton biasanya dinyatakan sebagai kuat tekan karakteristik beton yakni kekuatan tekan beton dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji (kubus dan silinder), dengan kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari batas 5% yang diperoleh dari sebuah persamaan yang dipengaruhi oleh kurva distribusi frekuensi dari sejumlah besar hasil pengujian. Nilai

kekuatan tekan karakteristik yang diambil dari suatu harga yang tidak akan lebih dari 5% (Idris dan Rifai, 2002). Karakteristik berasal dari kata karakter yaitu perwakilan dari sejumlah komunitas/variasi nilai/ golongan yang diambil diantara yang diwakili bukan diluar dari yang diwakili. Kuat tekan karakteristik beton adalah suatu besaran/nilai yang diperoleh dari berbagai variasi nilai kuat tekan beton dan tidak boleh keluar dari nilai yang diperoleh yakni berada diantara nilai terendah dan tertinggi yang ada.

MEDIA PERSPEKTIFl VOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 19

Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat tekan rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dari fc yang telah disyaratkan. Kriteria penerimaan beton harus sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut Standar Nasional Indonesia (1990), kuat tekan harus memenuhi 0,85 fc untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi fc + 0,82 s untuk rata-rata empat buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi maka diuji mengikuti ketentuan selanjutnya (Mulyono, 2003). Frekuensi dalam beton akan mempengaruhi nilai kekuatan tekan dalam perancangan. Pengertian frekuensi dalam kekuatan beton pada dasarnya tercermin melalui nilai standar deviasi. Asumsi yang digunakan dalam perencanaan bahwa kekuatan beton akan terdistribusi normal selama masa pelaksanaan yang diambil melalui hasil pengujian di laboratorium. Secara umum rumusan kekuatan tekan dengan mempertimbangkan frekuensi yang ditulis sebagai :

fcr = fc + k. s (1)

Hasil kuat tekan karakteristik beton, secara umum diperhitungkan dengan menggunakan persamaan:

fcr = k. s (2)

dimana fcr merupakan kekuatan tekan karakteristik, f c adalah kuat tekan yang direncanakan, merupakan kekuatan tekan rata-rata, s adalah nilai standar deviasi dan k adalah suatu konstanta yang diturunkan dari distribusi normal kekuatan tekan yang diijinkan, biasanya diambil sebesar 1,64 untuk standar di Indonesia, tentunya berbeda dengan Negara lain misalnya peneliti di komite ACI memberikan nilai k sebesar 1,64 atas variasi pengujian dari beton normal dengan kekuatan tekan 25 55 MPa, tetapi tidak berlaku untuk kekuatan yang lebih tinggi dan nilai k yang digunakan merupakan nilai variasi sebenarnya dari hasil uji statistik (Mulyono, 2003). Pada referensi lain konstanta k adalah ukuran kemiringan/kemencengan atau skewness yakni m e rupa k an uk ur an yang m enyatak an d eraj at ketidaksimetrisan dari lengkungan suatu distribusi, apabila diketahui ukuran ini, maka dapat diketahui p u la b a g a i m a n a k e a d a a n le n g k u n g a n ya n g mempunyai ukuran tersebut, apakah lengkungan itu simetrik, positif atau negatif.

Gambar 1. Kurva Distribusi Normal

Gambar 2. Ketidaksimetrisan Kurva Distribusi Kelengkungan Positif

Gambar 3. Ketidaksimetrisan Kurva Distribusi Kelengkungan Negatif

Ada beberapa cara untuk menentukan kemiringan lengkungan, diantaranya yang terkenal adalah yang sering dinam akan cara Pearson. Dengan tidak mengurangi bagaimana diperolehnya bahwa untuk mengetahui ada atau tidaknya kemiringan bagi suatu lengkungan adalah tergantung pada harga yang biasa disebut koefisien kemiringan/kelengkungan, yang rumusannya berbentuk:

RISET & TEKNOLOGI /20 MEDIA PERSPEKTIFl VOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59

Koefisien kemiringan k =

Tabel 2. Hasil uji kuat tekan contoh kasus II

atau dengan sebuah alternatif, secara umum dapat pula dituliskan sebagai (Davis, et.al., 1982):

k= (4) Adapun sebagai pegangan yang digunakan untuk menentukan suatu lengkungan itu miring atau tidak adalah apabila nilai :

Koef. kemiringan < 0 lengkungan negatif

Koef. kemiringan > 0 lengkungan positif

Koef. kemiringan = 0 lengkungan simetrik

METODOLOGI PENELITIAN

Sampel data hasil pengujian kuat tekan karakteristik beton diperoleh dari Jurnal Intek Makassar Tahun ke8 No. 1 tahun 2002 (contoh kasus I) dan hasil Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda untuk proyek Plaza Mulia Samarinda tahun 2008 (contoh kasus II). Pada kondisi tertentu, dalam laporan hasil pengujian tidak menyampaikan hasil akhir sebagai sebuah kesimpulan, tetapi hasil untuk setiap sampel sendiri-sendiri, bukan mengambil hasil rata- rata pengujian, juga tidak memberikan hasil kuat tekan karakteristik beton. Hasil analisis kedua kasus tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil analisis yang melibatkan koefisien kemiringan seperti pada formula/Persamaan 4.

Tabel 1. Hasil uji kuat tekan contoh kasus I

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sering ditemukan beberapa kasus pelaporan hasil analisis kuat tekan karakteristik beton dari pengujian dengan hasil yang tidak mencerminkan sebuah karakter atau perwakilan dari nilai yang ada, terbukti hasil yang diperoleh bahkan jauh dari karakter yang sebenarnya sampai berada di posisi kurang dari nilai yang paling rendah terhadap pengujian yang dilakukan. Apabila diperhatikan secara seksama analisis tersebut tidak salah karena berpedoman pada p e r s a m a a n d ia t a s ya k n i : k u a t t e k a n b e t o n karakteristik diambil sebesar f cr = berdasarkan perkiraan. k. s, Persamaan (2) dengan k = 1,64 yakni harga mutlak

Penulis berpendapat, apabila menganalisis kuat tekan beton karakteristik berdasarkan hasil pengujian yang sebenarnya, dan bukan perencanaan, semestinya besaran nilai k bukan lagi 1.64, tetapi harus dihitung sesuai Persamaan (4) diatas sesuai penyebaran data dan distribusi hasil uji sesungguhnya.

Contoh kasus I dianalisis dengan Persamaan (2), diperoleh hasil kuat tekan karakteristik beton sebesar:

Nilai standar deviasi s = 7.198

cr Dianalisis menggunakan nilai k = 1.64 akan diperoleh kuat tekan karakteristik f = 232.47 kg/cm2.

MEDIA PERSPEKTIFl VOL. 10 Nomor 1, JUNI 2010 : 1 - 59 RISET & TEKNOLOGI / 21

cr memenuhi f = 25 MPa, hal ini menuai komplain dari Pihak Pelaksana Pembangunan Plaza Mulia, karena hasil analisis berada dibawah dari nilai yang paling terendah sekali yakni fc = 23.40 MPa.

Seandainya laporan hasil pengujian kuat tekan karakteristik contoh kasus kedua tersebut dianalisis dengan nilai k berdasarkan persamaan (3) sebesar 0.382, maka kuat tekan karakteristik yang cr diperoleh adalah f = 27.42 0.382 * 2.612 = 26.42 MPa, dimana nilai tersebut berada diantara nilai terendah dan nilai rata-rata hasil kuat tekan ( 23.40 < cr 26.42 < 27.4), sehingga memenuhi syarat f = 25

Gambar 1. Histogram frekuensi peluang contoh kasus I

Apabila contoh kasus I menggunakan nilai k yang dihitung berdasarkan Persamaan (4) yaitu

k = = = 0.187 , akan diperoleh MPa.

KESIMPULAN

Memperhatikan dari beberapa contoh kasus analisis hasil pengujian kuat tekan beton karakteristik, dapat disimpulkan bahwa apabila pengambilan nilai k berdasark an perencanaan sebesar 1,64 ak an cr kuat tekan karakteristik f = 244.27 0.187 * 7.198

memberikan hasil yang jauh lebih kecil dari nilai kuat = 242.92 kg/cm2. Bisa diterima, karena masih diatas dari nilai terendah hasil pengujian kuat tekan yakni sebeasar fc = 234.85 kg/cm2.

Untuk contoh kasus II, direncanakan kuat tekan karakteristik yang diinginkan, bahkan masih lebih kecil dari data yang terkecil setiap pengujian yang bersangkutan. Agar diperoleh hasil yang benar, nilai karakteristik yang berada pada nilai antara yang cr tekan karakteristik beton f = 25 MPa, dalam laporan t e r e n d a h d a n r a t a - r a t a , d i s ya r a n k a n u n t u k tersebut telah dihitung dan ditetapkan bahwa nilai s = 2 .6 1 2, s ed a ng k an un t uk n ila i k b er d a s a rk a n Persamaan (4), diperoleh k = 0.382 (angka negatif menunjukkan arah kemiringan data) seperti terlihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Histogram frekuensi peluang contoh kasus II Karena dalam laporan hasil uji kuat tekan dihitung berdasarkan nilai k = 1.64, maka kuat tekan menggunakan nilai k yang dihitung berdasarkan Persamaan (4) pada setiap analisis hasil pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

______ 2008. Hasil Uji Kuat Tekan Beton Proyek Plaza Mulia Samarinda. Laboratorium Teknik Sipil POLNES. Davis, H.E., Troxell, G., Hauck, G. 1982. The Testing of Engineering Material. Fourth Edition, McGraw-Hill, Inc. Idris, M. dan Rifai, A., 2002. Kuat Tekan Beton Dengan Perbaikan Karakteristik Kerikil Alam (Sungai). Jurnal INTEK Makassar. Tahun ke-8 Nomor 1. Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Penerbit Andi.

Yogyakarta. SNI. 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SK SNI 031974-1990. Bandung.

You might also like