You are on page 1of 32

AGAMA dan HUKUM

S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010/2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Agama dan Hukum ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah agama, yakni Bapak Drs. Nizom Zaini, M. PdI Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan agama, serta infomasi dari internet yang berhubungan dengan agama dan hukum, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Agama atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Agama Islam yang ditinjau dari aspek hukum-hukumnya, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jakarta, November 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar...............................................................................................................i Daftar isi........................................................................................................................ii Bab I Pendahuluan.........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................1 1.3 Rumusan Masalah........................................................................................2 1.4 Metode Penulisan.........................................................................................2 Bab II. Pembahasan.........................................................................................................3 2.1 Pengertian Hukum Islam..............................................................................3 2.2 Sifat Hukum Islam........................................................................................9 2.3 Ruang Lingkup Hukum Islam.....................................................................10 2.4 Tujuan Hukum Islam...................................................................................12 2.5 Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat.............................14 2.6 Kontribusi Umat Islam................................................................................16 2.7 Fungsi Profetik Agama dalam Hukm dan Ajaran Islam..............................20 2.8 Tujuan Profetik Agama dalam Taat Hukum...............................................25 Bab III. Penutup............................................................................................................26 Daftar Refrensi..............................................................................................................27 Nama Kelompok...........................................................................................................28

ii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas. Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan. Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum Islam di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di dunia itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa jauh pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di Tanah Air ? Maka dapat dijawab dengan memaparkan hokum-hukum Islam sejak komunitas muslim hadir di Indonesia. Di samping itu, kajian tentang hukum Islam di Indonesia juga dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat Islam secara khusus untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan mengakrabkan bangsa ini dengan hukum Islam.

1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan kami membuat makalah tentang Agama dan Hukum agama ini adalah: 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. 2. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. 3. Untuk memberikan manfaat baik untuk para rekan mahasiswa maupun bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. 4. Untuk memberikan gambaran tentang hukum-hukum Islam yang ada.

1 1.3 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah: 1. Apakah pengertian hukum islam? 2. Konsepsi hukum islam? 3. Apakah fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat ? 4. Apa kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum? 5. Apa fungsi profetik agama dalam hukum dan ajaran islam?

1.4 Metode Penulisan Dalam pembuatan makalah ini, kami menggunakan beberapa metode, diantaranya: 1. Kajian Pustaka Kami mencari materi-materi yang berkaitan dengan hukum-hukum dari buku yang memuat materi tersebut. 2. Searching di Internet Kami juga mencari materi-materi ini dengan searching di internet.

2 BAB II AGAMA dan HUKUM

A. Pengertian Hukum Islam Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda. Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam serta hukum hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyuNya yang kini terdapat dalam Al quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadis. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya. Sebagai sistem hukum, hukum Islam berbeda dengan sistem hukum lain, yang pada umumnya terbentuk dan berasal dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran manusia serta budaya manusia pada suatu tempat dan masa.

3 Hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi kebudayan manusia di suatu tempat dan masa, tapi pada dasarnya ditetapkan Allah melalui wahyu-wahyuNya, yang terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh nabi Muhammad SWA sebagai rasulNya melalui sunah-sunah beliau yang kini pun tehimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hokum Islam secara fundamental dengan hukum-hukum lain yang semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran atau buatan manusia. Hukum islam diperkenalkan dengan berbagai istilah yang saat ini telah populer di lingkungan umat Islam. Ada istilah syariat, hukum syara, maupun fiqih. Bagi setiap umat Islam selayaknya memahami ketiga istilah tersebut, agar memiliki wawasan yang cukup mengenai wilayah dan cukupan-cakupan ilmu agama islam. 1. Syariat (addiin atau almillah) adalah segala sesuatu yang ditetapkan Allah, dibawa para Nabi termasuk nabi Muhammad, yang berkaitan dengan teknik amal perbuatan (ilmu fiqh), keimanan (ilmu kalam) . 2. Hukum syaraadalah firman Allah yang mengikat orang muslim berupa, a. . Al-hukmu at-taklifiy (hokum yang bersifat pembebanan ),menurut mayoritas ulama ada 5 tingkatan: Ijab/ wajib (kewajiban), yaiti suatu perbuatan jika dilakukan mendapat imbalan phala dan kalau ditinggalkan akan mendapat siksa dan dosa. Sunnah/ mandub (anjuran), yaitu suatu perbuatan jika dilakukan mendapat imbalan tetapi jika ditinggalkan tidak memiliki resiko berdosa. Ibahah/ mubah (kebolehan), yaitu suatu pernuatan jika dikerjakan mauoun ditinggalkan tidak mengandung konsekuensi pahala ataupun dosa.

4 Karahah/ makruh (kebencian/ keterpaksaan), yaitu perbuatan jika ditinggalkan akan mendapatkan imbalan pahala dan jika dikerjakan tidak beresiko siksa dan dosa. Tahrim/ haram (larangan) yaitu suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat siksa dan dosa, dan jika ditinggalkan akan dapat imbalan paahala. b. Al-hukmu al-wadliy (hukum yang bersifat penetapan-penetapan khusus), terdiri dari ketetapan-ketetapan yang menentukan kberlakuan hokum taklifiy, yaitu: As-sabab (sebab), yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh Allah sebagai factor datangnya ketentuan hokum taklifiy, seprti condongnya matahari ke arah barat menjadi factor datangnya sholat dhuhur; seperti hadinya suatu penyakit atau kegiaatan bepergian (musafir) menjadi dihapuskannya skewajiban puasa ramadhan pada hari itu. Jadi, ada hubungan sebab akibat antara datangnya suatu factor dengan datangnya hokum. As-syarath (syarat) yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh Allah untuk menjadi factor bagi keabsahan suatu hokum walaupun tidak memiliki hubungan mutlak sebaab akibat, seperti akaad nikah yang sah merupakan syarat ditetaapkannya talak/ perceraian karena tidak ada perceraian jika sepasang manusia tidak pernah maenikah secara sah, dan seoarang yang menikah secara sah, dan seorang yang menikah secara sah dan tidak selalu berakhir dengan perceraian. Al- mani (penghalang), ayitu segala seduatu yangt ditetapkan oleh Allah menjadi penghalang pelaksanaan suatu hukum. Maka jika sesuatu itu ada, secara otomatis hukum itu tidak berlaku, seperti batalnya hak mewarisi bagi seorang pembunuh bagi yang dibunuhnya. Dalam hukum waris, seorang anak memperoleh bagian harta waris dari orang tuanya dalam keadaan apapun juga.

5 Namun hal ini bisa di anulir jika terbukti ternyata anak tersebut ternyata menjadi pembunuh bagi orang tuanya. Maka dalam hal ini membunuhadalah mani/ penghalanh untuk menerima waris. Azimah (ketetapan reguler), yaitu ketetapan Allah yang disampaikan kepada umatnya secara umum dengan tidaka disertai dengan relevansi-relevansi khusus baiak dalam keadaan tertentu maupun terhadap kelompok tertentu. Seperti shalat 5 waktu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan waktu dan jumlah rekaatnya. Rukhshah (dipensasi), yaitu ketetapan Allah untuk memberikan dipensasi bagi umatnya dalam keadaan khusus yang menghajatkan seperti itu. Seperti shalat dhuhur yang dapat digabung dengan shalat ashar dengan masing- masing dua rekaat saja (disebut dengan jama dan qashar); orang yang sakit memperoleh dispensasi puasa ramadhan untuk dikerjakan di bulan lainnya saja. As-Shihhah (valid/ absah) yaitu ketetapan Allah bagi amalan-amalan yang telah memenuhi standar kriteria syarat dan rukunnya. Seperti shalat yang dilakukan sebagaimana syarat dan ketentuan secara lengkap maka shalat itu ditetapkan sabagai shalat yang sah Al- buthlan (batal) yaitu ketetapan Allah bagi amalan-amalan yang telah memenuhi ketetentuan syarat dan rukun padahal tidak memiliki dispensasi apapun.

3. Fiqih adalah Pengetahuan yang berkaitan dengan hukum syara yang praktis dan terperinci. Dihasilkan dari proses rasional dan ijtihad manusia, bersifat instrumental dengan ruang lingkup terbatas pada perbuatan manusia serta tidak berlaku abadi, tergantung tempat dan masa.
a. Pembagian fiqih menurut 4 mahzab:

Mahzab menurut ulama fiqih adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli fiqih nujtahid. Mazhab di bagi menjadi 2 menurut pendapat beberapa kalangan, yakni:

6 1. Mahzab dari kalangan Sunni: Mazhab Hanafi Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi adalah yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 45%), penganutnya banyak terdapat di Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Maladewa), Mesir bagian Utara, separuh Irak, Syria, Libanon dan Palestina (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya, Dagestan) Mazhab Maliki Didirikan oleh Imam Malik, diikuti oleh sekitar 25% muslim di seluruh dunia. Mazhab ini dominan di negara-negara Afrika Barat dan Utara. Mazhab ini memiliki keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk Madinah sebagai sumber hukum karena Nabi Muhammad hijrah, hidup, dan meninggal di sana; dan kadang-kadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hadits. Mazhab Syafii Dinisbatkan kepada Imam Syafi'i memiliki penganut sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar terutama di Indonesia, Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia, Yaman, Thailand, Singapura, Filipina, Sri Lanka dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia dan Brunei.

7 Mazhab Hambali Dimulai oleh para murid Imam Ahmad bin Hambal. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di Arab Saudi. 2. Mazhab dari kalangan Syiah: Mazhab Jafari Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) adalah mazhab dengan penganut yang terbesar dalam Muslim Syi'ah. Dinisbatkan kepada Imam ke-6, yaitu Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Keimaman kemudian berlanjut yaitu sampai Muhammad al-Mahdi bin Hasan al-Asykari bin Ali al-Hadi bin Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa alKadzim bin Ja'far ash-Shadiq. Mazhab ini menjadi mazhab resmi dari Negara Republik Islam Iran. Mazhab Ismailiyah Mazhab Ismaili atau Mazhab Tujuh Imam berpendapat bahwa Ismail bin Ja'far adalah Imam pengganti ayahnya Jafar asSadiq, bukan saudaranya Musa al-Kadzim. Dinisbatkan kepada Ismail bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Garis Imam Ismailiyah

sampai ke Imam-imam Aga Khan, yang mengklaim sebagai keturunannya.

8 Mazhab Zaidiah Mazhab Zaidi atau Mazhab Lima Imam berpendapat bahwa Zaid bin Ali merupakan pengganti yang berhak atas keimaman dari ayahnya Ali Zainal Abidin, ketimbang saudara tirinya, Muhammad al-Baqir. Dinisbatkan kepada Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Setelah kematian imam ke-4, Ali Zainal Abidin, yang ditunjuk sebagai imam selanjutnya adalah anak sulung beliau yang bernama Muhammad al-Baqir, yang kemudian diteruskan oleh Ja'far ash-Shadiq. Zaid bin Ali menyatakan bahwa imam itu harus melawan penguasa yang zalim dengan pedang. Setelah Zaid bin Ali syahid pada masa Bani Umayyah, ia digantikan anaknya Yahya bin Zaid.

B. Sifat Hukum Islam

Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum Islam, Dengan sifat ini, hukum islam mempunyai validitas baik bagi perorangan maupun masyarakat. Sifat-sifat itu adalah: 1. Bidimensional Mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (illahi) sehingga luas atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan tetapi juga mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat inilah yang

merupakan sifat dasar hukum islam dan merupakan fitrah (sifat asli) hukum islam.

9 2. Adil. Sifat ini merupakan tujuan penetapan hukum islam, dan telah melekat sejak kaidah-kaidah dalam syariah ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang di dambakan oleh setiapm manusia baik sebagai individu, maupun masyarakat. 3. Individualistik, dan kemasyarakatan Diikat oleh nilai-nilai transdental yaituwahyu Allah yang di sampaikan kepada nabi Muhammad saw

C. Ruang Lingkup Hukum Islam Hukum islam baik dalam pengertian syaariatr maupun fikih di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu: Ibadah (mahdhah) dan muamalah (ghairu mahdhah). 1) Ibadah (mahdhah) Tata cara dan upacara yang wajib dilakukan oleh seoraang muslim dalam menjalankan hubingan kepada Allah, seperti shalat, membayar zakat, menjalankan ibadah haji. Tata caara dan upacara ini tetap, tidak ditambahtambah maupun dikurangi. Ketentuannya telah di atur dengan pasti oleh Allah dan dijelaskan oleh RasulNya. Dengan demikian tidak mungkin ada proses yang membawa perubahan dan perombakan secaara asasi mengenai hukum, susunan, cara dan tata cara beribadat. Yang mungkin berubah hanyalah penggunaan aalat-alat modern dalam pelaksanaannya. 2) Muamalah (ghairu mahdhah)

Ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja. Karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad manusia yang memenuhi syarat melakukan usaha itu. 10 a. Bagian- bagian hukum islam adalah: Menurut HM Rasyidi: Munakahat (hukum yang mengatur sesuatau yang berhubunngan dengan perkawinan, perceraian dan akibat-akibatnya.) Wirasah (hukum yang mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta warisan daan cara pembagian waarisan) Muamalat (hukum yang mengatur masalah kebendaan daan hakhak atas benda, tata hubungan manusia dalam persoalan jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan lain-lain) Jinayat (hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud atau tindak pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumnya dalam al quran daan sunah nabi maupun dalam jarimah tazir atau perbuatan yang bentuk dan batas hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bbagi pelakunya) Al-ahkam as-sulthaniyah (hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak daan sebagainya) Siyar (hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain) Mukhassamat (hukumyang mengatur tentang peradilan, kehakiman, dan hukum acara)

Menurut Fathi Osman: Al ahkam as-syakhsiyah : hukum perorangan Al ahkam al-madaniyah : hukum kebendaan Al ahkam al-jinaiyah : hukum pidana Al ahkam al-murafaat : hukum perdata

11 Al ahkam al-dusturiyah : hukum tata negara Al ahkam al-iqtishadiyah : hukum ekonomi dan keuangan

b. Sistematika hukum islam daapat dikemukakan sebagai berikut: Al-ahkam asy-syakhsiyah (hukum peronrangan Al-ahkam al-maadaniyah (hukum kebendaan) Al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana, dan peradilan tata usaha) Al ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara) Al-ahkam ad-dauliyah (hukum internasional) Al-ahkam al-iqtishadiyah wa-almaliyah (hukum ekonomi dan keuangan) D. Tujuan Hukum Islam Tujuan hukum islam adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia dan mendatangkan kemashlahaatan bagi mereka; mengarahkan mereka kepada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di duniaa dan di akhirat dengan jalan mengambil segala yang manfaat dan mencegah atau menolak yang madharat, yakni yang tidak berguna bagi hidup maaupun kehidupan manusia. Ada lima tujuan hukum islam, yaitu:

Agama Jiwa Akal Harta, yang disebut maqasid al-khamsah 12 a) Memelihara agama, beragama merupakan kebutuhan manusia yang dapat mnyenntuh nurani manusia. Agama akidah, syariah dan akhlak ataun mencampuradukkan ajaran agama islam dengan pham atau aliran bathil. Agama islam memberi perlindungan kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya. Agam islam tidak m,emaksakan pemeluk agama lain memeluk agama islam. b) Memelihara jiwa, menurut hukum islam jiwa harus dilindung. Uuntuk itu hukum islam wajjib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan hidupnya. Hhukum islam mekarang pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan manusia untuk mempertahankan kemashlahatan hidupnya. c) Memelihara akal, menurut hukum islam seseeorang wajib memelihara akalnya kerana akal mempunya peranan yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Dengan akalnya, maanusia dapat memahami waahyu Allah baik yang terdapat daalam kitab suci ataupun ayat-ayat Allah yang terdapat di alam. Dengamn akalnya, manusia dapat mengembangkan ilmmu pengetahuan daan teknologi.seseorang tidak akan mampu menjalankan hukum islam dengan baik daan benar tanpa menggunakan akal yang sehat. Oleh karena itu pemeliharaan akal merupakan salah satu tujuan hukum islam. Untuk itu, hukum islam melarang oraang meminum minuman yang memabukkan dan memberikan hukuman pada perbuatan yang merusak akal.

d) Memelihara keturunan, dalam hukum islam, memelihara ketuurunan adaalah hal yang sangat penting. Untuk itu dalam hukumislam untuk meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuanketentuan yang aada dalam al quran dan as sunah dan dilarang melakukan perbuatan zina.

13 e) Memelihara harta, menurut hukum islam, harta merupakan pemberiaan Allah kepada manusia untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya. Untuk itu, manusia sebaga khalifah Allah di muka bumi (makhluk yang diberi amanah Allah untuk mmengelola alam ini sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya) dilindungi haaknya untuk memperooleh harta dengan cara-cara yang halal artinnnya menurut hukumdaan benar menurut ukuran moral. E. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan bermasyarakat Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiapa individu dan kelompok sosial memiliki kjepentingan. Namun demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal itu mengandung potensi terjadinya benturaan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakkan aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan menjadi pedomaan setiap pemeeluknya. Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu: a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan, b. Menegakkan keadilan (iqamat al-adl),

c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah). Oreintasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal abadi, baik yang berupa hukum- hukum untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi), 14 maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (daru almafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya. Maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri. Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu: 1) Fungsi ibaadah. Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Maka dengan daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya. 2) Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran). Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran. 3) Fungsi zawajir (penjeraan). Aadanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga dengan aancaman siksa akhirat dimaksudkaan agar manusia dapat jera dan takut melakukan kejahatan. 4) Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat). Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat mrnjadi leboh baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering social.

Keempat fungsi hukumtersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum tertentu tetapi saatu deengan yang lain juga saling terkait.

15 F. Konstribusi Umat Islam dalam Hukum Islam ada dua sifat, yaitu: Al- tsabat (stabil), hokum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang masa At-tathawwur (berkembang),hukum islam tidak kaku dalam berbagai konddisi dan situasi sosial.

Kontribusi umat islam dalam perumusan dan pengakan hukum pada akhir-akhir ini semakin nampak jelas dengan diudangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum Islam, seperti misalnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan tanah milik, Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1989 Tentang peradilan agama, Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. kekuasaan atau penguasa. Kehendak Allah yang berupa ketetapan tersebut kini tertulis dalam Al quran. Kegendak Rasulullah sekarang terhimpun dalam kitab-kitab hadits, kehendak penguasa sekarang termaktub dalam kitab-kitab fikih. Yang dimaksud

penguasa dalam hal ini adalah orang-orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad karena kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan ajaran hukum Islam dari dua sumber ytamanya yaitu al qur;an dan al hadist yang memuat sunnah Nabi Muhammad. Yang ditetapkan Allah dalam Al quran tersebut kemudian dirumuskan dengan jelas dalam percakapan antara Nabi Muhammad dengan salah seorang sahabatnya yang akan ditugaskan untuk menjadi Gubernur di Yaman. Sebelum muaz bin jabal berangkat ke Yaman. 16 Nabi Muhammad menguji dengan menanyakan sumber hukum yang akan dia pergunakan untuk menyelesaikan masalah atau sengketa yang dia hadapi di daerah yang baru itu. Perrtanyaan itu di jawab oleh Muaz bahwa dia akan menggunakan Al quran. Jawaban itu kemudian disusul oleh Nabi Muhammad dengan pertanyaan berikutnya:Jika tidak terdapat petunjuk khusus (mengenai suatu masalah) dalam Al quran bagaimana ? Muaz menjawab saya akan mencarinya dalam Sunnah Nabi Muhammad. Kemudian Nabi bertanya kalau engkau tidak menemukan petunjuk pemecahannya dalam sunnah Nabi Muhammad, bagaimana ? kemudian Muaz menjawab : Jika demikian, saya akan berusaha sendiri mencari sumber pemecahannya dengan menggunakan akal saya dan akan mengikuti pendapat saya itu. Nabi sangat senang atas jawaban Muaz dan berkata : Aku bersyukur kepada Allah yang telah menuntun utusan Rasul-nya. (H.M Rasjidi, 1980:456). Dari hadis yang dikemukakan, para ulama menympulkan bawa sumber hukum Islam ada tiga yaitu Al quran, as Sunnah dan akal pikiran orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Akal pikiran ini dalam kepustakaan hukum Islam diistilahkan dengan
al rayu, yaitu pendapat konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Masalah

musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam Al quran surat 42:28, yang isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan demikian, tidak akan terjadi kewenang-wenangan dari seorang pemimpin terhadap rakyatnya.

Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam dokrin musyawarah (syura). Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah negera (John L Esposito, 1991:149). Di samping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah demokrasi, yaitu konsensus atau ijma. 17 Konsensus memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan sangat besar pada korpus hukum atau tafsir hukum. Namun hampir sepanjang sejarah Islam konsensus sebagai salah satu sumber hukum Islam cenderung dibatasi pada konsensus para cendikiawan, sedangkan konsensus rakyat kebanyakan mempunyai makna yang kurang begitu penting dalam kehidupan umat Islam. Namun dalam pemikiran muslim moderen, potensi fleksibilitas yang terkandung dalam konsep konsensus akhirnya mendapat saluran yang lebih besar untuk mengembangkan hukum Islam dan menyesuaikan dengan kondisi yang terus berubah (Hamidullah, 1970:130). Dalam pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam moderen. Konsep consensus memberikan dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoriats (John L Esposito & O Vill, 1999:34). Selain syura dan ijma, ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi Islam, yaitu ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Musyawarah, konsensus dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namun lepas dari ramainya perdebatan maknanya di dunia Islam, istilah-istilah ini memberikan landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara Islam dan demokrasi di dunia kontemporer (John L Esposito & John O Voll, 1999:36)

Dilihat dari sketsa historis, hukumislam masuk ke indonesia bersama masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan hukum barat bary diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam masuk indonesia, rakyat indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. 18 Namun setelah islam datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka hukum islam pun munjadi hukum resmi kerajaankerajaan tersebut dan tersebar manjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat. Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan indonesia adalah diawali pada saat proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian diakui berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah keinginan para pemimpin islam untuk kembali menjalankan hukum islam baggi umat islam berkobar, setelah seacra tidak langsung hukum islam dikebiri melalui teori receptie. Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadarn berhukum islam untuk pertama kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945 , yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya. Tetapi dengan pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akhirnya mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila pertamanya menjadi ketuhanan yang maha esa. Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundangundangan, hukumislam telah benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara kontitusional yuridik. Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum sangat besar. Ada pun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui

proses kultural dan dakwah. Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai kultur dalam masyarakat, maka sebagai konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu law inforcement dalam penegakkan hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi waajib pula menurut perundangan. 19 G. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum dan Ajaran Islam Fungsi menuju berkualitas. hukum mengondisikan profetik agama juga yang adalah batin bahwa agama yang (agama membuat sebagai baik dan sarana yang yang sumber bisa

kebahagiaan Yaitu secara

memuat manusia bermoral

peraturan-peraturan sebagai orang

terbentuknya manusia bertahap

moral) kearifan yg menjiwi langkah hukum dengan memberikan sanksi sehingga memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan) a. Kesadaran Taat Hukum Pengertian Taat Hukum Umum - Patuh terhadap aturan perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah, pemimpin yang dianggap berlaku oleh untuk orang banyak. Mematuhi aturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan. Islam. Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh Al-Quran dan hadits serta Ijma Ulama dengan sabar dan ikhlas. b.. Asas Hukum 1. Pengertian Asas Hukum

Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan berpendapat. Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.

20 2. Asas Hukum Secara Umum Asas kepastian hukum Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu. Asas keadilan Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya. Asas kemanfaatan Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagikepentingan negara dan kelangsungan umat manusia. 3. Asas Hukum Secara Islam Asas kepastian hokum Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.

Qs. Al-Maidah Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, 21 menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan member makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.QS. al-Mai'dah (5) :95 Asas keadilan Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya. Qs. Shad : 26 Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi ini menegakan dan menjalankan hukum sabaik-baiknya tanpa memandang status sosial, status ekonomi dan atribut lainnya. Qs. An-Nisa : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8 Intinya : Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran hukum dalam Islam dan Siapa yang tidak menetapkan

sesuatu dengan hukum yang telah ditetapkan Allah itulah orang-orang yang aniaya Asas kemanfaatan Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia. Qs. Al-Baqarah : 178 22 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) mambayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. 2:178) Asas kejujuran dan kesukarelaan QS. Al-Mudatsir : 38 Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap individu tidak akan memikul dosa orang (individu) lain. c. Profetik Agama Dalam Taat Hukum

1) Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum

Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama memalui yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Agama yang diajarkan atau dicontohkan oleh para Nabi/ Rasulullah Contoh atau tauladan yang telah digariskan / dicontohkan Rasulullah saw. 23

2) Fungsi Profetik Agama Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan, menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang salah atau kurang baik. Dalam merugikan Dalam ada. Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal Dalam Materialisme (kebendaan), pamer, Deideologisasi tatanan keamanan dan yang tidak sehat dan atau nyaris masyarakat kebebasan (Politik yang

paham yang tidak sehat)

menabrak rambu-rambu hukum dan norma serta nilai yang

glamour, poya-poya dsb Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam masyarakat (Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun bathin Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti

Globalisasi (Ends of Pluralisme)

Intinya: 1) Dalam berpolitik, seperti : Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang 2) Dalam Materialisme, seperti : Ekonomi kapitalisme 3) Dalam Ekologi, seperti : Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan umum dan pendidikan moral, memisahkan pemerintahan negara dengan Agama). Agama terasing dari persoalan kehidupan manusia 4) Dalam Reduksionisme, seperti : Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan 24 5) Dalam Kultural atau Budaya, seperti : Hedonisme (hanya memburu dan mengejar kesenangan dunia) Dalam mengatasi atau merevitalisasi keberagaman dalam menjalankan agama dengan kembali ke Al-Quran and Sunnah, maksudnya menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum -> QS.Al-Maidah : 4849 QS. An-Nisa ; 59 dsb Tidak menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan final yang Undervartable. Paham, aliran, mazhab tidak termasuk Tasyri hanya bayan liattasyri. Memperbolehkan Ikhtilaf, namun hanya pada masalah Ijtihadiyah. Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak ditentukan oleh QS, namun tetap mengacu pada sifat Basyariah Rasulullah sebagai syariat -> antum alamubi umuri dunyakum. Suatu hukum dari Ijtihad bersifat debatable (yang dapat dibantah, debat) bukan merupakan keputusan final H. Tujuan Profetik Agama Dalam Taat Hukum 1. dengan Mendorong aturan seseorang dan (manusia) berperilaku dan yang berbuat sah sesuai serta

hukum

perundang-undangan

sesuai

QS,

sehingga

tercipta

suatu

kondisi

masyarakat

yang

sadar

dan taat hukum. 2. Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan mentauladani pribadi akhirat Rasulullah, (antara agar manusia manusia dengan selamat manusia, dan bahagia dunia dan dengan antara manusia

Allah serta dengan alam lingkungan). 3. Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang sempit) dan Primordial konflik perperangan. 25 BAB III PENUTUP Kesimpulan Sesungguhnya hukum Islam memiliki ciri yang khas. Karena ia tidak pernah memisahkan hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan hidupnya, terutama dengan Allah SWT- Tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta. Sebagai hukum yang bersumber dari wahyu Allah SWT, ia mengandung nilai abadi yang tidak bertentangan dengan validitas yang kreatif dan permanent, bahkan didalam hukum islam terkandung sifat itu. dan sosial, Formalisme politik sempit yang menjurus akan melahirkan berbagai dan bahkan kepada perpecahan

26 DAFTAR REFERENSI Azhary, Nuhammad Tahir. Negara Hukum (Jakarta: Prenada Media, 2004). hukumislamdankontribusiumatislam.blogspot.com www.google.com Wahyuddin, Achmad dan M. Ilyas. Pendidikan Agama Islam (Grasindo)

27 Disusun oleh : Kelompok 4 1. Ari Nur Fauzi Cahyaningsih 2. Yogi Pebrian Tedi (Ketua) 3. Devi Tias Melati Kelas 1B 1010711060 1010711063 1010711064

28

You might also like