You are on page 1of 31

BATUAN BEKU

I. PENDAHULUAN Petrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan tersebut dan hubungannya dengan proses proses geologi dan sejarah geologinya. Batuan beku adalah batuan yang tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas. Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik. Bowen memberikan suatu seri reaksi menerus (Continous) dan tidak menerus (discontinous).

Gambar 1 : Siklus Reaksi Bowen

1.1. Ruang Lingkup Praktikum. Dalam pelaksanaan praktikum petrologi praktikan diarahkan pada penguasaan jenis dan nama batuan secara megaskopis, melalui pemerian parameter, komposisi dan struktur batuan. Sebatas yang dapat ditangkap oleh mata bebas, disamping juga dibantu dengan lensa tangan (loupe). 1.2. Diferensiasi Magma. Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersuhu antara 9000 - 11000 C dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (Vide F.F.Grouts, 1947 : turner & Verheogan, 1960 : H.Williams, 1962).

Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang bakal membentuk semua mineral-mineral pembentuk batuan, namun mineral tersebut tidak terbentuk bersamaan karena tergantung pada fasa silikat dengan kondisi tertentu. Dalam arti mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur dan kondisi tertentu. Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally, 1933 : Winkler Vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat dirubah menjadi magma dengan sifat yang lain, oleh proses-proses yang disebut : Hibridisasi : ialah pembentukan magma baru, karena pencampuran dua magma yang berlainan jenisnya. Sinteksis : ialah proses pembantukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma. Anateksis : ialah pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar. Dari magma dengan kondisi tertentu ini, selanjutnya mengalami diperensiasi magnetik, ialah semua proses yang mengubah magma homogen berskala besar menjadi batuan beku denagn komposisi yang berfariasi (W.T. Huang, 1962). Proses-proses tersebut antara lain : Fraksinasi : ialah pemisahan kristal dari larutan pada waktu terjadi pendinginan magma atau kristal-kristal pada waktu pendinginan magma tidak dapat mengikuti perkembangan komposisi larutan magma yang baru. Proses fraksinasi ini merupakan proses diferensiasi yang paling utama. Gravitational Settling : ialah pengendapan kristal-kristal oleh gaya gravitasi, sehingga mineral yang berat akan memperkaya bagian dasarnya (waduk magma) dan posisinya berada dibawah mineral yang lebih ringan. Liquid Immissibility : ialah larutan magma yang mempunyai suhu dan tekanan tinggi, pada suhu rendah akan pecah menjadi fraksi larutan yang masing-masing membeku membentuk batuan yang heterogen.

Gambar 2 : Diferensiasi Dapur Magma

Komposisi Pada batuan beku mineral sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : 1. Mineral mineral felsik ; tersusun atas silica dan alumina, umumnya berwarna cerah. Mineral tersebut antara lain : - Kwarsa - Ortoklas - Plagioklas - Muskovit

2. Mineral mineral mafik ; tersusun atas unsur unsur besi magnesium kalsium, umumnya mineral - mineral ini berwarna gelap.

Mineral tersebut antara lain : - olivine - hornblende

- Piroksen - Biotit

Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif (membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (membeku dipermukaan bumi). Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Batuan beku volkanik. Biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena membeku dipermukaan atau dekat dengan permukaan bumi. 2. Batuan beku hipabisal. Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran sedang atau percampuran antara kasar dan halus, karena membeku di dalam permukaan bumi. 3. Batuan beku plutonik. Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran kasar, karena membeku jauh di dalam permukaan bumi. Kelompok diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya . Batuan beku volkanik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan volkanik instrusif, batuan beku ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan fragmental dan batuan volkanik ekstrusif (efusif), seperti aliran lava. Di Indonesia batuan beku ekstrusif lebih didominasi batuan yang bertekstur fragmental atau sering disebut batuan piroklastik yang akan dikelompokkan dengan klasifikasi yang berbeda dengan batuan beku non fragmental.

II. BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku instrusif ataupun aliran lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Dalam pengamatan batuan beku ini halhal yang harus diperhatikan adalah : A. Warna batuan Warna batuan beku berkatan erat dengan kompoisi mineral penyusunnya, mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari

warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas feldsfar, muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Batuan beku berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.

B. Struktur batuan. Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah : 1. Masif. Bila batuan pejal tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. 2. Jointing. Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan, kenampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan. 3. Vesikuler. Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas dengan arah teratur,lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung. Struktur ini dibagi lagi menjadi yaitu : a. Skoriaan ; bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan. b. Pumisan ; bila lubang-lubang gas saling berhubungan c. Aliran ; bila adanya kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubanglubang gas. d. Amigdaloidal ; bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral skunder. e. Xenolit ; struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku.

C. Tekstur batuan beku Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau keadaan yang erat antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Tekstur dalam batuan beku di bagi menjadi beberapa faktor, antara lain ; tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granulitas dan hubungan antar butir (fabric). 1. Tingkat Kristalisasi. Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristalkristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relative cepat maka kristal yang di hasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalisasi batuan beku dapat di bagi menjadi : a. Holokristalin . Bila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral. b. Hypokristalin/Hypohyalin/Merokristalin. Bila batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan gelas. c. Holohyalin. Bila seluruh batuan tersusun oleh gelas. 2. Ukuran Kristal.

3. Granulitas. Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukran butir dari kristal penyusun batuan. Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu: a. Equigranular. Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur equigranular di bagi menjadi : 1) Fanerik granular Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan berukuran seragam. Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran : - Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu @ 1 mm. - Sedang, apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm 5 mm. - Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm 30 mm. - Sangat kasar apabila ukurannya A 30 mm.

Gambar 3 : Tekstur Fanerik Granular 2) Afanitik. Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah Mikrokristalin dan Kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop, sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.

Gambar 4 : Tekstur Afanitik

b. Inequigranular. Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi : 1) faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.

Gambar 5 : Tekstur Faneroporfiritik 2) Pirfiroafanitik Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.

Gambar 6 : Tekstur Porfiroafanitik.

3) gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas. 4. Bentuk Butir. Untuk kristal kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi : a. Euhedral ; yaitu apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang bidang kristal yang jelas. b. Subhedral ; yaitu apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. c. Anhedral ; yaitu apabila bidang batas kristal tidak jelas. 5. Komposisi Mineral. Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu: a. kelompok Granit Riolit: berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende biotit muskovit dalam jumlah kecil. b. Kelompok Diorit andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit ortoklas dalam jumlah kecil. b. kelompok Gabro Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende. c. kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.

III. BATUAN BEKU FRAGMENTAL Batuan beku fragmental sering juga disebut dengan piroklastik (pyro = api, klastika = butiran / pecahan). Secara defenitif batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses litifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanik selama erupsi yang

10

bersifat eksplosif. Bahan-bahan tersebut mengalami litifikasi sebelum atau sesudah mengalami reworking oleh air ataupun es. Bahan bahan piroklastik secara genesa dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu : 1. bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat volkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara. Jika bahan tersebut jatuh pada lereng vulkan yang curam maka dapat terjadi gerakan yang disebabkan gravitasi. Tumpukan jatuhan piroklastik (tepra) tersebut bila mengalami litifikasi akan menjadi batuan beku fragmental. 2. bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi diangkut ke tempat pengendapan dalam mediu gas yang keluar bersama dengan mekanisme glowing avalance. Bahan yang terendapkan mengalami litifikaso menjadi batuan beku fragmental. Pada jenis ini sering ditemukan struktur mirip dengan struktur yang ada pada batuan sediment misalnya silang siur, laminasi atau gradasi. 3. bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat ataupun di bawah permukaan laut kemudian diendapkan pada kondisi air yang tenang. Bahan piroklastik tersebut tidak mengalami reworking dan tidak tercampur dengan bahan piroklastik. Pada jenis ini tidak didapatkan struktur struktur sediment internal dan komposisi seluruhnya adalah bahan piroklastik. Bila dilihat dari paleoenvirontment maka jenis ini termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik. 4. bahan bahan piroklastik setelah dikeluarkan dari pusat erupsi jatuh pada air yang aktif ( mengalir atau bergelombang ). Sebelum mengalami litifikasi bahan bahan tersebut mengalami reworking dan bias juga bercampur dengan bahan bahan yangbukan piroklastik. Bahan bahan tersebut kemudian terendapkan pada suatu tempat dan mengalami litifikasi. Pada jenis ini batuan menunjukkan adanya strukturstruktur sediment. Apabila klasifikasi bersifat genetic maka batuan sediment dengan provenance piroklastik. 5. Bahan bahan piroklastik setelah jatuh, sebelum mengalami litifikasi terangkut oleh media air atau es dan diendapkan di suatu cekungan pengendapan. Pada jenis ini dapat ditemukan adanya struktur-struktur sedimen. Apabila klasifikasi bersifat genetic maka batuan ini termasuk batuan sediment yang memiliki provenance piroklastik.

11

6. Bahan bahan piroklastik yang jatuh ke bawah mengalami litifikasi, kemudian mengalami pelapukan, tererosi dan tertansport kemudian diendapkan di tempat lain. Jenis ini termasuk batuan sediment yang memiliki provenance piroklastik. Istilah istilah yang sering di jumpai : 1. Ash flow (tufls) fragmental flow. a. breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen runcing runcing hasil endapan piroklastik ( Fisher, 1960 ). b. Ignimbrite adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas (MacDonald, 1972). c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terelaskan akibat deposisi pada saat masih panas.

2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami

pembatuan/litifikasi ( Fisher, 1960 ). a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentukdari hasil konsolidasi material yang mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb sabending atau lebih banyak dari abu vulkanik ) ( widiasmoro dkk,1977 ). b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen fragmen pipih yang terelaskan, berasal dari erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ). c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50% (macDonald,1972 dan Fisher 1958). d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu volkanik atau bias juga lebih dominant abu volkanik ( Norton 1917 dan MacDonald, 1972 ). e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2 64 mm ( fisher, 1961 ). f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih dominant abu volkanik ( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 ). g. Tuff adalah batuan yang tersusun atas abu volkanik.

12

3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing runcing, dengan matriks berukuran sekitar 2 mm dengan bermacam macam komposisi dan tekstur (bisa berupa endapan piroklastik, autoklastik,alloklastik dll), ( Fisher, i958 ). 4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di dalam lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan. a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan ( Fisher 1960, Wright & owes, 1963, MacDonald, 1972 ). b. Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung didlam lava sehingga terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku. 5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme. a. Breksi intrusi yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma dalam matriks batuan beku ( Harker, 1908 dan Bowes, 1960 ). b. Explosion brecia terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik yang terjadi dibawah permukaan ( Wright & bowes, 1960 ). c. Tuffisite merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan oleh gas didalam pipa volkanik ( Fisher, 1961 ). d. Tuffisite brecia merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi magma dengan tuff sebagai matriks dan mengandung bekas aliran gas didalamnya (Wright & Bowes, 1960). 6. Breksi volkanik epiklastik. a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran Lumpur pekat, berupa percampuran antara batuan volkanik berukurn beragam dengan bahan non volkanik (Fisher, 1960 ). b. Batupasir tufaan/konglomerat tufaan merupakan batuan sedimen epiklastik yang terangkut juga didalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau shard.

13

c. Batupasir/konglomerat volkanik merupakan batuan epiklastik yang tersusun atas fragmen fragmen berupa batuan volkanik yang telah mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian terendapkan.

Identifikasi batuan beku. Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara identifikasi yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan di lapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan di lapangan diikuti pengamatan contoh setangan. Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku fragmental dengan batuan beku non fragmental. Pada batuan beku fragmental identifikasi dititik beratkan pada struktur dan hubungan antar komponen pembentuk batuan ( bahan bahan piroklastik ) sedangkan pada identifikasi batuan beku non fragmental lebih dititik beratkan pada hubungan unit unit pembentuk batuan yaitu kristal kristal mineral. a. Deskripsi singkapan batuan beku. Dalam melakukan deskripsi singkapan di lapangan ada beberapa hal yang harus diamati dan dicatat dalam buku catatan lapangan : 1. Menentukan lokasi pengamatan dengan tepat, memberi nomor lokasi pengamatan dan membuat deskripsi menyeluruh kenampakan yang teramati di lapangan dan membuat sketsa singkapan atau membuat foto singkapan. 2. Mengamati dan mencatat orientasi vein, kelompok kelompok kekar yang ada. 3. Jika singkapan menunjukan kenampakan vein, apatit pegmatite, dykes atau kontak kontak sederhana antara beberapa tipe batuan yang berbeda terutama di daerah dekat kontak dilakukan pengamatan orientasi baik linier atau krnampakan bidang serta kedudukannya. 4. Jika pada singkapan menunjukkan kenampakan banding atau laminasi batuan beku maka harus diamati dan diukur orientasi alami banding dan laminasi tersebut serta pengamatan batas antara keduanya. 5. Membuat catatan detail dari pengamatan struktur, tekstur dan mineralogy serta penamaan batuan ( Brown, 1985 ). b. Deskripsi Contoh Setangan.

14

Dari hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengan data pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data tersebut akan saling melengkapi seperti berikut : 1. Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan mineral relative baik yang telah mengalami pelapukan ataupun belum. Mengidentifikasi mineral yang mengalami pelapukan dari warna hasil lapukan-nya. 2. Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan analisa petrografi dengan membuat sayatan tipis pada bagian yang segar. 3. Mengamati warna permukaan segar dan apabila mungkin membuat estimasi mengenai color index. 4. Pengamatan butiran pada contoh setangan bila batuan afanitik, catat tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik atau mafik. - Amati hubungan antar mineral pada batuan yang memiliki kristal kasar sampai medium. - Amati dan catat hubungan fenokris dan nama dasar pada batuan yang bertekstur porfiritik. 5. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi aliran, banding, lubang gas, tekstur, dan inklusi. 6. Amati dan catat proporsi mineral mineral yang berbeda dan deskripsi mineral seperti warna, kilap pecahan, belahan, kekerasan, cirri khas dll. 7. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama mengunakan klasifikasi tertentu.

Contoh Format Diskripsi.

Acara Hari/Tgl No Urut No Peraga : jjenis Batuan

: : : : :

Diskripsi Warna, sifat batuan, struktur, derajad kristalisasi,tektur,, komposisi (mineralogi atau jenis material piroklastik) sifat lain yang dapat menjadi ciri khas batuan.

15

Diskripsi Komposisi : 1. (mineralogi) : warna, kilap, kekerasan, pecahan, belahan, bentuk kristal, kedudukan dalam tekstur, jumlah dalam %. 2.. (piroklastik) : Warna, bentuk, struktur luar, ukuran, mineral, jumlah dalam %.. 3.. dst.. Nama Batuan : ....(klasifikasi, 19 ) Petrogenesa :

(assisten)

Klasifikasi dan penamaan batuan. Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, sehingga kadang kadang satu batuan pada klasifikasi yang lain namanya bisa berlainan pula. Dengan demikian seorang petrologi harus benar benar mengerti akan dasar penamaan yang diberikan pada suatu batuan beku. Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya. Dengan dasar ini ROSENBUSH (1877-1967) membagi tiga macam batuan beku yaitu : 1. Effusive Rock ; untuk batuan beku yang terbentuk dipermukaan. 2. Diko Rock ; untuk batuan beku yang terbentuk dekat dengan permukaan. 3. Deep seated rock ; untuk batuan beku yang jauh didalam bumi.oleh W.T Huang 1962, jenis batuan ini disebut batuan plutonik, sedangkan batuan effusive rock disebut batuan volkanik. Tahapan penentuan jenis batuan. Tahapan pertama untuk pemerian nama batuan beku disini adalah dengan mengamati kehadiran kuarsa bebas serta menghitung proporsi secara relative dalam batuan. Jika kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuannya adalah batu beku asam, sebaliknya jika kuarsanya kurang dari 10% maka jenis batuannya adalah kalau tidak intermediate kemungkinan lain adalah basa. Pada jenis intermediate dicirikan dengan melimpahnya ortoklas dan plagioklas asam (sodic plagioklas). Sedangkan pada jenis basa dicirikan dengan melimpahnya plagioklas basa (calcic plagioklas), plagioklas asam relative lebih cerah disbanding plagioklas basa.

16

Tetapi pada kenyataannya secara megaskopis kita sulit untuk membedakan. Untuk membedakannya kita lihat prosentasi kandungan mineral mafik (yang utama). Bowen berpendapat bahwa batuan basa mengandung mineral olivine dan piroksin lebih banyak dibanding mineral hornblende. Sebaliknya batuan menengah cenderung lebih banyak mengandung hornblende disbanding olivine dan piroksen. Namun keadaan ini tidak dapat selamanya dipakai, terutama pada batuan beku vulkanik. Pada batuan beku menengah sering ditemukan piroksen, seperti pada andesit dimana kehadiran piroksen melimpah sehingga sulit dibedakan dengan basalt. Untuk ini praktikan kembali pada prinsip W.T Huang 1962, dimana untuk batuan beku menengah banyak

mengandung plagioklas asam (lebih cerah) sedang batuan beku asam banyak mengandung plagioklas basa (lebih gelap). Tahapan menentukan nama batuan. Setelah jenis batuan diketahui,untuk menentukan nama batuan lebih dahulu harus menentukan kelompok batuannya. Kalau kelompoknya sudah diketahui, untuk mengetahui nama batuannya tinggal mengetahui relasinya. Sedangkan untuk mengetahui kelompoknya kita mesti membandingkan kehadiran dan proporsi antara alkali feldsfar dengan plagioklas, serta mineral utama yang lain. Sebagai contoh : Dari hasil pemerian diketahui kandungan kuarsa 25%, Plagioklas 10% dan Ortoklas 40%. Relasinya panidiomorfik granular. Karena kuarsa lebih dari 10% maka jenis batuannya adalah asam, sedang kelompoknya adalah granit granit porfir riolit. Setelah mengetahui relasinya adalah panidiomorfik granular maka dapat ditentukan nama batuannya adalah Granit. Jika relasinya porfiro afanitik maka nama batuannya adalah Riolit.

Pengenalan Batuan Beku 1. kelompok Gabro Basalt. Kelompok gabro termasuk batuan beku basa dengan kandungan silika 45% - 56% dengan indeks warna 40 70. Umumnya plagioklas atau lebih, yang termasuk didalamnya adalah: 1.1.Gabro atau Gabro Normal. Komposisi mineral :

17

Gabro mineral utamanya adalah piroksen dan plagioklas basa, mineral yang lain berupa olivin, felspatoid dengan mineral tambahan biasanya limenit dan apatit. Kisaran jumlah masing masing mineral dalam % : Piroksen, Olivin, Hornblenda 25% - 50% Plagioklas basa ..45% - 70% Tekstur : Termasuk batuan beku instrusif, plutonik dengan derajat kristalisasi holokristalin, fanerik kasar dan jarang dijumpai porfiritik, olivine hadir biasanya menampakkan bentuk yang baik. Sering sekali terdapat produkdekomposisi seperti sepertin (dari olivine) dan klorit (dari piroksen) sering menunjukkan tekstur khusus sub afanitik afanitik. Varietas : Namanya bisa diberikan menurut mineral mafik yang ada selain augit, misalnya gabro olivine, apabila olivine hadir dalam jumlah yang banyak. Nama dan sebutan untuk varietas gabro : - Gabro kuarsa : bila mengandung kuarsa 10% atau lebih. - Norit : apabila kaya hipersten dengan plagioklas utama bitonit. - Troctolite : apabila kaya olivine, plagioklas basa (labradorit atau bitonit) dijumpai piroksen dengan jumlah sedikit. - Pseudoleusit : apabila kaya akan leusit, aegirin dan augit. 1.2.Dolerit atau Diabas. Komposisi seperti pada gabro tetapi berbeda dalam nilai komposisinya. Untuk Diabas memiliki prosentasi sejumlah : Piroksen 25% - 65%. Plagioklas . 30% - 70%. Untuk Teschenite memiliki prosentasi sejumlah : Piroksen 45% - 75%. Plagioklas (labradorit) .. 10% - 30%. Felspatoid .. 10% - 15%.

18

Tekstur : Bila plagioklas yang terbentuk membilah dilingkupi augit sebagian atau seluruhnya membentuk tekstur intergranular, pada umumnya bertekstur khusus diabasik. Varietas : Diantaranya dikenal sebagai dolorit kuarsa, dolorit olivin dan diabas. 1.3.Basalt. Komposisi mineral utamanya adalah plagioklas basa dan augit, magnetit dan limenit biasanya dijumpai sebagai mineral tambahan, olivin bisa juga melimpah. Pada umumnyaserimh didapatkan mineral mineral yang mengisi lubang vesikuler, antara lain adalah kalsit, klorit dan kalsedon. Kisaran jumlah nilai prosentase mineral penyusunnya : - Plagioklas (labradorit) ... 40 % - 60 %. - Piroksen . 35 % - 55 %. Tekstur : Terdapat sebagai lelehan vulkanik, kadangkala ada juga yang didapatkan dengan massa dasar afanitik. tekstur khusus biasanya intergranular atau intersertal, sulit mengamati mineral dalam contoh, kecuali yang porfiritik dan sering berstruktur amigdaloidal. Varietas : Yang umum adalah Basalt Olivin atau Normal Basalt. Untuk gelas basalt kuarsa, basalt leusit, spilit, melaphyro. Sedangkan yang dimaksud foidal basalt adalah basalt kaya felspatoid, ada 2 kelompok : - Banyak plagioklas asam, disebut : Basanit, apabila banyak mengandung olivin , Teprit,apabila memiloki sedikit olivin. - Sedikit atau tidak mengandung plagioklas asam : Basalt foidal, apabila olivinnya banyak : Nefelinit, apabila olivinnya sedikit. 2. Kelompok Diorit Andesit. Termasuk batuan beku menengah, dengan indeks warna 40. 2.1.Diorit.

19

Komposisi mineral : Komposisi utamanya plagioklas dan hornblenda, kadang kadang ada yang mengandung biotit dan kuarsa. Prosentasi mineral penyusunnya : - Plagioklas . 55 % - 70 %. - Hornblenda, Biotit . 25 % 40 %. Tekstur : Holokristalin, berbutir menengah sampai kasar, jarang yang forfiritik dan bila dibandingkan dengan granit ukuran butirnya lebih kecil. Varietas : Diorit biotita, diorit kuarasa dan diorit mikro untuk diorit porfir, bilamana mafik mineral selain hornblenda dan sebagai kristal sulung namanya ditambahkan, misalnya : Augit diorit porfir, mika diorit porfir, diorit kuarsa dicirikan dengan kandungan kuarsa mencapai 20 % ( H.Williams, 1982). 2.2 Andesit. Didapat sebagai aliran lava dan instrusi hiabisal : nama batuan ini diambil dari pegunungan Andas, Amerika Selatan. Komposisi mineral : Penyusun utamanya adalh plagioklas dan mineral mafik, yang terdapat sebagai kristal sulung, kadang mineral oksida besi hadir sebagai mineral tambahan. Tekstur : Hipokristalin, holokristalin, porfiritik, vitroferik dengan massa dasar afanitik atau massa gelas. Tekstur khusus Pilotaksitik. Varietas : Andesit Hornblenda, andesit augit, andesit biotit, andesit kuarsa. Batuan yang berasal dari andesit, yang telah terubah oleh aktifitas air vulkanik dengan produksi mineral skunder disebut propilit. Andesit augit secara contoh hand Specimen sulit dibedakan dengan basalt. Tetapi pada basalt, plagioklasnya lebih keruh (basa) atau dapat dengan refleksi mineraloginya. 3. Kelompok Granit Riolit.

20

Termasuk batuan beku asam dengan kandungan silika lebih dari 66 %. Indeks warna 10 40 %, kaya kuarsa bebas dan ortoklas lebih besar dari palgioklas. 3.1.Granit. Komposisi mineral : Mineral utamanya kuarsa dan ortoklas dengan mineral lain adalah biotit, muskovit dan plagioklas. Mineral tambahan zircon atau garnet. Kisaran prosentase mineral penyusunnya : - Kuarsa . 10 % - 40 %. - Alkali Felspar . 30 % - 60 %. - Plagioklas asam .. 0 % - 35 %. - Biotit, Nornblenda .. 10 % - 35 %. Tekstur : Terdapat sebagai instrusi hypabisal maupun plutonik, holokristalin, fanerik kasar dengan mineral dapat dikenal dengan mata biasa. bisa dijumpai dengan tekstur porfiritik namun pada ummnya bertekstur grafik, yaitui pertumbuhan bersama antara kuarsa dan ortoklas. Varietas : Nama-namanya tergantung pada mineral utama yang ada selain kuarsa dari felspar, sebagai contoh : granit muskovit : granit biotit : granit hornblenda. 3.2.Riolit. Serupa dengan granit tetapi terdapat massa gelas, dan dengan fenokris kuarsa terkorosi (Coroded bipyramidal fenocrist). Tekstur : Bisa menampakkan gejala perofiritik, hipokristalin, kriptokrista;in dengan kristal sulung kuarsa dan ortoklas, matriks afanitik, serimh menunjukkan struktur aliran dan terdapat sebagai batuan lelehan maupun instrusi hypabisal dengan tekstur grafik. Varietas : Terdapat beberapa sebutan yang merupakan variasi, yaitu : - Riolit sodik, khas dengan fenokris sanidin anortoklas dan albit. - Riolit potas, kaya akan sanidin andesin atau oligoklas sering disebut struktur Zoning.

21

4. Kelompok Granodiorit dasit. Ciri umum juga mirip dengan granit, Cuma plagioklasnya lebih banyak dibanding ortoklasnya. 4.1 Granodiorit. Komposisi mineral : terutama plagioklas asam, kuarsa, biotit dan hornblenda. Tekstur : sama dengan granit. Varietas : Granodiorit dan granodiorit porfir. 4.2 Dasit Komposisi sama dengan granodiorit. Tekstur porfiro afanitik. Ciri umum sama dengan granodiorit, Cuma indeks warna lebih besar dibanding granodiorit (20 40 %) dan alkali felsparnya kurang dari 10 % dari total felspar. Mineral mafik utama hornblenda dan biotit. Dasit pada kelompok ini punya komposisi sama dengan tenalit, sedang teksturnya merupakan tekstur batuan vulkanik. 5. Kelompok Gelas. Tersusun oleh massa gelas, tekstur holohialin. Varietas : - obsidian, seluruhnya terdiri dari massa gelas. - Pitchstone, mengandung kristalit yang pecahannya merata, dan sifat konkoidalnya berkurang. - Speolitik pitchstone, merupakan hasil devitrifikasi pichstone dengan menampakkan kristal radier atau sperulit. - Felsite, bila proses devitrifikasi telah berlangsung lanjut, maka akan membentuk kristal kristal yang halus. - Pumica, sangat banyak dijumpai lubang vesica serta ringan.

22

BATUAN SEDIMEN
Defenisi Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Komposisi Dalam batuan sedimen dapat dijumpai fragmen batuan maupun mineral. Mineralmineral yang umum dan banyak dijumpai dalam batuan sedimen adalah: Kwarsa Feldsfar Mika Dolomit Kalsit Mineral lempung

Tekstur Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan nonnkalstik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen terbetuk dari materialmaterial hasil perombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material-material hasil aktivitas kimia (termasuk biokimia). Dari kedua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.

23

1. Tekstur klastik Semua batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik. Yang perlu diperhatikan pada batuan tersebut adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir dipakai klasifikasi ukuran butir dari wentworth sebagai berikut : Nama Boulder (bongkah) Cobble (berangkal) Pebble (kerakal) Granule (kerikil) Sand (pasir) Silt (lanau) Clay (lempung) 2. Tekstur nonklastik Ukuran butir (mm) Lebih besar dari 256 64 256 4 64 24 1/16 2 1/256 1/16 Lebih kecil dari 1/256

Semua batuan nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas dari tekstur nonklastik adalah adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang pori-pori antar butir dan umumnya monomineralik. Berbutir kasar Berukuran lebih besar dari 5 mm Sedang 1 5 mm Halus Berukuran lebih kecil dari 1 mm Klasifikasi butiran kristal dalam tektur nonklastik Beberapa tekstur nonklastik yang penting adalah : a. Amorf. Partikel-partikel umumnya berukuran lempung Misal : rijang masif b. Oolistik. Tersusun oleh kristal-kristal kecil berbentuk bulat atau elipsoid, terkumpul seperti telur ikan, butir-butiran berukuran 0,25 0,2 mm. Misal : batugamping oolit. c. Pisolitik. Seperti oolitik, tetapi butiran berukuran lebih besar dari 2 mm. Misal : batugamping pisolitik. d. Sakaroidal. Partikel-pertikel berbutir halus, sama besar (equigranular). Misal batugamping sakaroidal. e. Kristalin. Bila tersusun oleh kristal-kristal besar. atau koloid, nonkristalin.

24

Struktur Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada hubungan antara kelompokkelompok sedimenter dari pada hubungan antar butir yang menentukan dan mengontrol tekstur. Struktur batuan sedimen yang benar-benar lebih baik dipelajari di lapangan dari pada dari contoh genggaman. Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Struktur fisika (mekanik), terbentuk karena proses-proses fisika. Beberapa macam teksturnya adalah : a. Berlapis, terlihat di lapangan sebagai susunan yang berlapis-lapis. Bila ketebalan individu lapisan lebih besar dari 1 cm dinamakan lapisan, sedangkan bila lebih kecil dari 1 cm dinamakan laminasi. b. Bergradasi, bila butir-butiran dalam tubuh batuan dari bawah ke atas makin halus. c. Silang siur, yaitu satu seri perlapisan yang saling potong memotong dalam tubuh batuan sedimen. d. Masif, bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen.

. Berlapis Bergradasi Simpang siur

2. Struktur kimia, terbentuk karena proses-proses kimia. Macam-macamnya antara lain : a. Konkreasi, bila berbentuk bulat b. Nodul, bila berbentuk tidak teratur 3. Struktur organik, terbetuk karena aktivitas organisme. Contoh : struktur reef pada batugamping Penamaan batuan Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir (tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam batua sedimen klastik bisa seragam dan bisa tidak seragam, pada tidak seragam dikenal :

25

a. Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar dai pasir. b. Matrik, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terdapat disela-sela fragmen. c. Semen, yaitu material yang sanagt halus (hanya dapat dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari silika, kalsit, oksida besi atau lempung. Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya. 1. Batuan sedimen klastik Contoh penamaan berdasarkan ; a. Ukuran butir 1) batu pasir : bila butiran berukuran pasir 2) batu pasir krikilan : butiran dominan berukuran pasir tetapi ada juga ukuran kerikil yang cukup banyak. b. Ukuran dan bentuk 1) konglomerat : bila fragmen dominan dan membulat 2) breksi : bila fragmen dominan dan meruncing c. Ukuran butir dan komposisi 1) batupasir kwarsa: batupsir yang banyak mengandung kwarsa 2) batulempung gampingan; batulempung yang mengandung mineral karbonar d. Ukuran butir dan struktur Serpih (shale); batulempung berlaminasi Untuk penamaan batu gamping klastik, diberi nama: Kalsirudit : bila berukuran butir lebih besar dari pasir Kalkarenit : bila butiran berukuran pasir Kalsilutit : bila butiran berukuran lempung.

2. Batuan sedimen nonklastik Contoh penamaan berdasarkan komposisi : Batugamping kristalin : bila tersusun oleh kristal-kristal kalsit Batugamping koral : bila tersusun oleh koral 26

Dolomit : bila tersusun oleh dolomit Rijang : bila tersusun oleh silika

Langkah-langkah penentuan nama batuan sedimen Amati contoh batuan baik-baik : a. Tentukan teksturnya: klastik atau nonklastik. Bila klastik tentukan ukuran butirannya (bila tidak seragam tentukan ukuran fragmen dan matrik), bila nonklastik tentukan macam teksturnya. b. Tentukan strukturnya. c. Tentukan komposisinya. Untuk mengetahui kandungan karbonat, contoh batuan ditetesi dengan HCl, bila bereaksi berarti mengandung karbonat. d. Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Misal : bila yang tampak dominan adalah ukuran butir-butirannya maka penamaannya berdasarkan ukuran butirnya.

27

BATUAN METAMORF
Defenisi Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Hasil akhir dari proses metamorfisme adalah batuan metamorf. Jadi batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf. Komposisi mineral Mineral-mineral penyusun batuan metamorf dapat dibedakan menjadi mineralmineral yang : 1. Mineral yang berbentuk kubus: kuarsa, feldsfar,kalsit, garnet dan piroksin. 2. Berbentuk bukan kubus : mika, klorit, amfibol (hornblende), hematit, grafit dan talk. Susunan mineral (fabrik) Dari kenampakan tiga dimensional, fabrik dapat dibedakan menjadi : 1. Isotropik : susunan butir ke segala arah tampak sama. 2. Anisotropik : kenampakan susunan butir mineral tidak sama ke segala arah. Tekstur Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat dibedakan menjadi : 1. Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata telanjang. 2. Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat dikenal dengan mata telanjang. Struktur Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada tiga : 1. Granular : bila butir-butiran minerla yang berhubungan saling mengunci (inter locking). 2. Foliasi : bila mineral-mineral pipih menbentuk rangkaian permukaan subparalel. 3. Lineasi : bila mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan penjajaran pada batuan, seperti genggaman pensil.

28

Di alam, batuan yang hanya mempunyai struktur lineasi sangat jarang, dan sebagian besar selain berlineasi juga berfoliasi. Foliasi mungkin tidak teratur, melengkung atau terlipat bila terdeformasi.

Klasifikasi Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang : 1. Berfoliasi sangat kuat; yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi, biasanya karena melimpahnya mika yang terorientasi. Batuannya adalah : a. Slate (batusabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak tampak merah bila banyak mengandung hematit, hijau bila klorit, dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit. b. Phyllite (fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar dari pada batusabak, dan bidang foliasinya mengkilat karena mika dan klorit yang sudah lebih banyak dari pada batusabak. Batu ini merupakan peralihan dari batusabk ke skis. c. Schist (skis). Bersifat faneritik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti : mika, klorit, grafit, talk. 2. Berfoliasi rendah : yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar. Batuannya antara lain : a. Gneiss (gneis). Bersifat faneritik. Berbutir sedang sampai kasar. Komposisinya yang utama : kwarsa, feldsfar, mika dan kadang-kadang hornblede. 3. Berfoliasi sangat lemah sampai non foliasi: batuan didominasi oleh mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain : a. Qurtzite (kwarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah kwarsa; bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran. Non foliasi.

29

b. Marble (marmer). Berkomposisi utama kalsit; warnaabu-abu (biasanya) karena grafit (bereaksi positif dengan HCl). c. Hornfels. Bersifat afanitik sampai faneritik halus, berkomposisi kwarsa, feldsfar, mika (diketahui melalui pengamatan lapangan). d. Granofels. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kwarsa dan feldsfar (yang berbentuk kubus). e. Granulit. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi piroksin dan garnet disamping kwarsa dan feldsfar. f. Serpentinite. Non foliasi sampai lineasi, berwarna hitam, hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya serpentin. Selain penamaan-penamaan dasr diatas, penamaan batuan dapat diberi awalan pada nama-nama dasar tersebut seperti : Kloritik skis : artinya skis yang banyak mngandung klorit. Skis kwarsa : artinya skis yang banyak mengadung kwarsa. Disamping itu ada beberapa awalan atau akhiran yang perlu diperhatikan (hanya sekedar dikatahui). 1. Blasto- sebagai awalan, menunjukkan adanya tekstur sisa dari batuan asal, seperti: Blastoporfiritik; menunjukkan adanya tekstur sisa yang porfiritik dalam batuan metamorf. 2. -blastik sebagai akhiran, menunjukkan akhir kristalisasi dalam kondisi padat. 3. Meta- sebagai awalan yang diikuti oleh nama batuan asal, menunjukkan kenampakan sisa dari tekstur dan komposisi meneralogi yang masih bertahan, misal: Metaandesit, artinya masih ada kenampakan sisa andesit pada batuan metamorf. Metasedimen, artinya masih ada kenampakan sisa batuan sedimen pada batuan metamorf. Penamaan batuan Penamaan batuan metamorf dapat didasarkan pada foliasi dan komposisi. a. Penamaan berdasarkan komposisi, misal : Kwarsit Marmer Serpentinit Granulit Granofel

30

b. Penamaan berdasarkan foliasi, misal : Skis Filit Slat Gneis

Penamaan dengan foliasi dapat diikuti dengan nama mineral, bila mineral tersebut cukup bnayak, misal : Skis mika : skis yang banyak mika Gneis hornblende : gneis yang banyak mengandung hornblende.

Langkah-langkah penamaan batuan metamorf Amati contoh dengan baik, kemudian : a. Tentukan teksturnya b. Tentukan strukturnya, berfoliasi atau nonfoliasi. Bila berfoliasi tentukan foliasinya apa c. Tentukan komposisinya d. Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Bila berfoliasi biasanya penamaan berdasarkan komposisi.

31

You might also like