You are on page 1of 38

LAPORAN

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI


MEDIA SPECIMEN DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG

STRUKTUR BAGIAN TUMBUHAN DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT


TEAMS-ACHIEVEMENTDIVISIONS (STAD)
DI KELAS IV SD 2 PADURENAN KUDUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional PDGK 4501 Program S1 PGSD UT

Oleh:

TYESA RESTI ROSAVINA NIM. 817911115

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SEMARANG 2011.1

BAB I PENDAHULUAN A.1 Latar Belakang Lajunya arus globalisasi sekarang ini, yang pengaruhnya semakin meluas ke seluruh penjuru dunia, memberikan respon bagi kita untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut harus dilakukan melalui jalur pendidikan, baik informal, formal, maupun nonformal. Oleh karena itu pemerintah berupaya mengubah paradigma baru di bidang pendidikan. Upaya tersebut dilakukan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional ini, berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional, serta mampu mrnjawab tantangan masa kini dan masa depan. Pendidikan nasional kini terus ditata dan dikembangkan dengan memberikan prioritas pada aspek-aspek yang dipandang strategi bagi masa depan bangsa. Prioritas tersebut adalah pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang bersamaan dengan peningkatan mutu, relevansi, efisiensi, efektifitas pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan yang paling bawah yang memberikan bekal dasar kepada siswa selaku generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, penanaman dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta keimanan dan ketaqwaan bagi siswa harus semaksimal mungkin untuk bekal melanjutkan pendidikan di sekolah yang lebih tinggi. Segala upaya telah dilakukan oleh seluruh dan penanggungjawab pendidikan unsur pendidikan baik dari pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidkan antara lain manajemen, sumber belajar, sarana dan prasarana, dana pendidikan maupun minat, bakat dan

motivasi belajar siswa itu sendiri. Namun demikian, mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : faktor internal (dalam diri siswa) terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan jasmaniah) dan faoktor rohani (psikologis) sedangkan faktor eksternal (dari luar siswa) yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Sedangkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh guru juga dipengaruhi oleh strategi dan metode belajar. Untuk mendukung pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan maka perlu didu Upaya tersebut dapat dilakukan melalui sekolah dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Pelaksanaan pembelajaran sampai sekarang masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama sebagai strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak para siswa sendiri. Guru harus mampu berfikir praktis untuk menemukan atau membuat media yang tepat dalam pembelajaran agar siswa mudah menerima dan memahami materi sehingga akan selalu tertanam di dalam pikiran siswa sehingga sampai kapanpun akan selalu teringat. Dalam hal ini media berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Dengan belajar yang menyenangkan dan media yang mambantu siswa agar lebih mudah memahami materi akan membuat siswa termotivasi dalam belajar. Dengan siswa termotivasi dalam belajar, maka minat siswa untuk belajarpun akan meningkat. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan media, model dan metode pembelajaran sangat membantu suksesnya pembelajaran. Melalui media, model dan metode pembelajaran, pembelajaran akan menarik tepat dan terarah, serta yang paling penting adalah siswa dapat terlibat aktif dalam

kegiatan belajar mengajar. Kenyataannya persolan ini belum mendapat perhatian oleh para guru. Atas dasar pemikiran di atas, tentunya perlu upaya yang terus-menerus untuk mencari dan menemukan media, model pembelajaran serta metode pembelajaran yang tepat dan unggul, yaitu suatu pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang mampu meningkatkan motivasi atau minat belajar siswa. Hasil refleksi pembelajaran IPA kelas IV SD 2 Padurenan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus pada semester 2 dengan materi Struktur bagian tumbuhan dan fungsinya menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selam ini belum mencapai hasil yang maksimal. Hasil prestasi siswa masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Hal itu terjadi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pelajaran, belum optimalnya pemanfaatan media pembelajaran, kurangnya buku-buku IPA di sekolah, kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA, kurangnya perhatian orang tua dalam membimbing belajar siswa di rumah. Maka dalam hal ini guru harus mencari alternatif dan variasi pembelajaran supaya dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

1. Identifikasi Masalah Dari hasil refleksi terdapat beberapa masalah yang menyebabkan ketidak berhasilan siswa Kelas IV SD Negeri 2 Padurenan dalam mata pelajaran IPA pada pokok bahasan Struktur bagian tumbuhan dan fungsinya: 1. Siswa tidak fokus pada pelajaran / kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran saat KBM 2. Media / alat peraga yang kurang menarik 3. Waktu yang singkat sementara guru harus dikejar target oleh kurikulum.

4. Semangat / minat belajar siswa rendah Berdasar hasil pengamatan di kelas, bahwa dari keempat permasalah yang timbul dalam pembelajaran di atas, masalah nomor empat lah yang menjadi sebab utamanya yaitu semangat / minat belajar siswa rendah. Alasan kenapa masalah itu menjadi masalah utamanya adalah karena tanpa ada semangat dari siswa dan kemauan yang timbul dari siswa untuk belajar mustahil pembelajaran akan berhasil. Atas permasalahan tersebut mendorong guru untuk melakukan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil identifikasi masalah menunjukkan sebagai berikut: 1. Apakah siswa tidak mendapat motivasi dari guru untuk belajar? 2. Apakah siswa merasa diperhatikan oleh guru? 3. Apakah guru melibatkan aktif siswa dalam Pembelajaran? 4. Apakah guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran? 5. Apakah Media Pembelajaran yang di gunakan guru sudah tepat? 2. Analisis Masalah Agar PTK yang saya lakukan berhasil dan dapat menjawab permasalah yang terjadi di kelas sehingga hasil belajar siswa bisa maksimal maka saya di bantu oleh teman sejawat bernama sunarni. Dia sebagai sumber masukan dan teman berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah konkrit guna menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran. Analisis saya lakukan melalui pengamatan di kelas dan assessment untuk mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan oleh siswa saya. Dari analisis yang saya lakukan munculah beberapa faktor penyebab munculnya masalah, antara lain: 1. Apakah guru kurang jelas dalam memberi contoh? 2. Apakah penjelasan guru terlalu cepat? 3. Apakah guru sudah menggunakan model mengajar yang tepat? 4. Apakah guru sudah memeriksa pemahaman siswa? 5. Apakah guru sudah memberi umpan balik atas pekerjaan siswa?

Berdasarkan identifikasi dan analisa masalah tersebut maka penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK. 1. Membuat lembar kerja. 2. Menyediakan berbagai media konkrit, dengan memanfaatkan kebun sekolah untuk dapat mengidentifikasi akar pada berbagai tumbuhan yang berbeda. 3. Penyempurnaan media specimen dan disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini di lakukan di Kelas IV SD Negeri 2 Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Mata Pelajaran IPA, Pokok Bahasan Struktur bagian tumbuhan dan fungsinya, dengan fokus permasalahan Upaya menumbuhkan minat belajar siswa melalui penggunaan media specimen dan disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD). 3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah penggunaan media specimen dalam pnerapan model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu IPA, pokok bahasan struktur bagian tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan? 4. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, dalam pembelajaran IPA tentang struktur bagian tumbuhan dan fungsinya, melalui penggunaan media specimen dan disertai penerapan model pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendiskripsikan penggunaan specimen dengan penerapan model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD 2 Padurenan pokok bahasan struktur bagian tumbuhan dan fungsinya. 2. Menganalisis dampak penggunaan specimen dengan penerapan model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terhadap minat belajar siswa. 3. Ingin mengumpulkan persepsi dan kesan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran IPA dengan kompetisi penggunaan media specimen dan disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan. 5. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian perbaikan pembelajaran dapat diuraikan beberapa manfaat, antara lain: 1. Bagi Siswa a. Minat belajar siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan penggunaan media specimen dan disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) b. Dapat memotivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru / Peneliti a. Dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran IPA, terutama pada peningkatan minat belajar siswa melalui penggunaan media specimen disertai penerapan model pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD). b. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menggunakan media specimen disertai penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD), dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran yang lain. 3. Bagi Instansi / Sekolah

a. Akan memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran. b. Dapat menambah profesionalisme guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat Belajar

Crow & Crow (1984) menjelaskan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut, Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional. Hurlock (1993) menjabarkan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Minat, menurut Chauhan (1978) pada orang dewasa menentukan aturan penting dalam perkembangan pribadi dan prilaku mereka. Minat adalah hal penting untuk mengerti individu dan menuntun aktivitas dimasa yang akan datang. Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Meichati (Sandjaja, 2005) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas. Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi

sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Ditegaskan oleh Elliott dkk (2000) bahwa minat adalah sebuah karakteristik tetap yang diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan aktivitas atau objek khusus Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Nunnally (Sutjipto, 2001) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya; sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001) menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Sementara itu Sax

(Sutjipto, 2001) mendefinisikan bahwa minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya. Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001) mengemukakan bahwa minat seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut. Hurlock (1993) mengemukakan bahwa minat merupakan hasil dari pengalaman belajar, bukan hasil bawaan sejak lahir. Hurlock (1993) juga menekankan pentingnya minat, bahwa minat menjadi sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk belajar, minat juga mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Hurlock (1978) juga menjelaskan bahwa secara keseluruhan, pada masa anak-anak, minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar. Anak-

anak yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun, akan memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Jika pengalaman belajar menimbulkan kesan pada anak-anak, maka akan menjadi minat. Hal tersebut adalah sesuatu yang dapat diasah dengan proses pembelajaran. Di masa yang akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk dan intensitas dari citacita pada anak. Hidi & Derson (Ormrod, 2003) berpendapat minat adalah bentuk dari motivasi intrinsik. Pengaruh positif minat akan membuat seseorang mereka tertarik untuk bereksperimen seperti merasakan kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan. Garner (Ormrod, 2003) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran dimasa yang akan datang. Pintrich dan Schunk (1996) juga menyebutkan bahwa minat merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan prestasi. Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) membagi definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi dan minat dalam ciri psikologi. (1) Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cendrung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat langsung membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau topik yang spesifik. Minat pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau topik sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut. (2) Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh konsisi lingkungan. (3) Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa minat pada definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai

sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau aktivitas tersebut. Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cendrung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira. Sementara itu pengertian belajar belajar Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi. Berdasar atas beberapa referensi di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kesadaran yang muncul dari hati pribadi masing-masing individu untuk melakukan kegiatan mencari sesuatu yang baru sebagai bentuk pengisian jiwa tanpa ada paksaan dari phak manapun. B. Media Specimen 1. Pengertian Specimen adalah belajar dengan menggunakan atau mengamati benda yang sebenarnya. Terminologi benda sebenarnya digolongkan atas dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua benda yang masih dalam keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah benda-benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-

contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh-contoh specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalambotol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral. Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu: bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau, terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya. 2. Kebaikan a. Ingatan siswa akan kekal karena belajar dengan benda sesungguhnya b. Pemahaman akan lebih mudah c. Siswa bisa mengetahui benda sesungguhnya, bukan hanya melalui gambar 3. Kekurangan 1. 2. Benda yang akan digunakan sebagai media terbatas Benda terlalu besar atau terlalu kecil (bahaya untuk dipelajari langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.

C. Mata Pelajaran IPA Definisi IPA IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sering disebut Sains, dalam Bahasa Inggris "Science"mempunyai berbagai macam pengertian. Beberapa ahli di berbagai bidang merumuskan suatu definisi science yang operasional. Fisher, science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.

Carin, science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Nash seorang ahli kimia, menekanakan bahwa science adalah suatu proses atau suatu cara untuk meneropong dunia. Wigner seorang ahli fisika mendefinisikan science sebagai gudang penyimpanan tentang gejala-gejala alam. T.H. Huxley, seorang ahli biologi, science adalah pikiran sehat yang diorganisir. Secara tepat pernyataan yang mudah dimengerti ini melukiskan kewajaran dan kemasukakalan (rasionalitas) pengetahuan ilmiah sehingga dapat membantu melenyapkan beberapa ilmu sihir (mistik) yang sering melingkupi science. Bube, seorang ahli fisika science adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut. Pernyataan ini memberikan suatu ketelitian yang menarik terhadap dua aspek tentang bagaimana observasi terjadi (berlangsung) : 1. Observasi gejala-gejala alam (yang merupakan dasar-dasar otoritas dimana pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang. 2. Proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara pengamat (orang yang melakukan observasi) dan objek (sesuatu yang di observasi) James Conant, seorang ahli kimia organic, science adalah rangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimentasi dan observasi, dan merupakan hasil eksperimentasi dan observasi yang lebih lanjut.

Benyamin, seorang ahli filsafat, science adalah "mode of inquiry" yang berusaha untuk mencapai pngetahuan tentang dunia dengan menggunakan metode hipotesa yang telah ditetapkan terhadap apa yang diberikan di dalam observasi. Dampier, seorang ahli sejarah science, science adalah

pengetahuan tentang gejala-gejala alam yang teratur dan studi rasional tentang hubungan antara konsep-konsep yang mana gejala-gejala ini dinyatakan. A.N. Whitehed menyatakan bahwa Sains dibentuk karena pertemuan dua orde. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/ alam semesta (orde konsepsional). H.W. Fowler , IPA merupakan ilmu yang sistematis yang berhubungan dengan gejala-gajala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sund mendefinisikan Science sebagai berikut : 1. Scientific attitudes (sikap ilmiah), yaitu kepercayaan/ keyakinan, nilainilai, gagasan/ pendapat, objektif. 2. Scientific dalam menyelidiki/ memecahkan masalah. 3. Scientific products (produk ilmiah), berupa fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. D. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) methods (metode ilmiah), yaitu cara-cara khusus fakta (orde observasi) dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.

Variasi Model STAD Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: a) Penyajian kelas. b) Belajar kelompok. c) Kuis. d) Skor Perkembangan. e) Penghargaan kelompok. Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD). 1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran. a) Pembukaan 1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain. 2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. 3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. b) Pengembangan 1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. 2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan. 3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah. 5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya. c) Latihan Terbimbing 1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. 2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. 3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut : 1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok. 2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. 3) Bagikan lembar kegiatan siswa. 4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu. 5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru. 6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua

anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya. 3. Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Penghargaan Kelompok Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

2. Langkah-Langkah
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut: a. Persiapan STAD 1. Materi Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut. 2. Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8): a. Merangking siswa Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes. b. Menentukan jumlah kelompok Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk. c. Membagi siswa dalam kelompok Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-

kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama. d. Mengisi lembar rangkuman kelompok Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).

3.

Menentukan Skor Awal

Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya. 4. Kerja sama kelompok diawali merupakan Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok. 5. Jadwal Aktivitas STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas. b. Mengajar

kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang

Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis. diperhatikan adalah: 1. Pendahuluan a. Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya. b. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran. 2. Pengembangan Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu

a. b. c. d. e. 3.

Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran. Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan. Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah. Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.

Praktek terkendali a. b. Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan. c. Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.

c.

Kegiatan Kelompok 1. Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru

sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu: a. Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru. b. Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.

c.

Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.

d.

Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan. 2. Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan

peraturan- peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah: a. b. c. Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya. Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya. Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman d. yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan. Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya. 3. Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi. d. Kuis atau Tes

Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa

menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok. e. 1. Penghargaan Kelompok Menghitung skor individu dan kelompok

Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa. 2. Menghargai hasil belajar kelompok Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru. f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama

Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa

3. Kebaikan dan Kelemahan


Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengancooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21)cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: a. Kelebihan 1. 2. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.

3.

Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.

Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut : 1. 2. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, pandangan. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. informasi, perilaku sosial, dan pandangan-

2.

Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

3.

Pembelajaran

kooperatif

menjadikan

siswa mampu

belajar

berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. 4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. 5. 6. 7. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama. b. Kelemahan Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas yaitu: a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka diterapkan dalam grup. b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok. c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain. d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka. Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning STAD mempunyai kekurangan sebagai berikut: a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan b. keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas. c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif. Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara

inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik. E. Implementasi Penerapan penggunaan media specimen disertai model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Nama Sekolah Kelas Mata Pelajaran Semester Lama / Waktu Jumlah Siswa 2. Waktu Pembelajaran Awal : 12 Januari 2011 Jam 07.00 s.d 08.10 : SD Negeri 2 Padurenan : IV (Empat) : Ilmu Pengetahuan Alam : II (Dua) : 4 bulan (Januari 2011 s.d. April 2011) : 11 (Pa), 10 (Pi)

Siklus I Siklus II 3. Jadwal

: 01 Pebruari 2011 Jam 07.00 s.d 08.10 : 18 Pebruari 2011 Jam 09.35 s.d 10.45 Pelaksanaan

No

Kegiatan 1

Jan 2

Peb 3 4 1 2 3 4

Maret

April

1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4 5 6

Persiapan/Penyusunan Rencana Studi Pustaka/Referensi Penyiapan isntrumen Pelaksanaan Siklus Pertama Pelaksanaan Siklus Kedua Penyusunan Laporan

B. Deskripsi per Siklus 1. Pembelajaran Awal Pembelajaran ini bertujuan memberikan informasi materi kepada siswa dengan dikemas sedemikian menarik dengan harapan siswa dan guru dapat melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan. a. Rencana Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) dengan materi pokok struktur bagian tumbuhan dan fungsinya dengan indikator: 1. Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (akar) dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri 2. Membandingkan bagian-bagian tumbuhan, seperti akar, bunga dan daun b. Pelaksanaan

Dalam penggunaan

hal

ini

dilaksanakan gambar

tindakan,

yaitu

penerapan dalam

media

bagian-bagian

tumbuhan.

pembelajaran ini siswa sulit memahami pelajaran, minat belajar siswa rendah, karena penggunaan media yang kurang menarik. Hal ini diawali dengan pengamatan, penyusunan Rencana Pembelajaran, identifikasi masalah, analisis masalah dan rumusan masalah. Berikut, secara rinci prosedur pembelajaran atau langkahlangkah pembelajaran awal : 1. Kegiatan Awal a. Guru Mengucapkan Salam dan menanyakan Kabar Siswa b. Guru Mengabsen kehadiran siswa c. Menginformasikan mata pelajaran, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang akan dipelajarai d. Apersepsi e. Motivasi 2. Kegiatan Inti a. Kegiatan Informasi Materi 1. Guru Menjelaskan tentang struktur akar dengan alat peraga berupa gambar tumbuhan / Tanaman 2. Guru menjelaskan fungsi akar dan fungsi bagian masingmasing dengan peraga gambar 3. Guru Bersama siswa mengamati gambar akar untuk mengetahui perbedaan akar serabut dan akar tunggang b. Kegiatan Kelompok 1. Siswa Membentuk 5 Kelompok dengan arahan guru 2. Siswa Mengerjakan LKS secara kelompok 3. Siswa bersama guru mendiskusikan hasil diskusi kelompok c. Kegiatan Klasikal

1. Siswa membuat kesimpulan atas materi pelajaran yang sudah di bahas bersama dengan bimbingan guru 2. Pemantapan Materi dengan memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal yang masih sulit dipahami / dimengerti 3. Kegiatan Akhir 1. Evaluasi (Tes Formatif) 2. Perbaikan dan Pengayaan c. Pengamatan/ Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat Wahyul Huda, sebagai teman berdiskusi dan saling memberi masukan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan teman sejawat untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA, serta untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang diperankan oleh guru. Dalam hal ini dilakukan pengamatan terhadap tindakan, mencatat hambatan-hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran, motivasi belajar, keaktifan siswa dalam diskusi serta kreativitas siswa. Dalam pembelajaran awal ini dijumpai beberapa hambatan. Siswa seperti tidak semangat mengikuti pembelajaran, teori guru terlalu membosankan, media kurang menarik, sehingga minat belajar siswa seperti tidak ada. d. Refleksi Setelah mengkaji hasil belajar IPA siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus I agar pelaksanaannya lebih efektif.

2. Siklus I Siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran IPA agar tidak menjemukan, lebih menarik dan meningkatkan minat belajar siswa a. Rencana Rencana awal berupa evaluasi hasil observasi pada pembelajaran awal, hal ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran IPA tentang Struktur Bagian tumbuhan dan fungsinya di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan. Dalam penjajagan awal ini dijumpai adanya permasalahan bahwa rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur bagian tumbuhan dan fungsinya. Nampaknya pembelajaran ini terlalu menjemukan dan kurang menarik sehingga mengakibatkan rendahnya minat belajar siswa. Kegiatan observasi ini dilanjutkan dengan kegiatan diskusi dan refleksi antara peneliti (sebagai guru kelas) serta teman sejawat (Pengamat). Selama tahap observasi awal dan refleksi ditentukan bahwa berbagai permasalahan dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Padurenan perlu diatasi dengan menggunakan media specimen Perencanaan pada siklus I merupakan refleksi dari hasil pembelajaran awal. Adapun tahap yang dilakukan dalam perencanaan ini yaitu sebagai berikut : a. Membuat desain pembelajaran IPA tentang struktur bagian tumbuhan dan fungsinya melalui media specimen b. Simulasi pembelajaran berdasarkan pada desain pembelajaran. c. Revisi desain pembelajaran berdasarkan masukan dari hasil simulasi. d. Menyusun instrumen. b. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah disimulasikan dan revisi, yaitu penggunaan strategi ini menitikberatkan pada peningkatan minat belajar siswa Dalam hal ini dilaksanakan tindakan, yaitu penerapan penggunaan media specimen untuk meningkatkan minat belajar siswa. dalam pembelajaran ini siswa mampu melihat ojek benda secara langsung. c. Pengamatan/ Pengumpulan Data Dalam hal ini dilakukan pengamatan terhadap tindakan, mencatat hambatan-hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran, motivasi belajar, keaktifan siswa dalam diskusi serta kreativitas siswa . Dalam siklus I ini dijumpai beberapa hambatan. Siswa masih belum fokus dalam mengamati objek benda. Jadi siswa sulit sekali untuk memahami konsep dasarnya. Selain itu, pada siklus ini siswa merasa jemu dan kurang tertarik. Hal inilah yang menyebabkan siswa kesulitan untuk memahami materi atau konsep dasarnya. d. Refleksi Tahap ini berisi diskusi dari peneliti, guru maupun observer. Materi diskusi berisi tentang kelebihan dan kekurangan tindakan, sekaligus menentukan sikap yang harus dilakukan untuk siklus selanjutnya. Pada tahap ini juga diadakan analisis data, untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak. Siklus I ini ternyata belum mampu menjawab tujuan penelitian tindakan kelas, karena penggunaan media specimen masih belum bisa menunjukkan hasil yang diinginkan. Minat belajar siswa baru sedikit ada kemajuan.

Dalam hal ini dilakukan refleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berbagai hambatan dianalisis untuk dievaluasi dan dikaji agar dapat ditemukan pemecahannya. Siklus I belum dikatakan berhasil karena belum menjawab permasalahan, sehingga masih diperlukan siklus selanjutnya, yaitu siklus II. 3. Siklus II Siklus 2 ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). a. Rencana Berangkat dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam analisis dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada dasarnya hanya menyempurnakan siklus I. Perbedaan yang dapat dikemukakan adalah bahwa siklus II, observer dapat memperoleh laporan hasil pengamatan secara utuh. Dalam tahap persiapan ini antara peneliti (guru kelas) dan Teman sejawat (Pengamat) membahas rancangan disain Pembelajaran IPA tentang Struktur bagian tumbuhan dan fungsinya menggunakan media specimen melalui model dengan pembelajaran

STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). Peneliti mempersiapkan alat/media pembelajaran, serta prosedur pelaksanaan pembelajaran maupun teknik interaksi belajar mengajar serta pelibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. b. Pelaksanaan Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran sesuai STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD).

dengan disain/rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Tahap pelaksanaan ini mengikuti alur sebagai bertindak sebagai observer. c. Pengamatan/ Pengumpulan Data Kegiatan observasi ini dilakukan selama proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). dengan tindakan guru dan observer melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Guru dan observer melakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui minat dan motivasi belajar siswa. d. Refleksi Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan menganalisis hasil peningkatan prestasi belajar siswa, yakni membandingkan hasil pretes dengan postes. Dalam kegiatan refleksi ini juga diidentifikasi kesukaran-kesukaran guru/siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD). Dari hasil refleksi dapat diketahui bagaimana peningkatan minat belajar siswa serta motivasi dan perubahan tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran. Siklus II ini ternyata sudah mampu menjawab tujuan penelitian tindakan kelas, karena penggunaan media specimen melalui model pembelajaran STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) sudah bisa menunjukkan hasil yang diinginkan. Minat belajar siswa meningkat dengan signifikan, siswa sudah menunjukkan keberanian untuk bertanya tentang hal yang dianggap kurang jelas, berikut: pretes, pelaksanaan, postes. Dalam tahap pelaksanaan ini, teman sejawat

berani berpendapat, bisa menemukan konsep sendiri. Hal ini sudah bisa dikatakan peningkatan yang luar biasa Siklus II sudah dikatakan berhasil karena sudah menjawab permasalahan, sehingga tidak diperlukan siklus selanjutnya.

You might also like