You are on page 1of 18

MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Gafur, M.Sc

Oleh : Nama NIM : Norlely Nurul Rifki : 12707251007

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN I. Pendahuluan Model-Model Desain Pembelajaran yang diterapkan saat ini berbeda dengan masa kini. Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar, dan sekiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pembelajar untuk menentukan strategi belajarnya. Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat, dan rencana pembelajaran. II. Pembahasan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Sistem pembelajaran adalah keseluruhan komponen pembelajaran yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Definisi desain sistem pembelajaran merupakan desain pembentukan keseluruhan, struktur kerangka atau outline dan urutan atau sistematika kegiatan. Sehingga desain yang dibuat agar menjadi sebuah kegiatan yang efektif, effisien, dan menarik. Apabila pembelajaran itu menarik maka peserta didik tidak merasa bosan atau monoton, jadi kita dapat membuat pembelajaran itu menyenangkan buat pesarta didik. Baik dari cara mengajar, menyampaikan, dan lain-lain. Prekripsi tentang desain pembelajaran juga untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dengan kondisi yang karakteristiknya mata ajar tertentu dan karakteristik pembelajaran tertentu. Model-model desain pembelajaran contohnya sebagai berikut :

A. Model Addie Model desain pembelajaran ADDIE adalah model desain pembelajaran yang menggunakan 5 tahap / langkah sederhana dalam pengaplikasinnya. Ini merupakan desain pembelajaran yang mudah dipelajari. Sesuai dengan namanya model desain pembelajaran ADDIE ada 5 tahap/ langkah dalam pembelajarannya yaitu Analysis, Desain, Development, Implementation, dan Evaluation. Kalau kita susun maka akan diperoleh tahapan/ langkah- langkah model desain pembelajaran ADDIE adalah sebagai berikut: a) Analisis Pada langkah ini pendidik/ pendesain sistem pembelajaran harus memperhatikan komponen- komponen penunjang agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pendesain harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan, karaktreristik, keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik serta kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik. b) Desain Desain ini merupakan langkah lanjutan setelah analisis. Setelah masalah- masalah dianalisis maka harus dicari solusi alternatif, dengan merancang sistem pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh peserta didik. Dan untuk mengetahui apakah program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah- masalah yang terjadi pada peserta didik atau tidak. c) Pengembangan Langkah pengembangan ini merupakan penjabaran dari langkah desain, setelah pembelajaran di desain maka apa yang ada dalam desain pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Seperti mengembangkan materi pelajaran, strategi pembelajaran, pengembangan media pembelajaran dan penunjang pembelajaran lainnya. d) Implementasi Tahap ini merupakan realisasi dari langkah pengembangan atau dalam kata lain ada proses penyampaian materi dan informasi. Pendidik membimbing peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendesain juga harus memperhatikan model dan strategi pembelajaran apa yang efektif untuk digunakan dalam penyampaian materi, karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.

e) Evaluasi Evaluasi ini merupakan proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Penilaian terhadap kompetensi, pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik setelah memperoleh program pembelajaran tersebut. Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran. Model ADDIE yang digunakan dalam proses pembelajaran memperhatikan tujuan, isi, metode, media, dan evaluasi. Semua komponen tersebut terintegrasi dalam sistem proses pembelajaran. Sebagai suatu sistem perlunya analisis berbagai komponen yang membentuk sistem proses pembelajaran, seperti Gambar dibawah

B. Model ASSURE ASSURE model adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan ASSURE Model mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakan bagi peserta didik.

1. Menganalisis karakteristik pembelajar Tujuan utama para guru adalah memenuhi kebutuhan unik setiap siswa sehingga mereka bisa mencapai tingkat belajar yang maksimum. Model ASSURE memberikan pendekatan yang sistematis untuk menganalisis karakteristik para siswa yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar. Analisis tersebut menyediakan informasi yang memungkinkan secara strategis merencanakan pelajaran yang disesuaikan agar memenuhi kebutuhan spesifik para siswa. Faktorfaktor yang diperhatikan dalam analisis pemelajar adalah sebagai berikut: a. Karakteristik Umum Yang termasuk dalam karakteristik umum adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Karakteristik umum ini dapat digunakan untuk menuntun kita dalam memilih metode dan media untuk pembelajaran. Sebagai contoh, apabila pembelajar 1) Memiliki kemampuan membaca di bawah standar, maka akan lebih efektif jika media yang digunakan adalah bukan dalam format tercetak ( nonprint media). 2) Kurang tertarik terhadap materi yang disajikan, diatasi dengan menggunakan media yang memiliki tingkat stimuli yang tinggi, seperti : penggunaan video tape, permainan simulasi, dll. 3) Baru pertama kali melihat atau mendapat konsep yang disampaikan, lebih baik menggunakan cara atau pengalaman langsung (realthing). Bila sebaliknya, menggunakan verbal atau visual saja sudah dianggap cukup. 4) Heterogen, lebih aman bila menggunakan media yang dapat mengakomodir semua karakteristik pembelajar seperti menggunakan video tape. b. Kompetensi Dasar Spesifik Penelitian terbaru mengungkapkan pengetahuan sebelumnya yang dipunyai para siswa tentang sebuah subyek tertentu mempengaruhi bagaimana dan apa yang mereka bisa pelajari lebih banyak dari pada yang dilakukan sifat psikologi apa pun (Dick, Carey, & Carey, 2001). Oleh karena itu, komponen penting dalam merancang mata pelajaran adalah mengidentifikasikan kecakapan dasar spesifik para siswa. Berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pembelajar sebelumnya. Informasi ini dapat kita temukan bila kita memberikan entry

test/entry

behavior

kepada

pembelajar

sebelum

kita

melaksanakan

pembelajaran. Hasil dari entry test ini dapat dijadikan acuan tentang hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu lagi disampaikan kepada pembelajar c. Gaya Belajar Gaya belajar berasal atau timbul dari adanya kenyamanan yang kita rasakan (secara psikologis dan emosional) saat kita menerima dan berinteraksi dengan lingkungan belajar, karena itu muncul modalitas dalam belajar (verbal/lenguistik, logis/matematis, audio/visual/psasial, musik/ritmis,

ragawi/kinestetik, antar personal, intra personal, naturalis, dan eksistensial). Teori Gardner menyatakan bahwa guru yang efektif harus memperrtimbangkan gaya belajar yang berbeda dari pada siswa mereka, menyadari bahwa para siswa sangat berbeda dalam hal kekuatan dan kelemahan di tiap-tiap area tersebut. Faktor motivasi mempengaruhi apa yang diperhatikan para siswa, berapa lama mereka memerhatikan, dan berapa banyak usaha mereka kerahkan dalam belajar. Salah satu pendekatan yang membantu memahami motivasi adalah model ARCS dari Keller. Keller menjelaskan empat aspek mendasar dari motivasi yang bisa dipertimbangkan para guru ketika merancang mata pelajaran: 1) Perhatian (Attention). Kembangkan mata pelajaran yang para siswa anggap menarik dan berharga untuk diperhatikan. 2) 3) 4) Relevansi (Relevance). Pastikan bahwa pengajaran bermakna dan sesuai Percaya Diri (Confidence). Rancanglah mata pelajaran yang membangun Kepuasan (Satisfaction). Sertakan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik yang dengan kebutuhan dan tujuan belajar para siswa. ekspektasi siswa untuk sukses berdasarkan mereka sendiri. siswa terima dari pelajaran. Selain itu faktor Fisiologis yang berkaitan dengan perbedaan gender, kesehatan, dan kondisi lingkungan juga memengaruhi pembelajaran. 2. Menyatakan standar dan tujuan Belajar pada hakekatnya adlah sebagi usaha untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Sebuah tujuan belajar merupakan hal yang penting untuk mengetahui apa tujuan yang akan dicapai oleh pemelajar. tujuan pembelajaran yang dirumuskan dari hasil proses analisis kebutuhan akan membantu guru dalam melakukan langkah selanjtnya, salah satunya digunakan sebagai dasar pemilihan strategi, teknologi dan media. selain itu digunakan sebagai dasar penilaian dan dasar untuk ekspetasi

belajar siswa. dalam artian apabila standar dan tujuan belajar spesifik dinyatakan secara jelas, maka belajar mengajar menjadi berorientasi pada tujuan. Perumusan tujuan ini berkaitan dengan apa yang ingin dicapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah : a. Tetapkan ABCD A (audiens instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan pembelajar bukan pada apa yang harus dilakukan pengajar), B (behavior kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur), C (conditions kondisi pada saat performans sedang diukur), D (degree kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar). b. Mengklasifikasikan Tujuan Maksud dari mengklasifikasikan tujuan disini adalah untuk menentukan pembelajaran yang akan kita laksanakan lebih cenderung ke domain mana? kognitif, afektif, psikomotor, atau interpersonal. Tujuan belajar tidak dimaksudkan untuk membatasi apa yang siswa pelajari, tetapi dimaksudkan untuk menyediakan tingkat minimum dari pencapaian yang diharapkan. c. Perbedaan Individu Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu). 3. Memilih strategi, teknologi, media, dan materi Pointi yang harus digaris bawahi dalam hal ini bahwa tidak ada satu metode yang lebih dari metode yang lain dan tidak ada satu metode yang dapat menyenangkan/menjawab kebutuhan pembelajar secara seimbang dan menyeluruh. pertimbangan utama ketika memilih strategi pengajaran yaitu kontribusi strategi tersebut dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. dalam buku karangan Sharon E. Smaldino, dkk dijelaskan bahwa dalam menentukan strategi

pembelajaran perlu untuk meninjau ARCS, yaitu apakah strategi tersebut menarik perhahatian (Attention) siswa, dianggap relevan (Relevant) bagi kebutuhan mereka, berada pada tingkat yang sesuai untuk membangun percaya diri (Confidence) mereka, dan menghasilkan kepuasan (Satisfaction) dari apa yang mereka pelajari. Selanjutnya yang harus diperhatikan yaitu penggunaan media. Penggunaan media tidak harus diidentikkan dengan barang yang mahal. Sebelum memilih media kita harus mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai media yang kita gunakan menjadi bumerang atau mempersulit kita dalam pentransferan pengetahuan kepada pembelajar. pemanfaatan media akan membuat isi atau materi yang disampaian kepada penggunanya menjadi lebih menarik. sebuah media harus dirancang dengan kreatif, sehingga meningkatkan daya tarik isi pesan atau informasi yang terdaoat di dalamnya. Materi/bahan yang kita gunakan dalam proses pembelajaran merupakan komponen yang tidak kalah penting dalam menunjang proses pembelajaran sukses. . isi materi pelajaran pada hakekatnya merupakan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dipelajari oleh individu agar memiliki kompetensi seperti yang diharapkan. isi materi pelajaran menggambarkan adanya struktur atau hirarki yang perlu dipelajari oleh siswa secara sistematis. Materi/bahan yang digunakan bisa yang sudah siap pakai, hasil modifikasi kita, atau hasil desain baru. Bagaimanapun caranya kita mengumpulkan materi, pada intinya adalah materi tersebut harus sesuai dengan tujuan dan karakteristik si pembelajar 4. Menggunakan teknologi, media, dan material Sebelum kita memanfaatkan media dan bahan yang ada, alangkah bijaksananya jika kita melaksanakan persiapan seperti : a. b. c. d. e. 5. Mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak) Mempersiapkan bahan Mempersiapkan lingkungan belajar Mempersiapkan pembelajar Menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar) Mengharuskan partisipasi pembelajar Seperti yang diperkirakan oleh Bloom, Engelhart, Furst, Hill, dan Krathwohl (1956) lebih dari 50 tahun yang lalu, perekonomian global saat ini akan mengharuskan para pemelajar untuk memilih pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mnegevaluasi ketimbang sekadar mengetahui dan

memahami informasi. Ini sejalan dengan gagasan kontruktivisme bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman autentik yang relevan di mana para siswa akan menerima umpan balik informative, respon yang memungkinkan mereka telah mencapai tujuan dan bagaimana meningkatkan kinerja mereka. Dalam mengaktifkan pembelajar di dalam proses pembelajaran alangkah baiknya kalau ada sentuhan psikologisnya. Berikut adalah gambaran dari adanya sentuhan psikologis dalam proses pembelajaran : a. Behavioris, karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar. b. Kognitifis, karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya. c. Konstruktivis, karena pengetahuan yang diterima pembelajar akan lebih berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses pembelajaran. d. Sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional. 6. Mengevaluasi dan merevisi Evaluasi dan mereview adalah hal yang lazim dilakukan untuk melihat seberapa jauh media dan teknologi yang kita pilih/gunakan telah menghasilkan tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan timbul pertanyaan : apakah media dan teknologi yang kita pilih tetap bisa digunakan, dimodifikasi, ataupun tidak digunakan sama sekali. C. Model Dick and Carey Dick, Carey, dan Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development/ ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.

Instructional

desain

inilah

payung

bidang

(Hafiz,

2009).Langkah-langkah

pengembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19). Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan. 2. Melakukan analisis pembelajaran Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran (Dick, et al, 2001: 37) Karena prosesnya relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan bawahan. pembelajaran. Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan motorik. Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis (Dick, et al, 2001: 81). 3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. 4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus Keduanya merupakan proses analisa

Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. 5. Mengembangkan instrumen penilaian Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al, 2001:173). 6. Mengembangkan strategi pembelajaran Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3) partisipasi pebelajar, 4) penilaian dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et al, 2001: 189). 7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar Bahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk mencapai tujuan. Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran. Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test. 8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket

pembelajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang penting (Dick et al, 2001: 285) Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu : Evaluasi perorangan Evaluasi kelompok kecil Evaluasi lapangan

9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut. 10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.

D. Model Pengembangan Gerlach dan Ely Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar. Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut. Unsur-unsur dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely : 1) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object) Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai. 2) Menentukan isi materi (specification of content) Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda

menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya. 3) Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa ( Assesment of Entering behaviors) Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial. 4) Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy) Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional. 5) Pengelompokan belajar (Organization of groups) Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas. 6) Menentukan pembagian waktu (Allocation of times) Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk

diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. 7) Menentukan ruang (Allocation of space) Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.5, alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar. 8) Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources) Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati. Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) manusia dan benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dna (e) media display. 9) Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance) Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan media instruksional. Hakiakat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada akhir kegiatan instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa yang terukur dan dapat diamati. Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5 kategori: a. Manusia dan benda nyata b. Media visual proyeksi c. Media audio d. Media cetak e. Media display 10) Menganalisis umpan balik (analisys of feedback) Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional

tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan. E. Model Kemp Jerold E. Kemp berasal dari California State University di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalahmasalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah menetakan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran Model Kemp, terdiri dari delapan langkah, yakni: 1. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kometensi dasar, yaitu tujuan umum yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan. 2. Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan social budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil. 3. Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur (dalam KTSP adalah indicator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa ia telah berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi/bahan belajar yang sesuai. 4. Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indicator) yang telah dirumuskan. Masalah yang sering kali dihadapi guru-guru adalah begitu banyaknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan keada para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah sember belajar, materi, media, dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.

5.

Menetapkan penjajagan atau tes awal (preassessment). Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak menjadi bosan.

6.

Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar. Criteria umum untuk pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indicator) tersebut, adalah efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan, melalui suatu analisis alternative.

7. 8.

Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, eralatan, waktu dan tenaga. Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu unuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa, program pembelajaran, alat evaluasi (tes), dan metode/strategi yang digunakan.

Perbedaan antara model-model desain pembelajaran Acuan langkah ADDIE Dick and ASSURE Gerlach Kemp Terdapat 8 Carey Terdapat 5 Terdapat langkah dan Ely Terdapat 6 Terdapat

10 langkah langkah

10 langkah langkah

III.

Daftar Pustaka www.triyosupriyatno.com. www.scribd.com/doc/14802873/Perencanaan-Sistem-PAI http://www.docstoc.com/docs/106451989/model-jerold-e-kemd-dkk http://rohmatul-jannah.blogspot.com/2011/11/model-assure-dan-ADDIE.html. Online 30-082012

You might also like