You are on page 1of 23

ASSALAMUALAIKUM

Kelompok IV: Yuliana Dewi Ridha Alfiyeni L Novia Wahyuni Wino Oktofand

(17800) (18922) (56396) (88596)

Pajak Penghasilan Pajak 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan Pajak 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pajak 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terhutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24, kemudian dibagi12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Pajak penghasilan yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2011 DIKURANGI Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi kerja (PPh Pasal 21) Pajak penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (PPh Pasal 22) Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (PPh Pasal 23) Kredit Pajak Penghasilan luar negeri (PPh Pasal 24) JUMLAH KREDIT PAJAK

Rp 50.000.000,00

Rp 15.000.000,00 Rp 10.000.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 7.500.000,00 RP 35.000.000,00

SELISIH

RP 15.000.000,00

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah akhir bulan ketiga tahun pajak berikutnya, dan bagi Wajib Pajak badan adalah akhir bulan keempat tahun pajak berikutnya, maka besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan belum dapat dihitung sesuai dengan ketentuan undang-undang Pajak Penghasilan, sehingga besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terkhir dari tahun pajak yang lalu.

Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasrkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

Apabila Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu lebih kecil dari jumlah Pajak Penghasilan yang telah dibayar, dipotong dan/atau dipungut selama yahun pajak yang bersangkutan, dan oleh karena itu Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau permohonan untuk memperhitungkan dengan utang pajak lain, sebelum Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan mengenai pengembalian atau perhitungan kelebihan tersebut, maka besarnya angsuran pajak untuk setiap bulan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhirdari tahun pajak yang lalu. Setelah dikelurkan keputusan Direktur Jendral Pajak, angsuran pajak untuk bulan berikutnyasetelah tanggal keputusan itu, dihitung berdasarkan jumlah pajak yangterutang menurut keputusan tersebut.

Ketentuan perundang-undangan perpajakan mengatur penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 25 seperti berikut ini : 1. Pajak penghasila Pasal 25 dibayar/disetokan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan takwim berikutnya. 2. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan surat pemberitauan masa paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir dalam bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) lembar kerja.

Penghitungan PPh Pasal 25 dalam hal-hal tertentu

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian Contoh : Pajak Neto PT Abadi tahun 2011 Rp120.000.000,00 Sisa kerugian tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan (Rp 150.000.000,00) Sisa kerugian yang belum dikompensasikan tahun 2011 (Rp30.000.000,00) Pph terutang tahun 2011 NIHIL Kredit pajak (Pasal 22,Pasal 23, Pasal 24) Rp2.000.000,00 (Rp2.000.000,00) PPh Pasal 25 tahun 2011 (Rp30.000.000,00) Pajak yang kurang/lebih bayar (Rp32.000.000,00)

Dalam hal jumlah kerugian tidak habis dikompensasi sehingga masih dapat dikompesasi pada tahun berikutnya, dicontohkan berikut ini:

Data SPT Tahunan PPh Badan 2011


Penghasilan neto Sisa kompensasi kerugian tahun 2010 Sisa kerugian yang dikompensasikan Pada tahun 2011 Rp100.000.000,00 Rp100.000.000,00 Rp320.000.000,00

Penghasilan kena pajak


Angsuran PPh Pasal 25 Data SKP tahun pajak 2011 yang diterbitkan Juni 2012 Penghasilan neto Kompensasi di tahun 2011 Sisa kerugian tahun 2010 yang Masih dapat dikompensasikan ( Rp 320.000.000,00 Rp 150.000.000,00)

NIHIL
NIHIL Rp150.000.000,00 Rp150.000.000,00 Rp.170.000.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 adalah NIHIL, karena sisa kerugian yang dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto tahun pajak 2011 lebih besar dari penghasilan neto menurut SKP tahun pajak 2011.

2.Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur Adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh selain dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, dan /atau modal, misalnya keuntungan dari pengaliahn harta. 3. SPT Tahunan PPh Tahun lalu terlambat disampaikan Contoh: 1. SPT Tahunan PPh badan tahun pajak 2011 disampaikan tanggal 25 Mei 2012, dengan data sebagai berikut : a. Penghasilan neto/penhasilan kena pajak Rp 500.000.000,00 b. Pajak penghasilan terutang 25% x Rp 500.000.000=Rp125.000.000,00 c. Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp.42.500.000,00 2. PPhPasal 25 untuk Desember 2011 sebesar TRp 5.000.000,00 a. Besarnya PPh Pasal 25 untuk masa Januari dan Februari msingmasing adalah sama besarnya dengan PPh Pasal 25 untuk Desember 2011 sebesar Rp 5.000.00,00 b. Besarnya PPh Pasal 25 untuk masa bulan Maret sampai denganApril 2012 masing-masng sama besarnya dengan PPh Pasal 25 untuk masa bulan Desember 2011 yaitu sebesar Rp 5.000.000,00

c. Besarnya PPh Pasal 25 untuk Maret sampai degan Desember 2012 dihitung kembali berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2011 sebagai berikut. 1. Penghasilan neto 2011/penghasilan kena pajak sebesar dasar perhitungan, sebesar Rp 50.000.000,00 2. PPh Terutang atas pengahsilan Kena Pajak sebesar Rp 500.000.000,00 adalah : 25% x Rp 500.000.000,00 = Rp125.000.000,00 3. PPh Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 tahun pajak 2011 Rp 42.500.000,00 Rp 82.500.000,00 4. PPh Pasal 25 untuk bulan Maret sampai dengan Desember 2012 Rp 82.500.000,00 x 1/12 = Rp 6.875.000,00 setiap bulan.

d.Oleh karena PPh Pasal 25 bulan Maret sampai April 2012 yang telah disetor masing-masing sebesar Rp 5.000.000,00 maka atas kekurangan masing-masing sebesar Rp 1.875.000,00 harus disetor dan terutangbunga sebesar: a. Untuk masa Maret 2012 sebesar 2% per bulan dihitung sejak 16April 2012 sampai dengan tanggal penyetoran b. Untuk masa April 2012 sebesar 2% per bulan dihitung sejak 16 Mei 2012 sampai dengan tanggal penyetoran

4. Wajib Pajak diberi perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pajak penghasilan Pasal 25 dihitung sebagai berikut : 1. Bulan-bulan mulai bulan batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan sampai dengan bulan sebelum disampaikan SPT Tahunan yang bersangkutan adalah sama degan besarnya Pajak Penghasilan Pajak 25 yang dihitung berdasarkan perhitungan sementara yang disampaikan oleh Wajib Pajak pada saat mengajukan permohonan izin perpanjangan. 2. Setelah Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghaasilan, besarnya Pajak Penghasilan Pajak 25 dihitung kembali.

Contoh penghitungan Permohonan perpajakan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2011 disampaikan pada tanggsl 10 Januari 2012,dengan menyampaikan perhitungan sementara sebagai berikut Penghasilan Neto Rp 400.000.000,00 PPh terutang 25% x Rp 400.000.00,00 = Rp 100.000.000,00 PPh Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, tahun pajak 2011 Rp 42.500.000,00 PPh Pasal 25 = ( Rp 100.000.000,00 Rp 42.500.000,00) x 1/12 = Rp 4.791.600,00 Diberikan izin perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2011 sampai dengan 30 Juni 2012 PPh Pasal 25 Desember 2011 sebesar Rp 4.000.000,00 SPT Tahunan PPh tahun Pajak 2011 disampaikan pada tanggal 5 Juni 2012, dengan data sebagai berikut : Penghasilan Neto/ Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000,00 Pajak penghasilan terutang 25% x Rp 500.000.000,00 = Rp 125.000.000,00 PPh Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 yang dapat di kreditkan Rp 42.500.000,00

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT TahunanPajak Penghasilan yang Mengakibatkan Angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan Contoh 1. SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2011 disampaikan tanggal 25 Maret 2012,dengan data sebagai berikut. a. Penghasilan kena pajak Rp 500.000.000,00 b. Pajak penghasilan terutang : 25% x Rp 500.000.000,00 = Rp 125.000.000,00 2. Pph Pasal 22. Pasal 23, Pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp 42.500.000,00 3. PPh Pasal 25 untuk masa bulan Desember 2011 sebesar RP 5.000.000,00 Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT tahunan PPh tahun pajak 2011,dengan data baru sebagai berikut: a. penghasilan neto tahun pajak 2012 Rp 600.000.000 b. Pajak Penghasilan terutang : 25% x Rp 600.000.000,00 = Rp 150.000.000,00 c. PPh Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp 42.500.000,00

6.Terjadi Perubahan Keadaan Usaha atau Kegiatan Wajib Pajak Perubahan keadaan badan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat terjadi karena penurunan atau peningkatan usaha. PPh PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BARU, BANK, SEWA, DENGAN HAK OPSI, BUMN, DAN BUMD PPh Pasal25 bagi Wajib Pajak Baru Contoh perhitungan penghasilan neto 1.Bagi Wajib Pajak baru menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, maka penghasilan neto Wajib Pajak baru tersebut dihitung berdasarkan pembukuannya. 1) Wajib Pajak badan baru menyelenggarakan pembukuan PT Dadali terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP Jakarta Tambora sejak tanggal 1 Februari 2011. Peredaran atau penerimaan bruto menurut pembukuan dalam bulan Februari 2011 sebesar Rp 340.000.000,00 dan penghasilan neto dapat dihitung berdasarkan pembukuan sebesar Rp 68.000.000,00

2).Wajib Pajak orang pribadi baru menyelenggarakan pembukuan Gavin sebagai Wajib Pajak orang pribadi baru yang terdaftar dan memiliki NPWP sejak 1 Maret 2011. Dalam penyelenggaraan usahanya menggunakan pembukuan. Data yang diperoleh dari pembukuan dengan penghasilan bruto bulan Maret 2011 sebesar Rp 100.000.000,00 dan beban yang diperkenakan sesuai undang-undang perpajakan Rp 77.000.0000,00. Gavin belum menikahdan tidak mempunyai tanggungan.

2. Bagi Wajib Pajak baru tersebut menggunakan Norma Penghitungan Penghasian Neto atsu menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapatdihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, maka penghasilan neto Wajib Pajak baru tersebut dihitung berdasarkan norma perhitungan penghasilan neto atas peredaran atau penerimaan brutonya. Wajib Pajak orang pribadi baru tidak menyelenggarakan pembukuan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar sebagai Wajib Pajakpada KPP sejak tanggal 1 Mei 2011 dengan status kawin. Peredaran/Penerimaan bruto menurut catatan harian bulan Mei 2011 sebesar Rp 18.340.000,00. Persentase Norma Penghitungan sesuai dengan usaha Wajib Pajak diasumsikan 30%.

PPh Pasal 25 bagi WP Bank dan Sewa dengan Hak

Opsi PT Bank Amerta berdiri dan terdaftar sebagai Wajak pada KPP Jakarta Kebayoran Baru sejak tanggal 1 April 2011. Dalam perkiraan laporan keuangan triwulan April sampai dengan Juni 2011 menunjukkan penghasilan netto sebesar Rp 80.000.000,00. Besarnya PPh Pasal 25 masing-masing untuk bulan April, Mei, Juni 2011 di hitunh sebagai berikut. 1. Perkiraan penghasilan netto triwulan yang disetahunkan: 4 x Rp 80.000.000,00 =Rp320.000.000,00 2. PPh terutang berdasarkan tarif pasal 17 UUPPh: 25% x Rp 320.000.000,00 = Rp 80.000.000,00 3. Besarnya PPh pasal 25 masing-masing untuk bulan April, Mei Juni: 1/12 x Rp 80.000.000,00 = Rp 6.666.600,00

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD Ketentuan Pasal 25 ayat (7) Undang-undang PPh memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan besarnya angsyran PPh Pasal 25 usaha Bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya berdasarkan peraturan undang-undang harus membuat laporan keuangan berkala. PPh Pasal 25 bagi Wjib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Sesuai peraturan Menetri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan domisili. Kewajiban Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008, besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu ditetapkan sebesar 0,75% dari peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha.

Pengurangan PPh Pasal 25 dalam Tahun 2009 Ketentuan pengurangan ini tertuang dalam peraturan Dikjen Pajak Nomor 10/Pj./2009 yang barlaku per Februari 2009 Pokok-pokok pengaturan pengurangan adalah sebagai berikut: 1.Kualifikasi Wajib Pajak dan besarnya pengurangan PPh Pasal 25 2.Tata cara pengajuan permohonan 3. Wajib Pajak yang tidak mengajukan permohonan pengurangan Wajak yang di maksud membayar PPh Pasal 25 untuk masa pajak Juli-Desember 2009 sebesar PPh Pasal 25 yang di hitung berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (1), yat (4) dan ayat (6) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

You might also like