You are on page 1of 20

REWARD DAN PUNISHMENT

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH PADA MATA KULIAH


FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
OLEH : MAHFUZ BUDI
NIM :3072050

DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR. H. HAIDAR PUTRA DAULAY, MA
DR. AL RASYIDIN, M.AG

SEMESTER II
PROGRAM STUDI S-3/DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA-SARJANA IAIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
REWARD DAN PUNISHMENT
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

‫بسم ال الرحمن الرحيم‬

A. Pendahuluan

Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa semua yang dilakukan

manusia di dunia tanpa terkecuali, sekecil apapun, memiliki konsekuensi di akhirat

kelak. Semua kebaikan memperoleh ganjaran positif berupa pahala, dan semua hal

buruk yang dilakukan akan menimbulkan dosa dan mendapat hukuman yang

setimpal. Allah SWT memastikan hal itu dalam berbagai firman-Nya. Beberapa di

antaranya semisal :

ّ‫ل إِل‬
ٍ ‫وَمَا تَكُونُن فِي شَأْنٍن وَمَا َت ْتلُو مِنْهُن مِن قُرْآنٍن وَلَ تَعْ َملُونَن مِنْن عَ َم‬
ٍ‫علَيْكُ مْ شُهُودًا ِإذْ ُتفِيضُو نَ فِي ِه وَمَا يَ ْعزُ بُ عَن رّبّكَ مِن مّ ْثقَالِ ذَ ّرة‬
َ ‫كُنّا‬
‫ل أَصنْغَرَ مِن َذلِكَن وَل أَكْبَ َر إِلّ فِي‬
َ َ‫فِي الَرْضِن وَلَ فِي السنّمَاء و‬
ٍ‫كِتَابٍ مّبِين‬

Dan tidaklah kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak dalam membaca suatu
ayat dari Al Qur'an dan kamu tidaklah mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan
Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak
ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua
tercatat) dalam kitab yang nyata (Q.S. 10 : 61)
َ‫جلُهُم بِمَا كَانُوا يَعْ َملُون‬
ُ ْ‫علَيْهِ ْم َألْسِنَتُهُ ْم َوأَيْدِي ِه ْم وَأَر‬
َ ُ‫َيوْمَ تَشْ َهد‬
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. 24 : 24)

‫جلُهُمْ ِبمَا كَانُوا‬


ُ ْ‫علَى أَ ْفوَاهِهِ ْم وَتُ َكلّمُنَا أَ ْيدِيهِ ْم وَتَشْ َهدُ أَر‬
َ ُ‫الْ َيوْمَ نَخْتِم‬

َ‫َيكْسِبُون‬
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu
mereka usahakan. (Q.S. 36 : 65)

Ketiga ayat di atas menjadi landasan bagaimana proses kehidupan umat

manusia senantiasa berlangsung di bawah pengawasan Penciptanya, dan segala yang

dilakukan manusia sepanjang hidupnya adalah bentuk aktivitas yang harus

dipertanggungjawabkan dan pasti akan memperoleh balasan.

ُ‫ل ذَرّةٍ شَرّا يَ َره‬


َ ‫ل ذَرّةٍ خَيْرًا يَ َر ُه وَمَن يَعْ َملْ مِ ْثقَا‬
َ ‫فَمَن يَعْ َملْ مِ ْثقَا‬
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. 99 :7-8)

Bentuk pertanggungjawaban dimaksud akan berimplikasi kepada bentuk

paling akhir dari penghargaan dan hukuman yang akan diterima manusia kelak, yaitu

sorga sebagai reward dan neraka sebagai punishment.


Pada dasarnya pendidikan dalam Islam berlangsung seumur hidup, sehingga

tidak salah menyebut bahwa proses kehidupan umat manusia adalah sama dan

sebangun dengan proses pendidikan itu sendiri. Sebagaimana proses kehidupan

memerlukan Pengawas, mempersyaratkan pertanggungjawaban dan memperoleh

balasan, demikian pulalah adanya proses pendidikan.

Makalah ini memaparkan beberapa topik persoalan seputar “balasan” dalam

dunia pendidikan, yang muncul dalam bentuk penghargaan dan hukuman (reward &

punishment ; selanjutnya disingkat R & P)., yang bahasannya mencakup pengertian,

tujuan pemberian beserta dasar-dasar pertimbangan dalam aplikasinya, dan terakhir

menyangkut bentuk-bentuknya.

B. Pengertian R & P dalam Pendidikan Islam

Pendidikan, seperti halnya juga Pendidikan Islam, memiliki sejumlah unsur pokok

sebagai pendukung, antara lain pendidik, peserta didik, tujuan, materi, metode, dan alat

pendidikan. Sejumlah pakar pendidikan Islam menyebut R & P adalah metode, sementara

yang lainnya menilainya sebagai alat pendidikan.

Perbedaan pandangan ini nampaknya muncul dari perbedaan pemaknaan bahasa

dan perbedaan perspektif. Dalam bahasa Arab, terdapat sejumlah padanan untuk metode

yaitu uslub, thoriqoh, kaifiyat, manhaj, juga nizhom, sedang alat padanannya adalah alat

juga, washilah dan wasithoh. Ditinjau dari perspektif pendidik, R & P bisa dipandang

sebagai salah satu alat pendidikan yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan

materi (bahan) pendidikan kepada peserta didik. Dalam perspektif ini kita
mengasumsikan bahwa pendidiklah yang aktif menggunakannya sebagai alat, dan peserta

didik berada dalam posisi pasif. Hal ini utamanya terjadi pada peserta didik tingkat awal.

Tetapi jika kita memandangnya dari perspektif peserta didik, maka R & P adalah

metode yang dapat dia gunakan mendorong (memotivasi) dirinya dalam menguasai

materi pendidikan. Di sini peserta didik berada pada posisi aktif, dan lazimnya berada

dalam status pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana peserta didik akan

menggunakan metoda R & P dengan tujuan memaksimalisir perolehan R (eward) dan

meminimalisir P (unishment).

Akan tetapi, ‘Abdurrahman al-Nahlawi memandang metode sebagai salah satu

alat pendidikan.1 Ada dua jenis alat dalam penilaiannya. Pertama, wasa’ith al-tarbiyah

yaitu, alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan,

seperti pendidik, keluarga, madrasah, masjid. Kedua, wasa’il al-tarbiyah atau alat-alat

maknawi psikis, yaitu metode-metode yang digunakan dalam menyampaikan ilmu.

Al-Nahlawi kemudian membagi metode pendidikan menjadi dua, yang pertama

dia sebut alat preventif dan yang kedua alat kuratif. Kedalam yang pertama termasuk

perintah, nasihat, dorongan, dan pembiasaan, dimana dorongan dapat dipandang sebagai

salah satu bentuk reward. Kedalam yang kedua ia masukkan larangan, ancaman, dan

hukuman,2 yang ketiganya dalam makalah ini masuk pada kategori punishment.

Reward secara bahasa bermakna ganjaran. Meski secara harfiah bisa bermakna

negatif, tetapi lazimnya digunakan dalam pengertian yang positif, sebagaimana juga

dimaksudkan dalam bahasan makalah ini. Reward juga bermakna hadiah, upah, ataupun

penghargaan. Bahkan pahala juga dapat dimaknai dengan reward. Dalam Al-Qur’an
1
‘Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa al-
Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979) h. 119.
2
Ibid. Lihat juga Hery Noer Aly, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung :
Diponegoro, 1992), h. 189.
beberapa pengertian reward tersebut muncul dalam beberapa istilah. Antara lain dalam

Q.S. 56:24 yang menyamakan reward dengan balasan (jazaa’).

َ‫جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْ َملُون‬


Sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (A reward for what they

used to do)3

ُ‫ن إِلّ الِْحْسَان‬


ِ ‫جزَاء الِْحْسَا‬
َ ْ‫َهل‬
Adakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)? (Is there any reward for

good other than good?)(Q.S.55 : 60)

Dalam ayat lain ditemukan kata tersebut yang menunjukkan balasan yang

dimaksud yang bisa negatif dan bisa juga positif.

‫جزِيَ اّلذِينَ أَسَاؤُوا بِمَا عَ ِملُوا‬


ْ َ‫َولِّ مَا فِي السّمَاوَاتِ وَمَا فِي الَْرْضِ ِلي‬
‫ن أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى‬
َ ‫وَيَجْزِيَ الّذِي‬

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi supaya Dia
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang
telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik)( Yea, to Allah belongs all that is
in the heavens and on earth: so that He rewards those who do evil, according to
their deeds, and He rewards those who do good, with what is best). (Q.S.53 : 31).

3
Terjemahan bahasa Inggris ayat ini dan ayat-ayat berikutnya dikutip dari Program SalafiDB 4.0
dari http://salafidb.googlepages.com.
Kata lainnya yang juga bermakna reward adalah asyabah sebagaimana terungkap

dalam ayat berikut :

‫ت الشّجَ َرةِ فَ َعلِمَ مَا فِي‬


َ ْ‫ن الْ ُمؤْمِنِينَ ِإذْ يُبَايِعُو َنكَ تَح‬
ِ َ‫ي الُّ ع‬
َ ِ‫لَ َقدْ َرض‬
‫علَيْهِ ْم وَأَثَا َبهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا‬
َ َ‫ُقلُوبِ ِهمْ فَأَن َزلَ السّكِينَة‬

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka


berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang
ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) (Allah’s
Good Pleasure was on the Believers when they swore fealty to thee under the
Tree: He knew what was in their hearts, and He sent down tranquillity to them;
and He rewarded them with a speedy/near victory) (Q.S :48 :18)

Adapun punishment sebenarnya juga berarti ganjaran, tetapi penggunaannya lebih

lazim dalam pengertiannya yang negatif, sehingga sering diartikan sebagai hukuman

atau siksaan. Dalam Al-Qur’an, punishment ini muncul dengan kata ‘uqubah atau ‘iqaab

seperti pada ayat berikut :

ِ‫شدِيدُ الْعِقَاب‬
َ َّ‫ن ال‬
ّ ِ‫لّ وَرَسُولَ ُه وَمَن يُشَاقّ الَّ فَإ‬
َ ‫َذِلكَ بِأَنّهُمْ شَاقّوا ا‬

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya. (That is because they resisted Allah and His
Messenger. and if any one resists Allah, verily Allah is severe in punishment.)
(Q.S. 59 : 4).

Punishment dalam pengertian siksaan disebut ‘adzab.

ٌ‫حد‬
َ َ‫ب عَذَابَهُ أ‬
ُ ّ‫فَ َيوْمَ ِئذٍ لّ يُعَذ‬

Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya, (So on
that Day, none will punish as He will punish.) (Q.S. 89 : 25)
Keseluruhan rangkaian ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita Islam secara

komprehensif menetapkan adanya R & P sebagai implikasi dari seluruh proses perjalanan

kehidupan umat manusia. Pendidikan sebagai subsistem integral dari sistem Islam yang

ka’affah, dengan demikian juga memiliki R & P-nya sendiri, dimana R (eward) sebagai

balasan atas keberhasilan manusia dalam menjalani tahapan-tahapan pada proses

pendidikan yang ditempuhnya, dan P (unishment) sebagai balasan atas sebagian atau

seluruh kegagalan yang ditemuinya dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Dalam

bahasa Arab metode ini biasa disebut uslub al targhib wa al-tarhib.

C. Tujuan Pemberian R & P dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memiliki rangkaian unsur-unsur yang saling terkait yang

diperlukan dalam mewujudkan keberhasilannya. Unsur-unsur tersebut antara lain

tujuan, kurikulum, materi, metode, sarana, alat, dan pendekatan. Setiap unsur dapat

dibagi lagi dalam rincian yang lebih detil, termasuk di dalamnya metode.

Rasulullah s.a.w. mencontohkan sejumlah metode dalam penyampaian

pendidikan Islam, termasuk di dalamnya metode R & P.4 Pada makalah terdahulu5

telah dikemukakan adanya metode pujian yang bertujuan memberikan kegembiraan

kepada peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan kata lain metode ini

bertujuan merangsang motivasi peserta didik untuk lebih bergairah dan bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran atau proses pendidikan yang dia terima. Sebab dalam

4
R & P sebagai metode antara lain dikemukakan Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan
Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981),
5
Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”, h. 30-32. Makalah disampaikan
pada sesi kuliah Program Doktor Pendidikan Islam IAIN SU, 15 Agustus 2008.
Psikologi Islam, motivasi dimaknai sebagai kunci utama dalam melahirkan dan

menafsirkan perbuatan manusia yang disebut niyyah dan ‘ibadah. Niyyah merupakan

pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal, sedang ‘ibadah merupakan

tujuan manusia dalam berbuat atau beramal. Maka perbuatan manusia, termasuk

dalam proses pendidikan, berada pada lingkaran niyyah dan ‘ibadah.6

Demikian pula dengan metode pemberian hukuman yang dicontohkan

Rasulullah s.a.w., bertujuan memotivasi peserta didik agar lebih giat dalam proses

pembelajarannya dan bersedia belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dia

perbuat. Dengan kata lain, metode pemberian hukuman tersebut adalah cobaan yang

dialami peserta didik yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendisiplinkan diri.

Dalam konteks yang lebih luas, metode ini efektif melatih kesabaran manusia serta

sarana dalam melakukan introspeksi diri.

ِ‫ل وَالن ُفس‬


ِ ‫ن الَ َموَا‬
َ ّ‫ع وَنَ ْقصٍ م‬
ِ ‫ف وَالْجُو‬
ْ ‫َولَنَ ْبلُوَنّ ُكمْ بِشَيْءٍ مّنَ الْخَو‬
َ‫وَالثّ َمرَاتِ وَبَشّ ِر الصّابِرِين‬

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. 2 : 155).

Sebagai cara untuk menentukan apakah semua unsur-unsur dalam pendidikan

Islam yang dikemukakan telah tercapai atau tidak, maka dibutuhkan perangkat

evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan, harga, atau nilai

6
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h.239.
berdasar kriteria tertentu terhadap sebuah kegiatan. Proses pendidikan adalah proses

yang bertujuan, yang dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan

dimiliki peserta didik setelah melalui satu proses rangkaian pembelajaran. Hasil yang

diperoleh dari penilaian tersebut dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena

itu, tindakan atau kegiatan evaluasi tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.7 Pada

prinsipnya, penilaian hasil belajar tersebut adalah bentuk R & P bagi para peserta

didik.

D. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian R & P dalam Pendidikan Islam

Pertimbangan pertama dalam pemberian R & P adalah cobaan kepada umat

manusia dalam kapasitasnya sebagai peserta didik, apakah ia dapat melatih

kesabarannya jika menemui kegagalan atau kendala dalam proses pembelajaran.

Dapatkah ia bersikap ridla? Atau mampukah ia mengendalikan diri dengan bersyukur

jika cobaan yang datang adalah dalam bentuk prestasi yang menggembirakan. Salah

satu kewajiban peserta didik menurut Al-Ghazali adalah membersihkan jiwa dari

sifat-sifat negatif.8 Tak terkira banyaknya peringatan Allah s.w.t. mengenai hal ini, di

antaranya :

ُ‫خَل ْواْ مِن قَ ْبلِكُم مّسّتْ ُهم‬


َ َ‫خلُواْ الْجَنّ َة َولَمّا يَأْتِكُم مّ َثلُ اّلذِين‬
ُ ْ‫أَمْ حَسِبْ ُت ْم أَن َتد‬
‫ن آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى‬
َ ‫ل الرّسُولُ وَالّذِي‬
َ ‫حتّى َيقُو‬
َ ْ‫الْبَأْسَاء وَالضّرّاء وَ ُزلْ ِزلُوا‬
ٌ‫ل أَل إِنّ َنصْ َر الّ قَرِيب‬
ّ ‫َنصْ ُر ا‬
7
Samsul Nizar (ed.), Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 22.
8
Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004, h. 84.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(Q.S. 2 : 214)

َ‫…وَنَ ْبلُوكُم بِالشّ ّر وَالْخَيْرِ فِتْنَ ًة َوإِلَيْنَا تُ ْرجَعُون‬


….Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(Q.S.
21 : 35)

Cobaan dalam kehidupan manusia identik dengan ujian dalam proses

pembelajaran. Setiap manusia membutuhkan ujian tersebut untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan, pemahaman, dan wawasannya terhadap sesuatu persoalan yang

telah dipelajarinya. Hasil-hasil ujian yang diterimanya akan terangkum dalam daftar

penilaian yang isinya adalah R & P baginya. Apakah ia akan bersyukur dengan R

yang diterimanya atau bersabar dengan P yang diperolehnya atau tidak. Dengan

demikian, R & P sesungguhnya adalah ujian akan keimanan dan ketaqwaan

seseorang.

َ‫ل لَ َعلّكُمْ تُ ْفلِحُون‬


ّ ‫يَا أَيّهَا اّلذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ َوصَابِرُواْ وَرَا ِبطُو ْا وَاتّقُواْ ا‬
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.(Q.S. 3 : 200).
ِ‫ن صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَن‬
َ ‫ن الّذِي‬
ّ َ‫مَا عِندَ ُكمْ يَن َف ُد وَمَا عِندَ الّ بَاقٍ َولَنَجْزِي‬
َ‫مَا كَانُواْ يَ ْع َملُون‬

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Dasar pertimbangan lainnya adalah sebagai ajang latihan mendisiplinkan diri

dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang dilakukan dalam proses

pembelajaran dan proses kehidupan yang dijalani. Dalam hal ini R & P bermanfaat

memotivasi manusia untuk berbuat lebih baik dan belajar lebih tekun lagi.

ٌ‫ُكلّ َن ْفسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَة‬


Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (Q.S. 74 :
38)

‫ت وَلَكُم مّان كَسَنبْ ُت ْم وَلَ تُسْنَألُونَ عَمّان كَانُوا‬


ْ ‫خلَتْن لَهَا مَا كَسَنَب‬
َ ْ‫ِتلْكَن أُمّةٌ َقد‬
َ‫َيعْ َملُون‬

Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu
apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan
jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. 2 : 134& 141)

Muhammad Munir Mursa mengemukakan,9 metode R & P digunakan sesuai

perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-

kaidah Islam. Pengaruh yang dihasilkannya tidaklah sama. Reward lebih baik karena

bersandar pada pembangkitan dorongan intrinsik manusia dan karenanya

pengaruhnya relatif akan lebih lama, sedang punishment bersandar pada dorongan
9
Muhammad Munir Mursa, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-Bilad
al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977), h. 55.
rasa takut dan karena itu sifatnya negatif. Penerapan punishment ditujukan untuk

memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan sekaligus memelihara

ketertiban dan disiplin peserta didik lainnya dari kemungkinan melakukan kesalahan

yang sama. Karenanya dapat dikatakan bahwa punishment adalah alternatif terakhir

setelah metode nasihat dan peringatan tidak berhasil memperbaiki peserta didik.10

Dasar terbaik dalam penerapannya adalah firman Allah s.w.t. :

‫مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ َفلَهُ عَشْ ُر أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسّيّئَةِ فَلَ ُيجْزَى إِلّ مِ ْثلَهَا‬
َ‫وَهُمْ لَ ُيظْلَمُون‬

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali
lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. 6 : 160).

Prinsip keadilan Tuhan yang terlihat pada ayat di atas menunjukkan

bagaimana kejahatan atau dalam perspektif pendidikan Islam, kesalahan atau

kelalaian, memperoleh balasan hukuman yang proporsional.

E. Bentuk-bentuk R & P dalam Pendidikan Islam

R & P, apakah sebagai metoda ataukah sebagai alat, merupakan cara dalam

memotivasi manusia, khususnya peserta didik, untuk bergairah dan bersemangat

dalam menjalani proses pembelajaran yang ditempuhnya. Bentuk pertama yang lazim

adalah dengan menggunakan pujian dan membuat proses pembelajaran berjalan


10
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat : Logos, 1999) h. 200-202.
dengan cara yang menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik. Untuk

dapat melaksanakan hal tersebut dengan baik seorang pendidik haruslah

memperlakukan peserta didik seperti anaknya sendiri.11 Terdapat sejumlah petunjuk

dalam Al-Qur’an tentang hal ini :

ِ‫ب الْجَحِيم‬
ِ ‫سلْنَاكَ بِالْحَقّ بَشِيرًا وَ َنذِيرًا وَلَ تُسَْألُ عَنْ َأصْحَا‬
َ ْ‫إِنّا أَر‬
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta
(pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (Q.S. 2 : 119).

َ‫ن الْحَامِدُونَ السّائِحُونَ الرّاكِعُونَ السّاجِدونَ المِرُون‬


َ ‫التّائِبُونَ الْعَا ِبدُو‬
َ‫ل وَبَشّرِ الْ ُمؤْمِنِين‬
ّ ‫حدُودِ ا‬
ُ ِ‫ن ل‬
َ ‫بِالْمَ ْعرُوفِ وَالنّاهُونَ عَنِ الْمُنكَ ِر وَالْحَا ِفظُو‬

Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji,
yang melawat (mencari ilmu) yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah.
Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (Q.S. 9 :112).

Ayat terakhir di atas menunjukkan bagaimana orang-orang yang memuji, dalam

hal ini memuji Tuhan, termasuk di antara orang-orang yang berbuat baik dan karenanya

layak memperoleh kegembiraan. Tentulah apa yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an di

atas sangat layak diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam, dimana seorang pendidik

sekali-sekali harus memuji kebaikan dan kemampuan peserta didiknya, khususnya anak-

anak. Pujian pastilah menggembirakan dan menjadi obat pelipur capek bagi anak-anak

dalam belajar dan akan memotivasinya untuk kembali mengulang perbuatan terpujinya

itu. Akan tetapi memuji siapa pun tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena

dikhawatirkan berdampak buruk bagi yang dipuji.


11
Hasan Asari, op.cit., h. 88.
ِ‫حدّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ زَ َكرِيّاءَ عَنْ بُ َر ْيد‬
َ ِ‫حدّثَنِي أَبُو جَ ْعفَرٍ مُحَ ّمدُ بْنُ الصّبّاح‬
َ
َ‫ن أَبِي مُوسَى قَال‬
ْ َ‫ن أَبِي بُ ْر َدةَ ع‬
ْ َ‫بْنِ عَ ْب ِد الِّ ع‬
‫ل وَ ُيطْرِيهِ فِي‬
ٍ‫ج‬ُ َ‫علَى ر‬
َ ‫علَيْ ِه وَسَلّمَ رَجُلً ُيثْنِي‬
َ ُّ‫صلّى ال‬
َ ‫ي‬
ّ ِ‫سَمِ َع النّب‬
ِ‫جل‬
ُ ّ‫ل لَ َق ْد أَهْلَكْتُ ْم َأوْ َقطَعْ ُت ْم ظَهْرَ الر‬
َ ‫الْ ِمدْحَةِ فَقَا‬

Hadis riwayat Abu Musa r.a., ia berkata:Nabi s.a.w. mendengar seorang memuji
orang lain secara berlebih-lebihan, maka beliau bersabda: Sungguh kamu telah
membinasakannya atau telah memotong punggung orang itu 12

Dalam hal penerapan punishment, haruslah disadari bahwa peserta didik memiliki

kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun respons yang dihasilkan dari

penerapan punishment tersebut. Ada peserta didik bertemperamen tenang dan apa pula

yang bertipe emosional, yang semuanya disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti

genetika, lingkungan dan kematangan yang berbeda-beda. Berdasar perbedaan itu, maka

berbeda pulalah jenis punishment yang diterapkan. Ada yang cukup dengan sindiran, ada

yang perlu dipandang dengan muka masam, ada yang harus dibentak, dan ada pula yang

perlu harus dipukul. Dalam hal ini prinsip logis yang harus ditetapkan, dalam arti

punishment disesuaikan pula dengan jenis kesalahan.13

Ibn Khaldun mengemukakan bagaimana diperlukannya prinsip kehati-hatian

dalam penerapan metode punishment ini terutama bagi peserta didik yang termasuk

kategori anak-anak.14 Menurutnya, kesalahan dalam penerapan metode tersebut

12
Hadis marfu’ dalam Shahih Muslim, no. 5321, dikutip dari http://hadith.al-islam.com/ Bayan
/ind.
13
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, h. 202.
14
Ibn Khaldun, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton University
Press, 1980), h. 305-306.
merupakan bentuk pengajaran yang merusak yang berimplikasi kepada hadirnya rasa

rendah diri pada diri peserta didik, menumbuhkan kemalasan dan kebencian tanpa

disadari, serta menyebabkan anak-anak tidak berani mengemukakan hal yang benar.

Dengan demikian pendidik justru telah mendidik anak untuk berbohong. Semisal anak

yang terlambat datang setelah mengemukakan alasan yang sebenarnya tetap saja dimarahi

gurunya. Hasilnya, jika pada kesempatan lain ia kembali terlambat, ia akan mencari

alasan lain yang “lebih masuk akal” agar tidak dimarahi, meski yang disampaikannya

bukan hal yang sebenarnya. Keadaan ini lama kelamaan akan mengendap dalam alam

bawah sadar anak dan berkembang menjadi kebiasaan baru baginya. Metode pendidikan

yang salah seperti itu dalam skala massif telah menghasilkan bangsa yang tidak bisa

dipercaya di seluruh dunia, yaitu bangsa Yahudi.15

Berdasar hal itu Ibnu Khaldun menggagas, pendidik tidak boleh memberikan

hukuman fisik lebih dari tiga kali kepada anak-anak kecil. Hanya saja tidak dijelaskan

batasan tiga kali itu, apakah dalam satu tahun atau selama anak berada di bawah didikan

guru tersebut.

Senada dengan Ibn Khaldun, Al-Ghazali pun menegaskan bahwa saran dan

nasehat akan lebih baik dari peringatan keras, sikap positif lebih efektif daripada caci-

maki. Sebab saran dan kebaikan akan mendorong peserta didik memikirkan tingkah

lakunya serta merenungkan nasehat pendidik, sebaliknya kritik yang kasar justru

mempertipis rasa malu, mengundang perlawanan dan menyebabkan peserta didik menjadi

keras hati.16 Adapun Rasulullah s.a.w. sendiri melarang memukul anak-anak di bawah

15
Ibid.
16
Hasan Asari, op. cit., h.90.
usia 10 tahun, sebagaimana dapat difahami dari hadis hasan berikut yang diriwayatkan

oleh Al-Hakim dan Abu Daud Ibnu ‘Amr bin ‘Ash r.a.17 :

‫مروااولدكم بالصلة وهمابناءسبع سنين واضربوهم عليهاوهم ابناء‬


‫عشر وفرقوابينهم فىالمضاجع‬

Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh


tahun, dan pukullah mereka jika enggan ketika mereka berusia sepuluh tahun ,
dan pisahkanlah antara mereka ketika mereka tidur.

R & P yang secara langsung banyak mempengaruhi kejiwaan peserta didik adalah
hasil evaluasi periodik yang diterima. Jika baik, hal itu dipandang sebagai reward yang
layak dia terima setelah melewati proses belajar dalam suatu periode. Demikian pula
sebaliknya jika nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, maka hal itu dipandang
sebagai punishment. Apa pun hasilnya, akan menyebabkan peserta didik melakukan
perenungan dan introspeksi diri.

F. Penutup

Muara akhir dari seluruh rangkaian proses pendidikan Islam adalah


pengabdian kepada Allah s.w.t. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh ridla-Nya.
Tujuan-tujuan duniawi yang baik hanyalah tujuan antara, yang tidak boleh membuat
penuntut ilmu tersesat dan memandangnya sebagai tujuan utama. Ilmu pengetahuan
dibutuhkan karena hanya orang berilmulah (‘ulama) yang bisa dengan baik
melaksanakan perintah Tuhan serta menjauhi larangan-Nya.

17
Nashih ‘Ulwan, op.cit., h. 60.
‫… ُقلْ َهلْ يَسْ َتوِي الّذِينَ يَ ْعلَمُونَ وَالّذِينَ لَ يَ ْعلَمُونَ إِنّمَا يَ َتذَكّ ُر أُ ْولُوا‬
ِ‫لْلْبَاب‬
َ‫ا‬
….Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (Q.S. 39:9).

Dalam upaya mencapai ilmu pengetahuan tersebut, manusia akan senantiasa


dihadapkan kepada berbagai cobaan. Terkadang cobaan datang dalam wujud yang
menyenangkan dan menggembirakan hati, tetapi sering pula cobaan datang dalam
bentuk yang menyusahkan dan membutuhkan pemupukan kesabaran dalam
menghadapinya. Apapun bentuk cobaan itu, apakah R ataukah P, keduanya adalah
ujian keimanan dan ketaqwaan.

َ‫… وَنَ ْبلُوكُم بِالشّ ّر وَالْخَيْرِ فِتْنَ ًة َوإِلَيْنَا تُ ْرجَعُون‬


…Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.(Q.S.21 : 35).

Siapa yang berhasil lulus dari ujian tersebut maka termasuklah dia kepada apa yang
disebutkan Allah s.w.t. sebagai kualitas orang beriman :

ُ‫علَيْهِ ْم آيَاتُه‬
َ ْ‫جلَتْ ُقلُوبُهُ ْم َوِإذَا ُتلِيَت‬
ِ َ‫ن إِذَا ذُكِ َر الّ و‬
َ ‫ن الّذِي‬
َ ‫إِنّمَا الْ ُمؤْمِنُو‬
َ‫علَى رَبّ ِهمْ يَ َتوَ ّكلُون‬
َ َ‫زَادَتْهُ ْم إِيمَانًا و‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.(Q.S. 8 : 2)

Dan Allah-lah yang Maha Tahu.


Kepustakaan

Al-Nahlawi, ‘Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa

al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979).

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007),

Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”. (Makalah).

Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004.

Khaldun, Ibn, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton

University Press, 1980).


Munir Mursa, Muhammad, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-

Bilad al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977).

Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah

Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981).

Nizar, Samsul (ed.), Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007).

Noer Aly, Hery, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung : Diponegoro,

1992).

Noer Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat : Logos, 1999).

You might also like