Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR. H. HAIDAR PUTRA DAULAY, MA
DR. AL RASYIDIN, M.AG
SEMESTER II
PROGRAM STUDI S-3/DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA-SARJANA IAIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
REWARD DAN PUNISHMENT
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan
kelak. Semua kebaikan memperoleh ganjaran positif berupa pahala, dan semua hal
buruk yang dilakukan akan menimbulkan dosa dan mendapat hukuman yang
setimpal. Allah SWT memastikan hal itu dalam berbagai firman-Nya. Beberapa di
antaranya semisal :
ّل إِل
ٍ وَمَا تَكُونُن فِي شَأْنٍن وَمَا َت ْتلُو مِنْهُن مِن قُرْآنٍن وَلَ تَعْ َملُونَن مِنْن عَ َم
ٍعلَيْكُ مْ شُهُودًا ِإذْ ُتفِيضُو نَ فِي ِه وَمَا يَ ْعزُ بُ عَن رّبّكَ مِن مّ ْثقَالِ ذَ ّرة
َ كُنّا
ل أَصنْغَرَ مِن َذلِكَن وَل أَكْبَ َر إِلّ فِي
َ َفِي الَرْضِن وَلَ فِي السنّمَاء و
ٍكِتَابٍ مّبِين
Dan tidaklah kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak dalam membaca suatu
ayat dari Al Qur'an dan kamu tidaklah mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan
Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak
ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua
tercatat) dalam kitab yang nyata (Q.S. 10 : 61)
َجلُهُم بِمَا كَانُوا يَعْ َملُون
ُ ْعلَيْهِ ْم َألْسِنَتُهُ ْم َوأَيْدِي ِه ْم وَأَر
َ َُيوْمَ تَشْ َهد
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. 24 : 24)
ََيكْسِبُون
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu
mereka usahakan. (Q.S. 36 : 65)
paling akhir dari penghargaan dan hukuman yang akan diterima manusia kelak, yaitu
tidak salah menyebut bahwa proses kehidupan umat manusia adalah sama dan
dunia pendidikan, yang muncul dalam bentuk penghargaan dan hukuman (reward &
menyangkut bentuk-bentuknya.
Pendidikan, seperti halnya juga Pendidikan Islam, memiliki sejumlah unsur pokok
sebagai pendukung, antara lain pendidik, peserta didik, tujuan, materi, metode, dan alat
pendidikan. Sejumlah pakar pendidikan Islam menyebut R & P adalah metode, sementara
dan perbedaan perspektif. Dalam bahasa Arab, terdapat sejumlah padanan untuk metode
yaitu uslub, thoriqoh, kaifiyat, manhaj, juga nizhom, sedang alat padanannya adalah alat
juga, washilah dan wasithoh. Ditinjau dari perspektif pendidik, R & P bisa dipandang
sebagai salah satu alat pendidikan yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan
materi (bahan) pendidikan kepada peserta didik. Dalam perspektif ini kita
mengasumsikan bahwa pendidiklah yang aktif menggunakannya sebagai alat, dan peserta
didik berada dalam posisi pasif. Hal ini utamanya terjadi pada peserta didik tingkat awal.
Tetapi jika kita memandangnya dari perspektif peserta didik, maka R & P adalah
metode yang dapat dia gunakan mendorong (memotivasi) dirinya dalam menguasai
materi pendidikan. Di sini peserta didik berada pada posisi aktif, dan lazimnya berada
dalam status pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana peserta didik akan
meminimalisir P (unishment).
alat pendidikan.1 Ada dua jenis alat dalam penilaiannya. Pertama, wasa’ith al-tarbiyah
yaitu, alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan,
seperti pendidik, keluarga, madrasah, masjid. Kedua, wasa’il al-tarbiyah atau alat-alat
dia sebut alat preventif dan yang kedua alat kuratif. Kedalam yang pertama termasuk
perintah, nasihat, dorongan, dan pembiasaan, dimana dorongan dapat dipandang sebagai
salah satu bentuk reward. Kedalam yang kedua ia masukkan larangan, ancaman, dan
hukuman,2 yang ketiganya dalam makalah ini masuk pada kategori punishment.
Reward secara bahasa bermakna ganjaran. Meski secara harfiah bisa bermakna
negatif, tetapi lazimnya digunakan dalam pengertian yang positif, sebagaimana juga
dimaksudkan dalam bahasan makalah ini. Reward juga bermakna hadiah, upah, ataupun
penghargaan. Bahkan pahala juga dapat dimaknai dengan reward. Dalam Al-Qur’an
1
‘Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa al-
Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979) h. 119.
2
Ibid. Lihat juga Hery Noer Aly, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung :
Diponegoro, 1992), h. 189.
beberapa pengertian reward tersebut muncul dalam beberapa istilah. Antara lain dalam
used to do)3
Dalam ayat lain ditemukan kata tersebut yang menunjukkan balasan yang
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi supaya Dia
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang
telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik)( Yea, to Allah belongs all that is
in the heavens and on earth: so that He rewards those who do evil, according to
their deeds, and He rewards those who do good, with what is best). (Q.S.53 : 31).
3
Terjemahan bahasa Inggris ayat ini dan ayat-ayat berikutnya dikutip dari Program SalafiDB 4.0
dari http://salafidb.googlepages.com.
Kata lainnya yang juga bermakna reward adalah asyabah sebagaimana terungkap
lazim dalam pengertiannya yang negatif, sehingga sering diartikan sebagai hukuman
atau siksaan. Dalam Al-Qur’an, punishment ini muncul dengan kata ‘uqubah atau ‘iqaab
ِشدِيدُ الْعِقَاب
َ َّن ال
ّ ِلّ وَرَسُولَ ُه وَمَن يُشَاقّ الَّ فَإ
َ َذِلكَ بِأَنّهُمْ شَاقّوا ا
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya. (That is because they resisted Allah and His
Messenger. and if any one resists Allah, verily Allah is severe in punishment.)
(Q.S. 59 : 4).
ٌحد
َ َب عَذَابَهُ أ
ُ ّفَ َيوْمَ ِئذٍ لّ يُعَذ
Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya, (So on
that Day, none will punish as He will punish.) (Q.S. 89 : 25)
Keseluruhan rangkaian ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita Islam secara
komprehensif menetapkan adanya R & P sebagai implikasi dari seluruh proses perjalanan
kehidupan umat manusia. Pendidikan sebagai subsistem integral dari sistem Islam yang
ka’affah, dengan demikian juga memiliki R & P-nya sendiri, dimana R (eward) sebagai
pendidikan yang ditempuhnya, dan P (unishment) sebagai balasan atas sebagian atau
seluruh kegagalan yang ditemuinya dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Dalam
tujuan, kurikulum, materi, metode, sarana, alat, dan pendekatan. Setiap unsur dapat
dibagi lagi dalam rincian yang lebih detil, termasuk di dalamnya metode.
pendidikan Islam, termasuk di dalamnya metode R & P.4 Pada makalah terdahulu5
kepada peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan kata lain metode ini
bertujuan merangsang motivasi peserta didik untuk lebih bergairah dan bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran atau proses pendidikan yang dia terima. Sebab dalam
4
R & P sebagai metode antara lain dikemukakan Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan
Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981),
5
Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”, h. 30-32. Makalah disampaikan
pada sesi kuliah Program Doktor Pendidikan Islam IAIN SU, 15 Agustus 2008.
Psikologi Islam, motivasi dimaknai sebagai kunci utama dalam melahirkan dan
menafsirkan perbuatan manusia yang disebut niyyah dan ‘ibadah. Niyyah merupakan
pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal, sedang ‘ibadah merupakan
tujuan manusia dalam berbuat atau beramal. Maka perbuatan manusia, termasuk
Rasulullah s.a.w., bertujuan memotivasi peserta didik agar lebih giat dalam proses
perbuat. Dengan kata lain, metode pemberian hukuman tersebut adalah cobaan yang
dialami peserta didik yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendisiplinkan diri.
Dalam konteks yang lebih luas, metode ini efektif melatih kesabaran manusia serta
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. 2 : 155).
Islam yang dikemukakan telah tercapai atau tidak, maka dibutuhkan perangkat
evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan, harga, atau nilai
6
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h.239.
berdasar kriteria tertentu terhadap sebuah kegiatan. Proses pendidikan adalah proses
yang bertujuan, yang dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan
dimiliki peserta didik setelah melalui satu proses rangkaian pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dari penilaian tersebut dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena
itu, tindakan atau kegiatan evaluasi tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.7 Pada
prinsipnya, penilaian hasil belajar tersebut adalah bentuk R & P bagi para peserta
didik.
jika cobaan yang datang adalah dalam bentuk prestasi yang menggembirakan. Salah
satu kewajiban peserta didik menurut Al-Ghazali adalah membersihkan jiwa dari
sifat-sifat negatif.8 Tak terkira banyaknya peringatan Allah s.w.t. mengenai hal ini, di
antaranya :
telah dipelajarinya. Hasil-hasil ujian yang diterimanya akan terangkum dalam daftar
penilaian yang isinya adalah R & P baginya. Apakah ia akan bersyukur dengan R
yang diterimanya atau bersabar dengan P yang diperolehnya atau tidak. Dengan
seseorang.
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
pembelajaran dan proses kehidupan yang dijalani. Dalam hal ini R & P bermanfaat
memotivasi manusia untuk berbuat lebih baik dan belajar lebih tekun lagi.
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu
apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan
jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. 2 : 134& 141)
perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-
kaidah Islam. Pengaruh yang dihasilkannya tidaklah sama. Reward lebih baik karena
pengaruhnya relatif akan lebih lama, sedang punishment bersandar pada dorongan
9
Muhammad Munir Mursa, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-Bilad
al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977), h. 55.
rasa takut dan karena itu sifatnya negatif. Penerapan punishment ditujukan untuk
ketertiban dan disiplin peserta didik lainnya dari kemungkinan melakukan kesalahan
yang sama. Karenanya dapat dikatakan bahwa punishment adalah alternatif terakhir
setelah metode nasihat dan peringatan tidak berhasil memperbaiki peserta didik.10
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ َفلَهُ عَشْ ُر أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسّيّئَةِ فَلَ ُيجْزَى إِلّ مِ ْثلَهَا
َوَهُمْ لَ ُيظْلَمُون
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali
lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. 6 : 160).
R & P, apakah sebagai metoda ataukah sebagai alat, merupakan cara dalam
dalam menjalani proses pembelajaran yang ditempuhnya. Bentuk pertama yang lazim
ِب الْجَحِيم
ِ سلْنَاكَ بِالْحَقّ بَشِيرًا وَ َنذِيرًا وَلَ تُسَْألُ عَنْ َأصْحَا
َ ْإِنّا أَر
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta
(pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (Q.S. 2 : 119).
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji,
yang melawat (mencari ilmu) yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah.
Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (Q.S. 9 :112).
hal ini memuji Tuhan, termasuk di antara orang-orang yang berbuat baik dan karenanya
layak memperoleh kegembiraan. Tentulah apa yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an di
atas sangat layak diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam, dimana seorang pendidik
sekali-sekali harus memuji kebaikan dan kemampuan peserta didiknya, khususnya anak-
anak. Pujian pastilah menggembirakan dan menjadi obat pelipur capek bagi anak-anak
dalam belajar dan akan memotivasinya untuk kembali mengulang perbuatan terpujinya
itu. Akan tetapi memuji siapa pun tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena
Hadis riwayat Abu Musa r.a., ia berkata:Nabi s.a.w. mendengar seorang memuji
orang lain secara berlebih-lebihan, maka beliau bersabda: Sungguh kamu telah
membinasakannya atau telah memotong punggung orang itu 12
Dalam hal penerapan punishment, haruslah disadari bahwa peserta didik memiliki
kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun respons yang dihasilkan dari
penerapan punishment tersebut. Ada peserta didik bertemperamen tenang dan apa pula
yang bertipe emosional, yang semuanya disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti
genetika, lingkungan dan kematangan yang berbeda-beda. Berdasar perbedaan itu, maka
berbeda pulalah jenis punishment yang diterapkan. Ada yang cukup dengan sindiran, ada
yang perlu dipandang dengan muka masam, ada yang harus dibentak, dan ada pula yang
perlu harus dipukul. Dalam hal ini prinsip logis yang harus ditetapkan, dalam arti
dalam penerapan metode punishment ini terutama bagi peserta didik yang termasuk
12
Hadis marfu’ dalam Shahih Muslim, no. 5321, dikutip dari http://hadith.al-islam.com/ Bayan
/ind.
13
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, h. 202.
14
Ibn Khaldun, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton University
Press, 1980), h. 305-306.
merupakan bentuk pengajaran yang merusak yang berimplikasi kepada hadirnya rasa
rendah diri pada diri peserta didik, menumbuhkan kemalasan dan kebencian tanpa
disadari, serta menyebabkan anak-anak tidak berani mengemukakan hal yang benar.
Dengan demikian pendidik justru telah mendidik anak untuk berbohong. Semisal anak
yang terlambat datang setelah mengemukakan alasan yang sebenarnya tetap saja dimarahi
gurunya. Hasilnya, jika pada kesempatan lain ia kembali terlambat, ia akan mencari
alasan lain yang “lebih masuk akal” agar tidak dimarahi, meski yang disampaikannya
bukan hal yang sebenarnya. Keadaan ini lama kelamaan akan mengendap dalam alam
bawah sadar anak dan berkembang menjadi kebiasaan baru baginya. Metode pendidikan
yang salah seperti itu dalam skala massif telah menghasilkan bangsa yang tidak bisa
Berdasar hal itu Ibnu Khaldun menggagas, pendidik tidak boleh memberikan
hukuman fisik lebih dari tiga kali kepada anak-anak kecil. Hanya saja tidak dijelaskan
batasan tiga kali itu, apakah dalam satu tahun atau selama anak berada di bawah didikan
guru tersebut.
Senada dengan Ibn Khaldun, Al-Ghazali pun menegaskan bahwa saran dan
nasehat akan lebih baik dari peringatan keras, sikap positif lebih efektif daripada caci-
maki. Sebab saran dan kebaikan akan mendorong peserta didik memikirkan tingkah
lakunya serta merenungkan nasehat pendidik, sebaliknya kritik yang kasar justru
mempertipis rasa malu, mengundang perlawanan dan menyebabkan peserta didik menjadi
keras hati.16 Adapun Rasulullah s.a.w. sendiri melarang memukul anak-anak di bawah
15
Ibid.
16
Hasan Asari, op. cit., h.90.
usia 10 tahun, sebagaimana dapat difahami dari hadis hasan berikut yang diriwayatkan
oleh Al-Hakim dan Abu Daud Ibnu ‘Amr bin ‘Ash r.a.17 :
R & P yang secara langsung banyak mempengaruhi kejiwaan peserta didik adalah
hasil evaluasi periodik yang diterima. Jika baik, hal itu dipandang sebagai reward yang
layak dia terima setelah melewati proses belajar dalam suatu periode. Demikian pula
sebaliknya jika nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, maka hal itu dipandang
sebagai punishment. Apa pun hasilnya, akan menyebabkan peserta didik melakukan
perenungan dan introspeksi diri.
F. Penutup
17
Nashih ‘Ulwan, op.cit., h. 60.
… ُقلْ َهلْ يَسْ َتوِي الّذِينَ يَ ْعلَمُونَ وَالّذِينَ لَ يَ ْعلَمُونَ إِنّمَا يَ َتذَكّ ُر أُ ْولُوا
ِلْلْبَاب
َا
….Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (Q.S. 39:9).
Siapa yang berhasil lulus dari ujian tersebut maka termasuklah dia kepada apa yang
disebutkan Allah s.w.t. sebagai kualitas orang beriman :
ُعلَيْهِ ْم آيَاتُه
َ ْجلَتْ ُقلُوبُهُ ْم َوِإذَا ُتلِيَت
ِ َن إِذَا ذُكِ َر الّ و
َ ن الّذِي
َ إِنّمَا الْ ُمؤْمِنُو
َعلَى رَبّ ِهمْ يَ َتوَ ّكلُون
َ َزَادَتْهُ ْم إِيمَانًا و
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.(Q.S. 8 : 2)
Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004.
Khaldun, Ibn, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton
Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah
Noer Aly, Hery, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung : Diponegoro,
1992).