You are on page 1of 31

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 1 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

Kolom Pengesahan

Dibuat Oleh,

Diperiksa Oleh,

Ditetapkan Oleh,

SSU Distribusi Ke : -

MSJ

MSJ

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 2 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

ISI

1. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)/ HSE Policy. 2. Management Meeting 3. Komite K3L 4. Orentasi, Pelatihan dan Pengawasan Karyawan 5. Penilaian Bahaya & Resiko dan Inspeksi-inspeksi Tempat Kerja 6. Investigasi Incident/Accident 7. Peraturan-peraturan dan Prosedur-prosedur Bekerja yang Aman 8. P3K/First Aid dan Kondisi Darurat 9. Keamanan dan Keselamatan Karyawan dan Masyarakat 10. Sub-Contractor Safety 11. Pencatatan dan Statistik 12. Lingkungan

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 3 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 1

1. KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L)/ HSE POLICY 1.1. UMUM

Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) PT Envitech Perkasa menyatakan bahwa Top Management berkomitmen untuk memenuhi dan melaksanakan ketentuan yang ada dalam rangka memastikan terlaksananya program-program K3L di lingkungan kerja PT. Envitech Perkasa. 1.2. 1.2.1. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN Perusahaan melalui Manajemennya bertanggung jawab untuk: a. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat; b. Memastikan telah dilakukan inspeksi-inspeksi yang berkala dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang tidak aman; c. Memastikan bahwa keselamatan, kesehatan dan keamanan karyawan dipertimbangkan sebagai bagian yang integral dari perencanaan, konstruksi, pembelian dan perawatan dari semua peralatan dan proses suatu proyek/ pekerjaan; d. Menyediakan fasilitas P3K yang diperlukan; e. Mendukung para pengawas dan komite K3L dalam pengimplementasian sebuah program K3L yang efektif; f. Memastikan kepatuhan dan kesesuaian terhadap peraturan-peraturan K3L yang berlaku baik dari client maupun pemerintah baik regional maupun nasional; g. Membentuk komite K3L; h. Melakukan komunikasi dengan komunitas perusahaan atau pihak-pihak yang terkait terhadap suatu kejadian atau situasi dimana terjadi kemungkinan adanya potensi bahaya muncul; i. 1.2.2. Memastikan bahwa sumber daya memadai untuk implementasi prosedur-prosedur yang ada.

Para pengawas mempunyai tanggung jawab untuk: a. Menyusun peraturan-peraturan safety dan prosedur-prosedur kerja yang spesifik berkaitan dengan area kerja yang menjadi lingkup pengawasannya; b. Memastikan semua karyawan yang dibawah pengawasannya concern terhadap praktek-praktek kerja yang aman dan mengikuti prosedur-prosedur safety yang ada; c. Memberikan pelatihan tentang pengoperasian alat/unit/machine yang aman;

d. Melakukan inspeksi secara berkala terhadap area kerja yang menjadi tanggung jawabnya; e. Melakukan perbaikan jika menemukan cara kerja yang tidak aman dan kondisi-kondisi yang berbahaya; f. Responsive terhadap hal-hal yang membahayakan atau bisa mengganggu kelancaran proses kerja serta melakukan investigasi terhadap setiap incident/accident yang terjadi dalam area kerja yang menjadi tanggung jawabnya;

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 4 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

g. Melaporkan setiap ada incident/accident yang bisa membahayakan dan atau mungkin menempatkan perusahaan pada posisi yang beresiko kepada atasan atau depertemen yang berwenang; h. Ikut berpartisipasi jika diminta ikut dalam Komite K3L. 1.2.3. Semua karyawan PT Envitech Perkasa bertanggung jawab untuk: a. Mencari dan mengetahui peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur safety yang dikeluarkan oleh Pengawas, Kepala Departemen dan Perusahaan (Manajemen); b. Mempunyai kepedulian terhadap safety dalam setiap aktifitas kerjanya; c. Melaporkan dengan sesegera mungkin jika melihat incident/accident, tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang bisa membahayakan atau mengganggu proses kerja/ usaha perusahaan kepada pengawas atau kepala departemen terkait; d. Ikut berpartisipasi jika dipilih dan diangkat menjadi anggota Komite K3L.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 5 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 6 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 2

2. PERTEMUAN MANAJEMEN/ MANAGEMENT MEETING 2.1. UMUM 2.1.1. Fungsi manajemen dalam proses pengembangan dan pelaksanaan dari Program-program K3L adalah suatu hal yang sangat fundamental. 2.1.2. Manajer-manajer tidak hanya memberikan petunjuk tetapi juga harus memberikan contoh dari budaya kerja yang aman dan kepatuhan/kesesuaian terhadap aturan-aturan yang ada. 2.1.3. Partisipasi manajemen dalam pelaksanaan program K3L akan mempengaruhi sikap seluruh karyawan dalam proses pelaksanaan program-program K3L yang ada. 2.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 2.2.1. Perusahaan berkomitmen terhadap lingkungan kerja yang aman dan sehat, oleh sebab itu perusahaan mensyaratkan setiap manajemen departemen melakukan upaya yang optimal untuk membangun dan menjaga suatu lingkungan kerja yang aman dan sehat. Untuk memenuhi kondisi tersebut maka manajemen departemen harus waspada terhadap setiap isu atau aktifitas-aktifitas yang bisa berdampak kepada komitmen perusahaan tersebut. 2.2.2. Salah satu tahap untuk mencapai tujuan tersebut adalah membuat jadwal pertemuan manajemen yang bertujuan untuk memastikan: a. b. Komunikasi dua (2) arah antara manajemen dan karyawan terbentuk dan berjalan dengan baik; Manajemen bisa menerima dan mempertimbangkan rekomendasi-rekomendasi dari Komite K3L; c. 2.2.3. Aspek-aspek penting dari Program K3L seperti: inspeksi, investigasi incident/accident, dan aktifitas Komite K3L bisa dimonitor dan dievaluasi. Semua Senior Management dan Pengawas diminta untuk berpartisipasi dalam pertemuan manajemen, dengan kriteria umum seperti: a. b. c. Ikut pertemuan paling tidak sekali dalam sebulan; Mempunyai agenda yang disiapkan; Berdiskusi dan membuat keputusan-keputusan berkaitan dengan rekomendasi-rekomendasi dari Komite K3L; d. Membuat pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan dan mengkomunikasikan keputusan manajemen yang telah dibuat; e. f. 2.2.4. Mendokumentasikan setiap hasil meeting; Mendistirbusikan Minutes of Meeting sesuai keperluan.

Efektifitas dari management meeting ini tergantung dari yang hadir dan partisipasinya dalam meeting. Merupakan tanggung jawab dari key person dan orang yang hadir dalam dua (2) level meeting untuk memastikan bahwa mereka telah mengkomunikasikan informasi-informasi penting dan keputusan-keputusan yang telah dibuat dalam meeting ini. Hal ini merupakan penghubung yang membuat tersambungnya sebuah rantai komunikasi manajemen (chain management).

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 7 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 3 3. KOMITE KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) 3.1. UMUM 3.1.1. Komite Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) adalah merupakan komite yang dibentuk dari perwakilan karyawan dan manajemen yang secara bersama akan mengidentifikasi dan menyelesaikan problem-problem K3L yang muncul di lingkungan kerja perusahaan. Komite ini merupakan unit organisasi perusahaan yang berfungsi untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan K3L dan memonitor status dari program-program K3L yang ada. 3.1.2. Semua karyawan pada semua level harus diikutsertakan dalam struktur dan operasional program K3L dan dalam setiap pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan karyawan. 3.1.3. Komite Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan berfungsi untuk: a. Memberikan pengarahan dalam membuat temnpat kerja yang aman dan sehat; b. Memberikan tindakan-tindakan rekomendasi yang akan meningkatkan efektifitas dari program K3L; c. Memberi contoh/panduan kepatuhan/kesesuaian terhadap regulasi-regulasi K3L.

3.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 3.2.1. 3.2.2. Manajemen mendorong semua karyawan untuk berperan aktif dalam pelaksanaan Program-program K3L dengan mendukung sepenuhnya kegiatan-kegiatan dari Komite K3L. Perwakilan yang ada di Komite K3L baik dari karyawan, manajemen dan perwakilan antar departemen harus selalu menjalin kerjasama yang kooperartif untuk meningkatkan performa dari K3L perusahaan. 3.2.3. Tugas mereka adalah memberikan rekomendasi-rekomendasi perubahan/tindakan kepada senior management. Senior management kemudian membuat pertimbangan dan keputusan beradasarkan rekomendasi-rekomendasi yang ada. 3.2.4. Pihak manajemen akan memberikan semua kebutuhan sumber daya yang diperlukan oleh Komite K3L agar berfungsi secara efektif, antara lain: a. Pelatihan untuk anggota-anggota Komite K3L b. Dukungan administratif c. Memberikan kecukupan waktu untuk anggota Komite dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. d. Membuka komunikasi dua (2) arah. 3.2.5. Semua diskusi-diskusi dan keputusan yang berlangsung dan dibuat dalam meeting harus dicatat dan Minutes of Meeting didistribusikan ke senior management dan HSE Department.

3.3. KEANGGOTAAN KOMITE K3L 3.3.1. Keanggotaan Komite K3L merupakan representatif dari karyawan dan manajemen yang mempresentasikan dari berbagai departemen yang ada dalam organisasi perusahaan.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 8 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

3.3.2.

Setiap Department Head harus menunjuk salah seorang staff untuk mewakili departemen masingmasing.

3.3.3.

Harus dipastikan bahwa semua kelompok atau area kerja yang besar harus mempunyai perwakilan dengan jumlah yang memadai dalam keanggotaan Komite K3L.

3.4. PERAN DAN FUNGSI DARI KOMITE Dalam rangka memonitor pelaksanaan dari program-program K3L, Komite K3L harus: 3.4.1. Berpartisipasi secara regular dalam aktifitas inspeksi-inspeksi tempat kerja dan membuat laporan ketika kondisi-kondisi bahaya ditemukan; 3.4.2. Mereview dokumen-dokumen instruksi safety dan membuat rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikannya, khususnya ketika peralatan atau sistem baru diperkenalkan; 3.4.3. 3.4.4. 3.4.5. Mereview dan membuat rekomendasi-rekomendasi berkaitan dengan semua laporan incident/ accident yang terjadi dalam lingkup kerja mereka; Memastikan bahwa semua incident/accident dilaporkan ke HSE Department Head Office; Mendampingi petugas/pejabat/inspektor pemerintah dan/atau client yang sedang melakukan inspeksi berkaitan dengan pemenuhan regulasi yang ada; 3.4.6. Mereview dan membuat rekomendasi-rekomendasi berkaitan dengan hasil laporan inspeksi dari petugas/pejabat/insepector dari pemerintah dan/ atau client; 3.4.7. Melakukan audit Program-program K3L yang berada dalam area kerja tanggung jawabnya.

3.5. TUGAS DARI PEJABAT DAN ANGGOTA KOMITE K3L 3.5.1. 3.5.2. 3.5.3. 3.5.4. 3.5.5. 3.5.6. 3.5.7. 3.5.8. Melaporkan kondisi-kondisi dan praktek-praktek kerja yang tidak aman Hadir dalam setiap Pertemuan K3L Melaporkan setiap incident/accident Melakukan inspeksi-inspeksi Investigasi semua serious accident Memberikan kontribusi berupa ide-ide dan usulan-usulan untuk meningkatkan performa K3L perusahaan Bekerja secara aman, dan mempengaruhi pihak lainnya untuk berkerja secara aman Memberikan pengarahan/ pemahaman pada setiap orang yang mungkin bisa terkena dampak dari kondisi atau tindakan tidak aman 3.6. TUGAS DARI PIMPINAN KOMITE K3L 3.6.1. 3.6.2. 3.6.3. 3.6.4. 3.6.5. Merencanakan waktu dan tempat untuk pertemuan Menyiapkan dan mendistribusikan agenda sebelum pertemuan dilaksanakan Mereview MOM sebelumnya dan bahan-bahan untuk meeting Melaporkan status dari aktualisasi usulan-usulan dan rekomendasi-rekomendasi Memimpin diskusi pertemuan mengarah kepada kesimpulan-kesimpulan yang jelas

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 9 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

3.7. TUGAS DARI SEKRETARIS KOMITE K3L 3.7.1. 3.7.2. 3.7.3. 3.7.4. 3.7.5. Menyiapkan Minutes of Meeting Mendistribusikan Minutes of Meeting Menulis laporan-laporan dan korespondensi Melaporkan status dari aktualisasi usulan-usulan dan rekomendasi-rekomendasi Mengarahkan diskusi pertemuan kepada kesimpulan-kesimpulan yang jelas

3.8. COMMITTEE MEETING Pertemuan/ meeting dilakukan paling sedikit satu (1) bulan sekali, lebih baik dilakukan dalam hari yang sama dalam setiap bulan dan setidaknya mempunyai agenda sebagai berikut: 3.8.1. 3.8.2. 3.8.3. 3.8.4. 3.8.5. Membacakan dan penerimaan dan Minutes of Meeting pertemuan sebelumnya; Melaporkan dari tindakan-tindakan yang diperlukan dari hal-hal/ problem yang ada dalam MOM; Melaporkan anggota Komite K3L yang telah melakukan inspeksi; Laporan dari hasil Inpeksi petugas/inspector dari pemerintah dan/ atau client (jika ada); Melaporkan investigasi incident/accident, penyebab dan tindakan yang perlu dilakukan untuk pencegahan terjadi lagi; 3.8.6. Rekomendasi-rekomendasi untuk peningkatan performa K3L perusahaan, antara lain: kebutuhan pelatihan, program awareness, hazard communication atau tindakan yang perlu dilakukan terhadap resiko/bahaya yang spesifik; 3.8.7. 3.8.8. Isu-isu baru yang berkaitan dengan K3L; dan Waktu dan tempat meeting berikutnya.

3.9. REKOMENDASI PERTEMUAN 3.9.1. Rekomendasi-rekomendasi dari Komite K3L berkaitan dengan pengendalian bahaya-bahaya atau peningkatan program-program pencegahan harus diberikan kepada Department Head/ personel yang bertanggung jawab pada kegiatan operasional departemen/ grup kerjanya. 3.9.2. Respon dan rencana kegiatan dari masing-masing Department Head yang berkaitan dengan rekomendasi dari Komite K3L harus disampaikan kepada Pimpinan Komite tepat waktu untuk dibahas pada meeting berikutnya. 3.9.3. Isu-isu atau problem-problem yang tak terselesaikan dalam komite bisa diangkat dan dibahas dalam pertemuan P2K3L. 3.10. MOM PERTEMUAN KOMITE K3L 3.10.1. Sekretaris Komite K3L menyusun MOM dari Pertemuan Komite, memperbanyak dan

mendistribusikan ke: a. Semua anggota Komite K3L b. Semua Department Head c. HSE Department HO

Copy dari MOM ditempelkan pada papan pengumuman atau buletin dari masing-masing department.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 10 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 4

4. ORENTASI, PELATIHAN DAN PENGAWASAN KARYAWAN 4.1. 4.1.1. UMUM Orentasi dan pelatihan karyawan adalah elemen-elemen yang merupakan kunci dari program pencegahan incident/accident. 4.1.2. 4.1.3. Situasi-situasi yang membahayakan dapat dihilangkan atau dibuat rendah tingkat resikonya, jika para karyawan mendapatkan pelatihan dan instruksi-instruksi yang memadai. Adalah hal yang sangat krusial bagi pegawai baru dan semua karyawan yang ditugaskan pada pekerjaan yang mengandung potensi bahaya yang signifikan, untuk mendapatkan pelatihan yang memadai berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. 4.1.4. Para pengawas merupakan personel kunci dalam hal pencapaian produksi dan performa K3L. Mereka bertanggung jawab untuk tindakan-tindakan yang diambil dalam area tanggung jawabnya dan akan dinilai oleh perusahaan terhadap hasil-hasil yang telah dicapainya. 4.1.5. Para pengawas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur kerja diikuit dan sesuai dengan kaidah-kaidah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.

4.2. 4.2.1.

KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN Manajemen mengharuskan setiap Department Head untuk memberikan arahan dan instruksi yang tepat kepada para karyawan dalam melaksanakan aktifitas dengan aman dalam setiap tugas-tugas kerja yang diberikan.

4.2.2.

Melalui pelatihan dan pengawasan para pekerja dibentuk menjadi seorang pekerja yang waspada terhadap bahaya-bahaya kerja yang ada dan mengikuti prosedur-prosedur kerja yang aman dalam rangka untuk melindungi diri mereka masing-masing.

4.2.3.

Untuk memenuhi kriteria yang diberikan oleh manajemen tersebut, maka tiap departmen diharuskan membekali para pekerjanya dengan: a. Orentasi dan OJT (On the Job Training) yang lengkap b. Pengawasan kerja yang konsisten dan fair

4.2.4.

Data-data dan catatan mengenai orentasi dan pelatihan harus dikelola dengan baik untuk meverifikasi bahwa para karyawan telah mendapatkan instruksi kerja yang mencukupi untuk bekerja yang aman.

4.2.5.

Setiap program pelatihan selesasi dilaksanakan, pengawas menandatangani setiap data dan catatan pelatihan karyawan yang dibawah tanggung jawabnya dan secara reguler akan diikuti dengan program pelatihan lainnya untuk memastikan konsistensi dan kompetensinya.

Orentasi 4.2.6. HRD Department bertanggung jawab untuk melaksanakan sesi orentasi umum untuk karyawan baru atau karyawan pindahan. Berikut adalah topik-topik umum yang disampaikan selama orentasi umum: a. Tujuan dan Sasaran PT Envitech Perkasa b. Job Description (termasuk didalamnya batasan-batasan dan wewenangnya)

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 11 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

c. 4.2.7. 4.2.8.

Kinerja yang diharapkan

d. Gaji, jam kerja, tunjangan-tunjangan, sistem penggajian dll. Tiap Departemen juga melakukan sesi Departemental Orientation untuk setiap karyawan baru dan karyawan pindahan. Para pengawas melakukan sesi departemental orientation terhadap karyawan yang dibawah tanggung jawabnya berdasarkan Departemental Orientation & Training Guidelines. 4.2.9. Seorang pekerja harus mendapat pelatihan orentasi selama minimal 7 (tujuh) hari kerja sejak dia diterima kerja di perusahaan. On the Job Training (OJT) 4.2.10. OJT diberikan kepada karyawan baru atau ketika sebuah prosedur dan/ atau sistem baru diperkenalkan. OJT dilaksanakan oleh para supervisor dan akan berisi antara lain: a. Penggunaan dokumen prosedur kerja dan instruksi kerja aman dalam sebuah praktek tugas/ kerja b. Penjelasan tentang aspek-aspek safety dalam melaksanakan tugas kerja khusus c. Penjelasan siapa yang harus dihubungi ketika minta bantuan

d. Secara bertahap membiarkan karyawan melaksanakan tugas kerjanya, masih dalam pengawasannya, sampai karyawan dapat menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas kerja tersebut. e. Memverifikasi bahwa karyawan tersebut telah belajar dan memahami prosedur kerja yang benar Pelatihan Untuk Pengawas 4.2.11. 4.2.12. Para pengawas merupakan personel kunci dalam pelaksanaan dan kesuksesan secara keseluruhan dari program-program K3L. Pengawas mempunyai tanggung jawab yang besar dan dinilai terhadap day-to-day activities dari program-program K3L area kerja yang menjadi tanggung jawabnya. 4.2.13. 4.2.14. Para pengawas diminta untuk membangun dan menjaga kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat. Dalam rangka agar para pengawa bisa mengemban tanggung jawab tersebut, mereka harus mendapatkan pelatihan-pelatihan sebagai berikut: a. Teknik-teknik yang efektif dalam pengawasan dan instruksi, termasuk didalamnya teknik motivasi dan komunikasi; b. Bagaimana melakukan investigasi dan membuat rencana tidakan perbaikan dan pencegahannya (corrective & preventive action); dan c. Bagaimana melakukan inspeksi-inspeksi dalam area kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

Supervision/ Pengawasan 4.2.15. Department Head dan/ atau HSE Dept. Head memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai yang diharapkan dengan menjaga pengawasan kerja yang positif dalam setiap aktifitas kerja dalam lingkungan departemen masing-masing. 4.2.16. Para karyawan harus mendapat informasi yang up to date mengenai keputusan-keputusan manajemen dan rencana-rencana kerja yang ada melalui pertemuan staff secara periodik, memo departemen dan internal e-mail.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 12 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

4.2.17.

Semua karyawan diharapkan untuk bekerja sesuai dengan prosedur-prosedur kerja aman yang telah disusun.

4.2.18.

Department Head dan/ atau HSE Dept. Head akan sesegera mungkin melakukan perbaikan terhadapa tindakan-tindakan tidak aman berdasarkan prosedur-prosedur perbaikan yang benar.

4.3. 4.3.1.

ORENTIATION TRAINING GUIDELINE Para karyawan baru secara signifikan mempunyai tingkat resiko kerja yang lebih tinggi. Ketika tekanan kerja makan meningkat (banyak), accident rates akan meningkat juga.

4.3.2.

Grup yang penuh resiko ini (karyawan baru) harus mendapatkan tingkat pengawasan pelatihan yang mencukupi untuk meminimalkan resiko-resiko dari incident/accident.

4.3.3.

Pekerja ketika pertama kali tiba di lokasi kerja, akan bersifat lebih menerima tugas apapun dan mungkin akan mengatakan mengerti dan paham atas setiap instruksi dalam rangka membuat kesan yang baik (create a good impression).

4.3.4.

Sebuah proses orentasi yang terencana merupakan hal yang esensial untuk memastikan bahwa karyawan menjadi lebih berpengetahuan dan kompeten secepat mungkin.

4.3.5.

Sebuah program orentasi harus tanggap terhadap kebutuhan karyawan untuk mengetahui informasi kerja yang akan dilaksanakan. Berikut ini adalah topik-topik umum yang harus disampaikan: a. Tujuan dan sasaran perusahaan b. Job Description (termasuk didalamnya batasan-batasan dan wewenang) c. Kinerja yang diharapkan d. Gaji, jam kerja, tunjangan-tunjangan dan sistem penggajian dll. e. Rencana pelatihan f. Safety/ K3L

4.3.6.

Program orentasi harus mempertimbangkan bahwa para karyawan baru dalam beban informasi yang cukup banyak. Dokumen pedoman, peragaan-peragaan dan hands-on practice harus diberikan untuk mendukung komunikasi dan instruksi secara verbal.

4.3.7.

Elemen-elemen safety dari sebuah orentasi program yang harus dimasukan adalah sebagai berikut: a. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) PT Envitech Perkasa. Semua karyawan baru harus membaca dan memahami berkaitan dengan tanggung jawab pribadinya berdasarkan kebijkan K3L ini. b. Kebijakan dari tiap departemen. Supervisor/ staff harus mampu menjelaskan secara umum, apa itu kebijakan departemen safety. c. Manual Program dari Komite K3L. Semua karyawan baru harus membaca program-program safety Komite K3L. d. Prosedur-prosedur Kerja yang Aman. Memastikan bahwa semua karyawan mengetahui dimana lokasi prosedur-prosedur kerja aman untuk tugas kerjanya masing-masing. e. Fire Safety & Evacuation. Memperlihatkan kepada semua karyawan lokasi fire alarm, pemadam kebakaran, emergency exits, rencana evakuasi kebakaran dan tempat berkumpul darurat.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 13 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

f.

Daftar Kontak untuk Keadaan Darurat (Emergency) dan First Aid. Menginformasikan kepada seluruh karyawan baru daftar kontak/ No. Telp untuk kondisi darurat (misal kebakaran), penanganan P3K, isu-isu keamanan dan kondisi darurat lainnya (mis: tumpahan bahan berbahaya).

g. Incident/Accident Reporting Procedures. Memberitahu karyawan baru bagaimana melaporkan kondisi-kondisi dan aktifitas-aktifitas tidak aman yang bisa menyebabkan luka, tersebarnya bahan yang berbahaya dan kerusakan property. h. Workplace Violence Prevention. Pengawas memastikan bahwa karyawan yang mungkin terpapar oleh resiko bahaya diberi informasi tentang sifat dan spesifikasi dari resiko bahaya tersebut. Karyawan harus diberi pelatihan yang cukup untuk bisa mengenali resiko, melakukan tindakan pencegahan dan melaporkan jika terjadi incident/accident. i. Hazardous Waste Handling/ Disposing & Spill Response/Reporting. Karyawan baru yang bekerja berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya harus diberikan pelatihan tentang prosedur spesifik untuk penanganan/ pengelolaan bahan-bahan berbahaya serta dipastikan membaca dan memahami spill response & reporting procedure. j. Equipment Usage. Karyawan baru harus diberi pelatihan dalam penggunaan peralatan/ unit yang akan digunakan, khususnya peralatan/ unit yang mempunyai potensi bahaya atau digunakan untuk mengendalikan bahaya-bahaya.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 14 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 5 5. HAZARDS ASSESSMENT & WORKPLACE INSPECTION 5.1. 5.1.1. 5.1.2. UMUM Penilaian bahaya dan inspeksi-inspeksi tempat kerja merupukan aktifitas-aktifitas kunci dalam upaya pencegahan incident/accident. Kegiatan penilaian bahaya/resiko dan inspeksi-inspeksi tempat kerja mempunyai tujuan: a. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada dan kemungkinan potensi bahaya b. Meningkatkan kewaspadaan yang akan menuju kearah usaha pencegahan incident/accident dan penyakit akibat kerja. c. 5.2. 5.2.1. Memastikan kepatuhan/kesesuaian dengan standar-standar dan regulasi-regulasi yang terkait KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN Manajemen mewajibkan semua Departemen memastikan bahwa bahaya-bahaya yang bisa mengancam keselamatan dan kesehatan para karyawan diidentifikasi dan membuatnya menjadi atensi dari manajemen perusahaan. 5.2.2. Merupakan tanggung jawab dari manajemen untuk memastikan bahaya yang teridentifikasi dihilangkan atau paling tidak dikelola pada tingkat resiko yang bisa diterima dan para karyawan terlindungi dari resiko bahaya yang ada. 5.2.3. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, departemen-departemen melakukan: a. Penilaian bahaya dan resiko sebelum memulai proyek baru, tugas/ proses kerja, atau memperkenalkan peralatan baru atau material yang berbahaya. b. Inspeksi-inspeksi tempat kerja secara reguler 5.2.4. Departemen akan menyediakan semua kebutuhan sumber daya untuk memastikan kegiatan penilaian bahaya & resiko dan inspeksi-inspeksi tempat kerja bisa berjalan efektif, seperti: a. Pelatihan hazard recognition & safety inspection untuk inspector b. Waktu yang memadai untuk inspektur melaksanakan tugasnya c. Membangun jalur komunikasi antara inspektor, komite K3L dan senior management

d. Tindakan yang cepat berkaitan dengan rekomendasi-rekomendasi perbaikan 5.2.5. Semua hasil dari kegiatan penilaian dan inspeksi-inspeksi didokumentasikan

Hazard Assessment/ Job Safety Analysis 5.2.6. Sebuah penilaian bahaya/ resiko atau job safety analysis direkomendasikan dilakukan sebelum memulai proyek baru, tugas atau pekerjaan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi -sejauh realistis dilaksanakan- adanya bahaya atau kondisi yang membahayakan yang memang secara alami ada atau dapat muncul dari sebuah proyek baru, tugas atau pekerjaan. 5.2.7. 5.2.8. Ketika bahaya dapat diidentifikasi, pengendalian untuk menghilangkan (eliminasi) atau mengurangi resiko bahaya ini kemudian dapat ditentukan dan diimplementasikan. Penilaian bahaya juga harus dilakukan ketika perubahan/ modifikasi yang cukup signifikan dibuat terhadap sebuah proyek, tugas atau pekerjaan. Workplace Inspections

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 15 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

5.2.9.

Informal Workplace Inspections. Semua karyawan diharapkan selalu menjaga kewaspadaan terhadap bahaya/ resiko di area kerja mereka masing-masing. Hal ini akan lebih terjaga dengan adanya inspeksi informal oleh supervisor dengan mengelilingi area kerja yang menjadi tanggung jawabnya dan para pekerja melakukan pengecekan area kerja masing-masing sebelum memulai aktifitas kerja. Laporan inspection formal tidak diwajibkan, akan tetapi jika ditemukan adanya bahaya harus segera diperbaiki jika tugas tersebut masih dalam kapabilitas pekerja tersebut. Jika tidak bisa/ tidak berwenang memperbaiki, bahaya terebut harus segera dilaporkan ke atasannya atau manajemen untuk dilakukan tindakan perbaikan.

5.2.10.

Formal Workplace Inspections. Area-area kerja akan diinspeksi setiap bulan (lebih baik pada hari yang sama pada setiap bulan) oleh supervisor area atau orang yang ditugaskan. Setiap supervisor bersama-sama dengan HSE Department akan menyusun inspection checklist yang spesifik untuk area tersebut. Inspection checklist akan diisi dengan komplit setiap melakukan inspeksi dan setiap supervisor harus secara regular mereviewnya dan meng-update checklist jika diperlukan. Laporan inspeksi yang komplit harus diteruskan ke HSE Department per tiga (3) bulan untuk direview. HSE Department akan memberikan ringkasannya untuk direview oleh Komite K3L dan P2K3LM. Supervisor area harus memastikan tindakan perbaikan sudah dilakukan sehingga bahaya-bahaya yang ada telah dihilangkan atau dikendalikan.

5.2.11.

Safety Committee Inspections. Inspeksi ini merupakan inspeksi area kerja yang dilakukan oleh anggota Komite K3L paling sedikit satu (1) tahun sekali. Copy dari laporan inspeksi yang telah selesai didistribusikan kepada supervisor area yang diinspeksi, HSE Department dan Komite K3L untuk direview. Supervisor area harus memastikan tindakan perbaikan sudah dilakukan sehingga bahaya-bahaya yang ada telah dihilangkan atau dikendalikan.

5.2.12.

Special Inspections. Inspeksi ini dilakukan ketika ada kejadian malfunction, incident/accident atau adanya prosedur kerja atau peralatan baru yang diperkenalkan. Supervisor area dan seorang perwakilan karyawan (sebaiknya seorang anggota komite K3L) yang melakukan tipe inspeksi ini. Laporan inspeksi yang telah selesai didistribusikan ke HSE Department dan Komite K3L untuk direview. Sebagai tambahan, perlu dilakukan Investigasi Incident/Accident jika memang benar-benar terjadi sebuah accident (kecelakaan). Supervisor area harus memastikan bahwa kondisi-kondisi bahaya yang ada secara efektif telah dikendalikan sebelum memulai kegiatan inspeksi atau investigasi.

5.3.

INSPECTION PROCEDURE

Frekuensi Inspeksi 5.3.1. Area yang mempunyai aktifitas-aktifitas yang bersinggungan dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan semua peralatan permesinan dan/ atau perlistrikan dianggap sebagai daerah yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi. 5.3.2. Area-area tersebut diatas diinspeksi setiap bulan dalam rangka untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya bahaya atau penyimpangan-penyimpangan.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 16 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

Pre-Inspection 5.3.3. Mereview Inspection Checklist sebelumnya untuk menentukan item-item yang perlu mendapat perhatian khusus. 5.3.4. Mengambil sebuah copy formulir Inspection Checklist kosong dari are kerja/ departemen yang akan diinspeksi. Inspection 5.3.5. Menggunakan Inspection Checklist sebelumnya untuk memastikan bahwa penyimpangan-

penyimpangan yang ada sudah diperbaiki atau dikendalikan untuk meminimalkan resiko-resiko bahaya terhadap para pekerja. Jika ada bagian/ item yang BELUM diperbaiki atau dikendalikan, tandai bagian/ item ini pada Inspection Checklist yang sekarang. 5.3.6. Dengan menggunakan Inspection Checklist sebagai pedoman, inspeksi seluruh area yang diinspeksi, JANGAN HANYA melihat item-item yang ada form checklist. Pertimbangkan juga kondisi-kondisi dan kerja tidak aman sebagai penyimpangan terhadap sistem management safety. 5.3.7. Setiap item sudah diinspeksi, beri indikasi pada Inspection Checklist: a. Ya, jika item tersebut aman/sesuai. b. Tidak, jika item tersebut memerlukan perbaikan. c. 5.3.8. N/A, jika item tersebut tidak aplikatif di area yang diinspeksi.

Untuk item-item yang berindikasi TIDAK, catat lokasinya, konsern dan tindakan perbaikan yang diperlukan pada bagian komentar. Gunakan lembar kosong dibaliknya jika memerlukan ruang lebih.

Post-Inspection 5.3.9. 5.3.10. Review Inspection Checklist dan pastikan bahwa informasi yang dicatat telah komplit. Jika memungkinkan perbaiki setiap ada kondisi atau tindakan tidak aman. Beri tanda dan tanggal pada item-item yang sudah dilakukan perbaikan. Pastikan pengukuran/ penanganan sementera telah dilakukan ketika perbaikan permanen/ komplit masih memerlukan waktu tambahan. Untuk item-item yang memerlukan biaya perbaikan yang cukup besar, tulis penjelasan mengenai bahaya dan potensi dampak jika sebuah accident/ kecelakaan terjadi. 5.3.11. 5.3.12. Kembalikan Inspection Checklist sebelumnya ketempat semula. Kirimkan copy dari Inspection Checklist yang sekarang ke HSE Department untuk direview dan didistribusikan. Jika inspeksi merupakan sebuah Supervisory Inspection, copy dari Inspection Checklist juga harus dikirimkan ke Komite K3L. Untuk Safety Committee Inspection, copy dari Inspection Checklist dikirimkan ke pengawas-pengawas dari area kerja yang diinspeksi untuk direview. 5.3.13. 5.3.14. 5.3.15. 5.3.16. 5.3.17. Pasang/ tempelkan sebuah copy dari Inspection Checklist pada area yang diinspeksi. Pastikan tindakan perbaikan dan pengendalian dilakukan untuk item-item yang ada penyimpangan Secara kontinyu dan reguler lakukan follow-up terhadap item-item yang memerlukan tindakan perbaikan, lakukan diskusi/konsultasi dengan HSE Departemen jika diperlukan. Secara periodik review tindakan-tindakan perbaikan dan metode-metode pengendalian Pastikan semua Inspection Checklist yang telah komplit dipasang, didistirbusikan dan disimpan.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 17 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 6 6. INVESTIGASI INCIDENT/ACCIDENT 6.1. 6.1.1. UMUM Accident memberikan penekanan dan bukti yang terbantahkan dari adanya severity dari bahayabahaya. Seringkali hal tersebut membawa tragedi dan tingginya biaya tersembunyi dari karekteristik accident yang membuat perusahaan secepat mungkin mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mengurangi atau menghilangkan unsafe condition. 6.1.2. Diihat dari definisi, accident menghasilkan kerusakan dan/atau injuri. Jika kita memfokuskan investigasi hanya pada akibat dari accident, tidak pada bahaya atu resiko-resiko yang menyebabkannya, investigasinya bersifat reaktif. Investigasi yang reaktif kurang efesien dari perspektif safety dalam kaitan bahwa latent unsafe conditions yang megandung resiko safety yang signifikan menjadi tidak diperhatikan. 6.1.3. Term dari serious incident digunakan untuk incident-incident dimana sebuah keberuntungan yang baik yang mencegah menjadi sebuah accident, misalnya dua dumptruck hampir bertabrakan. Tipe investigasi dari segala level dari incident mempunyai kelebihan dalam hal bisa memberikan informasi bahaya dalam standard yang sama seperti pada sebuah investigasi accident 6.1.4. Fokus dari sebuah investigasi accident harusnya diarahkan langsung pada usaha pengontrolan resiko yang efektif. 6.1.5. 6.2. 6.2.1. Dengan adanya laporan Investigasi Incident/Accident ini diharapkan tidak terjadi lagi (mencegah) munculnya kondisi dan tindakan bahaya yang bisa menyebabkan Incident/Accident. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN PT Envitech Perkasa mewajibkan setiap departemen bersama-sama dengan HSE melakukan investigasi accident yang: a. Menyebabkan luka yang memerlukan perawatan seorang paramedis b. Menyebabkan kematian atau kondisi kritis yang mempunyai resiko kematian c. 6.2.2. Menyebabkan kerusakan harta benda yang cukup besar d. Dimana terjadi release-nya bahan yang beracun dan berbahaya dalam kadar/ jumlah yang besar Setiap departemen juga harus melaporkan ke HSE Department HO setiap: a. Luka karena melakukan tugas kerja. Laporan harus dibuat dalam interval waktu 24 jam sejak kejadian. b. Penyakit akibat kerja. Laporan harus dibuat dalam interval waktu 24 jam sejak diterima laporan adanya pekerja yang sakit akibat kerja. c. 6.2.3. 6.2.4. Kematian akibat kerja. Laporan harus dibuat sesegera mungkin.

HSE Department mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan informasi-informasi di atas kepada manajemen PT Envitech Perkasa. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, setiap departemen mengembangkan dan mengimplementasikan program untuk pelaporan dan investigasi accident.

6.2.5.

Program ini fokus kepada mencari solusi-solusi dan bukan untuk mencari yang harus disalahkan. Keberhasilan program ini tergantung kepada:

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 18 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

a. Kecelakaan-kecelakaan yang dilaporkan oleh para karyawan. b. Investigasi-investigasi yang dilakukan dengan sebuah keselarasan terhadap prosedur-prosedur investigasi yang sudah ditetapkan dan tindakan perbaikan untuk mencegah terjadi lagi. 6.2.6. 6.2.7. Tim investigasi beranggotakan supervisor area dan representatif karyawan yang akan melakukan investigasi. Setiap investigator harus diberi pelatihan tentang prosedur-prosedur investigasi dan mempunyai pengetahuan tentang jenis tugas/ pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat terjadinya accident. 6.2.8. Manajemen akan menyediakan semua peralatan dan sumber daya yang diperlukan untuk efektifitas pelaksanaan program ini, antara lain: a. Pelatihan investigasi kecelakaan untuk investigator b. Kebutuhan waktu untuk melaksanakan tugasnya secara komplet c. 6.3. Tindakan/ tanggapan yang cepat terhadap rekomendasi perubahan terhadap prosedur-prosedur kerja atau kondisi fisik pekerjaan untuk mencegah terjadinya incident/accident yang sejenis. PROSEDUR INVESTIGASI Preparation 6.3.1. Sebagai ukuran kesiapan/ kesiagaan, peralatan yang siap digunakan untuk Investigasi harus tersedia. Berikut ini adalah bahan/ peralatan investigasi: a. Clipboard b. Notepad c. Pens/pencils d. Alat ukur (meteran) e. Kamera f. Formulir incident/accident investigation g. Flashlight (lampu senter) h. Pita pembatas area (Safety Tape-Line) Mengumpulkan Informasi 6.3.2. Informasi merupakan bahan yang sangat penting dalam suatu proses investigasi yang bertujuan untuk mendapat analisa yang efektif dan tepat sehingga bisa menghasilkan rekomendasirekomendasi yang tepat sasaran. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengumpulan informasi: a. Memasuki dan mengecek area accident secara hati-hati dan cermat b. Pastikan personel yang terlukan sudah tertangani dengan baik sebelum melakukan investigasi c. Pastikan area accident sudah aman untuk menghilangkan atau mengurangi resiko cidera berikutnya d. Jika memungkinkan buat lokasi accident sebagai area yang tidak boleh diganggu. e. Jika memungkinkan ambil gambar lokasi accident atau buat diagram untuk memperoleh gambaran accident yang lebih baik f. Kumpulkan dan catat semua bukti-bukti yang bisa didapat

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 19 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

g. Lakukan terhadap semua personel yang terkait dengan accident (orang yang terluka, saksi, fiirst aider, pengawas, dsb) h. Lakukan interview dengan menggunakan teknik/ prosedur interview yang ada. Evaluasi 6.3.3. 6.3.4. Dalam melakukan evaluasi harus obyektif, jangan memulai dengan sebuah opini yang sudah pasti Dari informasi dan bukti-bukti yang didapatkan dapat disusun kejadian-kejadian yang melatarbelakangi accident secara kronologis. 6.3.5. 6.3.6. Lakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap bukti-bukti yang ada, apakah itu yang bersifat bukti langsung, data yang valid atau masih sekedar perkiraan/ info dari orang lain. Lakukan analisa informasi yang didapat untuk menentukan penyebab-penyebab dasar (root cause) dan penyebab lain yang berkontribusi (contributory cause). a. Root Cause jika hal ini tidak terjadi, maka accident tertentu tidak akan terjadi. b. Contributory Cause hal ini bisa menyebabkan accident, akan tetapi dengan menghilangkannya tidak akan menghilangkan kemungkinan terjadinya accident. 6.3.7. Jangan mengambil kesimpulan berdasarkan penyebab dasar yang pertama kali ditemukan/ diketahui. 6.3.8. Buat rekomendasi-rekomendasi berdasarkan faktor-faktor yang mempunyai kontribusi. Solusi-solusi harus ditentukan berdasarkan penyebab-penyebab dasar accident, bukan symptom-nya. Post-Investigation 6.3.9. 6.3.10. Lengkapi laporan Investigation Accident Kirimkan copy dari laporan Investigation Accident yang telah lengkap ke HSE Department untuk review dan didistribusikan. 6.3.11. Perbaiki setiap kondisi-kondisi tidak aman atau lakukan tindakan jika memungkinkan. Pastikan pengendalian sementara telah dilakukan apabila perbaikan yang permanen/ komplit memerlukan waktu tambahan. Untuk item-item yang memerlukan biaya perbaikan yang cukup besar, berikan penjelasan dari bahaya dan deskripsikan dampaknya jika terjadi accident. 6.3.12. Tempelkan copy dari formulir laporan Accident Investigation di tempat-tempat yang bisa diakses oleh karyawan/staff dari setiap departemen. Investigation Follow-Up 6.3.13. 6.3.14. Pastikan sudah dilakukan tindakan perbaikan atau pengendalian terhadap bahaya-bahaya atau penyimpangan yang ditemukan. Secara kontinyu dan reguler lakukan follow-up terhadap item-item yang memerlukan tindakan perbaikan. Jika perlu lakukan komunikasi dan konsultasi dengan HSE Department. 6.3.15. 6.3.16. Secara periodik lakukan review terhadap tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukan atau metodemetode pengendalian yang digunakan. Pastikan semua laporan ditempelkan, didistribusikan dan disimpan secara benar. Interview Techniques 6.3.17. Lakukan interview terhadap orang-orang yang terkait secara sendiri-sendiri dan sesegera mungkin setelah kejadian accident.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 20 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

6.3.18.

Buat orang yang diinterview senyaman mungkin dengan memastikan kepadanya bahwa tujuan utama dari investigasi yang dilakukan adalah untuk mencari penyebab dari accident sehingga bisa dilakukan pencegahan supaya tidak terjadi lagi. Sebuah investigasi bukan untuk untuk mencari kesalahan atau menyalahkan dan dia tidak akan mendapatkan hukuman/kesulitan untuk apapun yang dia katakan selama proses interview tersebut.

6.3.19.

Tanyakan pada orang yang diinterview hubungan/ posisinya terhadap accident yang terjadi. Dengarkan secara pasti dan hati-hati, dan jangan melakukan interupsi/ memotong perkataan pada saat itu.

6.3.20.

Tanyakan lagi pada orang yang diinterview hubungan/ posisinya terhadap accident yang terjadi dan kali ini lakukan pencatatan. Jelaskan padanya bahwa anda akan menulis apa yang diucapkan untuk memastikan laporan yang dibuat adalah benar adanya dan tunjukan catatan yang anda tulis tersebut kepadanya.

6.3.21.

Tanyakan hal-hal yang diperlukan saja dan tanyakan pertanyaan secara spesifik dengan cara yang friendly. Buatlah setiap pertanyaan sehingga pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab hanya dengan tidak dan ya.

6.3.22.

Review catatan-catatan yang sudah dibuat dengan orang yang diinterview untuk memastikan bahwa dia setuju dengan interpretasi dari pernyataan-pernyataan yang telah dikatakannya.

6.3.23.

Tanyankan kepada orang yang diinterview kemungkinan usulannya bagaimana seharusnya untuk mencegah accident tersebut terjadi.

6.3.24. 6.3.25.

Dorong agar dia tidak segan-segan untuk mengontak anda jika dia mempunyai informasi baru atau ada yang perlu diperbaiki dari pernyataannya sebelumnya. Selalu ucapkan apresiasi dan terimakasih kepada orang yang diinterview untuk kerjasamanya dan pastikan padanya bahwa kontribusi dan bantuan yang dia berikan adalah bagian yang sangat penting dalam proses investigasi.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 21 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 7 7. SAFE WORK RULES AND PROCEDURES 7.1. 7.1.1. 7.1.2. UMUM Peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur kerja aman dibuat untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara aman. Penghilangan atau pengendalian bahaya/ resiko yang secara alami terkandung dalan suatu pekerjaan adalah dengan cara analisa dan pendetailan deskripsi dari bagaimana seharusnya tugastugas kerja dilaksanakan. 7.2. 7.2.1. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN Setiap departemen diwajibkan untuk menyediakan instruksi-instruksi kerja tertulis yang memadai untuk semua tugas-tugas kerja yang akan dilaksanakan oleh para pekerja. 7.2.2. 7.2.3. Peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur kerja safety yang tertulis harus dikembangkan untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya/ resiko secara efektif di seluruh area kerja. Untuk memenuhi requirement diatas, senior management dan para pengawas harus memformulasikan peraturan dan prosedur kerja aman yang spesifik sesuai dengan karaktif proses kerja dan bahaya/ resiko yang terkandung di dalamnya. 7.2.4. HSE Dept. Head, para pengawas dan Komite K3L mereview statistik dari accident secara reguler untuk memastikan bahwa peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efektif. 7.2.5. Para pengawas memastikan bahwa peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur kerja aman: a. Telah dikomunikasikan kepada para pekerja pada saat karyawan menjalani program orantasi dan On the Job Training (OJT). b. Mereview secara regular dalam meeting-meeting yang dilakukan dibawah koordinasinya. 7.2.6. Para pengawas juga harus memastikan bahwa para pekerja waspada terhadap bahaya-bahaya yang terkait dengan pekerjaannya dan mereka mengerti bagaimana prosedur-prosedur kerja safety akan mencegah atau meminimalkan cidera yang terjadi. 7.2.7. 7.2.8. Semua karyawan diharapkan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang telah dibuat. Para pengawas menekankan pentingnya peraturan dan prosedur ditunjukkan dengan melakukan tindakan perbaikan sesegera mungkin setiap diketemukan tindakan atau kondisi tidak aman. 7.2.9. Manajemen secara kontinyu akan menyediakan kebutuhan sumber daya untuk memastikan peraturan dan prosedur safety diimplementasikan secara efektif, antara lain: a. Program-program orentasi dan OJT b. Waktu yang disediakan untuk para pekerja dalam mengembangkan dan mereview peraturan dan prosedur safety yang ada.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 22 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 8 8. PENANGANAN FIRST AID DAN KEADAAN DARURAT 8.1. 8.1.1. 8.1.2. UMUM Penanganan first aid dan keadaan darurat merupakan bagian yang penting dalam program K3L Tujuan dan program ini adalah: a. Memastikan suatu tanggap darurat yang siap, responsif dan efektif; b. Untuk kegiatan recovery yang cepat dan meminimalkan dampak-dampak dari cidera dan paparan bahaya; c. 8.2. 8.2.1. 8.2.2. Memberikan bantun kepada para pekerja pada saat dibutuhkan KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN Setiap departemen harus menyediakan kepada para karyawan sebuah tanggap darurat yang cepat, responsif dan efektif ketika terjadi kejadian cidera atau keadaan darurat lainya. Sebagai bentuk komitmen terhadap persyaratan diatas tiap dapartemen harus mempunyai sistem penanganan first aid dan keadaan darurat yang tentunya akan terintegrasi dalam keseluruhan sistem tanggap darurat PT Envitech Perkasa. 8.2.3. Keberhasilan implementasi dari program penanganan First Aid dan Keadaan Darurat tergantung dari pengetahuan para karyawan apa yang harus dilakukan dalam situasi minor emergency dan major emergency. 8.2.4. Pengawas harus mengkomunikasikan nomor-nomor dan prosedur keadaan darurat kepada para karyawan selama orentasi pelatihan dan secara reguler menyampaikan dalam pertemuan antar staff. Sebagai tambahan, resiko-resiko yang terkait dengan proses kerja di masing-masing departemen dan pengendaliannya juga harus dikomunikasikan dan dimengerti oleh karyawan. 8.2.5. Setahun sekali diadakan latihan uji coba evakuasi dan penanganan kondisi darurat untuk memastikan kewaspadaan dan efektifitas dari emergency routes dan prosedur-prosedurnya. Semua pelatihan, pertemuan dan uji coba harus didokumentasikan untuk kebutuhan due diligence. 8.2.6. Manajemen akan menyediakan semua alat dan sumber daya yang diperlukan agar pelaksanaan program ini efektif, antara lain: a. Rencana tanggap darurat dan peralatannya b. Pelatihan terhadapa tim tanggap darurat c. Waktu yang cukup agar personel-personel kunci bisa menyelesaikan tugasnya

d. Membangun rantai komnado/ perintah dalam situasi-situasi yang darurat First Aid (P3K) 8.2.7. Sebagi salah satu bentuk pemenuhan komitmen terhadap K3L, manajemen akan menunjuk seorang first aider. Seorang first aider akan: a. Memberikan bantuan penanganan/ perawatan; b. Mengirim/ mengantar karyawan yang sakit/ cidera ke rumah sakit/ puskesmas/ klinik jika diperlukan penanganan lebih lanjut; dan c. Mencatat setiap kejadian cidera dalam daftar/formulir yang telah disediakan.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 23 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

8.2.8. 8.2.9. 8.2.10.

Untuk pemenuhan komitmen, manajemen juga akan menyediakan ruang khusus yang dilengkapi dengan basic first aid kit dan buku catatan perawatan untuk kegiatan penanganan first aid (P3K). Semua penanganan/ perawatan first aid, sekecil apa pun luka, harus dibuat administrasinya oleh first aider dan dicatat dalam buku perawatan/ penanganan. First aider membuat laporan ringkasan bulanan dari kegiatan perawatan/ penanganan first aid dan dikirimkan kepada HSE Department dan Komite K3L untuk direview.

8.2.11.

Para pengawas harus memastikan petunjuk/rambu-rambu yang secara jelas mengindikasikan lokasi dan bagaimana mendapatkan bantuan First Aid (P3K).

Emergency Plan & Procedures 8.2.12. Setiap departemen harus menyusun emergency plan & procedure dan mengimplementasikannya untuk situasi-situasi dimana diidentifikasikan bahya bahaya/ keadaan darurat bisa timbul. 8.2.13. 8.2.14. Emergency plan & procedure ini berkaitan dengan accident/cidera di tempat kerja, pencegahan kebakaran, evakuasi keadaan darurat dan keamanan/ keselamatan seseorang. Semua pengawas harus memastikan emergency plan & procedure sudah dikomunikasikan dan dipahami oleh para karyawan. 8.2.15. Dengan dikoordinasi oleh HSE Department, para pengawas dan Komite K3L secara reguler melakukan review emergency plan & procedure ini untuk memastikan implementasinya bisa berjalan efektif. 8.3. 8.3.1. ACTIONS Manajemen (Director, Senior Management dan Project Manager): a. Menunjuk penanggunjawab untuk pengembangan program-program first aid & emergency services. b. Mereview laporan kecelakaan dan cidera c. Mengkomunikasikan action plan dan keputusan-keputusan manajemen d. Memonitor first aid dan emergency plan terhadap kesesuaiannya dengan persyaratanpersyaratan yang ada baik itu dari pemerintah, client maupun internal PT Envitech Perkasa. e. Menyediakan kebutuhan tim tanggap darurat dengan peralatan dan sumber daya yang memadai agar tim berfungsi secara efektif. 8.3.2. HSE Department Head: a. Memastikan semua program-program first aid and emergency services berfungsi sebagaimana mestinya. b. Memonitor first aid dan emergency plans terhadap kesesuaiannya dengan requirements yang ada baik itu pemerintah, client maupun internal PT Envitech Perkasa c. Mereview laporan kecelakaan dan cidera d. Mengkoordinasi implementasi dan regular review dari emergency plans & procedures. e. Mengkomunikasikan action plans dan keputusan-keputusan manajemen 8.3.3. Supervisor dan Department/ Section Head: a. Menyusun, mengimplementasikan dan menjaga emergency plans & procedures. b. Memberikan pelatihan tentang emergency plans & procedures.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 24 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

c.

Mereview laporan kecelakaan dan cidera

d. Melakukan uji coba pelatihan emergency & evacuation tahunan berkaitan dengan departemen masing-masing e. Mendokumentasikan semua pelatihan, pertemuan-pertemuan dan uji coba. f. 8.3.4. Mengkomunikasikan action plan dan keputusan-keputusan manajemen Anggota Komite K3L: a. Mereview laporan kecelakaan dan cidera b. Membantu dalam proses implementasi dan regular review dari emergency plan & procedure c. 8.3.5. Mengkomunikasikan usulan-usulan untuk peningkatan/ perbaikan kepada HSE Department

d. Follow-up dari usulan-usulan dan konsern yang telah dibuat Firts Aider: a. Memberikan penanganan first aid/P3K yang sesegara mungkin dan memadai b. Menjaga akurasi laporan first aid c. Memberikan laporan ringkasan first aid dan rekomendasi-rekomendasi kepada HSE Department dan Komite K3L untuk review d. Follow-up terhadap rekomendasi-rekomendasi yang telah dibuat 8.3.6. Karyawan: a. Mengetahui lokasi emergency exit, prosedur dan peralatannya b. Berpartisipasi dalam latihan uji coba emergency & evacuation. 8.4. FIRST AID SUPPLY JUMLAH 12 30 50 6 2 2 4 2 1 1 6 1 1 1 6 1
14 cm x 19 cm wound cleansing towelettes hand cleansing towelettes, individually packaged sterile adhesive dressings, assorted sizes, individually packaged 10 cmx10 cm sterile gauze dressings, individually packaged 10 cm x16.5 cm sterile pressure dressings with crepe ties 20 cm x 25 cm sterile abdominal dressings, individually packaged cotton triangular bandages, minimum length of base 1.25 m safety pins 14 cm stainless steel bandage scissors 11.5 cm stainless steel sliver forceps cotton tip applicators 2.5 cm x 4.5 cm adhesive tape 7.5 cm x 4.5 cm crepe roller bandage pocket mask with a one-way valve (a pocket mask is only required if person is trained in its use) pairs, latex or waterproof gloves instruction card advising workers to report any injury to the employer for entry in the first aid records, and how a worker is to call for assistance

ITEM

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 25 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 9 9. KEAMANAN KARYAWAN DAN MASYARAKAT 9.1. 9.1.1. 9.1.2. 9.2. 9.2.1. UMUM Proses bisnis usaha PT Envitech Perkasa pasti dipengaruhi oleh kondisi lingkungan interaksi antara perusahaan (sistem, peralatan dan manusia/karyawan) dengan lingkungan sekitar (masyarakat). Program Keamanan Karyawan dan Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan kepada semua karyawan suatu lingkungan kerja yang aman dari gangguan atau ancaman gangguan. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN Manajemen PT Envitech Perkasa berkomitmen untuk melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko atau ancaman terhadap karyawan dan tamu PT Envitech Perkasa. 9.2.2. Untuk memenuhi komitmen tersebut perlu disusun program untuk pencegahan gangguan di tempat kerja. Risk Assessments 9.2.3. HSE Departemen dengan berkoordinasi dengan departemen lainnya melakukan risk assessment pada setiap area kerja dimana ada kemungkinan bahaya gangguan yang bisa menyebabkan cidera pada karyawan. 9.2.4. Ketika melakukan risk assessment tersebut hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan: a. Karakteristik interaksi antara karyawan dan masyarakat sekitar b. Karekteristik lingkungan kerja c. Atribut/ karakter dari karyawan dan/ atau client d. Kemungkinan catatan history kejadian gangguan di tempat tersebut atau pada operasi proyek yang sejenis Instruksi Karyawan 9.2.5. Pengawas menginformasikan kepada para karyawan yang berada di area kerja tanggung jawabnya mengenai karakteristik gangguan kerja yang mungkin bisa terjadi di area kerja tersebut. 9.2.6. 9.2.7. Informasi ini dikomunikasikan selama program orentasi dan on-the-job training. Pangawas memberikan pelatihan yang memadai kepada para karyawan untuk bisa mengenali resiko, mengambil langkah pencegahan dan melaporkan kejadian-kejadian. Reaksi terhadap Kejadian Gangguan 9.2.8. Para karyawan diinstruksi untuk melaporkan semua kejadian-kejadian gangguan kepada area supervisor masing-masing. 9.2.9. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh supervisor setelah menerima laporan: a. Pastikan karyawan yang cidera bisa mendapatkan perawatan yang memadai dan jika perlu dilakukan counseling; b. Menginformasikan kepada petugas keamanan perusahaan dan HSE Department c. Investigasi kondisi dan situasinya

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 26 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

d. Jika memungkinkan lakukan langkah-langkah untuk mencegah atau mengurangi kejadian tersebut berulang; jika tidak bisa, laporkan situasinya kepada senior management untuk langkah perbaikannya. 9.3. 9.3.1. ACTIONS Director, Senior Management dan Project Manager: a. Membuat dan mengembangkan kebijakan Program Keamanan Pribadi/ Karyawan dan Masyarakat b. Memastikan bahwa semua supervisor dan manajer sudah dilatih dan mempunyai pengetahuan mengenai tanggung jawabnya dalam pencegahan atau mengurangi resiko-resiko safety dan security. 9.3.2. HSE Department Head: a. Membuat prosedur-prosedur untuk pelaporan dan cara bertindak terhadap kejadian yang berkaitan dengan keamanan seseorang b. Memonitor program pencegahan gangguan keamanan pribadi untuk memastikan kesesuaiannya dengan requirement perusahaan. c. 9.3.3. Mengkomunikasikan concern-concern yang ada kepada senior manajemen

Pengawas: a. Membuat prosedur-prosedur untuk pelaporan dan cara bertindak terhadap kejadian yang berkaitan dengan keamanan seseorang b. Memastikan para karyawan mendapat instruksi dan pelatihan dalam mengidentifikasi dan berhadapan dengan situasi-situasi dimana resiko gangguan keamanan pribadi bisa muncul. c. Bertanggung jawab penuh seperti apa yang telah dijabarkan dalam kebijakan program ini

d. Menidentifikasi potensi resiko yang berkaitan dengan gangguan keamanan pribadi di area kerja yang menjadi tanggung jawabnya 9.3.4. Anggota Komite K3L: a. Mendorong dan memberi teladan menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari gangguan keamanan pribadi b. Mereview dan memonitor program pencegahan gangguan keamanan pribadi di tempat kerja c. 9.3.5. Memberikan tindakan rekomendasi untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan program

Semua Karyawan: a. Mencari tahu kebijakan dan prosedur pencegahan gangguan di tempat kerja yang sudah dibuat b. Bertanggung jawab pada diri masing-masing dengan mempersiapkan diri masing-masing jika meghadapi kondisi dan situasi dimana potensi gangguan atau tingkah laku yang mengancam bisa muncul. c. Melaporkan setiap ada gangguan keamanan pribadi atau potensi resiko gangguan kepada pengawas.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 27 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 10 10. SUB-CONTRACTOR SAFETY 10.1. UMUM

10.1.1. Dalam suatu kondisi dan situasi tertentu PT Envitech Perkasa mungkin akan memerlukan pihak lain untuk melakukan suatu pekerjaan atau proyek. 10.1.2. Merupakan tanggung jawab PT Envitech Perkasa untuk memastikan bahwa semua sub-kontraktor yang berkerja dibawah tanggung jawab PT Envitech Perkasa melaksanakan semua aktifitas kerjanya secara aman dan berkesesuaian dengan requirement dari perusahaan. 10.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN

10.2.1. Semua pekerjaan yang dilaksanakan di wilayah kerja PT Envitech Perkasa harus berkesesuaian dengan regulasi-regulasi dan persyaratan-persyaratan yang berlaku di PT Envitech Perkasa. 10.2.2. Untuk memastikan semua sub-kontraktor melaksanakan pekerjaan/ proyeknya secara aman dan sesuai dengan persyaratan yang ada, PT Envitech Perkasa mengembangkan dan mengimplementasikan Sub-Contractor Safety Program. Contractor Requirements 10.2.3. Sub-Kontraktor harus mempunyai pengalaman yang memadai dalam semua tahap pekerjaan yang harus diselesaikan. 10.2.4. Sub-Kontraktor harus memastikan bahwa semua pekerja yang bertugas di proyek sudah mendapatkan pelatihan dalam penggunaan prosedur-prosedur kerja secara memadai. 10.2.5. Sub-Kontraktor sudah menjalankan good site safety management 10.2.6. Sub-Kontraktor haru selalu menjaga sistem pengelolaan housekeeping dan material di sekitar area kerja proyek. Site Safety Management Plan 10.2.7. Setiap sub-kontraktor harus mempunyai suatu program rencana tertulis yang mendeskripsikan bagimana safety akan diterapkan dalam sistem pegelolaan keseluruhan proyek 10.2.8. Setiap sub-kontraktor mempunyai rencana yang berisikan personel-personel yang akan berada di site setiap waktu untuk mengkordinasi aktifitas kerja dan safety di lokasi proyek. Hazard Identification and Assessment 10.2.9. Setiap sub-kontraktor diwajibkan untuk melakukan hazard identification & assessment dari keseluruhan proyek serta persyaratan-persyaratan kerja sebelum memulai pelaksanaan proyek. 10.2.10. Hasil dari proses pada point 10.2.9 harus dikomunikasikan kepada semua pekerja proyek dan didokumentasikan sebagai referensi. Project Work 10.2.11. Sub-kontraktor harus memastikan bahwa semua kerja yang direncanakan dan dilaksanakan sudah memenuhi kaidah-kaidah safety dimana bahaya/ resiko yang ada sudah dihilangkan atau dikendalikan pada level yang bisa diterima. 10.2.12. Tidak ada pekerjaan yang boleh dilaksanakan sampai autorisasi dan ijin-ijin kerja sudah diperoleh.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 28 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

10.2.13. Manajemen atau pihak yang ditugaskan oleh perusahaan akan memonitor aktifitas-aktifitas kerja secara periodik untuk menentukan dan memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan-persyaratan kerja yang ada di PT Envitech Perkasa. 10.2.14. Isu-isu dari ketidaksesuaian dengan persyaratan dan konsekuensinya akan secara langsung dibebankan atau menjadi tanggung jawab sub-kontraktor atau principal-nya.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 29 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 11 11. RECORD & STATISTIC 11.1. UMUM

11.1.1. Pencatatan-pencatatan dan data-data statistik merupakan sebuah histori dari aktifitas-aktifitas dan improvemen-improvemen yang telah dilakukan dari Program-program K3L. 11.1.2. Pencatatan-pencatatan dan data-data statistik memberikan bukti bahwa lanhkah-langkah sudah diambil untuk mengendalikan atau menghilangkan bahaya/ resiko yang spesifik. 11.1.3. Dokumentasi yang benar dan rapi merupakan salah satu langkah pembuktian due diligence terhadap standar pemeliharaan. 11.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN

11.2.1. Untuk membantu verifikasi pelaksanaan program-program K3L, jenis-jenis pencatatan yang harus menjadi concern adalah: a. First Aid Records b. Inspection Records c. Incident/accident reports

d. Formal inspection dan hazard reports e. MOM dari pertemuan K3L f. Training & orientation records

11.2.2. Pencatatan-pencatatan tersebut kemudian digunakan untuk membuat data-data statistik untuk mengidentifikasikan: a. Tipe-tipe cidera/ accident b. Total biaya setiap cidera/ accident c. Total waktu hilang dari setiap cidera/ accident 11.2.3. Trend analysis dibuat berdasarkan data-data yang terakumulasi dalam Program K3L untuk mengidentifikasi pola-pola yang akan mengarah kepada identifikasi problem-problem sistematik yang belum ditemukan. 11.2.4. Pencatatan-pencatatan dan data-data statistik akan direview secara reguler oleh Senior Management dan Pertemuan Komite K3L. Proses ini merupakan hal yang krusial untuk mengidentifikasikan: a. Trend dan bahaya-bahaya yang sebelumnya tidak teridentifikasi b. Ukuran pengendalian yang kadaluwarsa atau tidak efektif 11.3. MANAGEMENT REPORTS

11.3.1. Semua accident yang terjadi pada wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab PT Envitech Perkasa harus dilaporkan kepada HSE Departement dalam sebuah formulir laporan dan investigasi yang standar dalam waktu 24 jam. 11.3.2. Deskripsi naratif singkat untuk setiap accident, ringkasan accident tiap tahun, komparasi data accident tiap tahun, dan klasifikasinya juga harus dibuat.

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 30 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

BAGIAN 12 12. LINDUNG LINGKUNGAN 12.1. UMUM

12.1.1. Prosedur-prosedur harus dibuat untuk memastikan kepedulian yang konsisten terhadap isu-isu lingkungan dan dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepatuhan terhadap peraturan. 12.1.2. Memastikan kesesuaian dan kepatuhan terhadap regulasi-regulasi yang berkaitan dengan lingkungan pada seluruh wilayah kerja sebagai suatu standar minimum. 12.1.3. Memberikan komunikasi dan pelatihan/pembelajaran tentang isu-isu lingkungan. 12.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN

12.2.1. Perusahaan berkomitmen untuk membangun sebuah sistem manajemen lingkungan yang akan menjamin kesesuaian dengan peraturan, kepatuhan dan membangun sebuah proses improvement yang berkelanjutan terhadap kepedulian terhadap lingkungan. 12.2.2. Komponen-komponen berikut ini yang merupakan bagian dari tanggung jawab tiap departemen dalam sistem manajemen lingkungan: a. Kebijakan Perusahaan berkomitmen, bertanggung jawab dan menunjukan melalui tindakan manajemen dalam usaha perlindungan lingkungan. Semua personel PT Envitech Perkasa berbagi tanggung jawab dalam usaha perlindungan lingkungan. Semua department head bertanggung jawab untuk memastikan kesesuaian dengan peraturanperaturan dan prosedur-prosedur yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan baik dari internal ataupun eskternal PT Envitech Perkasa. Semua karyawan harus peduli dan memahami kebijakan perusahaan berkaitan dengan perlindungan lingkungan. Semua karyawan perusahaan harus segera melaporkan setiap insiden lingkungan, dan isu-isu serius yang mempunyai potensi terhadap bahaya lingkungan kepada supervisor masingmasing. Supervisor diharuskan untuk memberikan masukan-masukan berkaitan isu-isu lingkungan yang serius kepada department head. b. Perencanaan Setiap setahun sekali department head melakukan review peraturan dan prosedur yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan, untuk memastikan bahwa peraturan dan prosedur tersebut masih up-to-date dan sesuai dengan operasional dan aktifitas dalam perusahaan. Proyek-proyek baru atau aktifitas-aktifitas operasional yang mempunyai dampak terhadap lingkungan harus dinilai, dan dilakukan usaha yang maksimal dalam usaha mengurangi resiko dari dampak tersebut. Setiap departmen harus membuat Environmental Management Plan sebagaimana disyaratkan oleh perusahaan, untuk mengidentifikasi dampak-dampak lingkungan yang ada dan membuat target-target dalam usaha pengendaliannya. c. Pelaksanaan dan Operasional

No Tgl terbit

: HSM-EP-002 : 01/02/2011 : R0 : 31 dari 31

HSE PROGRAM MANUAL

Revisi Halaman

Pengelolaan sampah B3 akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh PT Envitech Perkasa. Semua personel yang ditugaskan dalam pekerjaan yang aktifitas-aktifitas bisa berdampak terhadap lingkungan, harus dipastikan sudah mendapat pelatihan dan instruksi yang mencukupi. Catatan-catatan pelatihan harus diarsip dan dijaga agar selalu up-to-date. d. Pengawasan dan Tindakan Perbaikan HSE Department membuat rencana program pengawasan dan tindakan perbaikan supaya semua penyimpangan-peyimpangan yang teridentifikasi dapat diperbaiki. HSE Department bertanggung jawab untuk memastikan isu-isu lingkungan yang teridentifikasi melalui inspeksi dan audit sudah ditangani dengan benar. e. Pelaporan dan Management Review Isu-isu lingkungan akan direview dalam pertemuan K3L. Isu-isu yang serius sesegera mungkin dilaporkan ke HSE Department Head/ Project Manager. 12.2.3. Department Head bertanggung jawab untuk: a. Mamastikan kesesuaian dengan peraturan-peraturan lingkungan dalam departemen masingmasing. b. Mengkomunikasikan tujuan departemen terhadap kesesuaian peraturan lingkungan kepada karyawan yang menjadi tanggung jawabnya. c. Membuat rencana-rencana dalam merespon adanya penyimpangan yang teridentifikasi baik itu dari inspeksi maupun audit. d. Membuat sistem pengawasan dan prosedur-prosedur untuk menangani dan melaporkan insiden yang bisa berdampak kepada lingkungan serta untuk mencegah dan mengurangi dampak terhadap lingkungan. e. Memastikan bahwa training dan instruksi yang memadai sudah diberikan kepada karyawan yang tugas kerjanya berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan prosedur-prosedur untuk mengenalinya, bertindak dan melaporkan insiden-insiden yang bisa berdampak terhadap lingkungan. f. Memberitahu personel-personel yang bisa terkena dampak ketika kondisi-kondisi yang berpotensi membahayakan muncul atau diketahui.

You might also like