You are on page 1of 11

ANTI INFLAMASI NON STEROID Indikasi Nyeri. Dismenore (gangguan nyeri saat haid).

Anti-piretik (demam pada anak karena infeksi) Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Untuk nyeri : Dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis 250mg setiap 6 jam jika diperlukan. Penggunaan sebaiknya tidak lebih dari 1 minggu. Untuk Dismenore : Penggunaan saat terjadi haid, dan penggunaan sebaiknya tidak lebih dari 2-3 hari Farmakologi Kerja menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase/PGHS (COX-1 & COX-2). Efek anti inflamasi, analgetik & antipiretik merupakan dipercaya dari kerja menghambat COX-2. Efek anti inflamasi mungkin juga dihasilkan dari kerja menghambat biosintesis dari mukopolisakarida. Efek antipiretik diduga akibat hambatan sintesa prostaglandin di CNS. Stabilitas Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, suhu antara 15-30C Kontraindikasi riwayat hipersensitif berupa gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien dengan riwayat gangguan saluran cerna. Pasien hamil trimester ke-3. Pasien menyusui (atau hentikan menyusui). Efek Samping Gangguan lambung : tidak nafsu makan, sakit abdomen, sembelit, diare, dispepsi, kembung, rasa terbakar, mual, tukak lambung, muntah, mulut kering hingga pendarahan lambung. darah : penurunan hematokrit (pemakaian jangka lama), anemia, memperpanjang waktu pendarahan, eusinopili, epstaxis, leucopenia, thrombo, cytopenia, trombositopenia, menghambat agregasi platelet. sistem syaraf : pusing, sakit kepala, ketakutan, bingung, depresi, bermimpi, sulit tidur, cemas, gemetaran, berputar, halusinasi. mata/pendengaran : tinitus, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, sembab mata. ginjal : abnormalitas fungsi ginjal, disuria, hematouria, hiperkalemia, cystitis, nephrotic sindrom, oligouria/poliuria, proteinuria - gagal ginjal. hati : peningkatan hasil test fungsi hati (SGOT, SGPT) sekitar >3 kali nilai normal. Hepatitis, jaundice, kerusakan hati, kolik. ESO lain : gatal, bentol, kemerahan, fotosensitif, reaksi anafilaksis, SJS, bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi, sepsis, perubahan berat badan, asma, hipergikemi, pankreatitis, pneumonia, depresi pernafasan. Interaksi - Dengan Obat Lain : Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin, sulfonylurea). Obat antikoagulan & antitrombosis : Sedikit memperpanjang waktu prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor. Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi lithium di ginjal. Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : Kemungkinan dapat meningkatkan efek samping terhadap lambung. - Dengan Makanan : Makanan mengurangi kecepatan absorpsi tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorpsi Pengaruh - Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita hamil. Terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur duktus arteriosus) & kontraksi uterus. - Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg sedang menyusui. - Terhadap Anak-anak : Belum ada studi ttg keamanan & efikasi penggunaan asam mefenamat pada pasien anak

ASAM MEFENAMAT

dibawah 14 thn. Belum ada studi tentang keamanan untuk anak - Terhadap Hasil Laboratorium : Dapat menyebabkan reaksi false-positif tes urin menggunakan tes tablet diazo. Bentuk Sediaan Kapsul 250 mg, Kaplet 500 mg Peringatan Hati-hati Pasien Lansia. Pasien dengan kondisi terjadinya retensi cairan. Pasien anak di bawah usia 14 tahun. Sebaiknya tidak digunakan secara rutin sebagai obat antipiretik.

CALCIUM ANTAGONIST

AMLODIPIN

Farmakologi Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung. Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut. Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi. Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin. Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout. Indikasi : Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain. Kontra Indikasi : Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya. Dosis : Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien. Dosis awal : 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maks 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada ps usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal : 2,5 mg. Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati. Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obatobat golongan tiazida, ACE inhibitor, -bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual. Efek Samping :

Efek samping uji klinik antara lain : edema, sakit kepala. Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan. Interaksi Obat : Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, -bloker, -bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid, antibiotika, serta obat hipoglikemik oral. Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum ataupun bersihan ginjal digoxin pada pasien normal. Amlodipine tidak mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin, phenytoin, warfarin dan indomethacin. Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik amlodipine. Amlodipine 5 mg tablet Amlodipine 10 mg tablet

ACYCLOVIR
ANTIVIRALS

CEFADROXIL
ANTIBIOTIK Farmakologi : Acyclovir adalah zat antivirus yang sangat aktif secara in vitro melawan virus herpes simpleks (HSV) tipe I dan II, serta virus varisela zoster. Setelah masuk ke dalam sel terinfeksi, Acyclovir terfosforilasi membentuk senyawa aktif Acyclovir trifosfate. Tahap awal proses tergantung pada enzim viralcoded thymidine kinase. Acyclovir trifosfate berperan sebagai inhibitor dan sebagai substrat palsu untuk herpes-specified DNA polymerase yang mencegah sintesis DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel normal. Indikasi : Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh herpes simpleks pada kulit dan membran mukosa, termasuk herpes genital awal dan kambuhan, pencegahan infeksi herpes simpleks pada pasien immuno-compromised. Pengobatan infeksi herpes zoster. Kontra Indikasi :. Pasien yang hipersensitif terhadap Acyclovir. Dosis : Dewasa Pengobatan infeksi herpes simpleks : 200 mg, 5 kali sehari dengan interval 4 jam, selama 5 hari, tetapi pada beberapa infeksi awal pengobatan dapat diperpanjang. Pada pasien immuno-compromised (misal : setelah transplantasi sumsum) atau pasien dengan gangguan absorpsi usus, dosis dapat ditingkatkan menjadi 400 mg. Pemberian obat harus diberikan sesegera mungkin setelah terjadinya infeksi. Pencegahan herpes simpleks : 200 mg, 4 kali sehari dengan interval 6 jam. Pada beberapa pasien immuno-compromised (misal : setelah transplantasi sumsum) atau pasien gangguan absorpsi usus, dosis dapat ditingkatkan menjadi 400 mg. (lama pemberian disesuaikan dengan periode resiko dihapus saja, gak jelas artinya) Pengobatan herpes zoster : 800 mg, 5 kali sehari dengan interval 4 jam, selama 7 hari. Anak-anak Anak-anak usia lebih dari 2 tahun : sama dengan dosis dewasa Anak-anak usia kurang dari 2 tahun : diberikan setengah dosis dewasa untuk pengobatan herpes simpleks dan profilaksis herpes simpleks. Efek Samping :. Gatal-gatal / ruam kulit Gangguan gastrointestinal, termasuk : mual, muntah, diare, dan nyeri abdominal. Peningkatan sementara enzim-enzim yang berhubungan dengan bilirubin dan hati, sedikit peningkatan urea dan kreatinin darah; sakit kepala, reaksi neurologis dan fatigue. Peringatan dan Perhatian :. Acyclovir pada wanita hamil hanya diberikan apabila pertimbangan manfaat lebih besar daripada risiko yang mungkin timbul. Hati-hati pemberian pada wanita yang sedang menyusui. Jangan diberikan melebihi dosis, frekuensi penggunaan, dan lamanya pengobatan yang dianjurkan. Interaksi Obat : Probenecid meningkatkan t obat dan AUC plasma. Penyimpanan: Simpan di tempat kering pada suhu 15 o 30o C, terlindung dari cahaya. Acyclovir 200 mg tablet Acyclovir 400 mg tablet

Indikasi : Cefadroxil terutama digunakan untuk infeksi berat yang disebabkan oleh organisme gram positif yaitu : Infeksi saluran kemih : Pielonefritis, sistitis, uretritis, adneksitis, endometritis. Infeksi saluran pernafasan : Tonsilitis, faringitis, bronkitis, pneumonia, abses paru, bronkhopneumonia, sinusitis, laringitis, otitis media. Infeksi kulit dan jaringan lunak : Limfadenitis, abses, selulitis, erisipelas, furunkulosis, mastitis. Infeksi lain : Osteomielitis, artritis sepsis, peritonitis septikemia Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap cephalosporin atau penicillin. Dosis :. Dewasa : Infeksi saluran kemih : 1 - 2 gram / hari dalam dosis tunggal atau terbagi. Biasanya 2 gram perhari dalam dosis terbagi. Infeksi kulit dan jaringan lunak : 1 gram / hari atau 500 mg / 12 jam. Faringitis, tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus haemolyticus : 1 gram / hari dalam 2 dosis terbagi diberikan selama 10 hari. Infeksi ringan : 1 gram / hari dalam dosis terbagi dua (2 x 500 mg) Infeksi sedang sampai berat : 1 - 2 gram / hari dalam dosis terbagi 2 (500 mg 1 gram tiap 12 jam). Anak-anak : 30 mg / kg BB / hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam. Berat Badan Total Cefadroxil 125 mg / 5 mL (kg) per hari 4,5 9,1 13,6 18,2 22,7 27,3 1 sendok takar 2 sendok takar 3 sendok takar 4 sendok takar 5 sendok takar 6 sendok takar

Pasien gangguan ginjal : Dosis diatur sesuai bersihan kreatinin untuk mencegah terjadinya akumulasi obat. Dewasa : dosis awal 1.000 mg dan dosis pemeliharaan 500 mg setiap hari dengan interval waktu sebagai berikut : Bersihan kreatinin (mL / menit) 0 10 10 25 25 50 Interval dosis (Jam) 36 24 12

Peringatan dan Perhatian :. hati-hati pada penderita yang alergi terhadap derivat penisilin karena kemungkinan dapat terjadi alergi silang. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan bayi prematur karena keamanannya belum diketahui pasti. Dapat memberikan hasil positif semu pada reaksi Coombs, pemeriksaan glukosa urin cara Benedict dan Fehling.

BISOPROLOL
BETA BLOKER

Farmakologi : Bisoprolol merupakan bloker reseptor -1 adrenergik utama (bersifat kardioselektif) tanpa aktivitas stimulasi reseptor -2 dan waktu paruh eliminasi plasma sekitar 10-12 jam sehingga memungkinkan dosis sekali sehari. Dengan ciri tersebut Bisoprolol sebagai dapat -bloker dapat mengobati hipertensi dan angina pektoris. Bisoprolol mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi pada posisi berdiri maupun berbaring. Hipertensi postural atau hipertensi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit tidak termasuk indikasi Bisoprolol. Pada pasien dengan angina pektoris, Bisoprolol dapat mengurangi serangan dan meningkatkan kapasitas kerja fisik sehari-hari. Pada dosis terapi, Bisoprolol lebih sedikit efek konstriksinya pada pembuluh darah perifer dan bronkiol daripada golongan -bloker yang nonselektif. Indikasi : Hipertensi dan penyakit jantung koroner (angina pektoris). Kontra Indikasi :. Gagal jantung akut atau selama episode dekomposisi gagal jantung yang memerlukan terapi intravena inotropik. Syok kardiogenik Blok AV derajat 2 atau 3 (tanpa peacemaker) Sindrom sinus Blokade sinoatrial Bradikardia yang kurang dari 60 denyut / menit sebelum memulai pengobatan Hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg) Asma bronkial parah atau penyakit paru obstruktif kronis yang parah Tahap akhir penyakit oklusif arteri periferal dan sindroma Raynaud Faeokromositoma yang tidak diobati Asidosis metabolik Hipersensitif terhadap Bisoprolol Dosis :. 5 mg sehari pada pagi hari, sebelum atau sesudah sarapan. Pada kasus ringan, Bisoprolol 5 mg sehari sudah mencukupi. Kebanyakan pasien dikontrol dengan 10 mg sehari, hanya beberapa kasus diperlukan dosis 20 mg sehari. Untuk pasien gagal ginjal tahap terakhir atau gangguan fungsi hati yang parah, maksimal dosis adalah 10 mg sehari. Tidak disarankan menghentikan obat secara mendadak. Efek Samping : Dispnoea, pusing, kardiomiopati, bradikardia, takikardia, kelelahan, infeksi virus, pneumonia hipotensi,

Pada penderita pheokromositoma, Bisoprolol sebaiknya tidak diberikan setelah terjadi blokade . Penggunaan Bisoprolol dianjurkan berhati-hati pada : Bronkospasme (asma bronkial, penyakit saluran nafas obstruktif) Bersamaan dengan anastesi inhalasi Diabetes melitus dengan fluktuasi kadar gula darah yang cukup besar (dapat menyamarkan gejala hipoglikemia) Puasa ketat Terapi desentisasi Blok AV tahap awal Angina Prinzmetal Penyakit oklusif arterial perifer (terutama di awal terapi) Tidak ada pengalaman terapeutik Bisoprolol pada pasien gagal jantung yang disertai kondisi : Gagal jantung NYHA fase II Diabetes melitus (type I) Gagal ginjal yang sudah tidak bisa diperbaiki (kreatinin serum 300 micromol/L) Gagal hati yang sudah tidak bisa diperbaiki Pasein usia lebih dari 80 tahun Kardiomiopati restriktif Penyakit jantung konginental Penyakit valvular organik hemodinamik signifikan Infark miokardial yang sudah berlangsung selama 3 bulan Pada pasien asma bronkial atau penyakit paru obstruktif kronik lainnya, yang dapat menyebabkan kambuhnya gejala, sebaiknya juga diberikan bersamaan dengan bronkodilator. Di saat meningkatnya resistensi pernafasan yang dapat terjadi pada pasien asma, maka dosis dosis stimulan 2 juga sebaiknya dinaikkan. Seperti sifat -bloker lainnya, Bisoprolol dapat meningkatkan sensitivitas terhadap alergen dan keparahan reaksi anafilaksis. Terapi menggunakan adrenalin, tidak selalu memberikan efek terapeutik yang diharapkan. Pasien psoriasis atau ada sejarah mengidap psoriasis sebaiknya diberikan -bloker (misal Bisoprolol) setelah dengan hati-hati mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Bila sedang terapi dengan Bisoprolol, adanya gejala tirotoksikosis bisa menjadi tersamar. Awal terapi dengan Bisoprolol diperlukan monitoring rutin. Penggunaan Bisoprolol pada wanita hamil dan menyusui sebaiknya dipertimbangkan juga manfaat dan risikonya.

Interaksi Obat :. Kombinasi obat yang tidak dianjurkan adalah : Antagonis kalsium : pengaruh negatif pada kontraktilitas, konduksi atrio-ventrikular dan tekanan darah Klonidin : meningkatkan risiko rebound hypertension seperti mengurangi berlebihan denyut jantung dan konduksi kardiak. Penghambat MAO (Mono Amino Oksidase) kecuali penghambat MAO-B : meningkatkan efek hipotensi dari bloker tetapi juga risiko krisis hipertensinya. Kombinasi yang harus digunakan dengan berhati-hati : Obat antiaritmia kelas 1 (misal disopiramid, kuinolon) : efek pada masa konduksi atrial dan kemungkinan dapat meningkatnya efek inotropik negatif. Obat antiaritmia kelas 3 (misal amiodaron) : efek pada masa konduksi atrial Obat parasimpatomimetik (termasuk Tacrine) : masa atrioventikular kemungkinan dapat meningkat -bloker lainnya termasuk tetes mata dapat menimbulkan efek aditif. Insulin dan obat anti diabetes : mengintensifkan efek menurunnya kadar gula darah. Blokade adrenoreseptor- bisa menutupi gejala hipoglikemia. Obat anastesi : melemahkan refleks takikardia dan meningkatkan risiko hipotensi. Blokade reseptor- yang terus-menerus dapat mengurangi risiko terjadi aritmia selama induksi dan intubasi. Anestesiolog harus mendapatkan informasi bila pasien tersebut sedang menggunakan Bisoprolol. Digitalis : mengurangi denyut jantung, meningkatkan waktu konduksi artrio-ventrikular Obat yang menghambat sintetase prostaglandin : mengurangi efek Bisoprolol. Derivat ergotamin : memperburuk gangguan pada sirkulasi perifer.

Over Dosis :. Bila terjadi overdosis, pengobatan menggunakan Bisoprolol sebaiknya dihentikan. Tindakan suportif yang secara umum dilakukan pada kasus-kasus tertentu, antara lain : Bradikardia : diberikan Atropin IV, atau bahan lain seperti Isoprenaline yang merupakan zat aktif kronotropik positif yang pemberiannya harus dilakukan secara hati-hati. Pada beberapa kondisi khusus, penggunaan pacemaker transvena mungkin diperlukan. Hipotensi : diberikan cairan vasopresor IV. Glukagon IV mungkin berguna. Blok AV (derajat 2 atau 3) : pasien harus hati-hati dimonitor dan diberikan Isoprenalin infus atau penggunaan pacemaker transvena. Gagal jantung akut yang memburuk: diberikan diuretik IV, zat inotropik, atau zat vasodilator. Bronkospasme : diberikan bronkodilator seperti Isoprenalin, obat simpatomimetik 2 dan atau Aminofilin. Hipoglikemia : diberikan glukosa IV. Peringatan dan Perhatian :

Obat simpatomimetik : kombinasi dengan Bisoprolol dapat mengurangi efek kedua obat. Epinefrin dosis tinggi mungkin diperlukan untuk pengobatan dari reaksi alergi. Antidepresan trisiklik, barbiturat, fenotiasin seperti antihipertensi lainnya dapan meningkatkan efek penurunan tekanan darahnya. Rifampisin : dapat mengurangi waktu paruh Bisoprolol, hal ini dikarenakan induksi enzim metabolisme di hati. Biasanya tidak perlu penyesuaian dosis. Sediaan Bisoprolol 5 mg tablet

ANTINEOPLASTIK, IMUNOSUPRESAN DAN OBAT UTNUK TERAPI PALIATIF Indikasi Pengobatan kanker saluran urin, testis dan ovarium. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Berdasarkan protokol individu. Verifikasi beberapa dosis cisplatin melebihi 100 mg/m per terapi. Anak-anak (unlabeled use). Jadwal dosis intermiten: 37-75 mg/m sekali sehari setiap 2-3 minggu atau 50-100 mg/m selama 4-6 jam sekali setiap 2128 hari. Jadwal dosis harian: 15-20 mg/m/hari untuk 5 hari setiap 3-4 minggu. Sarkoma osteogenetik atau neuroblastoma: 60-100 mg/m pada hari 1 setiap 3-4 minggu. Kekambuhan tumor otak : 60 mg/m sekali sehari untuk 2 hari berturut-turut setiap 3-4 minggu. Transfusi sum-sum tulang sel darah: Infus berkelanjutan: dosis tinggi: 55 mg/m/hari untuk 72 jam; dosis total = 165 mg/m Dewasa: Kanker saluran urin tahap lanjut: 50-70 mg/m setiap 3-4 minggu. Kanker leher dan kepala (unlabeled use): 100-200 mg/m setiap 3-4 minggu. Malignan pleural mesotelioma dalam kombinasi dengan pemetrexed (unlabeled use): 75 mg/m pada hari pertama setiap siklus 21 hari. Kanker ovarium metastatik : 75-100 mg/m setiap 3-4 minggu. Intraperitonial ovarium ritonial: Cisplatin pernah diberikan secara interperitonial dengan natrium tiosulfat sistemik untuk kanker ovarium, dosis dinaikkan sampai 90-270 mg/m pernah diberikan dan dipertahankan selama 4 jam sebelum pembilasan (draining). Kanker testis : 10-20 mg/m/hari untuk 5 hari diulang setiap 3-4 minggu. Farmakologi Distribusi : setelah pemberian I.V, cisplatin didistribusikan secara cepat ke jaringan; konsentrasi tinggi pada ginjal,hati, ovarium, uterus, dan paru. Ikatan protein: >90% Metabolisme: Nonenzimatik; inaktif (pada sel darah maupun aliran darah) dengan kelompok sulfahidrill; ikatan kovalen dengan glutation dan tiosulfat. T eliminasi: Jarak: 20-30 menit; beta: 60 menit; terminal: ~24 jam; t yang kedua : 44-73 jam Ekskresi: Urin (>90%), feses (10%) Stabilitas Penyimpanan Simpan vial pada suhu kamar, 15-25C,hindari cahaya matahari langsung, larutan jangan disimpan beku karena dapat menyebabkan terjadinya endapan. Kontraindikasi Hipersensitifitas dengan cisplatin , komponen lain yang mengandung platinum-, atau komponen lain dari sediaan (anafilaktik pernah dilaporkan), riwayat insufisiensi ginjal, myelosupresi, gangguan pendengaran dan kehamilan Efek Samping > 10% SSP: Neurotoksisitas, periferal neuropati pada dosis dan tegantung durasi. Dermatologi: Alopesia ringan. GI: Mual dan muntah (76%-100%) Hematologi: Myelosupresi (25%-30%; gejala ringan pada dosis sedang; gejala ringan sampai sedang pada dosis tinggi) Sel darah putih: Ringan, Platelet: Ringan, Onset: 10 hari, Nadir: 14-23 hari, recovery: 21-39 hari. Hepatik: Peningkatan level enzim. Ginjal: Nefrotoksik (gagal ginjal akut dan insufisiensi ginjal) Otis: Ototoksisitas (10%-30%; manifestasi ditunjukkan dengan seringnya frekuensi hilangnya pendengaran; ototoksisitas biasanya tejadi pada anak-anak <1% (terbatas pada reaksi mengancam jiwa):

CISPLATIN

reaksi anafilaksis, aritmia, pandangan kabur, bradikardi, kebutaan serebral, anemia hemolitik, peningkatan enzim hati, alopesia ringan, mulut kering, optik neuritis, papiledema SSP: Periperal dan automatik neuropati, ototoksisitas.Endokrin dan metabolik: Hipokalemia, hipomagnesemia. GI: Hetogenik tinggi.Renal: Gagal ginjal akut, peningkatan serum kreatinin, azotemia. Miscelleeous: pasien tumor transien, kelainan tumor autoimun Interaksi - Dengan Obat Lain : Efek peningkatan/toksisitas: Cisplatin dan asam etekrinat pernah menghasilkan ototoksisitas pada hewan. Penundaan eliminasi bleomisin dengan laju peningkatan filtrasi glomerular. Ketika diberikan sebagai infus berikutnya, studi observasi mengindikasikan adanya potensi toksisitas ketika derivat platinum (karboplatin, cisplatin) diberikan sebelum turunan taksan (docetaksel, paklitasel). Efek penurunan: Natrium tiosulfat dan amifostin secara teori dapat menginaktivasi obat secara sistemik; telah digunakan secara klinik untuk menurunkan toksisitas sistemik pada pemberian cisplatin. - Dengan Makanan : Hindari cohosh hitam, dong quai Pengaruh Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : D Terhadap Ibu Menyusui : Cisplatin didistribusi ke dalam air susu,dikontrindikasikan untuk ibu menyusui. Bentuk Sediaan Vial 50 ml Vial 10 mg/10 ml Peringatan Zat berbahaya gunakan dengan peringatan untuk penanganan dan disposal. Dosis >100 mg/m2 sekali setiap 3-4 minggu jarang digunakan dan harus diverifikasi sesuai prosedur. Semua pasien harus menerima cukup hidrasi, dengan atau tanpa diuretik sebelum diberikan dan selama 24 jam setelah pemberian cisplatin. Penyesuaian dosis pada perbaikan ginjal. Kumulatif toksisitas ginjal dapat terjadi parah. Pasien lanjut usia mungkin sensitif dengan nefrotoksisitas, tentukan dosis dengan hati-hati dan monitoring sedetail mungkin. Toksisitas tergantung dosis termasuk myelosupresi, mual dan muntah.Ototoksisitas terutama pada anak-anak dengan manifestasi tinnitus atau kehilangan frekuensi pendengaran dan ketulian. Serum magnesium, seperti halnya elektrolit lain, harus dimonitor sebelum dan sesudah selama 48 jam setelah terapi cisplatin.Pada pemberian infus berturutturut, turunan taksan (doksetaksel, palcitaksel) harus diberikan sebelum pemberian cisplatin (turunan platinum lainnyacarboplatin).

Peripheral Vasodilators & Cerebral Activators

CITICHOLINE

Indikasi :. Pada stadium akut untuk gangguan kesadaran akibat cedera kepala, bedah otak, dan infark serebral stadium akut. Pada stadium kronis untuk meningkatkan rehabilitasi anggota gerak atas dan bawah pada hemiplegia akibat apopleksi serebral. Kontra Indikasi :. Hipersensitif terhadap citicholine Dosis :. Pada stadium akut, dosis lazim adalah 250-500 mg, 1-2 kali sehari dengan cara drip IV atau injeksi IV. Pada stadium kronis, dosis lazim adalah 100-300 mg, 1-2 kali sehari dengan cara injeksi IV atau IM.

Dosis dapat pasien.

ditingkatkan

disesuaikan

dengan

kondisi

Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal. Peringatan dan Perhatian Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui. Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang. Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal. Interaksi Obat Domperidone mengurangi efek hipoprolaktinemia dari bromokriptin. Pemberian obat anti kolinergik muskarinik dan analgetik opioid secara bersamaan dapat mengantagonisir efek domperidone. Pemberian antasida secara bersamaan dapat menurunkan bioavailabilitas domperidone. Efek bioavailabilitas dapat bertambah dari 13% menjadi 23% bila diminum 1 jam setelah makan. Kemasan Domperidone 10 mg tablet Domperidone 5 mg / 5 mL syrup,

Efek Samping :. Syok Hipersensitivitas dengan gejala ruam-ruam Psikoneurologik : jarang terjadi : umumnya insomnia, sakit kepala, pusing, kram. Gastrointestinal : jarang terjadi : umumnya mual atau anoreksia Hati : jarang terjadi : umumnya menunjukkan gejala fungsi hati abnormal Mata : jarang terjadi : diplopia Lain-lain : jarang terjadi : umumnya merasa panas, perubahan tekanan darah yang mendadak, atau malaise. Peringatan dan Perhatian :. Untuk gangguan kesadaran akibat cedera kepala dan bedah otak, citicholine sebaiknya diberikan bersama dengan obat hemostatik. Untuk gangguan kesadaran akibat infark serebri akut, citicholine sebaiknya mulai diberikan dalam waktu 2 minggu pasca stroke. Pemberian IM hanya bila terpaksa. Pemberian IV: IV pelan. Interaksi Obat :. L-Dopa kekakuan otot GIT Regulator & Antiflatulents, Antiinflammatories

DOMPERIDONE

Farmakologi : Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik. Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor trigger zone yang terletak diluar saluran darah otak di area postrema. Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yang pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah pada orang sehat. Indikasi :. Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional Untuk mual dan muntah akut. mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih dari 12 minggu. Kontra Indikasi Penderita hipersensitif terhadap domperidone. prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin. Dosis Dispepsia fungsional : Dewasa dan usia lanjut : 10-20 mg, 3 kali sehari dan jika perlu 1020 mg, sekali sebelum tidur malam tergantung respon klinik. Pengobatan jangan melebihi 12 minggu. Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin) : Dewasa (termasuk usia lanjut) : 1020 mg, dengan interval waktu 48 jam. Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi) : 0,20,4 mg/Kg BB sehari, dengan interval waktu 48 jam. Obat diminum 1530 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam. Efek Samping Jarang dilaporkan : sedasi, reaksi ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson. Peningkatan prolaktin serum sehingga menyebabkan galaktorrhoea dan ginekomastia.

Anti Infeksi Indikasi Infeksi : Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis umum : Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m. Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m. Note : Usual dose yang lebih tinggi dan/atau frekuensi yang lebih tinggi (setiap 6 jam) yang diberikan pada kondisi klinik secara selektif ( cystic fibrosis) data serum level yang dibutuhkan b. Cara pemberian : Injeksi i. m.atau i.v. Tetes mata c. Lama penggunaan : Sesuai dengan aturan pada pemberian dosis Farmakologi Didistribusikan melalui plesenta Volume distribusi meningkat pada odem, asites dan menurun pada dehidrasi. Neonatus : 0,4- 0,6 per kg BB, Anak 0,3 -0,35 /kg BB. Dewasa 0,2-0,3 /kg BB Protein binding : < 30 % Waktu paruh eliminasi : Infant : umur < 1 minggu 3-11,5 jam. 1 minggu -6 bulan 33,5 jam. Dewasa ; 1,5-3 jam. Pasien dengan gangguan ginjal 36-70 jam Kadar puncak serum : i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah pemberian dengan infus Ekskresi : Urin Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain Efek Samping > 10%

GENTAMISIN

- Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas (vertigo, ataxia) - Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability - Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular) - Ginjal : Nefrotoksik ( meningkatkan klirens kreatinin) 1% 10% - Cardiovaskuler : Edeme. - Kulit : rash, gatal, kemerahan < 1% - Agranulositosis, Reaksi alergi Dyspnea Granulocytopenia Fotosensitif Pseudomotor Cerebral Trombositopeni Interaksi Dengan Obat Lain : Penisilin, Sefalosporin, Amfoterisin B, Diuretik dapat meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan neuromuscular blocking agent Parameter Monitoring Analisis urin, jumlah urin yang keluar BUN, serum kreatinin Bentuk Sediaan Krem, Topical Sebagai Sulfat 0,1 % (15 g, 30 g) Infus, Sebagai Sulfat (Premixed in NS) 40 mg (50 ml); 60 mg (50 ml, 100 ml); - 120 mg (100 ml) Larutan Injeksi, sbg Sulfat 10 mg/ml (6 ml, 8 ml,10 ml) Vial Larutan Injeksi, sbg Sulfat 40 mg/ml (2 ml, 20 ml) (Metabisulfit) Lar Injeksi, Pediatrik sbg Sulfat 10 mg/ml (2 ml) (Metabisulfit) Lar Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat (Preservative Free) : 10 mg/ml (2 ml) Saleb Mata Sebagai Sulfat 0,3% (3 mg/g (3,5 g)) Saleb Kulit Sebagai Sulfat 0,1% (15 g, 30 g) Tetes Mata sbg Sulfat 0,3% (5 ml, 15 ml) Mengandung Benzalkonium Klorida Peringatan Jangan digunakan pada pengobatan yang lama karena dapat berisiko toksik pemberian yang lama yaitu penurunan fungsi ginjal, miastenia gravis, hipokalsemia, kondisi dengan depresi neuromuskuler transmitens Aminoglikosoda secara parenteral dapat menimbulkan nefrotoksisitas dan ototoksisitas dapat secara langsung secara proporsional dengan jumlah obat yang diberikan dan durasi pengobatan; tinnitus atau vertigo adalah indikasi dari vestibular injuri dan mengancam hilangnya pendengaran.

hati, reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, pusing, kejang, alopecia, pruritus, toxic epidermal necrolysis, syndrom StevenJohnson (pada pasien AIDS pernah dilaporkan reaksi kulit yang hebat), hiperlipidemia, leucopenia, trombositopenia dan hipokalemia. Interaksi - Dengan Obat Lain : Efek sitokrom P450: Menghambat CYP1A2 (lemah) , 2C8/9 (kuat), 2C19 (kuat), 3 A4 (moderate). Meningkatkan efek/toksisitas : Penggunaan bersamaan dengan cisapride dikontraindikasikan disebabkan karena potensial terjadi aritmia malignant. Flukonazol dapat meningkatkan kadar/efek amiodarone, benzodiazepin tertentu, bloker saluran kalsium, cisapride, citalopram, siklosporin, diazepam, turunan ergot, fluoksetin, glimepirid, glipizid, HMG-CoA reductase inhibitor, metsuksimid, mirtazapine, neteglinide, nefazodone, phenytoin, pioglitazone, propranolol, rosiglitazone, sertraline, sildenafil (dan PDE-5 inhibitor yang lain), tacrolimus, venlafaxine, warfarin dan substrate CYP2C8/9, 2C19dan 3A4 yang lain. Menurunkan efek: rifampin menurunkan konsentrasi flukonazol Pengaruh - Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C. - Terhadap Anak-anak : Pada pasien anak immunocompromised usia 6 bln hingga 13 thn dengan candidiasis oropharyngeal,flukonazol (2 hingga 3 mg/kg/hari) memperlihatkan efek klinik dan kecepatan respon mycological yg lebih tinggi daripada nistatin oral 400,000 IU 4 kali sehari. Pada suatu penelitian efikasi Flukonazol untuk menekan meningitis cryptococcal telah terbukti berhasil pada 4 dari 5 anak-anak. Pada suatu penelitian mengenai profil keamanan flukonazol pada 577 anak-anak umur 1 hingga 17 tahun dengan dosis berkisar antara 1 hingga 15 mg/kg/hari selama 1 hingga 1616 hari. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah (5 %), nyeri perut (3 %), mual (2 %) dan diare (2 %). Efikasi flukonazol belum terbukti pada bayi umur kurang dari 6 bulan. Parameter Monitoring Tes fungsi hati (AST, ALT, alkaline phaophatase ), tes fungsi ginjal, kalium Bentuk Sediaan Kapsul, Tablet, Cairan Injeksi Peringatan Kerusakan ginjal, kehamilan, menyusui, ; monitor fungsi hati pengobatan tidak diteruskan jika muncul gejala dan tanda gangguan pada hati ( resiko hepatic necrosis); perpanjangan interval QT

FLUKONAZOL
Indikasi Pengobatan candidiasis (vaginal, oropharyngeal, esophageal, infeksi saluran urin ), peritonitis, pneumonia, dan infeksi systemic) ; meningitis cryptococcal, profiaksis antijamur pada transplantasi sumsum tulang. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian maksimal dosis 400 mg sehari Pemberian Flukonazol secara parenteral (IV infus) diberikan dalam 1 - 2 jam; pemberian tidak boleh lebih dari 200 mg/jam bila pemberian obat melalui IV infusi. Farmakologi Distribusi : terdistribusi secara luas dalam tubuh dengan penetrasi yang baik ke dalam cairan serebrospinal, mata , cairan peritoneal, sputum, kulit dan urin. Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi. CSF : blood level ratio : normal meninges : 70% hingga 80% ; inflamasi meninges : > 70% hingga 80%. Ikatan protein plasma : 11% hingga 12% Bioavailabilitas : Oral : > 90% T eliminasi pada fungsi ginjal normal ~ 30 jam Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: pemberian oral : 1-2 jam Ekskresi : Urin (80% dalam bentuk obat yang tidak berubah) Kontraindikasi Hipersensitivitas thd flukonazol, azol yang lain , atau beberapa komponen yang terdapat dalam sediaan; penggunaan bersamaan dengan cisapride Efek Samping Mual, rasa tidak enak pada perut, diare, flatulence, sakit kapala, rash ( pengobatan tidak dilanjutkan atau monitor dengan ketat pada infeksi invasive atau sistemik); dispepsia jarang terjadi, muntah, gangguan pengecapan, gangguan ANTI INFEKSI

GLIMEPIRIDE
Antidiabetic

Indikasi Glimepiride diindikasikan untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus type 2. Dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasi dengan metformin atau insulin. Kontra Indikasi Tidak cocok diberikan pada pasien diabetes type 1 (insulin dependent), diabetes ketoasidosis, atau pada pasien koma karena diabetes. Hipersensitif terhadap glimepiride atau golongan sulfonil urea, atau sulfonamid. Wanita hamil Dosis Pemakaian Glimepiride disesuaikan dengan kadar gula darah pasien dengan dosis minimal untuk memperoleh kadar gula

darah stabil yang diinginkan, dengan pengawasan dokter, dan diminum pada saat dan dosis yang tepat sesuai petunjuk dokter. Kesalahan yang terjadi misal melewati waktu minum obat atau melewati waktu makan, harus didiskusikan dengan dokter. Dosis awal 1 mg 1 kali sehari saat makan pagi. Dosis dapat ditingkatkan setelah ada evaluasi kadar gula darah dan bertahap dalam 1-2 minggu. Peringatan dan Perhatian Pada minggu awal penggunaan Glimepiride, kemungkinan dapat terjadi hipoglikemia dengan gejala : bertambahnya frekuensi berkemih, mudah haus, kulit menjadi kering. Segera kontak dokter agar dilakukan penyesuaian dosis. Dan selama penggunaan Glimepiride, disarankan secara rutin cek gula darah puasa dan kadar Hb glikosilat (biasanya setiap 3 sampai paling lama adalah 6 bulan sekali), tidak melewatkan jadwal makan, nutrisi harus cukup baik, seimbang antara olahraga dan takaran karbohidrat yang dimakan, meminimalisir konsumsi alkohol, gangguan fungsi ginjal dan hati. Bentuk Sediaan Glimepiride 1 mg Glimepiride 2 mg Glimepiride 3 mg Glimepiride 4 mg Rute Oral (tablet) tablet tablet tablet tablet

Hyperuricemia & Gout Preparations

GLUCOSAMINE

Bentuk Sediaan Hydrocortisone cream 1%, tube 5 gr ; Hydrocortisone cream 2,5%, tube 5gr,

Farmakologi Glukosamin adalah amino monosakarida yang ditemukan pada kitin, glikoprotein dan glikosaminoglikan. Glikoprotein, dikenal sebagai proteoglikan yang merupakan bentuk dasar matriks ekstraseluler dari jaringan penyambung. Glukosamin secara alami diproduksi oleh tubuh, tetapi pada penderita osteoartritis produksinya berkurang. Glukosamin efektif untuk memperbaiki kerusakan sendi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Secara biokimia, glukosamin merupakan hasil metabolisme glikoprotein. Glikoprotein, diketahui sebagai proteoglikan, merupakan bentuk dasar pada matriks ekstraseluler dari jaringan penyambung. Glukosamin efektif untuk pemulihan tulang rawan sendi dan memperbaiki kerusakan sendi. Peningkatan konsentrasi glukosamin dalam plasma darah dapat meningkatkan kadar glukosamin pada cairan sinovial. Sesuai dengan hipotesa, persendian memiliki afinitas yang besar terhadap glukosamin dan memiliki kemampuan untuk menyimpan glukosamin lebih baik daripada jaringan yang bukan persendian. Cepat terserap pada saluran cerna. Cepat terakumulasi di hati dan sendi. Di metabolisme di hati dan diekskresikan melalui urin, feses, dan paru (ekskresi melalui air susu masih belum diketahui). Kegunaan : Glucosamine memelihara kesehatan persendian Dosis Berat badan < 55 kg : 3 x 1 tablet, sehari Berat badan > 55 kg : 3 x 2 tablet, sehari Efek Samping Sangat jarang, tetapi pada sebagian menyebabkan gangguan saluran cerna ringan. orang dapat

Farmakologi Hidroklorotiazida adalah diuretik tiazida, yang meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Obat ini dapat diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna. Umumnya efek tampak setelah satu jam, dan dalam 3-6 jam dieksresikan melalui ginjal. Hidroklorotiazida selain berefek sebagai diuretik, juga menyebabkan vosodilatasi pembuluh darah arteriol,sehingga dapat menurunkan tekanan darah pada kasus hipertensi. Obat ini bekerja senergistik dengan obat anti-hipertensi lainnya. Onset kerja : diuresis:~2, Efek puncak : 4-6 jam, Durasi 6-18 jam, Distribusi 3.8-7.8 L/kg. Ikatan protein : 68%. Tidak mengalami metabolisme. Bioavailabilitas : 50%-80%. T eliminasi : 5.6-14.8 jam. Eksresi : melalui urin sebagai obat tidak berubah. Stabilitas Penyimpanan : Disimpan ditempat yang kedap udara Kontraindikasi Diabetus mellitus, dan kemungkinan hipersensitivitas thd golongan obat ini. Efek Samping Hipotensi ortostatik, hipotensi, fotosensitivitas, hipokalemia, anoreksia, tekanan pada epigastrik. < 1% : agranulositosis, miokarditis, reaksi alergi (reaksi anafilaktik yang membahayakan hidup), alopsia, anemia aplastik, pneumonitis eosinofilik, eritema multiforma, dermatitis eksfoliatif, anemia hemolitik, gangguan fungsi hati, tekanan pada pernapasan, sindrom Stevens-Johnson, trombositopenia dan nekrolisis epidermal toksik. Interaksi - Dengan Obat Lain : Peningkatan efek hidroklorotiazida dengan furosemida dan diuretik loop. Peningkatan hipotensi dan/atau efek samping pada ginjal dari inhibitor ACE akan menghasilkan diuresis berat pada pasien/ Beta bloker meningkatkan efek hiperglikemia dari tiazida pada diabetes mellitus tipe 2. Siklosporin dan tiazida akan meningkatkan risiko gout atau toksisitas ginjal. Toksisitas digoksin dapat meningkat jika tiazida menginduksi hipokalemia atau hipomagnesemia. Toksisitas lithium dapat jika tiazida meningkatkan ekskresi ginjal litium. Tiazida dapat memperpanjang durasi pada penggunaan bloking neuromuskular. Efek hipoglikemia dapat diturunkan. Penurunan absorpsi oleh kolestiramin dan kolestipol. Antiinflamasi non steroid dapat mengurangi efikasi tiazida, menurunkan efek diuretik dan antihipertensi. Pengaruh - Terhadap Kehamilan : Faktor resiko : B - Terhadap Ibu Menyusui : Hidroklorotiazida didistribusikan ke air susu, gunakan dengan perhatian - Terhadap Anak-anak : - Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan kreatinin fosfokinase, amonia, amilase, kalsium, klorida, kolesterol, glukosa, peningkatan asam, penurunan klorida, magnesium dan kalium.

DIURETIK

HCT

Peringatan dan Perhatian Penggunaan pada penderita diabetes sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin karena Glucosamine dapat meningkatkan resistensi insulin. Pada penderita yang mempunyai alergi terhadap seafood, sebaiknya menggunakan sediaan ini dengan hati-hati. Ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan sediaan ini. Bentuk sediaan Glucosamine 250 mg tablet

HYDROCORTISONE
Topical Corticosteroids

Indikasi : Pengobatan eksema, inflamasi pada kulit, dan dermatitis karena alergi Kontra Indikasi Hydrocortisone cream sebaiknya tidak digunakan bila ada tuberkulosis kulit, varisela, vaksinia, dan penyakit kulit lainnya yang disebabkan oleh virus atau jamur. Dosis Oleskan tipis-tipis Hydrocortisone cream pada daerah lesi 3 sampai 4 kali sehari.

Parameter Monitoring Periksa cairan tubuh, tekanan darah, elektrolit serum, blood urea nitrogen dan kreatinin. Bentuk Sediaan Tablet 25 mg Peringatan Hindari penggunaan hidroklorotiazida pada penyakit ginjal parah. Gangguan elektrolit (hipokalemia, alkalosis hipokloremik, hiponatremia) dapat terjadi. Gunakan dengan perhatian pada pasien dengan gangguan hati: ensefalopati

hati dapat terjadi akibat gangguan elektrolit. Gout dapat terjadi pada pasien dengan riwayat gout,gagal jantung kronik. Hati-hati pada pasien diabetes; dapat mengalami perubahan pada kontrol glukosa. Dapat terjadi reaksi hipersensitifitas. Dapat memperparah lupus eritematosus atau mencetuskannya. Gunakan dengan perhatian pada pasien dengan konsentrasi kolesterol menengah sampai tinggi. Fotosensitivitas dapat terjadi. Hilangkan hipokalemia sebelum memulai terapi. Ada kemiripan sifat kimia antara sulfonamid, sulfonilurea, inhibitor karbonik anhidrase, tiazida dan diuretik loop (kecuali asam etakrinat). Penggunaan pada pasien alergi terhadap sulfonamid dikontraindikasikan, hindari jika pernah terjadi reaksi alergi sebelumnya

You might also like