You are on page 1of 98

LAPORAN TUGAS AKHIR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MELALUI HASIL LABORATORIUM DARAH


Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Teknik Informatika S-1 pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Disusun Oleh : NAMA NIM Program Studi : : : ADITYA GITA SETIAWAN A11.2006.02951 Teknik Informatika S1

FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2013

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR


Nama Pelaksana NIM Program Studi Fakultas Judul Tugas Akhir : Aditya Gita Setiawan : A11.2006.02951 : Teknik Informatika : Ilmu Komputer : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah

Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui, Semarang, 15 Februari 2013

Menyetujui: Pembimbing

Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu omputer

Ajib Susanto, M.Kom

Dr. Abdul Syukur

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI


Nama Pelaksana NIM Program Studi Fakultas Judul Tugas Akhir : Aditya Gita Setiawan : A11.2006.02951 : Teknik Informatika : Ilmu Komputer : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah

Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Sidang tugas akhir tanggal 15 Februari 2013. Menurut pandangan kami, tugas akhir ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan penganugrahan gelar Sarjana Komputer (S.Kom)

Semarang, 15 Februari 2013 Dewan Penguji :

Sumardi, M.Kom Anggota 1

Sari Wijayanti, M.Kom Anggota 2

Feri Agustina, M.Kom Ketua Penguji

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR


Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Aditya Gita Setiawan NIM : A11.2006.02951

Menyatakan bahwa karya ilmiah saya yang berjudul : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah merupakan karya asli saya (kecuali cuplikan dan ringkasan yang masing-masing telah saya jelaskan sumbernya dan perangkat pendukung lainnya. Apabila di kemudian hari, karya saya disinyalir bukan merupakan karya asli saya, yang disertai dengan bukti-bukti yang cukup, maka saya bersedia untuk dibatalkan gelar saya beserta hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang Pada tanggal : 15 Februari 2013

Yang menyatakan

(Aditya Gita Setiawan)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS


Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Aditya Gita Setiawan NIM : A11.2006.02951

demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Dian Nuswantoro, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang Pada tanggal : 15 Februari 2013

Yang menyatakan

(Aditya Gita Setiawan)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr, Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga laporan tugas akhir dengan judul Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Laboratorium Darah dapat penulis selesaikan sesuai dengan rencana karena dukungan dari berbagai pihak yang tidak ternilai besarnya. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro. 2. Dr. Abdul Syukur, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer. 3. Dr. Heru Agus Santoso, M.Kom selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika. 4. Bapak Feri Agustina, M.Kom, selaku koordinator Tugas Akhir program studi Teknik Informatika S1. 5. Bapak Ajib Susanto, M.Kom, selaku pembimbing Tugas Akhir yang memberikan ide penelitian, memberikan informasi referensi yang penulis butuhkan, dan bimbingan yang berkaitan dengan penelitian penulis. 6. Dosen-dosen pengampu di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya masing-masing, sehingga penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah disampaikan. 7. Terutama kepada Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan, dan bimbingan. 8. Keluarga besar Penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 9. Anggun Desi Wulandari yang selalu memberikan dorongan semangat saat penulis mulai putus asa. 10. Semua Sahabat Penulis di Udinus terimakasih atas dukungan kalian. 11. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu .

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang akan penulis terima dengan senang hati beserta ucapan terima kasih. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Semarang, Februari 2013

Penulis

ABSTRAK
Sistem pakar untuk diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah ini merupakan suatu sistem pakar yang dirancang sebagai alat bantu untuk mendiagnosa penyakit pada tubuh manusia melalui hasil tes laboratorium dengan basis pengetahuan yang dinamis. Pengetahuan ini didapat dari seorang pakar yang ahli didalam bidangnya serta buku yang berhubungan dengan pemeriksaan dan diagnostik laboratorium darah. Basis pengetahuan disusun sedemikian rupa ke dalam suatu database untuk mempermudah kinerja sistem dalam penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dalam sistem pakar ini menggunakan metode fuzzy logic. Sistem akan menampilkan inputan yang dapat diinput oleh user, dimana setiap inputannya mengacu pada hasil tes laboratorium darah yang kemudian akan diproses atau didiagnosa dan mendapatkan hasil akhir. Pada hasil akhir sistem pakar akan menampilkan kesimpulan yang meliputi penyebab penyakit, dan jenis penyakit yang diderita user atau pasien. Kata Kunci : Sistem Pakar, Fuzzy Logic, Diagnostik Laboratorium Darah. xv + 92 halaman;32 gambar; 3 tabel

DAFTAR ISI
Halaman Judul .........................................................................................................i Persetujuan laporan Tugas Akhir .............................................................................ii Pengesahan Dewan Penguji .....................................................................................iii Pernyataan Keaslian Tugas Akhir............................................................................iv Pernyataan Persetujuan Publikasi ............................................................................v Ucapan Terimakasih ................................................................................................vi Abstrak .....................................................................................................................viii Daftar Isi ..................................................................................................................ix Daftar Tabel .............................................................................................................xii Daftar Gambar .........................................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 Rumusan Masalah .........................................................................................2 Batasan Masalah ...........................................................................................3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................3 Manfaat Penelitian ........................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................5 2.1. 2.2. Kecerdasan Buatan ......................................................................................5 Sistem Pakar ................................................................................................5 2.2.1. Latar Belakang Pengembangan Sistem Pakar ...................................6 2.2.2. Struktur Sistem Pakar ........................................................................7 2.2.3. Skema Penerapan Dalam Organisasi .................................................9 2.2.4. Ciri-ciri Sistem Pakar.........................................................................9 2.2.5. Manfaat Sistem Pakar ........................................................................10 2.2.6. Kelemahan Sistem Pakar ...................................................................10 2.3. Logika Fuzzy ...............................................................................................11

2.3.1. Crisp Set .............................................................................................11 2.3.2. Fuzzy Set............................................................................................12 2.3.3. Atribut ................................................................................................12 2.3.4. Konvensi Penulisan Fuzzy Set ...........................................................12 2.3.5. Istilah dalam Logika Fuzzy................................................................13 2.3.6. Fuzzification ......................................................................................22 2.3.7. Inference ............................................................................................23 2.3.8. Defuzzification...................................................................................23 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. HTML ..........................................................................................................23 CSS (Cascading Style Sheets) .....................................................................25 Javascript .....................................................................................................26 PHP ..............................................................................................................29 MySQL ........................................................................................................30 Flowchart .....................................................................................................31 Darah ............................................................................................................32 2.10.1. Hemoglobin ......................................................................................34 2.10.2. Leukosit ............................................................................................36 2.10.3. Eritrosit.............................................................................................37 2.10.4. Trombosit .........................................................................................38 2.10.5. Hematrokit .......................................................................................39 2.10.6. Indeks Sel Darah Merah (MCV, MCH, MCHC) .............................39 2.10.7. Basofil ..............................................................................................39 2.10.8. Eosinofil ...........................................................................................40 2.10.9. Neutrofil ...........................................................................................42 2.10.10. Limfosit ..........................................................................................42 2.10.11. Monosit ..........................................................................................42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................44 3.1. 3.2. 3.3. Obyek ...........................................................................................................44 Sumber Data ................................................................................................44 Metode Pengumpulan Data ..........................................................................44

3.4. 3.5. 3.6.

Metode Pengembangan Sistem ....................................................................45 Pengujian .....................................................................................................48 Mesin Inferensi ............................................................................................49

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN ..................................50 4.1. Ruang lingkup Pendukung Implementasi ....................................................50 4.1.1 Ruang Lingkup Perangkat Keras .......................................................50 4.1.2 Ruang Lingkup Perangkat Lunak ......................................................50 4.2. Implementasi Sistem ....................................................................................51 4.2.1 Analisa Kebutuhan .............................................................................51 4.2.2 Gambaran Umum Sistem ...................................................................51 4.2.3 Deskripsi Sistem ................................................................................53 4.2.4 Diagnosa Penyakit ..............................................................................53 4.2.4.1 Diagnosa Penyakit pada Anak ................................................53 4.2.4.2 Diagnosa Penyakit pada Pria ..................................................54 4.2.4.3 Diagnosa Penyakit pada Wanita .............................................55 4.3. 4.4. Perancangan Sistem .....................................................................................56 Perancangan Antar Muka.............................................................................68 4.4.1 Form Awalan (Index) .........................................................................68 4.4.2 Form Input Data Pasien......................................................................69 4.4.3 Form Submit ......................................................................................70 4.4.4 Form Inputan Hasil Pemeriksaan Lbrtrm Darah ................................71 4.4.5 Form Reset dan Diagnosis .................................................................72 4.4.6 Form Hasil..........................................................................................73 4.4.7 Form Nilai Rujukan ...........................................................................74 4.4.8 Form Kesimpulan ...............................................................................75 4.5. Implementasi Rancangan Antar Muka ........................................................76 4.5.1 Tampilan Awal Program ....................................................................76 4.5.2 Tampilan Form Pasien .......................................................................76 4.5.3 Tampilan Diagnosa Penyakit .............................................................77 4.5.4 Tampilan Form Nilai Hasil Rujukan ..................................................78 4.5.5 Tampilan Form Nilai Rujukan ...........................................................79

4.5.6 Tampilan Form Reset dan Diagnosa ..................................................80 4.5.7 Tampilan Form Kesimpulan ..............................................................81 4.6. Implementasi Fungsi ....................................................................................82 4.6.1 Fungsi Index .......................................................................................82 4.6.2 Fungsi Form Pasien ............................................................................83 4.6.3 Fungsi Operasi Diagnosa Peyakit ......................................................84 4.6.4 Fungsi Kondisi Diagnosa Penyakit ....................................................87 4.6.5 Fungsi Nilai Rujukan .........................................................................89 4.6.6 Fungsi Koneksi Database ...................................................................90

BAB V PENUTUP ..................................................................................................91 5.1. 5.2. Kesimpulan ...................................................................................................91 Saran .............................................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................92

DAFTAR TABEL
Tabel 2.4. Atribut Dalam Tag <BODY> ...................................................................25 Tabel 2.9. Simbol-Simbol Flowchart .........................................................................32 Tabel 4.3. RULE .......................................................................................................68

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.2. Struktur Sistem Pakar ........................................................................7 Gambar 2.3.5.1. Himpunan: Menurun, Normal, dan Meningkat...............................14 Gambar 2.3.5.2. Himpunan fuzzy untuk variabel Umur ...........................................16 Gambar 2.3.5.3. Grafik representasi linear naik .......................................................19 Gambar 2.3.5.4. Grafik representasi linear ................................................................24 Gambar 2.3.5.5. Aturan Fuzzy ..................................................................................25 Gambar 3.4. Metode Waterfall .................................................................................48 Gambar 4.2.2 Gambaran Umum Sistem ...................................................................52 Gambar 4.2.4.1. Diagram alir diagnosa penyakit anak ................................................54 Gambar 4.2.4.2. Diagram alir diagnosa penyakit pada pria ...........................................55 Gambar 4.5.4.3. Diagram alir diagnosa penyakit pada wanita ......................................56 Gambar 4.4.1. Form awalan (index) ..........................................................................68 Gambar 4.4.2. Form input data pasien ......................................................................69 Gambar 4.4.3. Form Submit .....................................................................................70 Gambar 4.4.4. Form inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah ...........................71 Gambar 4.4.5. Form reset dan diagnosis ....................................................................72 Gambar 4.4.6. Form hasil ..........................................................................................73 Gambar 4.4.7. Form nilai rujukan ..............................................................................74 Gambar 4.4.8. Form Kesimpulan ................................................................................75 Gambar 4.5.1. Tampilan baner program ...................................................................76 Gambar 4.5.2. Tampilan form pilihan golongan .......................................................77 Gambar 4.5.3. Tampilan form inputan diagnosa penyakit ........................................78 Gambar 4.5.4. Tampilan form nilai hasil rujukan......................................................79 Gambar 4.5.5. Tampilan form nilai rujukan ..............................................................80 Gambar 4.5.6. Tampilan form reset dan diagnosa .....................................................81 Gambar 4.5.7. Tampilan form kesimpulan ................................................................82 Gambar 4.6.1. Screen shot fungsi index .......................................................................83 Gambar 4.6.2. Screen shot fungsi form pasien ..............................................................84 Gambar 4.6.3. Screen shot fungsi operasi diagnosa penyakit .........................................86 Gambar 4.6.4. Screen shot kondisi diagnosa penyakit ...................................................88

Gambar 4.6.5. Screen shot fungsi nilai rujukan .............................................................90 Gambar 4.6.6. screen shot fungsi koneksi database .......................................................90

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Munculnya suatu penyakit telah menjadi momok yang menakutkan yang selalu menghantui manusia. Karena sampai saat ini resiko adanya suatu penyakit masih menjadi penyebab utama kematian seseorang. Meningkatnya perkembangan teknologi di berbagai bidang telah mendorong ditemukannya berbagai hal baru di bidang kedokteran, misalnya penyakit infeksi, hematologi, ginjal, dan sebagainya. Untuk dapat mengetahui seseorang dalam keadaan sehat atau sakit, banyak hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan memeriksakan diri secara berkala dan berkonsultasi ke dokter. Hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan, dikarenakan bila terdapat kelainan atau penyakit yang berbahaya dapat segera melakukan tindakan pencegahan dengan cepat dan terapi lebih dini. Seorang dokter akan melakukan beberapa pendekatan diagnosis terhadap pasien yang salah satunya ialah melalui pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan darah. Dengan

dilakukannya pemeriksaan laboratorium ini, maka diharapkan resiko terkena penyakit dapat dideteksi lebih dini secara tepat dan akurat. Beberapa data pemeriksaan laboratorium dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi organ, menentukan resiko suatu penyakit, memantau progresivitas penyakit, memantau kemajuan hasil pengobatan, dan sebagainya. Proses diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium itu sendiri selama ini hanya dapat dilakukan oleh para dokter. Dan pada akhirnya pasien secara tidak langsung dituntun untuk melakukan konsultasi kepada dokter dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. Sebagian besar pasien juga tidak mengerti akan interpretasi angka-angka yang tertera pada hasil pemeriksaan laboratoriumnya. Konsultasi terhadap seseorang yang memiliki expertise dibidang tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan merupakan pilihan tepat guna mendapatkan jawaban, saran, solusi, keputusan atau kesimpulan terbaik.

Jawaban seorang expert atas sebuah konsultasi tentunya sangat dapat dipercaya atau dipertanggungjawabkan serta dapat berpengaruh terhadap mutu serta kualitas hasil dari suatu permasalahan, ini dikarenakan seorang expert selalu menguasai terhadap bidang yang ditekuninya berdasakan keilmuan dan pengalamannya. Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan sebuah system untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan berlandaskan pada kajian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan Sistem Pakar Diagnosa

penelitian dan membuat tugas akhir mengenai

Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit sehingga dapat melakukan intervensi terapi sedini mungkin dan mengendalikan progresivitas penyakit.

1.2

Rumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana membuat aplikasi sistem pakar yang dapat membantu memudahkan masyarakat untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium darah hematologi lengkap dan dengan menggunakan metode Logika Fuzzy

1.3

Batasan Masalah Dari latar belakang dan perumusan masalah yang ada akan memungkinkan adanya pembahasan masalah yang panjang lebar, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Program ini dibuat untuk membantu diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium, hanya sebatas untuk hasil laboratorium darah hematologi lengkap dengan menggunakan metode logika fuzzy. 2. Menganalisa dan merancang sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah pada darah manusia yang mencakup jenis diagnostik darah, keterangan dan kesimpulannya. 3. Diasumsikan bahwa data dimasukkan oleh pakar atau orang yang mengetahui mengenai diagnostik pemeriksaan laboratorium darah. Sumber

pengetahuan diagnosis praktis diperoleh dari seorang dokter, yaitu : dr.Anggun D.W, Sp.PK. 4. Aplikasi yang digunakan dalam pembuatan sistem ini menggunakan bahasa pemograman php, dan menggunakan database mysql. Tidak termasuk bagian keamanan aplikasi.

1.4

Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah didefinisikan dalam rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini : 1. Terciptanya Sistem Berbasis Aturan untuk diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah hematologi lengkap. 2. Dengan adanya system ini dapat membantu memudahkan masyarakat untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.

1.5

Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1) Dalam bidang akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan akademik dalam memberikan ilmu kepada mahasiswa sebagai bekal untuk terjun di dunia kerja, dan juga menambah kepustakaan di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2) Manfaat Bagi Penulis, Dapat menambah pengalaman dalam praktek dunia kerja yang sesungguhnya, serta memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk bekal dikemudian hari yang tidak didapatkan penulis dalam bangku perkuliahan. Disamping itu penulis dapat menerapkan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diperoleh terhadap masalah-masalah praktis yang ada di lapangan atau lingkungan kerja sehingga dapat menambah wawasan dalam bekerja. 3) Manfaat Bagi Pembaca, dapat memberikan inspirasi baru, agar nantinya dapat mengembangkan lebih jauh lagi tentang system berbasis aturan untuk diagnose penyakit melalui hasil laboratorum darah serta dapat menjadi refrensi dalam pembuatan tugas akhir.

4) Manfaat Bagi Perkembangan Teknologi Terciptanya sebuah Rule Based Reasoning (RBR) yang bisa digunakan sebagai alternative untuk penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan adalah salah satu bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berperilaku cerdas seperti manusia. Aktifitas manusia yang ditirukan seperti penalaran, penglihatan, pembelajaran, pemecahan masalah, pemahaman bahasa alami dan

sebagainya. Sesuai definisi tersebut, maka teknologi kecerdasan buatan dipelajari dalam bidang bidang seperti robotika (Robotics), pengelihatan komputer (computer vision), pengolahan bahasa (pattern recognition), sistem syaraf buatan (artificial neural system), pengenalan suara (speech recognition), dan sistem pakar (expert system). Kecerdasasn buatan menyelesaikan permasalahan dengan mendayagunakan komputer untuk memecahkan masalah komplek dengan cara mengikuti proses penalaran manusia.

2.2

Sistem Pakar Sistem pakar adalah suatu program komputer yang mengandung pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang spesifik. Jenis program ini pertama kali dikembangkan oleh periset kecerdasan buatan pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dan diterapkan secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem pakar adalah suatu program yang dibuat berdasarkan suatu set aturan yang menganalisis informasi (biasanya diberikan oleh pengguna suatu sistem) mengenai suatu kelas masalah spesifik serta analisis matematis dari masalah tersebut. Tergantung dari desainnya, sistem pakar juga mampu merekomendasikan suatu rangkaian tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem ini memanfaatkan kapabilitas penalaran untuk mencapai suatu simpulan.

2.2.1

Latar Belakang Pengembangan Sistem Pakar Pengembangan penjelasan lebih lanjut mengenai keunggulan sistem

pakar dibanding seorang pakar, yaitu: a. Sistem pakar bisa digunakan setiap hari menyerupai sebuah mesin sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus menerus setiap hari tanpa beristirahat. b. Sistem pakar merupakan suatu software yang dapat diperbanyak dan kemudian dibagikan ke berbagai lokasi maupun tempat yang berbeda-beda untuk digunakan sedangkan seorang pakar hanya bekerja pada satu tempat dan pada saat yang bersamaan. c. Suatu sistem pakar dapat diberi pengamanan untuk menentukan siapa saja yang diberikan hak akses untuk menggunakannya dan jawaban yang diberikan oleh sistem terbebas dari proses intimidasi atau ancaman, sedangkan seorang pakar bisa saja mendapat ancaman atau tekanan pada saat menyelesaikan permasalahan. d. Pengetahuan (knowledge) yang disimpan pada sistem pakar tidak akan bisa hilang atau lupa, yang dalam hal ini tentu harus didukung oleh maintenance yang baik, sedangkan pegetahuan seorang pakar manusia lambat laun akan hilang karena meninggal, usia yang semakin tua, maupun menderita suatu penyakit. e. Kemampuan memecahkan masalah pada suatu sistem pakar tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti intimidasi, perasaan kejiwaan, faktor ekonomi atau perasaan tidak suka. f. Umumnya kecepatan dalam memecahkan masalah pada suatu system pakar relatif lebih cepat dibandingkan oleh seorang pakar manusia. g. Biaya menggaji seorang pakar lebih mahal bila dibandingkan dengan penggunaan program sistem pakar (dengan asumsi bahwa program sistem pakar itu sudah ada) .

2.2.2

Struktur Sistem Pakar Sistem pakar terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu: lingkungan

pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environ-ment). Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangun sistem pakar baik dari segi pembangun komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar.

Gambar 2.2.2 Struktur Sistem Pakar

Komponen-komponen yang terdapat dalam struktur sistem pakar : a. Antarmuka Pengguna (User Interface) Merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu antarmuka menerima dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pemakai.

b. Basis Pengetahuan Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi, dan penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas 2 elemen dasar, yaitu : fakta, informasi tentang obyek dalam area permasalahan. Dan aturan, informasi tentang cara bagaimana memperoleh fakta baru dari fakta yang telah diketahui. c. Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition) Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Dalam tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data, laporan penelitian dan pengalaman pemakai. Metode akuisisi pengetahuan : i. Wawancara Metode yang paling banyak digunakan, yang melibatkan pembicaraan dengan pakar secara langsung dalam suatu wawancara. ii. Analisis protokol Dalam metode ini pakar diminta untuk melakukan suatu pekerjaan dan mengungkapkan proses pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Pekerjaan tersebut direkam, dituliskan, dan dianalisis.

iii. Observasi pada pekerjaan pakar Pekerjaan dalam bidang tertentu yang dilakukan pakar direkam dan diobservasi. 2.2.3
I.

Skema Penerapan dalam suatu organisasi: Case-based reasoning (CBR) yang merupakan representasi

pengetahuan berdasarkan pengalaman termasuk kasus dan solusinya


II.

Rule-base reasoning (RBR) mengandalkan serangkaian aturan-aturan yang merupakan representasi dari pengetahuan dan pengalaman karyawan (manusia) dalam memecahkan kasus yang rumit.

III.

Model-based reasoning (MBR) melalui representasi pengetahuan dalam bentuk atribut, perilaku antar hubungan maupun simulasi proses terbentuknya pengetahuan.

IV.

Constraint-Satisfaction Reasoning yang merupakan perpaduan antara RBR & MBR. Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-

kaidah penarikan kesimpulan (inference rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk

penyelesaian masalah tertentu. 2.2.4 Ciri-Ciri Sistem Pakar

a. Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkahlangkah antara maupun dalam menjawab pertanyaanpertanyaan tentang proses penyelesaian. b. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus suatu kemampuan dari basis pengetahuannya. c. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang seringkali tidak sempurna) untuk mendapatkan penyelesainannya.

d. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer. e. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi. f. Terbatas pada bidang yang spesifik. g. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap h. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikan dengan cara yang dapat dipahami. i. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu. j. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap. k. Outputnya bersifat nasihat atau anjuran. l. Output tergantung dari dialog dengan user. m. Knowledge base dan Inference engine terpisah.

2.2.5

Manfaat Sistem Pakar

a. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli. b. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis. c. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar. d. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang termasuk keahlian langka). e. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.

2.2.6

Kelemahan Sistem Pakar yang diperlukan untuk membuat, memelihara, dan

a. Biaya

mengembangkannya sangat mahal. b. Sulit dikembangkan, hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya dan kepakaran sangat sulit diekstrak dari manusia karena sangat sulit bagi seorang pakar untuk menjelaskan langkah mereka dalam menangani masalah. c. Sistem pakar tidak 100% benar karena seseorang yang terlibat dalam pembuatan sistem pakar tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti sebelum digunakan. d. Pendekatan oleh setiap pakar untuk suatu situasi atau problem bisa berbeda-beda, meskipun sama-sama benar. e. Transfer pengetahuan dapat bersifat subjektif dan bias. f. Kurangnya rasa percaya pengguna dapat menghalangi pemakaian sistem pakar.

2.3

Logika Fuzzy Penerapan sistem Fuzzy dalam sistem pakar bertujuan untuk merepresentasikan pengetahuan pakar pada lingkungan yang tidak pasti, tidak lengkap, dan sangat kompleks (Kandel 2001, Marimin 2005). Sistem fuzzy merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan sistem intelijen dalam lingkungan yang tidak pasti dan tidak tepat. Sistem fuzzy menduga suatu fungsi dengan logika

fuzzy yang digunakan untuk menangani konsep derajat kebenaran, yaitu nilai kebenaran antara benar dan salah. Oleh karena itu, logika fuzzy sering menggunakan informasi linguistik dan verbal.

2.3.1

Crisp Set Himpunan yang membedakan anggota dan non anggotanya dengan

batasan yang jelas disebut crispt set. Misalnya, jika C= {x | x integer, x > 2}, maka amggota C adalah 3, 4, 5, dan seterusnya. Sedangkan yang bukan anggota C adalah 2, 1, 0, -1, dan seterusnya. 2.3.2 Fuzzy Set Suatu fuzzy set A di dalam universe (semesta) U didefinisikan sebagai suatu fungsi keanggotaan A(x), yang memetakan setiap objek di U menjadi suatu nilai real dalam interval [0,1]. Nilai kanggotaan x di dalam A. 2.3.3 Atribut Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu: 1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu A(x) menyatakan derajat

keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: Menurun, Normal, Meningkat. 2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran

dari suatu variabel seperti: 40, 25, 50, dsb.

2.3.4

Konvensi Penulisan Fuzzy Set Konvensi untuk menuliskan fuzzy set yang dihasilkan universe U

yang diskrit adalah sebagai berikut :

Sedangkan jika U adalah kontinu , maka fuzy set A dinotasikan sebagai :

2.3.5

Istilah dalam logika fuzzy Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam memahami sistem

fuzzy, yaitu: 1. Variabel fuzzy

Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. Contoh: Umur, Temperatur, Permintaan, Persediaan, Produksi, dan sebagainya.

2.

Himpunan fuzzy

Misalkan X semesta pembicaraan, terdapat A di dalam X sedemikian sehingga: A={ x,A[x] | x X , A : x[0,1] } Suatu himpunan fuzzy A di dalam semesta pembicaraan X didefinisikan sebagai himpunan yang bercirikan suatu fungsi keanggotaan A, yang mengawankan setiap x X dengan bilangan real di dalam interval [0,1], dengan nilai A(x) menyatakan derajat keanggotaan x di dalam A. Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu

kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Misalkan X=Frekuensi adalah variabel fuzzy. Maka dapat didefinisikan himpunan Menurun, Normal, dan Meningkat.

Jika diketahui: S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} adalah semesta pembicaraan. A = {1, 2, 3} B = {3, 4, 5} bisa dikatakan bahwa: Nilai keanggotaan 2 pada himpunan A, A [2]=1, karena 2 A. Nilai keanggotaan 3 pada himpunan A, A [3]=1, karena 3 A. Nilai keanggotaan 4 pada himpunan A, A [4]=0, karena 4 A. Nilai keanggotaan 2 pada himpunan B, B [2]=0, karena 2 B. Nilai keanggotaan 3 pada himpunan B, B [3]=1, karena 3 B.

Contoh : Misalkan variabel Hemoglobin dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: Menurun Hemoglobin < 14 gr/dL Normal 14 Hemoglobin 18 gr/dL Meningkat Hemoglobin > 18 gr/dL

Nilai keanggotaan secara grafis, himpunan Menurun, Normal, dan Meningkat ini dapatdilihat pada Gambar 7.2.

Gambar 2.3.5.1 Himpunan: Menurun, Normal, dan Meningkat.

Pada Gambar 2.3.5, dapat dilihat bahwa: Apabila seseorang pria berhemoglobin 13 gr/dL, maka ia dikatakan Menurun ( Menurun [13]=1); Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL, maka ia dikatakan TIDAK Menurun ( Menurun [14]=0); Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL kurang 1 gr/dL, maka ia dikatakanTIDAK Menurun ( Menurun [14 - 1]=0); Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL, maka ia dikatakan Normal ( Normal [14]=1); Apabila seseorang pria berhemoglobin 13 gr/dL, maka ia dikatakan TIDAK Normal ( Normal [13]=0); Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL, maka ia dikatakan Normal ( Normal [14]=1); Apabila seseorang pria berhemoglobin 14 gr/dL kurang 1 gr/dL, maka ia dikatakanTIDAK Normal (Normal [14 - 1]=0);

Dari sini bisa dikatakan bahwa pemakaian himpunan crisp untuk menyatakan hemoglobin sangat tidak adil, adanya perubahan kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori yang cukup signifikan.Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut. Seseorang dapatmasuk dalam 2 himpunan yang berbeda, Menurun dan Normal, Normal dan Meningkat, dsb. Seberapa besar eksistensinya dalam himpunan tersebut dapat dilihatpada nilai keanggotaannya. Gambar 2.3.5.1 menunjukkan himpunan fuzzy untuk variabel umur.

Gambar 2.3.5.2 Himpunan fuzzy untuk variabel Umur.

Pada Gambar 2.3.5.1, dapat dilihat bahwa: Seseorang pria yang berhemoglobin 15 gr/dL, termasuk dalam himpunan Menurun dengan Menurun [15]=0,25; namun dia juga termasuk dalam himpunan Normal dengan Normal [15]=0,5.

Seseorang pria yang berhemoglobin 17 gr/dL, termasuk dalam himpunan Menurun dengan Meningkat [17]=0,25; namun dia juga termasuk dalam himpunan Normal dengan Normal [17]=0,5

3.

Semesta Pembicaraan

Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya. Contoh: semesta pembicaraan untuk variabel frekuensi: [0,+). Sehingga semesta pembicaraan dari variable umur adalah 0 umur < +. Dalam hal ini, nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam variable umur adalah lebih besar dari atau sama dengan 0, atau kurang dari positif tak hingga.

4.

Domain

Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Contoh domain himpunan fuzzy: Normal =[0,16].

5.

Fungsi Keanggotaan Jika X adalah himpunan objek-objek yang secara umum

dinotasikan dengan x, maka himpunan fuzzy A di dalam X didefinisikan sebagai himpunan pasangan berurutan A={(x, A(x)) | x X} A(x) disebut derajat keanggotaan dari x dalam A, yang mengindikasikan derajat x berada di dalam A. Dalam himpunan fuzzy terdapat beberapa representasi dari fungsi keanggotaan, salah satunya yaitu representasi linear. Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas. Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linear, yaitu representasi linear naik dan representasi linear turun.

5.1

Representasi linear NAIK Pada representasi linear NAIK, kenaikan nilai derajat

keanggotaan himpunan fuzzy ([x]) dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol [0] bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Fungsi keanggotaan representasi linear naik dapat dicari dengan cara sebagai berikut: Himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK memiliki domain (-,) terbagi menjadi tiga selang, yaitu: [0,a] , [a, b], dan [b,). a) Selang [0,a]

Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK pada selang [0,a] memiliki nilai keanggotaan=0

b) Selang [a, b] Pada selang [a,b], fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK direpresentasikan dengan garis lurus yang melalui dua titik, yaitu dengan koordinat (a,0) dan (b,1). Misalkan fungsi keanggotaan fuzzy NAIK dari x disimbolkan dengan [x], maka persamaan garis lurus tersebut adalah:

c) Selang [b,) Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK pada selang [xmax, ) memiliki nilai keanggotaan=0. Dari uraian di atas, fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK, dengan domain (-,) adalah:

Himpunan fuzzy pada representasi linear NAIK direpresentasikan pada Gambar 2.3.5.3.

Gambar 2..3.5.3 Grafik representasi linear naik

5.2

Representasi linear TURUN

Sedangkan pada representasi linear TURUN, garis lurus dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan himpunan fuzzy ([x]) tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan himpunan fuzzy lebih rendah. Fungsi keanggotaan representasi linear TURUN dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

Himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN memiliki domain (-,) terbagi menjadi tiga selang, yaitu: [0,a] , [a, b], dan [b,). a) Selang [0,a] Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN pada selang [0,a] memiliki nilai keanggotaan=0

b) Selang [a, b] Pada selang [a,b], fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN direpresentasikan dengan garis lurus yang melalui dua titik, yaitu dengan koordinat (a,1) dan (b,0). Misalkan fungsi keanggotaan fuzzy TURUN dari x disimbolkan dengan [x], maka persamaan garis lurus tersebut adalah:

Karena pada selang [a,b], gradien garis lurus=-1, maka persamaan garis lurus tersebut menjadi:

c) Selang [b,) Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN pada selang [b, ] memiliki nilai keanggotaan=0 Dari uraian di atas, fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada representasi linear TURUN, dengan domain (-,) adalah:

Himpunan fuzzy pada representasi linear turun direpresentasikan pada Gambar 2.3.5.4.

Gambar 2.3.5.4 Grafik representasi linear

Suatu sistem berbasis aturan fuzzi yang lengkap terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : 1. 2. 3. Fuzzification Inference Defuzzification

Gambar 2.3.5.5 Aturan Fuzzy

2.3.6

Fuzzification Fuzzification, mengubah masukan-masukan yang nilai

kebenarannya bersifat pasti (crisp input) ke dalam bentuk fuzzy input. 2.3.7 Inference Inference, melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output. Secara sintaks, suatu fuzzy rule (aturan fuzzy) dituliskan sebagai IF antecendent THEN consequent. 2.3.8 Defuzzification Defuzzification, mengubah fuzzy output menjadi crisp value berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan.

2.4

HTML HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web, menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah Penjelajah web Internet dan formating hypertext sederhana yang ditulis kedalam berkas format ASCII agar dapat menghasilkan tampilan wujud yang terintegerasi. HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas untuk menampilkan halaman web. Untuk menandai bahwa sebuah file teks merupakan file HTML, maka ciri yang paling nampak jelas adalah ekstensi filenya, yaitu .htm atau .html. Namun lebih jauh daripada itu, didalam file tersebut harus terkandung struktur sebagai berikut : <HTML> <HEAD> <TITLE> ........ Deskripsi Dokumen ...... </TITLE> </HEAD> <BODY> ......... Isi Dokumen ........ </BODY> </HTML> a. Bagian Head Bagian head sebenarnya tidak harus ada pada dokumen HTML, tetapi pemakaian head yang benar akan meningkatkan kegunaan suatu dokumen HTML. Isi bagian head kecuali judul dokumen tidak akan terlihat oleh pembaca dokumen tersebut. 1. 2. Tag <TITLE>, untuk memberi judul dokumen. Tag <BASE>, untuk menentukan basis URL sebuah dokumen. Basis URL ini berguna bila dalam dokumen terdapat link link yang

bersifat relative, karena link tersebut tetap akan bekerja meskipun dokumen dipindahkan ke direktori lain atau bahkan kekomputer lain. 3. 4. Tag <LINK>, untuk menunjukan relasi antar dokumen HTML. Tag <META>, untuk mendefinisikan informasi-informasi diluar HTML. 5. b. Bagian Body Bagian body merupakan isi dari dokumen HTML. Semua informasi yang akan ditampilkan, mulai dari teks, gambar, suara dan lain lain akan ditempatkan di bagian ini. Atribut ALINK Fungsi Menentukan warna dari link aktif

BACKGROUND Merujuk pada URL atau direktori dari file gambar yang digunakan sebagai latar belakang BGCOLOR LINK TEXT Menentukan warna latar belakang dokumen Menentukan warna dari link yang belum dikunjungi Menentukan warna teks Tabel 2.4 Atribut dalam tag <BODY> Dalam HTML terdapat beberapa tag yang dapat digunakan untuk memformat dokumen. Tag tag tersebut diantaranya : 1. Tag <BR>, untuk membuat baris baru. 2. Tag <P>, untuk memulai paragraph baru. 3. Tag <HR>, untuk membuat garis batas horizontal. 4. Tag <HN>, sebagai heading sebuah dokumen. Nilai n berkisar antara 1 hingga 6. 5. Tag <CENTER>, menampilkan posisi teks rata tengah.

2.5

CSS (Cascading Style Sheets) CSS atau Cascading Style Sheets merupakan suatu bahasa stylesheet yang digunakan untuk mengatur tampilan suatu dokumen yang ditulis dalam bahasa markup. Penggunaan yang paling umum dari CSS adalah untuk memformat halaman web yang ditulis dengan HTML dan XHTML. Walaupun demikian, bahasanya sendiri dapat dipergunakan untuk semua jenis dokumen XML termasuk SVG dan XUL. Spesifikasi CSS diatur oleh World Wide Web Consortium (W3C). CSS digunakan antara lain untuk menentukan warna, jenis huruf, tata letak, dan berbagai aspek tampilan dokumen. CSS digunakan terutama untuk memisahkan antara isi dokumen (yang ditulis dengan HTML atau bahasa markup lainnya) dengan presentasi dokumen (yang ditulis dengan CSS). Pemisahan ini dapat meningkatkan aksesibilitas isi, memberikan lebih banyak keleluasaan dan kontrol terhadap tampilan, dan mengurangi kompleksitas serta pengulangan pada stuktur isi. CSS memungkinkan halaman yang sama untuk ditampilkan dengan cara yang berbeda untuk metode presentasi yang berbeda, seperti melalui layar, cetak, suara (sewaktu dibacakan oleh browser basis-suara atau pembaca layar), dan juga alat pembaca braille. Halaman HTML atau XML yang sama juga dapat ditampilkan secara berbeda, baik dari segi gaya tampilan atau skema warna dengan menggunakan CSS.

2.6

Javascript

JavaScript adalah script sederhana untuk menyusun aplikasi aplikasi internet untuk client (dan server). JavaScript adalah salah suatu bagian dari bahasa pemograman Java yang dibuat oleh Sun Microsystem. Javascript adalah bahasa script yang langsung dimasukkan ke dalam dokumen HTML kita, sehingga tidak memerlukan kompiler lagi [4]. Untuk membuat Javascript, kita menggunakan tag <SCRIPT>. Tag <SCRIPT> memiliki atribut LANGUAGE untuk menyatakan jenis bahasa script yang digunakan. Perhatikan contoh dokumen HTML sederhana yang meyisipkan JavaScript ke dalamnya.Contoh dasar penggunaan javascript yaitu : <HTML> <HEAD> <TITLE>Contoh JavaScript Sederhana</TITLE> </HEAD> <BODY>

<SCRIPT LANGUAGE="JavaScript"> // menuliskan ke layar browser document.writeln("Javascript pertamaku !"); // selesai. </SCRIPT> </BODY> </HTML> Jadi, untuk JavaScript LANGUAGE harus diisi JavaScript (lihat contoh di atas). Elemen <SCRIPT> dapat ditulis pada bagian HEAD maupun BODY. Untuk membuat komentar pada JavaScript kita menggunakan Elemen <SCRIPT> juga memiliki atribut SRC yang digunakan untuk menunjuk file terpisah JavaScript (*.js). Jadi, JavaScript dapat diketik terpisah dan digunakan dalam WEB anda sehingga lebih praktis. Contoh contoh JavaScript yang nantinya akan diberikan di sini sudah berbentuk file .js. Dan untuk menggunakannya seperti di bawah ini: <HTML> <HEAD> <TITLE>Contoh Pemakaian File .js</TITLE> </HEAD> <BODY> <SCRIPT LANGUAGE="JavaScript" SRC="nama-file.js"> </SCRIPT> </BODY> </HTML> Dimana nama file .js adalah nama file JavaScript yang ingin diselipkan. JavaScript dalam dunia WEB boleh dibilang cukup baru. Jadi, masih banyak Web Browser yang belum bisa menangani JavaScript, terutama browser browser yang lama.

Oleh karena itu, kita harus mengantisipasi hal ini, yaitu kita harus menyembunyikan script yang kita buat agar script tersebut disembunyikan dan tidak dikerjakan oleh browser yang tidak mendukung Java, baik yang diselipkan maupun yang di dalam file. Walaupun tampak seperti komentar dalam HTML, namun perintah JavaScript tersebut dapat dikenali oleh browser yang mampu menangani JavaScript. Netscape memiliki elemen tersendiri untuk menangani versi browsernya yang masih belum mampu menangani JavaScript yaitu dengan menggunakan elemen <NOSCRIPT>. Lihat contoh dibawah ini: <HTML> <HEAD> <TITLE>Sembunyikan JavaScript dari Browser yang tidak mendukung</TITLE> <SCRIPT LANGUAGE="JavaScript"> <!-sembunyikan kode JavaScript ... --!> </SCRIPT> </HEAD> <BODY> <NOSCRIPT> Tampilkan pesan kesalahan atau pengganti JavaScript... </NOSCRIPT> </BODY> </HTML> 2.7 PHP Menurut Agus Saputra (2011 : 43), PHP adalah PHP Hypertext Preprocessor yang merupakan suatu bahasa pemrograman yang berjalan pada sisi server (server side scripting). Jadi dapat disimpulkan, PHP membutuhkan web server untuk dapat menjalankannya.

Menurut Edi Winarno (2011 : 53), PHP adalah : Sebuah bahasa pemrograman web berbasis server (server-side) yang mampu memparsing kode PHP dari kode web dengan ekstensi .php, sehingga menghasilkan tampilan website yang dinamis di sisi client (browser). Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Artinya, ia dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, anda dapat menampilkan isi database ke halaman web. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya bisa dipakai secara command line. Artinya, skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser. Kelahiran PHP bermula saat Rasmus Lerdorf membuat sejumlah skrip Perl yang dapat mengamati siapa saja yang melihat-lihat daftar riwayat hidupnya, yakni pada tahun 1994. Skrip-skrip ini selanjutnya dikemas menjadi tool yang disebut Personal Home Page. Paket inilah yang menjadi awal mula PHP. Pada tahun 1995, Rasmus menciptakan PHP/F1 Versi 2. Pada versi inilah programmer dapat menempelkan kode terstruktur di dalam tag HTML. Yang menarik, kode PHP juga bisa berkomunikasi dengan database dan melakukan perhitungan-perhitungan yang kompleks. 2.8 MySQL Menurut Agus Saputra (2011 : 44) MySQL merupakan perangkat lunak yang juga bersifat open source. Sesuai namanya, bahasa standar yang digunakan adalah SQL. Menurut Bunafit Nugroho (2005 : 1), MySQL adalah : Sebuah program database server dan mengirimkan datanya dengan cepat, multi user serta menggunakan perintah SQL (structured query language ). MySQL adalah sebuah sistem manajemen database relasi (Relational Database Management System) dan sangat populer. Saat ini MySQL banyak digunakan untuk membangun aplikasi-aplikasi web yang menggunakan database, karena

MySQL memiliki kinerja, kecepatan proses dan ketangguhan yang tidak kalah dibanding database-database besar lainnya yang komersil. 2.9 Flowchart Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung. Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai disusun, selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program dengan bahsa pemrograman. Berikut adalah simbol simbol dari flowchart :

Simbol

Keterangan
Arus/Flow, menyatakan jalannya arus suatu proses Process, menunjukkan proses pengolahan dan perubahan harga yang dilakukan oleh komputer Manual operation, menyatakan setiap pengolahan yang tidak dilakukan oleh komputer Decision, menyatakan kondisi yang akan menghasilkan kemungkinan jawaban atau aksi Preparation, menyatakan penyediaan tempat penyimpanan suatu pengolahan untuk memberi harga awal Terminator, untuk memulai atau mengakhiri suatu program atau sebagai interupsi dalam program

Display, menyatakan aksi mencetak keluaran dalam layar monitor Input/Output, menyatakan proses input atau output tanpa tergantung jenis peralatannya Manual input, menyatakan masukan data secara manual dengan menggunakan online keyboard

Tabel 2.9 Simbol-Simbol Flowchart

2.10

Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme. Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang

atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye). Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yangberfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. 2.10.1 Hemoglobin Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah merah (SDM), yang memberi warna merah pada

darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena keadaan hemokonsentradi akibat dari dehidrasi (kehilangan cairan). Kadar hemoglobin yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah klinis. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia. Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin; globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari.

Pada

manusia

dewasa,

hemoglobin

berupa

tetramer

(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunitsubunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen: Reaksi bertahap:

Hb + O2 <-> HbO2 HbO2 + O2 <-> Hb(O2)2 Hb(O2)2 + O2 <-> Hb(O2)3 Hb(O2)3 + O2 <-> Hb(O2)4

Reaksi keseluruhan:

Hb + 4O2 -> Hb(O2)4

2.10.2 Leukosit Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 700025000 sel per tetes.Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. 2.10.3 Eritrosit Sel darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC), erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel). Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan ketebalan 2 m, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total

dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme. Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia. Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia. 2.10.4 Trombosit Keping darah, lempeng darah, trombosit (en:platelet,

thrombocyte) (el: - "klot" dan - "sel") adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 m yang merupakan fragmentasi dari megakariosit.[2]. Keping darah

tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000300.000 keping/mm, nilai dibawah rentang tersebut dapat

menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil

dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. 2.10.5 Hematrokit Hematrokit (Ht) adalah volume (dalam mililiter) sel darah merah (SDM) yang ditemukan di dalam 100ml (1 dl) darah, duhitung dalam persentase. Sebagai contohn henatriroki.sebesat 36%

mengindikasikan terdapatnya 36 ml SDM di dalam 100 ml darah, atau dinyatakan dengan 36 vol/dl. Tujuan dilakukannya proyek ini Adela mengukur konsentrasi SDM (eritrosit) di dalam darah. Kadar hematokrit yang rendah sering ditemukan pada kasus anemia dan leukimia, dan peningkatan kadar ditemukan pada dehidrasi (suatu peningkatan relatif) dan pada polisitemia vera. Hematokrit dapat menjadi indikator keadaan hidrasi pada klien. Seperti halnya hemoglobi, peningkatan kadar hematokrit dapat mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat penurunan volume cairan dan peningkatan SDM. 2.10.6 Indeks Sel Darah Merah (MCV, MCH, MCHC) Indeks sel darah merah meliputi hitung SDM, ukuran SDM (MCV: Mean Corpuscular Volume [volume korpuskular retara]), berat (MCH: Mean Corpuscular konsentrasi Hemoglobin [hemoglobin Mean

korpuskular

retara]),

hemoglobin

(MCHC:

Corpuscular Hemoglobin Concentration [konsentrasi hemoglobin korpuskular retara]). Istilah lain untuk indeks SDM adalah indeks eritrosit serta indeks korpuskular. 2.10.7 Basofil Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 - 0,3% dari sirkulasi sel darah putih Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain,

basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma). 2.10.8 Eosinofil Eosinofil (bahasa Inggris: eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, [plasminogen] dan beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 - 17 mikrometer. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada

kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi. 2.10.9 Neutrofil Neutrofil (bahasa Inggris: neutrophil, polymorphonuclear neutrophilic leukocyte, PMN) adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit. Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 5060%. Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut. Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula sitoplasmik

(primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah. 2.10.10 Limfosit Limfosit (en:lymphocyte) adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan
-

makhluk
cite_note-

vertebratahttp://id.wikipedia.org/wiki/Limfosit

urlDorlands_Medical_Dictionary:lymphocyte-1. Ada dua kategori besar

limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh. Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 2.10.11 Monosit Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya. Pada saat terjadi peradangan, monosit :

bermigrasi menuju lokasi infeksi mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut. Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca

haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga

tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas. Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga

berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan kelas TNF. Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Obyek Data yang diperlukan merupakan data berupa hasil tes laboratorium darah dan gejala penyakit yang dilihat dari hasil tes laboratorium darah pasien. Perolehan data gejala, penyakit didapat dari seorang pakar yaitu : dr.Anggun D.W, Sp.PK.

3.2

Sumber Data Sumber yang diperoleh dari : a. Data primer Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dengan cara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data jenis ini penulis peroleh dari hasil observasi dan hasil wawancara dengan dr.Anggun D.W, Sp.PK b. Data sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang di publikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder digunakan sebagai data pelengkap teori data primer yang diperoleh dari perpustakaan dan internet yaitu berupa pengertian, konsep konsep, definisi yang berhubungan dengan penyusunan tugas akhir ini.

3.3

Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan sumber data dan penyusunan tugas akhir ini, maka dalam penulisan dan pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, antara lain :

a. Studi Pustaka Adalah metode pengumpulan data melalui file file yang berkaitan dengan diagnostik laboratorium darah, file file tersebut diperoleh melalui buku buku diagnostik laboratorium darah sebagai data pendukung.

b. Wawancara Adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengumpulkan sebuah informasi yang dilakukan dengan cara face to face. Metode ini dilakukan penulis dengan cara tanya jawab langsung atau lisan mengenai hal hal yang berhubungan dengan masalah yang di teliti. Wawancara dilakukan bersama dengan dr.Anggun D.W, Sp.PK dengan cara menanyakan mengenai pemeriksaan dan diagnostik laboratorium darah. c. Penelitian dan Mengunjungi situs (research and site visits) Penelitian ini adalah teknik yang sering digunakan berdasarkan studi terhadap aplikasi yang serupa. Kunjungan situs merupakan bentuk penelitian khusus, dengan menjelajahi internet dapat memperoleh informasi yang tak terduga. Dalam hal ini penulis mencari beberapa teori yang dibutuhkan dalam penyelesaian laporan tugas akhir melalui media internet. Situs situs yang dikunjungi adalah situs yang berkaitan dengan diagnostik laboratorium darah.

3.4

Metode Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode waterfall. Adapun tahapan dalam pengembangan sistem ini meliputi : a. Analisis sistem (system analysis) Hal hal yang terdapat pada tahapan ini adalah : 1. Mengumpulkan data baik dari membaca, laporan, artikel dan wawancara secara langsung dengan orang yang ahli dalam bidang diagnostik laboratorium darah.

2. Menyusun data penyakit yang telah dikumpulkan dan menganalisa data yang telah disusun. 3. Data yang telah di susun dan dianalisa kemudian dicoba untuk di rancang suatu sistem pakar untuk mendeteksi permasalahan diagnostik laboratorium darah.

b. Perancangan Sistem (system design) Yang dilakukan pada tahapan ini adalah : 1. Membuat pangkalan kaidah yang berisi analisa objek penelitian. 2. Membuat table rule base untuk menterjemahkan pangkalan kaidah kedalam sistem pakar. 3. Membuat desain perancangan program sistem pakar. Hasil dari perancangan sistem ini berupa desain yang nantinya diimplementasikan ke dalam program yang dibuat dengan menggunakan PHP dengan tempat penyimpanan data menggunakan MySQL.

c. Pembuatan Sistem (system development) Pada tahapan pembuatan sistem pakar ini yang dilakukan adalah : 1. Pembuatan database yang berkaitan dengan permasalahan diagnostik laboratorium darah. 2. Pembuatan tampilan sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah. Hasil dari pembuatan aplikasi ini adalah berupa sebuah sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah yang dapat digunakan untuk user mencari informasi yang terkait dengan penyakit yang diderita pada user.

d. Implementasi Sistem (system implementation) Yang dilakukan dalam implementasi sistem pakar ini adalah : 1. Menerapkan sistem pakar ini sesuai dengan objek penelitian. 2. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian sistem pakar ini agar sesuai dengan kebutuhan user. Hasil dari implementasi ini adalah menerapkan sistem pakar ini ke dalam dunia pendidikan maupun konsultasi pelayanan masyarakat. Pada bidang pendidikan dapat digunakan pada sekolah maupun perguruan tinggi yang membutuhkan pelajaran / mata pelajaran yang berhubungan dengan diagnostik laboratorium darah. Sedangkan bidang konsultasi masyarakat

dapat digunakan sebagai informasi dan penyeluruhan tentang diagnostik laboratorium darah.

e. Pengujian atau evaluasi (system evaluation) Yang dilakukan dalam tahapan pengujian ini adalah : 1. Mencari kekurangan dalam proses pengujian program. 2. Mengenali kebutuhan user terhadap program yang telah diterapkan. Hasil dari pengujian dan evaluasi ini berbentuk masukan kepada programmer untuk menyempurnakan sistem sesuai dengan kesalahan program saat di eksekusi maupun sesuai dengan kebutuhan user untuk mencapai tahap pengembangan sistem yang lebih tinggi.

Gambar 3.4 Metode Waterfall

3.5

Pengujian Setelah semua desain dan pemprograman sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba (testing) untuk memastikan agar website sudah benar benar layak untuk di tampilkan kepada publik. Pengujian yang perlu dilakukan antara lain adalah : 1. Kompatibilitas browser. Mencoba menampilkan website pada beberapa browser yang berbeda.

2. Memeriksa link tiap halaman. Memastikan bahwa semua link berfungsi dengan baik, sehingga tidak ada broken link. 3. Memeriksa kelengkapan data. Apakah semua data yang diberikan klien sudah ada dalam website. 4. Mencoba tiap fitur fiturnya. Mencoba semua fitur fitur yang ada dihalaman pengunjung.

3.6

Mesin Inferensi (Inferenc engine) Mesin inferensi adalah sebuah program yang berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model, dan faktayang disimpandalam basis pengetahuan untuk mencapai solusi atau kesimpulan.

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisa hasil program yang telah dibuat. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah aplikasi yang telah dibuat sesuai dengan perancangannya.

4.1

Ruang Lingkup Pendukung Implementasi Untuk menjalankan aplikasi yang telah dibangun maka dibutuhkan beberapa ruang lingkup pendukung implementasi yaitu berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Berikut adalah ruang lingkup untuk menjalankan aplikasi yang telah dibangun.

4.1.1 Ruang Lingkup Perangkat Keras Dalam pembuatan aplikasi enkripsi menggunakan perangkat keras Notebook Asus A43S. Adapun spesifikasi yang perangkat keras yang digunakan adalah : 1. Prosesor Intel Core i3-2350M CPU (2,3Ghz). 2. RAM DDR III 2 GB. 3. Hardisk dengan Kapasitas 500 GB. 4. Monitor HD Asus CineCrystal LED LCD 14,0 inci.

4.1.2

Ruang Lingkup Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan untuk pengembangan aplikasi ini

antara lain : 1. Sistem Operasi Windows 7 Ultimate 64-bit. 2. Notepad ++ 6.1.2. 3. Macromedia Dreamweaver 8. 4. XAMPP for Windows Version 1.7.7. 5. Mozilla Firefox 18.0.2.

4.2

Implementasi Sistem Pada subbab ini akan memaparkan implementasi sistem berdasarkan rancangan program.

4.2.1

Analisis Kebutuhan

Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil

pemeriksaan laboratorium darah ini digunakan untuk memudahkan masyarakat untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan

laboratorium. Aplikasi ini akan menyimpulkan hasil pemeriksaan


laboratorium darah sehingga masyarakat atau penggunanya dapat mengetahui denga mudah kesimpulan mengenai hasil laboratorium darahnya. Dalam membangun aplikasi ini, diperlukan batasan yang jelas sebagai tujuan utamanya agar tidak keluar dari rencana yang telah ditetapkan. Beberapa kebutuhan sistem yang akan didefinisikan antara lain: 1. Memiliki kemampuan untuk menyimpulkan hasil laboratorium darah. 2. Sistem juga memiliki kemampuan untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil tes laboratorium darah anak, pria dan wanita.

4.2.2

Gambaran Umum Sistem


Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah dengan metode logika fuzzy, mempunyai alur program sebagai berikut:

Mulai

Pilih Golongan

Anak

Pria

Wanita

Input Hasil Lab

Input Hasil Lab

Input Hasil Lab

Reset

Diagnosa

Hasil rujukan & Kesimpulan

Gambar 4.2.2 Gambaran umum sistem

Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah ini diawali dengan tiga pilihan, yaitu Anak, Pria dan Wanita. Pada aplikasi ini setiap golongan memiliki batasan kadar darah normal berbeda-beda, namun kesimpulan yang dihasilkan memungkinkan setiap penurunan dan peningkatan kadar darah menghasilkan kesimpulan diagnosa yang hampir sama. Perbedaaan dari beberapa golongan tersebut adalah pada nilai kadar normal darah.

3. 3.3 4.2.3 Deskripsi Sistem

Subbab ini akan membahas mengenai deskripsi sistem yang dikerjakan pada tugas akhir ini. Tujuan pembuatan sistem ini adalah menerapkan metode logika fuzzy untuk menyimpulkan hasil tes laboratorium darah. Proses utama pada aplikasi perangkat lunak ini

adalah melakukan inputan dalam memasukkan nilai kadar darah. Adapun proses dalam perangkat lunak ini sebagai berikut :
4.2.4 Diagnosa Penyakit Aplikasi yang penulis buat salah satunya dapat mendiagnosa penyakit pada anak, pria dan wanita melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah. 4.2.4.1 Diagnosa Penyakit pada Anak Berikut adalah alur dari diagnosa penyakit pada anak melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah. 1. User memasukan atau meng-input hasil pemeriksaan laboratorium ke dalam form inputan HTML . 2. 2. Inputan yang diinput akan didiagnosa. Inputan yang telah didiagnosa akan menunjukkan hasil kadar darah normal, meningkat atau menurun. 3. Dari hasil kadar darah akan keluar kesimpulan mengenai diagnosa penyakit yang diderita pasien.

Diagram alir untuk diagnosa penyakit pada anak adalah sebagai berikut: mulai

Pilih golongan

Input hasil lab anak

Hasil rujukan & kesimpulan

selesai

Gambar 4.2.4.1 Diagram alir diagnosa penyakit anak

4.2.4.2 Diagnosa Penyakit Pada Pria Berikut adalah alur dari diagnosa penyakit pada pria melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah. 1. User memasukan atau meng-input hasil pemeriksaan laboratorium ke dalam form inputan HTML . 2. 3. Inputan yang diinput akan didiagnosa. Inputan yang telah didiagnosa akan menunjukkan hasil kadar darah normal, meningkat atau menurun. 4. Dari hasil kadar darah akan keluar kesimpulan mengenai diagnosa penyakit yang diderita pasien.

Diagram alir untuk penyakit pada pria adalah sebagai berikut: mulai

Pilih golongan

Input hasil lab pria

Hasil rujukan & kesimpulan

selesai

Gambar 4.2.4.2 Diagram alir diagnosa penyakit pada pria

4.2.4.3 Diagnosa Penyakit Pada Wanita Berikut adalah alur dari diagnosa penyakit pada wanita melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah.
1.

User memasukan atau meng-input hasil pemeriksaan laboratorium ke dalam form inputan HTML .

2. 3.

Inputan yang diinput akan didiagnosa. Inputan yang telah didiagnosa akan menunjukkan hasil kadar darah normal, meningkat atau menurun.

4.

Dari hasil kadar darah akan keluar kesimpulan mengenai diagnosa penyakit yang diderita pasien.

Diagram alir diagnosa penyakit pada wanita adalah sebagai berikut: mulai

Pilih golongan

Input hasil lab wanita

Hasil rujukan & kesimpulan

selesai

Gambar 4.2.4.3 Diagram alir diagnosa penyakit pada wanita

4.3

Perancangan Sistem

Basis pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang dihubungkan dengan permasalahan yang digunakan dalam sistem kecerdasan buatan. Basis pengetahuan ini merupakan analisa data yang digunakan untuk membangun sistem. Dalam basis pengetahuan terdapat 2 pendekatan, dalam pembuatan sistem pakar ini penulis menggunakan penalaran berbasis aturan (rule based reasoning). Pada penalaran berbasis aturan ini dipresentasikan menggunakan aturan IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila memiliki jumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu dan seorang pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. Rule 1 : IF Hemoglobin AND menurun THEN Hemoglobin menurun, dinamakan anemia. Anemia dapat disebabkan oleh kekurangan gizi, kehilangan darah, kerusakan sel darah internal, atau kegagalan untuk memproduksi darah dalam sumsum tulang.

Rule 2 : IF Leukosit AND menurun THEN Leukosit menurun, dapat terjadi karena penyakit sumsum tulang (misalnya pada anemia aplastik, mielofibrosis, infiltrasi neoplasma), infeksi virus (demam berdarah dengue, campak, HIV), pengaruh obat-obatan (misalnya obat anti kanker).

Rule 3 : IF Eritrosit AND menurun THEN Eritrosit menurun, dapat terjadi karena anemia, kecuali beberapa jenis Thalassemia, Leukimia, Hipertiroid, Penyakit Hati Kronik, Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar, pacu jantung buatan), Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis).

Rule 4 : IF Trombosit AND menurun THEN Trombosit menurun, dapat terjadi pada Immune Thrombocytopenia (ITP), kehilangan darah akut, demam berdarah dengue (DBD), efek obat (misalnya heparin), infeksi dengan keracunan darah, pembesaran limpa,

kegagalan produksi dalam sumsum tulang, myelofibrosis atau leukemia.

Rule 5 : IF Hematrokit AND menurun THEN Hematrokit menurun, dapat terjadi karena kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).

Rule 6 : IF MCV AND menurun THEN MCV menurun, dapat terjadi karena kekurangan zat besi, penyakit kronis. Rule 7 : IF MCH AND menurun THEN MCH menurun, dapat terjadi karena kekurangan zat besi, penyakit kronis, anemia mikrositik, hipokromik.

Rule 8 : IF MCHC AND menurun THEN MCHC menurun, dapat terjadi karena anemia defisiensi zat besi Talasemia, Anemia hipokromik.

Rule 9 : IF RDW AND menurun THEN RDW menurun, dapat terjadi karena eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

Rule 10 : IF Basofil AND menurun meningkat THEN Basofil menurun, dapat terjadi karena penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.

Rule 11 : IF Eosinofil AND menurun meningkat THEN Eosinofil meningkat, dapat terjadi karena alergi, infeksi cacing, penyakit kulit.

Rule 12 : IF Neutrofil AND menurun THEN Neutrofil menurun, dapat terjadi karena kelainan sumsum tulang, radiasi, inveksi virus, obatobatan anti kanker.

Rule 13 : IF Limfosit AND menurun THEN Limfosit menurun, dapat terjadi karena gagal jantung kongestif, gagal ginjal, tuberculosis berat, terapi steroid.

Rule 14 : IF Monosit AND menurun THEN Monosit menurun, dapat terjadi karena keturunan, interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme.

Rule 15 : IF LED 1 Jam AND THEN LED menurun, dapat terjadi karena pembentukan rouleaux sukar terjadi.

Rule 16 : IF Hemoglobin AND meningkat THEN Hemoglobin meningkat, dapat terjadi karena penyakit paru-paru, tinggal di tempat ketinggian tinggi, atau sumsum tulang berlebihan produksi sel darah.

Rule 17 : IF Leukosit AND meningkat THEN Leukosit meningkat, dapat terjadi karena infeksi bakteri, luka bakar, tumor, leukemia.

Rule 18 : IF Erotrosit AND meningkat THEN Eritrosit meningkat, dapat terjadi karena Hemokonsentrasi (perburukan DHF, Resistensi Insulin), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Gagal Jantung Kongestif, Perokok, Preeklampsia, Penggunaan obat-obatan

(gentamycin, methyldopa).

Rule 19 : IF Trombosit AND meningkat THEN Trombosit meningkat dapat terjadi pada perokok, stroke diabetic atau kelebihan produksi oleh sumsum tulang.

Rule 20 : IF Hematrokit AND meningkat THEN Hematrokit meningkat, dapat terjadi karenadehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar.

Rule 21 : IF MCV AND meningkat THEN MCV meningkat, dapat terjadi karena anemia megaloblastik karena kekurangan vitamin B12 atau Asam Folat, tidak efektifnya produksi di sumsum tulang.

Rule 22 : IF MCH AND meningkat THEN MCH meningkat, dapat terjadi karena anemia makrositik.

Rule 23 : IF MCHC AND meningkat THEN MCH meningkat, dapat terjadi karena anemia makrositik.

Rule 24 : IF RDW AND meningkat THEN RDW meningkat, dapat terjadi karena anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.

Rule 25 : IF Basofil AND meningkat THEN Basofil meningkat, dapat terjadi karena leukemia granulositik kronik, polisitemia vera, setelah spelenektomi.

Rule 26 : IF Eosinofil AND meningkat THEN Eosinofil meningkat, dapat terjadi karena alergi, infeksi cacing, penyakit kulit.

Rule 27 : IF Neutrofil AND meningkat THEN Neutrofil meningkat, dapat terjadi karena infeksi bakterial, kerusakan jaringan (infark jantung atau paru-paru, luka bakar), kelainan metabolisme (eclampsia atau keracunan kehamilan, pirai atau gout, sindroma chusing), leukemia granulositik, dan sebagainya.

Rule 28 : IF Limfosit AND meningkat THEN Limfosit meningkat, dapat terjadi karena batuk rejan, tuberculosis, hepatitis, infeksi cytomegalovirus (CMV), hipertiroideime.

Rule 29 : IF Monosit AND meningkat THEN Monosit meningkat, dapat terjadi karena tuberculosis, endokarditis sub akut bacterial, lupus, arthritis rheumatoid, sifilis.

Rule 30 : IF LED 1 Jam AND meningkat THEN LED meningkat, dapat terjadi karena tuberculosis, arthritis rheumatoid, multiple myeloma (ME), tumor, kehamilan.

Contoh representasi pengetahuan dari knowledge base berbasis aturan atau rule sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah. A. T1 Keterangan tabel menurun :

Hemoglobin menurun, dinamakan anemia. Anemia dapat

disebabkan oleh kekurangan gizi, kehilangan darah, kerusakan sel darah internal, atau kegagalan untuk memproduksi darah dalam sumsum tulang.

T2

Leukosit menurun, dapat terjadi karena penyakit sumsum

tulang (misalnya pada anemia aplastik, mielofibrosis, infiltrasi neoplasma), infeksi virus (demam berdarah dengue, campak, HIV), pengaruh obat-obatan (misalnya obat anti kanker).

T3

Eritrosit menurun, dapat terjadi karena anemia, kecuali

beberapa jenis Thalassemia, Leukimia, Hipertiroid, Penyakit Hati Kronik, Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar, pacu jantung buatan), Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis).

T4

Trombosit

menurun,

dapat

terjadi

pada

Immune

Thrombocytopenia (ITP), kehilangan darah akut, demam berdarah dengue (DBD), efek obat (misalnya heparin), infeksi dengan

keracunan darah, pembesaran limpa, kegagalan produksi dalam sumsum tulang, myelofibrosis atau leukemia.

T5

Hematrokit menurun, dapat terjadi karena kehilangan darah

akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).

T6

MCV menurun, dapat terjadi karena kekurangan zat besi,

penyakit kronis.

T7

MCH menurun, dapat terjadi karena kekurangan zat besi,

penyakit kronis, anemia mikrositik, hipokromik.

T8

MCHC menurun, dapat terjadi karena anemia defisiensi zat

besi Talasemia, Anemia hipokromik.

T9

RDW menurun, dapat terjadi karena eritrosit yang mempunyai

ukuran variasi yang kecil.

T10

Basofil menurun, dapat terjadi karena penderita stres, reaksi

hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.

T11

Eosinofil menurun, dapat terjadi karena kulit kronik, infeksi

dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

T12

Neutrofil menurun, dapat terjadi karena kelainan sumsum

tulang, radiasi, inveksi virus, obat-obatan anti kanker.

T13

Limfosit menurun, dapat terjadi karena gagal jantung

kongestif, gagal ginjal, tuberculosis berat, terapi steroid.

T14

Monosit menurun, dapat terjadi karena keturunan, interaksi

obat dengan reseptor pada sel organisme.

T15

LED menurun, dapat terjadi karena pembentukan rouleaux

sukar terjadi.

B. N1

Keterangan tabel meningkat :

Hemoglobin meningkat, dapat terjadi karena penyakit paru-

paru, tinggal di tempat ketinggian tinggi, atau sumsum tulang berlebihan produksi sel darah.

N2

Leukosit meningkat, dapat terjadi karena infeksi bakteri, luka

bakar, tumor, leukemia.

N3

Eritrosit meningkat, dapat terjadi karena Hemokonsentrasi

(perburukan DHF, Resistensi Insulin), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Gagal Jantung Kongestif, Perokok, Preeklampsia, Penggunaan obat-obatan (gentamycin, methyldopa).

N4

Trombosit meningkat dapat terjadi pada perokok, stroke

diabetic atau kelebihan produksi oleh sumsum tulang.

N5

Hematrokit meningkat, dapat terjadi karenadehidrasi, diare

berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar.

N6

MCV meningkat, dapat terjadi karena anemia megaloblastik

karena kekurangan vitamin B12 atau Asam Folat, tidak efektifnya produksi di sumsum tulang.

N7

MCH meningkat, dapat terjadi karena anemia makrositik.

N8

MCHC meningkat, dapat terjadi karena hemoglobin abnormal

terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan.

N9

RDW meningkat, dapat terjadi karena anemia defisiensi besi,

defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.

N10

Basofil meningkat, dapat terjadi karena leukemia granulositik

kronik, polisitemia vera, setelah spelenektomi.

N11

Eosinofil meningkat, dapat terjadi karena alergi, infeksi

cacing, penyakit kulit.

N12

Neutrofil meningkat, dapat terjadi karena infeksi bakterial,

kerusakan jaringan (infark jantung atau paru-paru, luka bakar), kelainan metabolisme (eclampsia atau keracunan kehamilan, pirai atau gout, sindroma chusing), leukemia granulositik, dan sebagainya.

N13

Limfosit meningkat, dapat terjadi karena batuk rejan, hepatitis, infeksi cytomegalovirus (CMV),

tuberculosis, hipertiroideime.

N14

Monosit

meningkat,

dapat

terjadi karena

tuberculosis,

endokarditis sub akut bacterial, lupus, arthritis rheumatoid, sifilis.

N15

LED meningkat, dapat terjadi karena tuberculosis, arthritis

rheumatoid, multiple myeloma (ME), tumor, kehamilan.

C. Keterangan tabel darah : D1 D2 Hemoglobin Leukosit

D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15

Eritrosit Trombosit Hematrokit MCV MCH MCHC RDW Basofil Eosinofil Neutrofil Limfosit Monosit LED 1 Jam

D. Keterangan tabel frekuensi : F1 Menurun F2 Normal F3 Meningkat

E. Representasi pengetahuan dan rule :

Keterangan Code D1 D2 D3 D4 Nama J Darah Hemoglobin Leukosit Eritrosit Trombosit

F1

F2

F3

T1 T2 T3 T4

N1 N2 N3 N4

D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15

Hematrokit MCV MCH MCHC RDW Basofil Eosinofil Neutrofil Limfosit Monosit LED

T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15

N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15

RULE 1 2 3 4 5 6

IF D1, F1 D2, F1 D3, F1 D4, F1 D5, F1 D6, F1

THEN T1 T2 T3 T4 T5 T6

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

D7, F1 D8, F1 D9, F1 D10, F1 D11, F1 D12, F1 D13, F1 D14, F1 D15, F1 D1, F3 D2, F3 D3, F3 D4, F3 D5, F3 D6, F3 D7, F3 D8, F3 D9, F3 D10, F3 D11, F3 D12, F3

T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12

28 29 30

D13, F3 D14, F3 D15, F3 Tabel 4.3 RULE

N13 N14 N15

4.4

Perancangan Antarmuka Perancangan antarmuka adalah proses membuat perancangan formform tampilan layar, selain itu dalam proses ini juga ditentukan bentuk dan cara untuk memasukkan skrip yang kemudian diolah menjadi keluaran yang dimaksud. Berikut adalah beberapa rancangan antarmuka aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah dengan metode logika fuzzy.
4.4.1 Form Awalan (index)

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah ADMIN PASIEN

Tombol login Admin

Tombol login Pasien

Gambar 4.4.1 form awalan (index) form awalan (index) seperti pada gambar 4.4.1, user memilih
Adimn atau Pasien, sesuai dengan keperluan masing-masing.

4.4.2

Form Input Data Pasien

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah ADMIN Nama Alamat Golongan Telepon Tanggal Lahir : : : : : PASIEN

Inputan data pasien

Gambar 4.4.2 form input data pasien form input data pasien seperti pada gambar 4.4.2, user menginput data pasien, sesuai dengan data diri pasien.

4.4.3

Form Submit

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah ADMIN Nama Alamat Golongan Telepon Tanggal Lahir : : : : : SUBMIT PASIEN

Tombol untuk proses selanjutnya

Gambar 4.4.3 form submit form golongan seperti pada gambar 4.4.3, user dapat meproses
data lebih lanjut untuk mendiagnosa penyakit melalui hasil laboratorium

darah dengan menekan tombol submit stalh mengisi data pasien terlebih dahulu.

4.4.4

Form Inputan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah

Hematologi Nilai MC Leukosit Laju Endap darah

Form nilai inputan Gambar 4.4.4 form inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah Form Inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah, form inputan hasil pemeriksaan laboratorium darah seperti pada gambar 4.4.4,
user meng-input nilai kadar darah sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

4.4.5

Form Reset dan Diagnosis

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah

Hematologi Nilai MC Leukosit Reset Diagnss Laju Endap darah

Tombol Reset untuk mengosongkan inputan Tombol Diagnosis untuk memproses hasi diagnosis

Tombol untuk mengosongkan kembali

tombol untuk proses diagnosa Gambar 4.4.5 form reset dan diagnosis

Form reset dan diagnosis seperti pada gambar 4.4.5, user dapat mereset dan memproses hasil inputan yang telah diinput sbelumnya. Tombol Diagnosis untuk melakukan proses diagnosis pada inputan. Sedangkan tombol reset untuk mejadikan form tersebut kosong kembali seperti semula. 4.4.6 Form Hasil

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah Hasil Hematologi Nilai MC Leukosit Reset Diagnss Laju Endap darah

Hasil nilai rujukan

Gambar 4.4.6 form hasil


Form hasil seperti pada gambar 4.4.6, setelah user menginputkan inputan nilai kadar darah dan memproses diagnosis, maka akan keluar nilai rujukan normal, meninggi, ataupun menurun.

4.4.7

Form Nilai Rujukan

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah Hasil Hematologi Nilai MC Leukosit Reset Diagnss Laju Endap darah Nilai Rujukan Anak

Nilai rujukan normal


Gambar 4.4.7 form nilai rujukan form nilai rujukan seperti pada gambar 4.4.7, user dapat
mengetahui nilai rujukan batas normal sesuai dengan golongan masingmasing user.

4.4.8

Form Kesimpulan

sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah Hasil Hematologi Nilai MC Leukosit Reset Diagnss Laju Endap darah Kesimpulan Nilai Rujukan Anak

hasil kesimpulan
Gambar 4.4.8 form kesimpulan

form kesimpulan seperti pada gambar 4.4.8, user dapat melihat


hasil kesimpulan proses diagnosis pemyakit melalui hasil tes laboratorium darah.

4.5

Implementasi Rancangan Antarmuka


Dalam antarmuka yang dibangun, ada tiga form utama yaitu form anak, form pria dan form wanita. Pada form anak, form pria maupun wanita disana akan menghasilkan output secara otomatis nilai rujukan normal. Macam nilai rujukan tersebut adalah hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, monosit, LED 1 jam. Adapun tampilan-tampilan form adalah sebagai berikut.

4.5.1

Tampilan Awal Program Pada tampilan awal program hanyalah tampilan awal pada awal program, pada awal tampilan terdapat dua buah option yaitu admin dan pasien. Berikut adalah desain tampilan awal program

sistem

pakar

diagnosa

penyakit

melalui

hasil

pemeriksaan

laboratorium darah.

Gambar 4.5.1 tampilan baner program

4.5.2

Tampilan Form Pasien Pada tampilan form pasien terdapat beberapa inputan yang harus diinputkan sebelum menuju ke proses diagnosa penyakit yaitu berupa data-data pasien. Dan terdapat tiga buah pilihan golongan yaitu anak, pria, wanita. Berikut adalah tampilan form pilihan golongan program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.5.2 tampilan form pilihan golongan

4.5.3

Tampilan Form Inputan Diagnosa Penyakit Pada tampilan form inputan diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah terdapat form input file diagnosa nilai hasil laboratorium darah. Berikut adalah tampilan form inputan diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.5.3 tampilan form inputan diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah

4.5.4

Tampilan Form Nilai Hasil Rujukan Pada tampilan nilai hasil rujukan terdapat hasil nilai rujukan menurun, normal atau meningkat. Berikut adalah tampilan form nilai

hasil rujukan pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.5.4 tampilan form nilai hasil rujukan

4.5.5

Tampilan Form Nilai Rujukan Pada tampilan form nilai rujukan mirip dengan tampilan form nilai hasil rujukan, dimana nilai rujukan mengacu pada nilai normal digunakan untuk membandingkan antara nilai hasil laboratorium

dengan nilai normalnya sesuai dengan golongan masing-masing. Berikut adalah tampilan form nilai rujukan pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.5.5 tampilan form nilai rujukan

4.5.6

Tampilan Form Reset dan Diagnosa Pada tampilan form reset dan diagnosa memiliki fungsi masing-masing. Fungsi tombol reset sendiri adalah guna mereset atau mengosongkan data yang sudah ada, sedangkan tombol diagnosa berfungsi sebagai proses untuk melakukan proses ketahap

selanjutanya yaitu proses diagnosa penyakit. Berikut adalah tampilan form reset dan diagnosa pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.5.6 tampilan form reset dan diagnosa

4.5.7

Tampilan Form Kesimpulan Pada tampilan form kesimpulan ini terdapat form kosong yang nantinya akan terisi setelah proses data diinputkan dan kemudian diproses diagnosa yang menghasilkan kesimpulan diagnosa penyakit pada hasil laboratorium darah. Berikut adalah tampilan form

kesimpulan pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.5.7 tampilan form kesimpulan

4.6

Implementasi Fungsi
Dalam fungsi - fungsi yang dibuat, ada dua fungsi utama. Yaitu fungsi untuk enkripsi dan dekripsi dekripsi. Berikut adalah fungsi - fungsi utama dalam program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

4.6.1 Fungsi Index


Berikut adalah fungsi index dalam program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.6.1 screen shot fungsi index

4.6.2 Fungsi Form Pasien


Berikut adalah fungsi form pasien dalam program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.6.2 screen shot fungsi form pasien

4.6.3 Fungsi Operasi Diagnosa Penyakit


Berikut adalah fungsi operasi diagnosa penyakit dalam program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.6.3 screen shot fungsi operasi diagnosa penyakit

4.6.4 Fungsi Kondisi Diagnosa Penyakit


Berikut adalah fungsi kondisi diagnosa penyakit pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.6.4 screen shot kondisi diagnosa penyakit

4.6.5 Fungsi Nilai Rujukan


Berikut adalah fungsi nilai rujukan pada program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.6.5 screen shot fungsi nilai rujukan

4.6.6 Fungsi Koneksi Database


Berikut adalah fungsi koneksi database dalam program sistem pakar diagnosa penyakit melaui hasil laboratorium darah.

Gambar 4.6.6 screen shot fungsi koneksi database

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan laporan tugas akhir mengenai sistem pakar diagnosa penyakit melalui hasil laboratorium darah maka dapat disimpulkan bahwa, Aplikasi ini hanyalah sistem pendukung keputusan diagnosa penyakit dikarenakan untuk memastikan penyakit tersebut maka harus dilakukan diagnosa atau pengecekan penyakit secara spesifik dan pemeriksaan lebih lanjut. sistem pakar ini dapat membantu memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi tentang penyakit pada tubuh manusia dengan cara melalui hasil tes laboratorium darah dan menganaisa penyakit apa saja yang memungkinkan diderita oleh pasien tersebut tanpa harus bertemu atau konsultasi langsung ke dokter atau pakar untuk diagnosa awal terhadap suatu penyakit serta pencegahan atau solusi dengan nilai kepercayaan yang mendekati diagnosa seorang pakar karena menggunakan sistem berbasis aturan dengan metode logika fuzzy.

5.2.

Saran

Dari beberapa kesimpulan yang telah diambil maka dapat dikemukakan saran-saran bagi pengembangan sistem pakar ini lebih lanjut : 1. Aplikasi sistem pakar ini dapat dikembangkan dengan sistem lain supaya data lebih akurat. Seperti sistem pemeriksaan hasil dari alat lain. 2. Sistem dapat melakukan modifikasi data seperti menambah data, mengubah data, dan menghapus data. 3. Desain interface yang lebih menarik lagi supaya aplikasi ini memliki nilai lebih dan akan lebih mudah digunakan oleh user.

DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar Wiro Sasmito, 2010. Aplikasi Sistem Pakar Untuk Simulasi Diagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah dan Cabai Menggunakan Forward Chaining dan Pendekatan Berbasis Aturan. Nugroho, Bunafit (2008). Membuat Aplikasi Sistem Pakar Dengan PHP Dan Editor Dreamweaver. Jogjakarta : Gava Media. Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi. 2006, Dasar Aplikasi Database MySQL-Delphi. Yogyakarta : Andi. Kadir, Abdul (2002). Dasar pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP. Yogyakarta : Andi Offset. Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta : Andi Offset. Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo, 2004. Fuzzy Logic System. Yogyakarta Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri. Lusiana Inriasari S. 2009. Sistem Berbasis Kasus Untuk Diagnosa Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri. Ami Fauziha. Arwan Ahmad K. dkk. 2008. Informatika Kesehatan. Yogyakarta Graha Ilmu. Kee, Joyce L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : EGC.

You might also like