Professional Documents
Culture Documents
HERNOMO KUSUMOBROTO
SURABAYA GASTRO-HEPATOLOGY CENTER AIRLANGGA UNIVERSITY SCHOOL OF MEDICINE SUTOMO HOSPITAL SURABAYA
Dibacakan pada
SUMMARY
Treatment of patients with gastroesophageal varices includes the prevention of the initial bleeding episode (primary prophylaxis), the control of active hemorrhage, and the prevention of recurrent bleeding after a first episode (secondary prophylaxis). Many new and exciting therapeutic options for variceal hemorrhage have become available during the past decade. The management of acute variceal bleeding is a complex process, which includes general supporting measures, resuscitation, cardiorespiratory monitoring, transfusion, treatment of the bleeding itself and prevention of complications. In managing this condition, special care must be exerted in maintaining vital functions and preventing complications. Combination of endoscopic therapy plus a vasoactive drug is probably the most effective treatment for variceal bleeding. Blood volume restitution should be done cautiously and conservatively, using PRC to maintain the hematocrit between 25-30 %, and plasma expanders to maintain hemodynamic stability. The presence of infection should be considered in all patients. Antibiotic prophylaxis is an integral part of therapy and should be instituted from admission. Lactulose should be given by mouth, nasogastric tube, or enema to prevent hepatic encephalopathy. Balloon tamponade should only be used in massive bleeding as a temporary bridge until definitive treatment can be instituted. In suspected variceal bleeding, vasoactive drugs should be started as soon as possible, before diagnostic endoscopy. Even if there is no active bleeding at endoscopy, it is recommended to perform endoscopic therapy, especially in high risk patients. Drug therapy may be maintained for up to 5 days to prevent early rebleeding. Endoscopy should be performed as soon as possible after admission (within 12 h), especially in patients with clinically significant bleeding or in patients with features suggesting cirrhosis. In mild bleeds, causing neither hemodynamic changes nor requiring blood volume restitution, endoscopy can be done electively. Endoscopic techniques have been used to treat variceal bleeding. Endoscopic sclerotherapy (EST) has been used for many years to treat bleeding varices, but currently is not indicated for prophylaxis because of the lack of efficacy. Endoscopic variceal ligation (EVL) may be better than EST for managing acute variceal bleeding, but it has not been used enough in the prophylactic setting to determine its usefulness. TIPS is very effective in controlling bleeding in patients in whom first-line therapy fails. However patients with severe liver impairment undergoing salvage TIPS face dismally high mortality rates.
1. PENDAHULUAN
Perdarahan varises akut merupakan komplikasi yang paling berat dari hipertensi portal. Meskipun banyak cara pengobatan baru telah ditemukan selama beberapa decade terakhir sehingga dapat menekan angka kematian penderita, angka kematian pada 6 minggu setelah perdarahan varises masih tetap berkisar antara 20 30 %. Sebagai perbandingan, angka ini sama seperti angka kematian pada infark miokard akut (9, 22, 33). Di Indonesia, sirosis hati merupakan penyebab perdarahan saluran cerna yang paling banyak ditemukan. Frekuensinya barvariasi antara 25 82 %, tergantung di daerah mana pemeriksaan dikerjakan. Dari hasil pemeriksaan endoskopi, perdarahan varises esophagus ditemukan hampir merata di seluruh Indonesia, dengan frekuensi bervariasi antara 15 63 % (14, 15, 19). Pengobatan penderita dengan perdarahan varises gastro-esofagus meliputi : prevensi terhadap serangan perdarahan pertama (primary prophylaxis), mengatasi perdarahan aktif, dan prevensi perdarahan ulang seteah perdarahan pertama terjadi (secondary prophylaxis). Selama beberapa decade terakhir, banyak modalitas pengobatan baru dan yang menarik telah ditemukan untuk perdarahan varises ini (33).
Pengelolaan perdarahan varises akut merupakan proses yang sangat kompleks, termasuk di antaranya penanganan secara umum, seperti : resusitasi, monitoring kardio-pulmoner, transfusi, pengobatan terhadap perdarahannya sendiri, dan pencegahan terhadap komplikasi (9, 14, 15, 22, 33).
2. DIAGNOSIS
Secara endoskopi batasan perdarahan varises adalah : perdarahan dari varises esophagus atau lambung yang tampak pada saat pemeriksaan endoskopi, atau ditemukan adanya varises esophagus yang besar dengan darah di lambung tanpa adanya penyebab perdarahan yang lain. Perdarahan disebut bermakna secara klinik bila kebutuhan transfusi darah 2 unit atau lebih dalam waktu 24 jam sejak pasien MRS, disertai dengan tekanan darah sistolik kurang dari 100 mm Hg, atau penurunan tekanan darah lebih dari 20 mmHg dengan perubahan posisi, dan atau nadi lebih dari 100 kali/menit pada saat MRS (9, 14, 22).
Beratnya sirosis dapat dinilai dengan menggunakan skor Child-Pugh (table 1). Tabel 1. Sistem skor yang dipakai menurut cara Child-Pugh Kategori 1 2 3 Ensefalopati 0 I/II III/IV Asites (-) Ringan - sedang Berat Bilirubin (mMol/l) < 34 34 - 51 > 51 Albumin (g/l) > 35 28 - 35 < 28 INR < 1.3 1.3 1,5 > 1.5 Kelas A Child-Pugh, sesuai dengan skor 6 atau kurang, Kelas B = skor 7 -9, dan kelas C = 10 atau lebih. Pasien dari kelas A, biasanya meninggal akibat efek perdarahannya sendiri, sementara pasien dengan kelas C kebanyakan akibat penyakit dasarnya. (Rekomendasi kuat tingkat AI).
GRADASI VARISES
Ada bermacam cara untuk menentukan gradasi varises, namun cara yang paling sederhana adalah membagi menjadi 3 tingkatan : Tingkat 1: varises yang kolaps pada saat inflasi esophagus dengan udara. Tingakt 2: varises antara tingkat 1 dan 3. Tingakt 3: varises yang cukup untuk menutup lumen esophagus. (Rekomendasi kuat tingkat CII.)
Sebagai ringkasan, 2 faktor terpenting (utama) yang menentukan resiko perdarahan varises adalah : beratnya penyakit hati dan ukuran varises. Pengukuran gradien tekanan vena hepatika (HPVG) berguna sebagai petunjuk untuk seleksi pasien, guna menentukan cara pengobatan dan responsnya terhadap terapi (22, 27, 30).
Isosorbide-5-mononitrate 40 mg 2 x sehari, dalam penelitian yang belum terlalu banyak, juga efektif untuk mencegah perdarahan yang pertama. Masih dibutuhkan metodologi penelitian yang lebih baik untuk menetapkan siapa saja yang mempunyai resiko yang paling tinggi untuk berdarah, hingga dengan demikian dapat diketahui siapa saja yang paling diuntungkan untuk pengobatan profilaktik. Metodologi yang lebih baik juga dibutuhkan untuk menetapkan obat mana yang efektif untuk menurunkan tekanan portal (2, 3, 5, 13, 22). Endoskopi juga telah dipakai sebagai salah satu tehnik untuk mencegah perdarahan varises. Sklero Terapi Endoskopi (STE) telah dipakai sejak beberapa tahun untuk pengobatan perdarahan varises, namun akhir-akhir ini tidak dianjurkan lagi sebagai pengobatan profilaktik karena kurang efektif. Ligasi varises endoskopi (LVE) mungkin bermanfaat untuk pengelolaan perdarahan varises akut, tetapi untuk pengobatan profilaktik masih belum banyak dipakai, sehingga efektifitasnya juga masih perlu dibuktikan (1, 2, 8, 22).
Terapi farmakologi dengan propranolol merupakan modalitas terapi terbaik yang ada pada saat ini. (Rekomendasi tingkat AI.) Tujuan pengobatan dengan propranolol: Menurunkan gradient tekanan vena hepatica (HVPG = hepatic venous pressure gradient) menjadi kurang dari 12 mm Hg. (Rekomendasi tingkat AI). Dosis: Mulai dengan dosis 40 mg 2 x sehari, dinaikkan hingga 80 mg 2 x sehari bila perlu. Pemakaian long acting propranolol dalam dosis 80 atau 160 mg dapat dipakai untuk memperbaiki ketaatan pasien. (Rekomendasi tingkat AI.) Pada kasus di mana terdapat kontraindikasi atau terjadi intoleransi tehadap propanolol, pengobatan LVE merupakan pilihan utama (Rekomendasi tingkat AI.) Dalam situasi dimana baik propanolol maupun LVE tidak dapat digunakan, isosorbide mononitrate dapat dipakai sebagai obat pilihan utama (20 mg 2 x sehari). (Rekomendasi tingkat BI.)
Semua pasien dengan sirosis sebaiknya dikerjakan endoskopi pada saat diagnosis dibuat. (Rekomendasi tingkat CI.)
Bila pada saat endoskopi pertama tidak ditemukan varises, pasien sirosis harus dilakukan endoskopi berkala dengan jarak 3 tahun sekali. (Rekomendasi tingkat AII.) Bila ditemukan varises kecil pada saat diagnosis dibuat, pasien harus dilakukan endoskopi berkala setiap tahun sekali. (Rekomendasi grade AII.)
Bila dibuat diagnosis varises tingkat 3, pasien harus mendapat profilaksis primer, tanpa melihat beratnya gangguan faal hati pasien (Rekomendasi tingkat AI.) Bila pasien mempunyai varises tingkat 2, dengan gangguan faal hati Child kelas B atau C, mereka harus mendapat profilaksis primer. (Rekomendasi tingkat BI.)
bila trombosit < 50,000 dan perdarahan masih berlangsung (4, 6, 7, 11, 12, 14-19, 34, 36, 39). Pasien dengan ensefalopati, intoksikasi, atau gangguan mental / kesadaran yang lain, perlu dilakukan pemasangan intubasi endotrakheal sebelum pemeriksaan endoskopi, atau prosedur invasive lain, karena resiko aspirasi cukup tinggi. Setiap penderita dengan perdarahan varises mempunyai tambahan resiko tinggi untuk mengalami efek samping yang lebih berat, bila terjadi komplikasi seperti aspirasi pneumoni atau infeksi. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa pasien dengan sirosis yang mengalami perdarahan, menunjukkan perbaikan perjalanan klinik dengan pemberian antibiotika profilaksis (amoxicillin-clavulanic acid dan ciprofloxacin) (15, 19, 22).
(multiple ligators), pemakaian overtube dapat dikurangi bahkan dihindari, sehingga LVE menjadi lebih aman dan lebih cepat (1, 15, 19, 22, 40). Embolisasi radiologik pada arteri koronaria gastrika dan kolateralnya, yang memberi pasokan pada varises yang berdarah, dapat menghentikan perdarahan secara efektif. Namun pendekatan transhepatik menjadi sulit pada hati yang sangat sirotik, keras, dan disertai asites, dan dapat menimbulkan resiko komplikasi yang sangat tinggi. Pendekatan lewat vena transmesenterik tampaknya dapat mengatasi masalah ini, namun membutuhkan insisi kecil, yang tetap masih dapat memberi tambahan komplikasi. Tindakan bedah mempunyai hasil yang sangat bervariasi. Devaskularisasi lambung bagian proksimal dan esofagus, dengan atau tanpa transeksi esophagus, mempunyai beberapa keuntungan, namun tindakan ini belum dapat diterima secara luas sebagai tindakan yang aman dan efektif. Pintasan porto-sistemik dengan bermacam cara, sangat efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang bermakna, khususnya pada pasien dengan Child C. Pintasan mesokaval (H-graft) dan splenorenal distal (Warren) telah dikembangkan untuk menekan angka ensefalopati pasca pintasan. Meskipun hasilnya cukup lumayan, pada beberapa kasus pintasan ini dapat mengalami pembuntuan (clotting), sehingga ensefalopati tetap dapat timbul di kemudian hari (19, 22, 33). Pengenalan prosedur TIPS menambah perbaikan dan makin banyaknya variasi pilihan pengobatan pada pasien yang mengalami kegagalan dengan pengobatan endoskopi. Ditangan seorang radiolog yang handal atau terlatih, kesuksesan prosedur TIPS dapat mencapai 95% kasus. Pintasan ini dapat menurunkan tekanan portal secara efektif sampai <12 mmHg, sehingga dapat menekan angka perdarahan ulang cukup tinggi. Pintasan ini juga tetap mempunyai resiko untuk buntu, karena itu perlu di monitor secara berkala dengan USG atau, pada banyak kasus dengan venografi. Dengan demikian, TIPS sering dianggap sebagai jembatan emas menuju ke transplantasi hati. Prosedur ini juga dapat digunakan pada pasien yang bukan kandidat transplantasi, yang menginginkan untuk kembali, untuk follow up management. Sayangnya, ensefalopati cukup sering dijumpai pasca TIPS, yang membatasi penggunaan cara ini, khususnya pada pasien dengan fungsi hati yang jelek. Transplantasi hati masih tetap merupakan pilihan paling baik untuk penderita dengan perdarahan varises yang tidak terkontrol (9, 19, 22, 33). Adanya varises lambung merupakan situasi yang lebih sulit untuk diatasi, karena biasanya tidak mudah dieradikasi baik dengan STE maupun LVE. STE dengan jumlah sklerosan yang banyak dikatakan sedikit lebih baik dari pada dengan dosis standard, namun hasilnya tetap lebih jelek dibandingkan dengan hasil pengobatan pada varises esophagus. Kombinasi STE + LVE dilaporkan efektif pada pasien dengan isolated varices di daerah kardia lambung. Pasien-pasien ini membutuhkan pengobatan supresi asam lebih banyak setelah pemasangan ligator, untuk menghindari dislokasi ligator lebih awal. Penyuntikan bahan lem atau glue (cyanoacrylate) ke dalam varises lambung cukup efektif, tapi bahan ini belum tersedia di AS. Pasien-pasien seperti ini seyogyanya disiapkan untuk pemasangan pintasan lebih awal, dibanding pasien dengan perdarahan varises esophagus (22).
10
Rekomendasi UK : mengatasi perdarahan varises aktif pada sirsosis (22). Idealnya pasien dengan perdarahan varises seyogyanya dirawat di unit di mana tenaga yang ada sudah familier dengan pengelolaan pasien dan penggunaan semua alat-alat untuk intervensi secara rutin. (Rekomendasi tingkat CII.)
(1) RESUSITASI
Tempat: Di mana monitoring hemodinamik ada dan bisa dikerjakan. (Rekomendasi tingkat BIII.) Cara : Kanula perifer No 16, paling sedikit 2. Cross match untuk 6 unit darah. Perbaikan waktu prothrombin, jumlah trombosit. Akses CVP (central venous catheter). Proteksi jalan nafas dengan intubasi elektif : (i) Perdarahan varises yang berat tak terkontrol; (ii) Ensefalopati berat; (iii) Tak mampu mempertahankan saturasi oksigen di atas 90%; (iv) Pneumoni aspirasi. (Rekomendasi tingkat BIII.)
(2) SAAT MELAKUKAN ENDOSKOPI
LVE (ligasi varises endoskopik) merupakan pilihan pertama. (Rekomendasi tingkat AI.) Bila LVE sulit karena perdarahan yang masif dan terus berlangsung, atau tehnik tidak memungkinkan, STE dapat dikerjakan (Rekomendasi tingkat AI.) Bila endoskopi tidak memungkinkan, pemberian vasokonstriktor seperti octreotide atau glypressin, atau pemasangan pipa Sengstaken (dengan pengawasan yang ketat), dapat dikerjakan sambil menunggu tindakan yang lebih definitif. (Recommendation grade AI.)
Dalam keadaan di mana perdarahan sulit dikontrol, pipa Sengstaken dapat dipasang, sampai pengobatan lanjutan seperti terapi endoskopi, TIPSS, atau tindakan bedah dapat dikerjakan. (Rekomendasi tingkat BI.) Pada saat ini konsultasi kepada spesialis harus segera dikerjakan, dan bila mungkin juga pemindahan pasien ke unit spesialis yang lebih pengalaman dalam menagani keadaan seperti ini. (Rekomendasi tingkat BII.)
11
Modalitas pengobatan seperti antara lain, intervensi bedah seperti transeksi esophagus atau TIPSS harus ditetapkan dulu berdasarkan pengalaman serta tersedianya spesialis yang biasa mengerjakan tindakan tersebut di pusat rujukan yang dituju. (Rekomendasi tingkat BII.)
Setelah perdarahan aktif varises dapat diatasi, varises harus dieradikasi dengan cara endoskopik. Pilihan pertama adalah LVE. (Rekomendasi tingkat AI.) Dianjurkan setiap varises diligasi dengan 1 ligator setiap minggu sampai varises menghilang. (Rekomendasi tingkat BII.) 12
Pemakaian over tube sebaiknya dihindari karena dapat menambah komplikasi. . (Rekomendasi tingkat BII.) Setelah varises berhasil dieradikasi, pasien harus tetap diikuti dengan endoskopi berkala setiap 3 bulan dan 6 bulan. Bila terjadi varises baru, segera dilakukan eradikasi ulang. (Rekomendasi tingkat AII.)
Bila LVE tidak memungkinkan, STE dapat dikerjakan. (Rekomendasi tingkat BI.) Bahan sklerosan yang dipakai tergantung persediaan yang ada. Interval antara pengobatan sama seperti LVE di atas. (Rekomendasi tingkat AII.)
Kombinasi STE dengan beta bloker non-selektif, maupun beta bloker tunggal, dapat digunakan. Bila yang dipilih yang terakhir, maka sebaiknya dlakukan pemeriksaan pengukuran HVPG, untuk memastikan bahwa pengobatan tersebut berhasil menurunkan tekanan HVPG di bawah 12 mm Hg. (Rekomendasi tingkat AII.)
TIPSS lebih efektif dibanding terapi endoskopik dalam menekan perdarahan ulang varises esophagus, tetapi tidap dapat memperbaiki ketahanan hidup penderita, dan sering diikuti lebih banyak ensefalopati hepatic. Tindakan ini hanya dikerjakan pada pusat tertentu yang mempunyai fasilitas untuk tindakan ini. (Rekomendasi tingkat AI.)
Primer
Sekunder
Varises lambung yang timbul dalam waktu 2 tahun setelah eradikasi varises esophagus.
Gastro-oesophageal varices tipe 1 dan 2 (GOV): varises lambung yang merupakan lanjutan varises esofagus dan biasanya timbul di daerah kurvatura minor dan fundus.
13
Isolated gastric varices tipe 1 dan 2 (IGV): varises lambung yang bukan merupakan lanjutan varises esophagus, dan biasanya timbul di daerah fundus atau di tempat manapun di lambung , termasuk korpus, antrum, pylorus, dan duodenum. (Rkomendasi tingkat BII.)
Varises Gastro-oesophageal
Pengobatan awal : STE dengan bahan sklerosan khusus : butyl-cyanoacrylate, atau thrombin. (Rekomendasi tingkat BII.) Bila terjadi kegagalan, tamponade balon Sengstaken-Blakemore. (Rekomendasi tingkat BII.) Untuk pengobatan jangka panjang perdarahan varises : TIPSS atau bedah pintasan. (Rekomendasi tingakt BII.)
9. REFERENCES
1 Alexandrino P, Alves MM, Fidalgo P, et al. Is sclerotherapy the first choice treatment for active variceal bleeding in cirrhotic patients? Final report of a randomised clinical trial. J Hepatol 1990;11(suppl):S1. Andreani T, Poupon RE, Balkau BJ, et al. Preventive therapy of first gastrointestinal bleeding in patients with cirrhosis: Results of a controlled trial comparing propranolol, endoscopic sclerotherapy and placebo. Hepatology 1990;12:1413-1419. Angelico M, Carli L, Piat C, et al. Isosorbide-5-mononitrate versus propranolol in the prevention of first bleeding in cirrhosis. Gastroenterology 1993;104:1460-1465. Bosch J, Groszman RJ, Garcia-Pagan JC, et al. Association of transdermal nitroglycerin to vasopressin infusion in the treatment of variceal hemorrhage: a placebo-controlled clinical trial. Hepatology 1989;10:962-968.
14
Conn HO, Grace ND, Bosch J, et al. Propranolol in the prevention of the first hemorrhage from esophagogastric varices: A multicenter, randomized controlled clinical trial. Hepatology 1991;13:902-912 D'Amico G, Traina M, Vizzini G, et al. Terlipressin or vasopressin plus transdermal nitroglycerin in a treatment strategy for digestive bleeding in cirrhosis. A randomized clinical trial. J Hepatol 1994;20:206-212. D'Amico G, Pagliaro L, Bosch J. The treatment of portal hypertension: A meta-analytic review. Hepatology 1995;22:332-354. De Franchis R, Primignani M, Arcidiacono PG, et al. Prophylactic sclerotherapy in high-risk cirrhotics selected by endoscopic criteria: A multicenter randomized controlled trial. Gastroenterology 1991;101:10871093. De Franchis R. Developing concensus in portal hypertension. J Hepatol 1996;25:390-394.
10 Fleig WE, Stance EF, Hunecke R, et al. Prevention of recurrent bleeding in cirrhotics with recent variceal hemorrhage: Prospective, randomized comparison of propranolol and sclerotherapy. Hepatology 1987;7:355-361. 11 Freeman JG, Cobden MD, Record CO. Placebo-controlled trial of terlipressin (glypressin) in the management of acute variceal bleeding. J Clin Gastroenterol 1989;11:58-60. 12 Groszmann RJ, Kravetz D, Bosch J, et al. Nitroclycerin improves the hemodynamic response to vasopressin in portal hypertension. Hepatology 1982;2:757-762. 13 Hayes PC, Davis JM, Lewis JA, Bouchier IAD. Meta-analysis of the value of propranolol in the prevention of variceal haemorrhage. Lancet 1990;336:153156. 14 Hernomo K. Pengelolaan perdarahan masif varises esofagus pada sirosis hati. Thesis. Airlangga University Press, Surabaya, 1983. 15 Hernomo, K. Hematemesis melena karena perdarahan varises esofagus. Buku Gastroenterologi Hepatologi. Editor Sulaiman HA dkk, CV Infomedika, Jakarta, 1990, hal. 328. 16 Hernomo K., Indrawan D, Nizam O, et al. Pengalaman pengobatan somatostatin pada perdarahan saluran makan bagian atas di Surabaya. Buletin PGI-PPHI-PEGI Cabang Surabaya 1994; 1: 40.
15
17 Hernomo K. Pengalaman klinik dengan octreotide pada perdarahan akut saluran makan bagian atas. Medika 1994; 20 : 22. 18 Hernomo, K. Perbandingan analog somatostatin dan vasopresin pada perdarahan akut varises esofagus. Penelitian prospektif secara acak. Bul. PGI-PPHI-PEGI Cabang Surabaya 1995; 2 : 41. 19 Hernomo, K. Hipertensi Portal. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi ke 3, Editor : Sjaifoellah Noer HM dkk., Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal. 280. 20 Inokuchi K, Sugimachi K, Sato T, et al. Improved survival after prophylactic portal nondecompression surgery for esophageal varices: A randomized clinical trial. Hepatology 1990;12:1-6 21 Italian Multicenter Project for Propranolol in Prevention of Bleeding. Propranolol prevents first gastrointestinal bleeding in non-ascitic cirrhotic patients. Final report of a multicenter randomized trial. J Hepatol 1989;9:7583. 22 Jalan R, Hayes PC. UK guidelines on the management of variceal haemorrhage in cirrhotic patients. Gut 2000;46(Suppl 3):iii1-iii15 ( June ). 23 Lay CS, Tsai YT, Teg CY, et al. Endoscopic variceal ligation in prophylaxis of first variceal bleeding in cirrhotic patients with high-risk esophageal varices. Hepatology 1997;25:1346-1350. 24 Lebrec D, Poynard T, Capron JP, et al. Nadolol for prophylaxis of gastrointestinal bleeding in patients with cirrhosis. A randomized trial. J Hepatol 1988;7:118-125. 25 Merkel C, Marin R, Enzo E, et al. Randomised trial of nadolol alone or with isosorbide mononitrate for primary prophylaxis of variceal bleeding in cirrhosis. Gruppo-Triveneto per L'ipertensione portale. N Engl J Med 1996;334:1624-1629. 26 Navasa M, Chesta J, Bosch J, Rodes J. Reduction of portal pressure by isosorbide-5-mononitrate in patients with cirrhosis. Effects upon splanchnic and systemic haemodynamics and liver function. Gastroenterology 1989;96:11101118. 27 North Italian Endoscopic Club (NIEC) for the study and treatment of esophageal varices. Prediction of first variceal haemorrhage in patients with cirrhosis of the liver and esophageal varices. A prospective multicenter study. N Engl J Med 1988;319:983-989
16
28 Pascal JP, Cales P and Multicentre Study Group. Propranolol in the prevention of first upper gastrointestinal tract hemorrhage in patients with cirrhosis of the liver and esophageal varices. N Engl J Med 1987;317:856-861 29 Piai G, Cipolletta L, Claar M, et al. Prophylactic sclerotherapy of high-risk esophageal varices: Results of a multicentric prospective controlled trial. Hepatology 1988;8:1495-1500. 30 Prada A, Bortoli A, Minoli G, et al. Prediction of oesophageal variceal bleeding: Evaluation of the beppu and North Italian Endoscopic Club scores by an independent group. Eur J Gastroenterol Hepatol 1994;6:1009-1013. 31 Sarin SK, Guptan RKC, Jain AK, Sundaram KR. A randomized controlled trial of endoscopic variceal band ligation for primary prophylaxis of variceal bleeding. Eur J Gastroenterol Hepatol 1996;8:337-342. 32 Sarin SK, Lamba GS, Kumar M, et al. Comparison of endoscopic ligation and propranolol for the primary prevention of variceal bleeding. N Engl J Med 1999;340:988-993. 33 Sharara AI, Rockey DC. Gastroesophageal Variceal Haemorrhage. New Engl J Med 2001; 345:669-681. 34 Silvain C, Carpentier S, Sautereau D, et al. Terlipressin plus transdermal nitroglycerin vs octreotide in the control of acute bleeding from esophageal varices: a multicenter randomized trial. Hepatology 1993;18:61-65. 35 Siringo S, McCormick PA, Mistry P, et al. Prognostic significance of the white nipple sign in variceal bleeding. Gastrointest Endos 1991;37:51-55. 36 Soderlund C, Magnusson I, Torngren S, Lundell L. Terlipressin (triglycyllysine vasopressin) controls acute bleeding oesophageal varices. A doubleblind, randomized, placebo-controlled trial. Scand J Gastroenterol 1990;25:622-630. 37 The PROVA Study Group. Prophylaxis of first hemorrhage from oesophageal varices by sclerotherapy, propranolol or both in cirrhotic patients. A randomised multicenter trial. Hepatology 1991;14:1016-10. 38 Triger DR, Smart HL, Hosking SW, Johnson AG. Prophylactic sclerotherapy for esophageal varices: Long-term results of a single-center trial. Hepatology 1991;13:117-123. 39 Tsai YT, Lay CS, Lai KH, et al. Controlled trial of vasopressin plus nitroglycerin vs vasopressin alone in the treatment of bleeding esophageal varices. Hepatology1986;6:406-409.
17
40 VA Cooperative Variceal Sclerotherapy Group. Sclerotherapy for male alcoholic cirrhotic patients who have bled for esophageal varices: results of a randomized multicenter clinical trial. Hepatology 1994;20:618-625. 41 BAVENO III. International consensus workshop on portal hypertension. Baveno, Italy, 12-14 April 2000.
----oo0oo----
Tabel 2. Indeks Hati untuk menilai prognosis pasien hematemesis melena yang mendapat terapi medik (Hernomo K, Thesis, 1983) (14) Pemeriksaan 1. Albumin (g %) 2. Bilirubin (mg %) 3. Gangguan kesadaran 4. Asites 0 > 3.6 < 2.0 1 3.0 3.5 2.0 3.0 minimal minimal 2 < 3.0 > 3.0 + +
= = =
0 3 4 6 7 10
18
Tabel 3. Validity and grading of recommendations (22) These guidelines have been produced to conform to the system proposed by the North of England evidence based guidelines development project.
CATEGORIES OF EVIDENCE
Grade Ia : evidence obtained from meta-analysis of randomised trials. Grade Ib : evidence obtained from at least one randomised trial. Grade IIa : evidence obtained from at least one well designed controlled study without randomisation. Grade IIb : evidence obtained from at least one other type of well designed quasi experimental study. Grade III : evidence obtained from well designed non-experimental descriptive studies such as comparative studies, correlation studies, and case studies. Grade IV : evidence obtained from expert committee reports, or opinions or clinical experiences of respected authorities. The evidence category is indicated after the citations in the reference section.
19