You are on page 1of 30

REPRODUKSI MENURUT ISLAM Kategori: Lainnya

Feb 14, '10 2:25 AM untuk semuanya

REPRODUKSI MENURUT ISLAM A. DITINJAU DARI ILMU BIOLOGI & HUKUM ISLAM/H.I Istilah Bayi Tabung ( tube baby) dalam bahasa kedokteran dikenal dengan sebutan In Vitro Fertilization and Embryo Transfer (IVF-ET) atau dalam khazanah HI dikenal dengan Thifl alAnbb atau Athfl al-Anbbah. Sedangkan Inseminiasi Buatan (Artificial Insemination) dalam Hkm.Islam dikenal dengan sebutan At-Talqh al-Shini. kedua istilah ini memiliki perbedan yang cukup signifikan, meskipun memiliki tujuan yang hampir sama yakni untuk menangani masalah infertilitas atau kemandulan. Bayi Tabung merupakan teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang masingmasing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) sebagai lawan di dalam kandungan (in vivo) - . Biasanya medium yang digunakan adalah tabung khusus. Setelah beberapa hari, hasil pembuahan yang berupa embrio atau zygote itu dipindahkan ke dalam rahim. Sedangkan teknik INSEMINASI Yaitu sperma yang telah diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Teknik Bayi Tabung diperuntukkan bagi pasangan suami isteri yang mengalami masalah infertilitas. Pasien Bayi Tabung umumnya wanita yang menderita kelainan sebagai berikut : kerusakan pada saluran telurnya, lendir rahim isteri yang tidak normal, adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma di tubuh isteri tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur atau seteleh dilakukan pengobatan endometriosis sindroma LUV (Luteinized Unruptured Follicle) atau tidak pecahnya gelembung cairan yang berisi sel telur sebab-sebab lainnya yang belum diketahui. Setelah sperma dan sel telur dicampur didalam tabung di luar rahim (in vitro), kemudian hasil campuran yang berupa zygote atau embrio yang dinyatakan baik dan sehat itu ditransplantasikan ke rahim isteri atau rahim orang lain. Secara medis, zigot itu dapat dipindahkan ke rahim orang lain. Hal ini karena rahim isteri mengalami gangguan antara lain : kelainan bawaan rahim (syndrome rokytansky), infeksi alat kandungan tumor rahim Sebab operasi atau pengangkatan rahim yang pernah dijalani Teknik IB lebih disebabkan karena faktor sulitnya terjadi pembuahan alamiah karena sperma suami yang lemah atau tidak terjadinya pertemuan secara alamiah antara sperma dan sel telur B. INSEMINASI & BAYI TABUNG MENURUT ISLAMTeknik bayi tabung dan IB yang dibenarkan menurut moral dan hukum Islam adalah teknik yang tidak melibatkan pihak ketiga serta perbuatan itu dilakukan karena adanya hajat dan tidak untuk main-main atau percobaan.Teknik bayi tabung atau IB yang melibatkan pihak ketiga hukumnya haram. Alasan syari tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim) pihak ketiga tersebut merujuk kepada maksud larangan berbuat zina (Surat Al-Isr [17] : 32). Secara filosofis larangan zina itu didasarkan atas dua hal. Pertama, tindakan melacur (al-fujr, al-fisyah) dan kedua, akibat tindakan itu dapat menyebabkan kaburnya keturunan (ikhtilth al-ansb).

Rasulullah menyatakan yang artinya :Tidak ada dosa lebih berat dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan) melainkan dosa seseorang yang mentransplantasikan benih kepada rahim wanita yang tidak halal baginya. Dalam hal pihak ketiga merupakan isteri sah, maka para ulama dalam hal ini menolaknya karena bertentangan dengan maksud ayat Al-Quran : Dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan. [QS. Al-Baqarah (2) : 195 ]. Dilarang menurut moral dan hukum Islam adalah teknologi Post Mortem - Fertilization , yakni pelelehan zygote atau embrio yang telah lama disimpan dan dibekukan di dalam tabung pengawet dari hubungan sah suami isteri, namun trnsplantasi zygote dilakukan terhadap isteri yang memiliki zygote itu setelah suaminya meninggal dunia atau setelah terjadinya perceraian. INSEMINASI in vivo (intra-uterine) dibolehkan Islam, jika sperma berasal dari suami yang sah dan terjaga kemurniannya selama proses di laboratorium atau klinik. Agama melarang inseminasi buatan in vivo pada seorang istri, bila spermanya berasal dari pria asing (bukan suami) atau sebaliknya inseminasi in vivo pada wanita asing (bukan istri) dengan sperma si suami. ISLAM mengizinkan fertilisasi in vitro jika sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah dan zigot diimplantasikan pada istri yang sama. Fertilisasi in vitro tidak dibenarkan jika sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah, namun zigot diimplantasikan pada ibu pengganti. Seorang wanita menikah tidak dibenarkan menerima zigot yang diimplantasikan kedalam rahimnya jika sperma dari seorang donor yang bukan suaminya. Islam juga tidak membolehkan implantasi zigot yang telah dibuahi pada seorang istri, jika sel telurnya disumbangkan dari wanita lain. Oleh karena itu Islam melarang praktik bank sperma yang kerap di dijumpai di negara barat. Praktik ini dianggap sebagai suatu bentuk dari zina. PERTANYAAN : 1 .- Apakah teknik bayi tabung, wadah yang digunakan ada dalam rahim atau diluar rahim? - Hukum senggama lewat dubur ? Apa pengaruhnya ? 2, - Apa hukumnya memakai sperma suami yang telah meninggal ? 3, - Bagaimana sikap seseorang perawat muslim terhadap non-muslim yang meminta untuk diakukan inseminasi pada dirinya sedangkan inseminasi yang diminta tadi hukumnya haram? JAWABAN : 1. - Wadah yang digunakan dalam teknik bayi tabung adalah sebuah wadah yang dikondisikan mirip dengan keadaan rahim ibu sehingga memungkinkan bagi embrio untuk tetap hidup tak lebih dari seinggu dan wadah itu berada pdi luar rahim - Senggama lewat dubur hukumnya haram begitu juga melalui mulut.Al-quran memerintahkan untuk menggauli isteri dengan baik dan melarang menggauli istri diluar ketentuan yang telah ditetapkan.Barang siapa yang mencari-cari di balik itu maka orang tersebut telah melampaui batas. Islam membolehkan menggauli dgn istri dari posisi mana saja asalkan tetap pada tempat yang telah ditentukan Allah.Pengaruh hus diluar tempatnya rentan menimbulkan penyakit PMS & merendahkan derajat manusia. 2. Haram karena suami yang telah meninggal statusnya adalah cerai,maka jika kita memakai sperma suami yang telah meninggal maka sama saja kita memakai sperma orang lain yang bukan suami kita. 3. Jika pasiennya orang muslim, maka kita sebagai perawat yang muslimah wajib memberitahukan bahwa inseminasi itu haram hukumnya dalam IslamDan jika pasiennya nonmuslim maka kita juga waji untuk menjelakan secara agama kepercayaan kita ttg larangan

inseminasi.Dan karma itu sebuah larangan,kita coba untuk katakan kepada klien bahwa saya sebagai seorang muslim tidak sanggup menjalankannya.Dan kita dapat mengajukan untuk dilakukan oleh tenaga medis lainnya yang non-muslim. Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi [1]. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual. Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual. Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual.
http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi http://nickeasvirandarisbi.multiply.com/reviews/item/11

reproduksi menurut pandangan islam


07.45 Desi Kastriani No comments Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Pengertian Reproduksi Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual. Reproduksi seksual adalah reproduksi dengan penggabungan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual Pembahasan reproduksi dalam ilmu

kedokteran cukup luas, pembahasan tersebut antara lain mencakup anatomi fisiologi, proses pembuahan dan perkembangan janin, hormon-hormon yang berkaitan dan lain-lain. Proses reproduksi manusia erat kaitannya dengan proses kejadian manusia itu sendiri sebagai keturunan atau generasi selanjutnya. Dalam al-Quran dan hadis telah disebutkan hal-hal yang berhubungan dengan reproduksi. Pada dasarnya manusia adalah makhluk biologis sehingga kecenderungan untuk bereproduksi tidak dapat dipungkiri karena hal tersebut telah diberikan Allah kepada manusia. Berbicara mengenai reproduksi tentu tidak dapat dihindari adanya keterlibatan antara dua jenis kelamin yang berbeda atau antara suami dan istri. Dalam hal reproduksi masing-masing orang harus mengetahui cara dan ketentuannya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat, karena jika seseorang mengabaikan hal tersebut maka akan mendatangkan mudharat bagi dirinya sendiri. Ayat-ayat dan Hadits Mengenai Reproduksi Ayat-ayat Mengenai Reproduksi Reproduksi disebutkan dalam beberapa puluh ayat, namun ayat yang berkaitan dengan reproduksi tidak berurutan dengan jelas, tetapi dengan beberapa penjelasan mengenai soalsoal khusus. Surat Al-Infitar (82) ayat 6 dan 7. Artinya: " Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. Surat Nuh (71) ayat 1 3 dan 14 Artinya: "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian." Di samping ayat-ayat tersebut di atas, dalam Al-Quran juga menjelaskan mengenai reproduksi, yang dapat kita kelompokkan sebagai berikut: 1. Pembuahan (fecondation) terjadi karena kadar yang sangat sedikit daripada cair 2. Watak dan zat cair yang membuahi 3. Menetapnya telor yang sudah dibuahi 4. Perkembangan embrio

Penjelasan dari hal tersebut, yaitu: 1. Pembuahan Terjadi Karena Kadar Yang Sangat Sedikit Dari Pada Cair Qur-an menyebutkan soal ini sebelas kali dengan memakai kata-kata yang kita dapatkan dalam surat An-Nahl (16) ayat 4. Artinya: "Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata." Surat Al-Qiyamah (75) ayat 37. Artinya: "Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan?" Kita harus menterjemahkan kata bahasa Arab Nutfah dengan kata "setetes sperma," Perlu diterangkan bahwa "Nutfah" berasal dan akar kata yang berarti: mengalir; kata tersebut dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadah, sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil, dan di sini berarti setetes air sperma, karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah setetes sperma. Dalam bahasa Arab Mani juga berarti Sperma. Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setetes air itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat kelamin. Surat Al-Muminun (23) ayat 13. Artinya: "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)." Kata tersebut menunjukkan tempat yang terhormat, tinggi dan kokoh yaitu rahim. Bagaimanapun, maksudnya adalah tempat membesarnya manusia dalam organisme ibu. Tetapi yang lebih penting ialah bahwa ide tentang setitik cair yang diperlukan untuk pembuahan, sesuai tepat dengan Sains yang kita ketahui sekarang. 2. Watak Zat Cair Yang Membuahi

Qur-an menyebutkan cair yang memungkinkan pembuahan dengan sifat-sifat yang perlu kita selidiki. a. Sperma, seperti yang baru saja kita terangkan (surat Al-Qiyamah/75 ayat 37). Artinya: c. Artinya: "Ia diciptakan dari air yang terpancar." "Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina." b. Cairan terpancar, (Q.S At-Tariq/86 ayat 6). Cairan yang hina (surat Al-Mursalat/77 ayat 20). Sifat "hina" (mahin) dapat diartikan, bukannya sifatnya cairan itu sendiri, akan tetapi karena hubungannya dengan fakta bahwa cairan itu dikeluarkan dari tempat keluarnya air kencing dan memakai saluran yang dilewati air kencing. d. Campuran atau dicampur (Surat Al-Insan/76 ayat 2) Artinya: "Sesunggahnya Kami telah menciptakan manusia dan setetes mani yang bercampur..." Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah mengira bahwa campuran itu adalah campuran unsur lelaki. Begitu juga ahli-ahli tafsir kuno yang tidak memiliki ide sedikitpun tentang fisiologi pembuahan, khususnya kondisi-kondisi biologi wanita-wanita. Mereka itu mengira bahwa kata "campuran" hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita. Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan oleh Majlis Tertinggi Soal-soal Islam di Cairo mengoreksi cara para ahli tafsir kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma mengandung banyak unsur-unsur. Al-Qur-an juga berbicara tentang cairan yang membuahi dan yang terdiri dari bermacam-macam unsur, ia memberi tahu kepada kita bahwa terjadinya manusia adalah karena sesuatu yang dapat dikeluarkan dari cairan tersebut. Ini adalah arti surat As-Sajadah (32) ayat 8. Artinya: "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina

(air mani)." Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai sari (Quint essence) berarti suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan lain dan merupakan bagian yang terbaik daripada bahan itu. Bagaimanapun cara menterjemahkannya, maksudnya adalah satu bagian daripada suatu keseluruhan. Yang menyebabkan pembuahan telur atau memungkinkan reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000 (sepersepuluh ribu) milimeter. Satu daripada beberapa juta sel yang dikeluarkan oleh manusia dalam keadaan normal dapat masuk dalam telor wanita (ovule). Sejumlah yang sangat besar tetap dijalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke telor (ovule) di dalam rendahan rahim (uterus dan trompe). Dengan begitu maka hanya bagian sangat kecil daripada cairan yang menunjukkan aktivitas sangat komplit. 3. Nidasi Sel Telur di Dalam Rahim

Telur yang sudah dibuahkan dalam Tuba fallopi turun bersarang di dalam Rahim (uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur." Qur-an menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu Rahim. Surat Al-Hajj (22) ayat 5. Artinya: "Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan..." Menetapnya perpanjangan telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni zat yang perlu bagi

telur yang akan mengisap dari dinding

rahim,

membesarnya telur, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam

ini mengokohkan telor dalam Rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern. Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama yaitu surat Al-Alaq (96) ayat 2. Artinya: "Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat." "Sesuatu yang melekat" adalah terjemahan kata bahasa Arab: 'alaq. Ini adalah arti yang pokok. Arti lain adalah "gumpalan darah" yang sering disebutkan dalam terjemahan Qur-an. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap "gumpalan darah." Ada lagi terjemahan 'alaq dengan "lekatan" (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yakni "sesuatu yang melekat" sesuai sekali dengan penemuan Sains modern. Ide tentang "sesuatu yang melekat" disebutkan dalam 4 ayat lain yang membicarakan transformasi urut-urutan semenjak tahap "setetes sperma" sampai sempurna. Surat Al-Hajj (22) ayat 5 . Artinya: "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dan kabur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah menjadikan kamu
http://desikastriani.blogspot.com/2012/03/reproduksi-menurut-pandanganislam.html

Rabu, 15 Juni 2011 - 23:32:54 WIB KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF FIQIH Diposting oleh : Administrator Dibaca: 542 kali

Oleh: Musyarrafah
Abstraks :

Sesungguhnya Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Yang membedakan adalah unsure takwanya saja. Pijakan filofosofi ini penting untuk menghapus stigma bahwa laki-laki lebih baik daripada perempuan. Bahwa laki-laki berhak menjadi pemimpin dan perempuan wajib mematuhinya. Stigma superioritas laki-laki atas perempuan banyak memunculkan pelanggaran dalam rumah tangga. Berbagai pelanggaran ini tidak pernah diajarkan oleh ajaran Islam. Tapi pelanggaran ini justeru muncul dari egoi kuasa seorang suami untuk selalu memimpin isterinya, terutama pada aspek kesehatan reproduksi. Penolakan seorang isteri selalu dimaknai sebagai pembangkangan atas perintah suami. Padahal, bisa saja, justeru pihak suami sendirilah yang tidak pantas menjadi figure seorang pemimpin rumah tangga. Oleh karena itulah, relasi suami isteri dalam kesehatan reproduksi ini perlu dipahami secara proporsional.

Kata Kunci : reproduksi, fiqh, hak dan kewajiban suami isteri A. Pendahuluan Reproduksi atau kemampuan berkembang biak adalah salah satu potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia, sebagaimana dianugerahkan pula kepada makhluk hidup yang lain. Al-Qur`an, surah anNisa' ayat pertama


Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.[1] menegaskan potensi manusia tersebut. Dengan kemampuan berkembang biak manusia dapat menjaga eksistensinya di muka bumi ini untuk melanjutkan tugas sebagai khalifatullahi fi al-ardi.[2] Dari ayat di atas dapat diambil setidaknya dua ajaran tentang reproduksi manusia. Pertama, ajaran bahwa reproduksi manusia merupakan satu dari tiga cara Allah dalam menciptakan manusia. [3] Kedua, bahwa reproduksi dalam konteks ini merupakan tugas kemanusiaan yang melibatkan tiga "elemen", yaitu Allah, suami, dan istri. Keterlibtan Allah tidak hanya berarti bahwa berhasil tidaknya proses reproduksi tergantung pada kehendak mutlak Allah, tetapi juga berarti bahwa sepanjang proses reproduksi harus mengikuti ajaran dan tuntunan-Nya. Sedangkan keterlibatan suami-istri mengimplikasikan adanya hak dan kewajiban yang sama diantara keduanya dalam proses reproduksi. Sebagai pengantar dialog, tulisan ini akan mencoba mendiskusikan hak dan kewajiban masing-masing suami-istri serta ajaran dan tuntunan Allah tentang proses reproduksi tersebut dalam perspektif fiqh. B. Pembahasan

1.

Antara Perspektif Medis dan Perspektif Fiqh Ada pandangan menarik yang dikemukakan oleh seorang pakar fiqih abad XIII Masehi, Sultan alUlama` 'Izzuddin Ibn 'Abd as-Salam tentang melihat sesuatu dengan menggunakan kaca mata medis dan fiqih. Dia mengatakan :

...

[4]...
Medis, sesungguhnya, serupa dengan syariat diletakkan untuk mendatangkan kemaslahatan keselamatan dan kesehatan, menolak kerusakan kebinasaan dan penyakit, menolak apa yang mungkin ditolak, dan mendatangkan apa yang mungkin didatangkan darinya. Jika menolak keseluruhan atau mendatangkan keseluruhan tidak memungkinkan, maka apabila tingkat kemaslahatan dan kerusakannya sama, dia bisa memilih. Akan tetapi jika berbeda, maka digunakan yang lebih besar maslahahnya atau yang lebih kecil kerusakannya apabila diketahui, dan ditangguhkan apabila tidak diketahui. Apa yang diperuntukkan oleh syariat itulah yang diperuntukkan oleh ilmu kedokteran, karena keduanya dibuat untuk mendatang kemaslahatan manusia dan menolak kerusakannya. Dengan mengutip pandangan 'Izzuddin Ibn 'Abd as-Salam tersebut, sesungguhnya, penulis ingin mengatakan bahwa lewat kaca mata fiqh penulis ingin menggunakan pendekatan mashlahahnya 'Izzuddin Ibn 'Abd as-Salam dalam melihat persoalan kesehatan reproduksi. Menurutnya :

[5]
Kemaslahatan dan kerusakan akhirat hanya bisa diketahui dengan naql.

...[6]
[7]
Sebagian besar kemaslahatan dunia bisa diketahui dengan akal. Demikian itu sebagian besar berupa syariat, karena jelas, bagi orang yang berakal, sebelum datangnya syariat, bahwa mencapai kemaslahatan murni dan menolak kerusakan murni dari diri manusia dan yang lainnya merupakan sesuatu yang terpuji dan bagus, bahwa mendahulukan kemaslahatan yang lebih maslahah, kemudian yang maslahah unggul adalah terpuji dan bagus, bahwa menolak kerusakan yang lebih merusak, kemudian yang paling merusak adalan terpuji dan bagus, bahwa mendahulukan kemaslahatan yang lebih maslahah atas kerusakan yang kurang merusak adalah terpuji dan bagus, dan bahwa menolak kerusakan yang lebih merusak atas kemaslahatan yang kurang maslahah adalah terpuji dan bagus. Orang-orang bijak sepakat

dengan hal itu. Secara kodrati perempuan mengemban fungsi reproduksi umat manusia yang utamanya meliputi mangandung, melahirkan , dan menyusui 2. Perempuan Sebagai Pengemban Utama Tugas Kemanusiaan Reproduksi Meskipun proses reproduksi umat manusia tidak bisa terlaksana tanpa keterlibatan suami istri secara bersama, tetapi istrilah yang yang memikul fungsi utama, karena kenyataannya sebagian besar organ-organ reproduksi berada pada kaum hawa ini. Al-Qur`an menggambarkan bagaimana beratnya tugas kemanusiaan ini dalan surah al-Ahqaf, ayat 14, sebagai berikut :


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan

Dalam ayat lain bahkan tugas ini merupakan tugas berat di atas berat :

(14 : 31,)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Karena tugas yang sangat amat berat itulah Rasulullah di banyak sabdanya mengangkat derajat ibu (istri).[8] Kalau kemudian kenyataannya posisi ibu (istri) menjadi terpuruk di hadapan suami, itu bukan kesalahan ajaran, melainkan kesalahan memahami ajaran dan yang merasa paling punya otoritas terhadap ajaran. Akhirnya, demi kemaslahatan umat manusia perempuan sebagai pengemban utama tugas reproduksi harus mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan, jaminan kesejahtraan, dan jaminan ikut mengambil bagian dalam menentukan proses-proses reproduksi.[9] 3. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Memang benar bahwa proses reproduksi yang paling utama adalah mengandung, melahirkan, dan menyusui, sebagaimana tercantum dalam kedua ayat di atas, namun bila dicemati, sesungguhnya, proses reproduksi bagi perempuan yang perlu mendapatkan jaminan keselamatn dan kesehatan adalah mulai dari menstruasi, memilih dan menentukan pasangan, hubungan seks, mengandung, melahirkan, nifas, menyusui, dan merawat anak. Jaminan ini sebenarnya telah diberikan oleh fiqh Islam, Ketika perempuan sedang menstruasi dan nifas, misalnya, mereka diberi cuti reproduksi meminjam istilah Masdar-, seperti

cuti shalat, cuti puasa, [10] dan lain-lain demi menjaga kondisi kesehatan mereka, baik fisik maupun mental. Di samping itu mereka juga dilarang melakukan hubungan seks. [11] Kalau larangan ini dilanggar, suami diharuskan membayar denda (fidyah).[12] Memilih dan menentukan pasangan juga memiliki implikasi terhadap jaminan keselamatan dan kesehatan reproduksi, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Paling tidak persoalan ini bisa dilihat dari dua sisi, yaitu siapa pasangan yang akan menjadi pendampingnya dan menentukan usia berapa ia akan menikah. Kedua-duanya bisa berpengaruh pada kesehatan baik fisik maupun mental. Hal ini harus mendapat perhatian serius dari para orang tua agar tidak semena-mena menggunakan hak preogratifnya sebagai wali mujbir, walaupun dalam perspektif fiqih tentang wali mujbir, bahkan penggunaan wali dalam nikah sendiri, masih diperselisihkan. C. Kesimpulan Relasi laki-laki dan perempuan terlebih lagi relasi suami-isteri terbentuk atas dasar filosofi untuk melahirkan generasi unggul. Kelahiran generasi unggul tidak bisa dicapai dengan superioritas kepemimpinan suami atas isteri. Selebihnya suami dan isteri mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menentukan kelahiran, kehamilan, menyususi.

Lebih jauh lagi, hak dan kewajiban suami isteri sejatinya tidak hanya setelah ada ikatan perkawinan. Akan tetapi hak dan kewajiban suami isteri juga tercapai pada proses menuju ikatan pernikahan. Hak dan kewajiban calon suami dan calon isteri tetap ada, seperti hak calon suami memilih isterinya berikut juga hak seorang calon isteri untuk menolak calon suaminya. Lagi-lagi, semua ini bertujuan untuk merealisasikan generasi unggul.
[1]Al-Qur`an dan Terjemahannya, hlm. 114. [2]Tentang tugas kekhalifan manusia, antara lain lihat al-Qur`an, surah al-Baqarah ayat 30. Ibid, hlm. 13 [3]Pertama, proses penciptaan manusia pertama, Nabi Adam A.S. Lihat antara lain al-Qur`an, surah Sad ayat 71 dan 75. Kedua, proses penciptaan Nabi Isa A.S. Lihat antara lain al-Qur`an, surah an-Nisa` ayat 171. Ketiga, proses penciptaan manusia pada umumnya. Lihat antara lain al-Qur`an, surah al-Mukminun ayat 12,13, dan 14. Perbedaan pada ketiga proses tersebut adalah bahwa penciptaan manusia secara umum melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya, yaitu ibu dan bapak, penciptaan Nabi Isa A.S. hanya melibatkan Bunda Maryam R.A., dan penciptaan Nabi Adam A.S. tidak ada keterlibatan selain-Nya. Oleh karena itu dalam proses pertama Allah berfirman dengan menggunakan pengganti nama berbentuk tunggal, sementara untuk proses kedua dan ketiga dengan menggunakan bentuk jamak (plural). Lihat antara lain Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, Jakarta : Mizan, 1996, hlm. 280-281. [4]al-Izz Izzuddin 'Abd al-Aziz, Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, Bairut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999. hlm. 4. [5]Ibid, hlm. 9. [6]Ibid, hlm. 4. [7]Ibid, hlm. 6. [8]Lihat misalnya hadis
dan hadis ,

: : , : : , : : , :

[9]Lihat Masdar F. Mas`udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, Jakarta : Mizan, 1997, hlm. 75-77 [10]Bedanya adalah kalau cuti salat tidak diwajibkan mengganti, sedangkan cuti puasa diharukan mengganti berdasarkan sebuah hadis riwayat 'Aisyah . Lihat juga as-Syarbini al-Khatib, al-Iqna` fi Hall Fadh Abi Syuja`, Surabaya : Dar Ihya` al-Kutub al-Arabiyah, vol. I, hlm. 85. [11] Larangan ini ditegaskan dalam al-Qur`an, surah al-Baqarah, ayat 222 : Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. [12]Dendanya berupa satu dinar kalau dilakukan di awal-awal mens dan setengan dinar jika dilakukan di akhir-akhirnya. Lihat asSyarbini al-Khatib, al-Iqna`, vol. I, hlm. 87.

http://elkafi.net/artikel-141-kesehatan-reproduksi-dalam-perspektif-fiqih-.html

Islam dan Kesehatan Reproduksi


0 komentar Blog Annisa Oktober - 15

Dalam ilmu kedokteran, reproduksi bermakna menghasilkan keturunan. Sedangkan kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi juga berkaitan dengan kemampuan untuk memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman, serta kemampuan untuk memiliki keturunan dan bebas menentukan waktu memiliki keturunan dan jumlah keturunan. Sebagian orang memandang bahwa kesehatan reproduksi hanya terkait pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan, padahal hal itu tidak sepenuhnya benar karena cakupan kesehatan reproduksi sangat luas.

Kespro memiliki tiga komponen yaitu kemampuan untuk prokreasi, mengatur

tingkat kesuburan, dan me nikmati kehidupan seksual; dampak kehamilan yang baik melalui angka harapan hidup danpertumbuhan bayi dan balita yang meningkat; serta proses reproduksi yang aman. Adapun cakupan kesehatan reproduksi meliputi alat reproduksi, kehamilan dan persalinan, kespro remaja, pencegahan kanker leher rahim, metode kontrasepsi dan KB, kesehatan seksual dan gender, perilaku seksual yang sehat dan yang berisiko, pemeriksaan payudara dan panggul, impotensi, HIV/AIDS, infertilitas, kesehatan reproduksi lakilaki, perempuan usia lanjut, kesehatan reproduksi pengungsi, infeksi saluran reproduksi, safe motherhood, kesehatan ibu dan anak, aborsi, serta infeksi menular seksual.

Kesehatan Reproduksi dalam Islam

Islam sebagai pandangan hidup tentu saja memiliki kaitan dengan kesehatan reproduksi mengingat Islam berfungsi sebagai pengatur kehidupan manusia dalam rangka mencapai keadaan sesuai dengan definisi kesehatan reproduksi itu sendiri. Islam mengatur kesehatan reproduksi manusia ditujukan untuk memuliakan dan menjunjung tinggi derajat manusia. Dan Islam sejak belasan abad yang lalujauh sebelum kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteranmengaturnya sesuai dengan Quran, hadits, dan ijma para ulama, yang mencakup seksualitas, kehamilan, menyusui, kontrasepsi dan KB, dan aborsi, serta hal lain yang tidak dapat dijelaskan satu-satu persatu. Dan sebagai umat muslim kita wajib mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan sebagai umat manusia.

Islam dan Seksualitas

Seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang terpuji sekaligus tercela. Seksualitas menjadi hal yang terpuji jika dilakukan dalam lingkup hubungan yang sesuai syariat, yaitu hubungan pasangan laki-laki dan perempuanbukan antara pasangan sejenis (homoseksual) atau dengan binatang (zoofilia)yang telah

menikah secara sah. Sebaliknya seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang tercela jika hubungan dilakukan di luar pernikahan, antara pasangan sejenis, atau dengan binatang. Ayat Quran yang paling terkenal untuk menjelaskan hubungan laki-laki dan perempuan yang sesuai syariat adalah dalam surat Ar Ruum: 21 yang menyatakan tujuan pernikahan yaitu dijadikannya rasa cinta dan kasih sayang . Seorang ahli tafsir dalam kitab tafsir Al Futuhatul Ilahiyahmenyatakan bahwa cinta berarti hubungan seksual, dan kasih sayang berarti hasil hubungan seksual yaitu seorang anak. Hal ini berarti Islam sangat mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam hal seksualitas adalah untuk kebaikan bersama secara fisik dan mental serta menghasilkan keturunan sebagai penerus diinul Islam, bukan hanya untuk kepuasan secara biologis saja. Islam melarang hubungan seksual melalui dubur & mulut ( anal & oral sex), homoseksualitas, sodomi, lesbianisme, dan perilaku seksual lain yang tidak wajar. Kekhawatiran Islam tentang hal ini sangat beralasan mengingat saat ini perilaku di atas banyak ditemukan di masyarakat di seluruh dunia yang berakibat pada timbulnya penyakit-penyakit menular seksual dan desakralisasi hubungan pernikahan dimana hanya mementingkan syahwat semata. Hubungan seksual juga dilarang untuk dilakukan saat menstruasi (lihat QS. Al Baqarah: 222), pasca melahirkan, penyakit berat, dan siang hari di bulan Ramadhan. Penelitian-penelitian di abad modern menunjukkan korelasi positif antara larangan tersebut dengan efek merugikan yang ditimbulkannya bila dilakukan. Dalam Islam hubungan seksual pranikah dan perselingkuhan dilarang dan dapat dihukum sesuai syariat. Bahkan negara kita juga telah memasukkan perihal ini dalam KUHP. Supaya umat manusia tidak terjebak pada perilaku tercela maka Islam mengaturnya dalam Quran surat Al Israa: 32 yaitu tentang larangan mendekati zina. Bukan hanya melakukan, mendekatinya saja dilarang dalam Islam seperti hubungan laki-laki dan perempuan bukan muhrim yang terlampau bebas. Hubungan seksual yang bebas ( freesex) secara kedokteran dapat menyebabkan penyakit/ infeksi menular seksual, kehamilan tak diinginkan, aborsi dan kematian ibu, dan bayi tanpa ibu. Secara sosial maka akan menimbulkan nasab yang tidak jelas, sehingga kehidupan keluarga dan sosial budaya akan terganggu. Semua hal itu akan berujung pada penurunan kualitas generasi bangsa.

Islam dan Kehamilan

Dr Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis dalam bukunya yang fenomenal La Bible Le Coran Et La Science (Bibel, Quran, dan Sains Modern) menyatakan bahwa

sebelum ilmu kedokteran modern berkembang, para ilmuwan memiliki konsep yang salah tentang penciptaan manusia padahal Quran telah menyatakannya dengan sangat jelas sejak 14 abad yang lalu. Dalam surat Al Mukminun: 14 dan Al Hajj: 5, Quran telah menjelaskan tahap demi tahap perkembangan penciptaan manusia. Quran menyebutkan tempattempat mekanisme yang tepat dan menyebutkan tahap-tahap yang pasti dalam reproduksi, tanpa memberi bahan yang keliru sedikit jua pun. Semuanya diterangkan secara sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang serta sangat sesuai dengan hal-hal yang ditemukan oleh sains di kemudian hari. Mari kita lihat kandungan surat Quran di bawah ini yang begitu menakjubkan: Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik(QS. Al Muminun: 14) Hal yang dijelaskan Al Quran di atas sangat sejalan dengan ilmu kedokteran dan embriologi modern, termasuk diciptakannya pancaindera seperti tercantum dalam Surat As Sajadah: 9, yang berbunyi: "Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."

Islam dan Menyusui

Penelitian ilmiah modern baru dapat menyatakan kelebihan dan manfaat air susu ibu (ASI) di penghujung abad ke-20. Namun, kajian tentang ASI telah termaktub di dalam Quran beribu tahun yang lalu sejak diturunkannya pedoman hidup manusia itu. ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi itu telah menjadi rekomendasi WHO untuk diberikan secara eksklusif selama 4-6 bulan dan dilanjutkan bersama makanan lain hingga berusia 2 tahun. Hal ini sesuai dengan surat Al Baqarah: 233, yang secara ilmiah berkaitan erat dengan pembentukan sistem kekebalan tubuh bayi dalam tahun-tahun pertama kehidupannya. ASI tidak hanya penting bagi bayi saja tetapi penting pula bagi ibunya. Hubungan batin antara ibu dan bayinya menjadi lebih terasa karena dekatnya hubungan mereka melalui proses penyusuan. Secara klinis telah pula diteliti bahwa penyusuan dapat mengurangi risiko kanker payudara. Selain itu proses penyusuan berguna pula sebagai kontrasepsi alamiah.

Islam dan Kontrasepsi

Hingga saat ini kontrasepsi sebagai sarana pengaturan jarak kehamilan masih menjadi perdebatan di kalangan ulama dan ilmuwan Islam. Ada kalangan yang menentang karena mereka beranggapan kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan produk Yahudi dan kaum kafir untuk melemahkan kaum muslimin karena mereka takut kalau-kalau pertumbuhan umat Islam akan mengancam tujuan, dominasi/pengaruh dan kepentingan mereka. Kalangan yang menentang juga beranggapan bahwa KB bertentangan dengan anjuran Islam untuk memperbanyak keturunan. Ada pula kalangan yang membolehkan atau membolehkan dengan syarat. Kontrasepsi di dunia Islam memiliki sejarah panjang. Dasar penggunaan kontrasepsi di dalam Islam adalah hadits Rasulullah yang berbunyi, Kami pernah melakukan azl (senggama terputus) di zaman Rasulullah. Rasul mengetahui hal itu terapi tidak melarang kami melakukannya. Beberapa ulama menggunakan qyas, bila azl diperbolehkan, maka metode ikhtiar pengaturan kehamilan lainnya pun boleh, kecuali sterilisasi. Jarak kehamilan dalam Islam pun telah diatur melalui program menyusui. Kedokteran Islam sendiri telah mengembangkan kontrasepsi sejak awal dan memerintahkan Eropa untuk menggunakannya. Penggunaan kontrasepsi dilarang jika ditujukan untuk menyuburkan kolonialisme dan imperialism. Intinya ketentuan Islam yang berhubungan dengan kontrasepsi atau KB bergantung kepada niat. Kalau kita menggunakan kontrasepsi karena ingin anak sedikit, malas mengurus anak, takut kulit rusak, takut organ reproduksi atau fungsi seksual terganggu, atau takut miskin, tentunya menggunakan kontrasepsi bertentangan dengan anjuran Islam karena unsurnya hanyalah egoisme bukan hablumminallah atau hablumminannas. Tentunya berbeda kalau kita berupaya menjarangkan kehamilan itu karena ikhtiar untuk dapat mendidik anak dengan lebih sempurna atau karena kita takut lahir anak yang cacat bila usia kita sudah di atas 35 tahun. Ada baiknya kita renungkan ayat Quran berikut: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS. An Nisaa: 9) Islam dan Aborsi

Permasalahan aborsi atau secara medis berarti penghentian kehamilan di bawah usia kehamilan 20 minggu masih menjadi perdebatan di kalangan muslim. Kalangan yang sepenuhnya menentang mendasarkan pendapatnya pada Quran

Surat Ath-Thalaq: 3, yaitu, Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu Sementara itu kalangan muslim lainnya membolehkan aborsi hanya untuk alasan berat seperti mengancam nyawa ibu atau kemungkinan janin lahir cacat. Saat ini berkembang perdebatan di Indonesia tentang akan dikeluarkannya UndangUndang (UU) yang cenderung untuk melegalkan bahkan meliberalkan aborsi, dengan alasan saat ini banyak masyarakat yang terlibat praktik aborsi yang tidak aman sehingga menimbulkan angka kematian ibu dan bayi tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Tentu saja pembuatan produk legislatif ini harus disikapi dengan bijaksana dengan melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat termasuk kalangan ulama dan agamawan dalam proses pembuatannya.

Islam dan Pendidikan Seks Islam juga sama sekali tidak lupa untuk mengajarkan kita tentang pendidikan seks berupa penjelasan tentang alat-alat reproduksi, kehamilan, menstrusi (haid), hubungan seksual yang aman dan syari, dengan bahasa yang sederhana dan dalam batas tata susila yang diperlukan, bukan mengandung unsur pornografi.

Akhirnya kita semua harus memahami bahwa Islam mengatur seksualitas untuk mencegah umat manusia melakukan perilaku seksual yang serampangan, yang dapat mengancam kemanusiaan. http://kesehatandanislam.blogspot.com/2011/10/islam-dan-kesehatanreproduksi.html

Islam dan Kesehatan Reproduksi : Al Arham Edisi 10 (B)


Rabu, 29 Juli 2009 10:29 Neneng Sholihah

Sehat merupakan salah satu karunia Allah yang menurut Nabi saw. sering terlupakan. Kita baru merasa betapa mahalnya nikmat sehat ketika sedang sakit. Salah satu nikmat sehat yang harus dijaga ini adalah kesehatan reproduksi. Sehat yang sering dimaknai sebagai tiadanya penyakit pada tubuh, sesungguhnya tidak hanya berhubungan dengan faktor fisik semata, namun juga terkait dengan aspek mental, sosial, dan hal lain yang dapat mengganggu kesehatan. Sebab itu Kesehatan Reproduksi (Kespro) adalah keadaan fisik, mental dan sosial yang sehat,

bersih dan terhindar dari hal-hal yang mengganggu sistem reproduksinya. Bagi perempuan, Kespro ini sangat berkaitan dengan berfungsinya alat-alat reproduksinya pada masa pra-produksi (remaja), ketika produksi (hamil dan menyusui), dan pasca reproduksi (menopouse). Alquran menyatakan, tolok ukur kesalehan itu termasuk menjaga kehormatan (menjaga alat-alat reproduksi). Hal ini sama-sama ditekankan kepada lelaki maupun perempuan. Firman Allah swt: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar . (QS.AlAhzab:35) Kemampuan bereproduksi adalah karunia Allah swt. kepada manusia agar dapat meneruskan fungsi kekhalifahannya di muka bumi. Sebab itu, Kespro perlu dijaga dan diperhatikan agar sistem reproduksi yang telah dilimpahkan tidak mengalami kerusakan. Lalu bagaimana Islam mengajarkan cara menjaganya? Pertama, menjaga kebersihan. Di berbagai tempat, umat Islam seringkali mengutip hadis An nazhaafatu minal iimaan (kebersihan itu sebagian dari iman). Ajaran bersuci (thaharah) dalam Islam ini adalah indikasi perintah menjaga kebersihan termasuk alat reproduksi. Tapi perlu kita kritisi, apakah media bersuci kita sekarang memang sepenuhnya telah aman dari kuman dan bibit penyakit? Kedua, larangan ber-khalwat bagi laki-laki dan perempuan berdua di tempat sepi tanpa ada mahram. Hadis Nabi saw.: Janganlah sekali-kali seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan di tempat yang sepi kecuali ada mahram baginya. (HR. Bukhari) Larangan tersebut adalah tindakan preventif (pencegahan) agar terhindar dari perzinahan atau kerentanan atas tindakan kekerasan seksual lainnya. Misalnya, pelecehan seksual atau kekerasan dalam masa pacaran (dating rape). Ketiga, menikah. Apabila seorang perempuan dan lelaki sudah siap fisik dan mental untuk menikah, maka keduanya dianjurkan untuk menikah. Selain anjuran menikah

pada QS. Ar Ruum ayat 21, ada pula hadis Nabi saw. yang menyitir pentingnya pernikahan. Sabda Nabi saw.: Hai kaum muda, jika di antara kamu sudah ada kesiapan untuk kawin, maka kawinlah, karena kawin itu akan dapat menundukkan pandangan matamu dan lebih dapat menjaga alat reproduksimu (agar sehat) . (HR. Bukhari Muslim) Keempat, menyusui. Allah swt. pernah berfirman, Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan..... Sungguhpun dalam Islam menyusui adalah hak ibu, tapi hal ini sangat dianjurkan karena dengan menyusui mengurangi risiko penyakit kanker payudara dan dapat menjarangkan kelahiran yang berdekatan jaraknya. Kelima, melakukan hubungan seksual dengan persetujuan pasangan (suami atau isteri). Perlu disadari, hubungan seksual dalam pernikahan harus menjadi kerelaan suami dan isteri. Jangan sampai ada pihak yang merasa dipaksa melakukannya, sehingga terjadi perkosaan dalam hubungan perkawinan ( marital rape) dengan alasan apapun. Sebab Islam telah mengajarkan berlaku santun kepada pasangan (muasyarah bil maruf). Keenam, larangan berganti-ganti pasangan. Berganti-ganti pasangan, adalah satu perilaku yang sangat rentan menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS). Larangan perilaku berganti pasangan ini disebutkan dalam firman Allah, dan janganlah kamu mendekati zina karena ia adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan . Sering gonta-ganti pasangan baik dengan cara jajan, perselingkuhan, kawin-cerai, maupun poligami, dapat berdampak pada terjadinya penyakit menular seksual baik kepada laki-laki maupun perempuan. Sementara perempuan sendiri lebih berisiko tertular karena bentuk alat reproduksinya bersifat lebih terbuka sehingga rentan tertular penyakit PMS, termasuk oleh suaminya sendiri. Sayangnya masih banyak perempuan yang tertular PMS tapi tidak mengetahui hal itu. Ketujuh, menggunakan alat kontrasepsi (KB). Dengan menggunakan alat kontrasepsi ini perempuan bisa mengatur kehamilannya. Sebab jarak kehamilan yang terlalu dekat akan berdampak negatif terhadap kesehatan alat reproduksinya. Meski Alquran tidak menjelaskan secara langsung mengenai hal ini, tapi Islam membolehkan KB apabila penggunaannya membawa maslahah bagi akseptor KB (suami-istri). Dalam hal ini perlu diingat, tidak semua alat kontrasepsi cocok bagi tubuh akseptor. Sebab itu, akseptor, terutama perempuan berhak mendapat informasi yang benar terhadap layanan KB ini. Sudah saatnya bagi kita mulai peduli pada kesehatan tubuh dan alat reproduksi sendiri. Tentunya, dengan tidak malu berkonsultasi atau memeriksakan kesehatan

diri, akan membuat kesehatan itu dapat selalu terjaga. Selanjutnya adalah kewajiban semua pihak untuk memberikan perhatian serius terhadap persoalan kesehatan reproduksi ini. Wallahu alam bisshowab. [Neneng Sholihah, SerangBanten]

Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education)


Posted by' Hariyanto, S.Pd onDecember 19, 2011
0

Pentingnya Pendidikan Seks (Seks Education)


Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar.

Pengertian Pendidikan Seks (Sex Education)


Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.

Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.

Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) Bagi Remaja


Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja, diantaranya yaitu: Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya Memahami masalah-masalah seksualitas remaja Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks (sex education) sangat penting bagi remaja . Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya. Ada beberapa pendapat yang bilang, sex education memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. Pendidikan Seks Sex education sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif lainnya.

Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan seks (sex education) kepada generasi muda.
Read more: PENDIDIKAN SEKS >> Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-seks-sex-education/

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Menurut badan kesehatan dunia usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong usia dewasa. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang remaja,terutama yang berhubungan dengan perkembangan seks. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu menyenangkan, bahkan membahagiakan, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan. ada yang beranggapan bahwa gaul atau tidaknya seorang remaja dilihat dari pengalaman seks mereka, sehingga ada opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (dikenal dengan istilah sexpectation). Pendidikan seks diperlukan agar anak mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawab yang ada padanya, dan panduan menghindari penyimpangan dalam berbuat seks.Memang masa remaja adalah masa yang didominasi dengan masalah-masalah seks. Banyak remaja yang memiliki bacaan-bacaan porno, melihat film-film porno dan yang lebih parah lagi ketika mereka berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaraan, tulisan, foto, sentuhan, film. Padahal apabila remaja sudah terjatuh dalam kegiatan seks yang haram, maka akibatnya sudah tidak bisa dibayangkan lagi.Seperti : Hilangnya harga diri remaja laki-laki dan perempuan, terjadinya hamil diluar nikah, dan ada pula yang setelah tau mereka hamil kemudian digugurkan. Fenomena perzinahan memang sangatlah marak di dunia saat ini. Dan imbasnya adalah perilaku seksual yang menyimpang, seperti homoseksual dan lesbian. Hal itu sudah dijelaskan dalam Islam bahwa hukumnya haram. Tapi, banyak remaja yang masih bingung tentang perkara onani atau masturbasi. Bagaimana sebenarnya kedudukan dua hal itu dalam Islam? Berikut petikan fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan alFauzan dan Yusuf Qardhawi. (terima kasih kepada teman-teman saya yang telah memberikan masukan dalam postingan kali ini)

Disalin dari Majalah Fatawa Vol. III/No. 9/Agustus 2007/Rajab-Syaban 1428 FATWA ULAMA (Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilah Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah AlFauzan IV/273-274) Pertanyaan: Saya seorang pelajar muslim (selama ini saya terjerat oleh kebiasaan onani/masturbasi. Saya diombang-ambingkan oleh dorongan hawa nafsu sampai berlebih-lebihan melakukannya. Akibatnya saya meninggalkan shalat dalam waktu yang lama. Saat ini, saya berusaha sekuat tenaga (untuk menghentikannya). Hanya saja, saya seringkali gagal. Terkadang setelah melakukan shalat witir di malam hari, pada saat tidur saya melakukannya. Apakah shalat yang saya kerjakan itu diterima? Lantas, apa hokum onani? Perlu diketahui, saya melakukan onani biasanya setelah menonton televisi atau video. Jawaban: Onani/Masturbasi hukumnya haram dikarenakan merupakan istimta (meraih kesenangan/kenikmatan) dengan cara yang tidak Allah halalkan. Allah tidak membolehkan istimta dan penyaluran kenikmatan seksual kecuali pada istri atau budak wanita. Allah berfirman: Dan orangorang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. (Al-Mukminun: 5-6) Jadi, istimta apapun yang dilakukan bukan pada istri atau budak perempuan, maka tergolong bentuk kezaliman yang haram. Nabi telah memberi petunjuk kepada para pemuda agar menikah untuk menghilangkan keliaran dan pengaruh negative syahwat. Beliau bersabda, Wahai para pemuda, barangsiapa diantar kalian telah mampu menikah, maka hendaklah dia menikah karena nikah itu lebih menjaga kemaluan. Sedang barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi tameng baginya. (Muttafaqun alaihi).

Rasulullah memberi kita petunjuk untuk mematahkan (godaan) syahwat dan menjauhkan diri dari bahayanya dengan dua cara berpuasa untuk yang tidak mampu menikah, dan menikah untuk yang mampu. Petunjuk beliau ini menunjukkan bahwa tidak ada cara ketiga yang para pemuda diperbolehkan menggunakannya untuk menghilangkan (godaan) syahwat. Dengan begitu, maka onani/masturbasi haram hukumnya sehingga tidak boleh dilakukan dalam kondisi apapun menurut jumhur ulama. Wajib bagi Anda untuk bertobat kepada Allah dan tidak mengulanginya kembali perbuatan seperti itu. Begitu pula, Anda harus menjauhi hal-hal yang dapat mengobarkan syahwat Anda, sebagaimana yang Anda sebutkan bahwa Anda menonton televisi dan video serta melihat acara-acara yang membangkitkan syahwat. Wajib bagi anda menjauhi acara-acara itu. Jangan memutar video atau televise yang menampilkan acara-acara yang membangkitkan syahwat karena semua itu termasuk sebab-sebab yang mendatangkan keburukan. Seorang muslim seyogyanya (senantiasa) munutup pintu-pintu keburukan untuk dirinya dan membuka pintu-pintu kebaikan. Segala sesuatu yang mendatangkan keburukan dan fitnah pada diri Anda, hendaknya Anda jauhi. Diantara sara fitnah yang terbesar adalah film dan drama seri yang menampilkan perempuan-perempuan penggoda dan adegan-adegan yang membakar syahwat. Jadi Anda wajib menjauhi semua itu dan memutus jalannya kepada Anda. Adapun tentang mengulangi shalat witir atau nafilah, itu tidak wajib bagi Anda. Perbuatan dosa yang Anda lakukan itu tidak membatalkan witir yang telah Anda kerjakan. Jika Anda mengerjakan shalat witir atau nafilah atau tahajjud, kemudian setelah itu Anda melakukan onani, maka onani itulah yang diharamkan Anda berdosa karena melakukannya-, sedangkan ibadah yang Anda kerjakan tidaklah batal karenanya. Hal itu karena suatu ibadah jika ditunaikan dengan tata cara yang sesuai syariat, maka tidak akan batal/gugur kecuali oleh syirik atau murtad kita berlindung kepada Allah dari keduanya-. Adapun dosa-dosa selain keduanya, maka tidak membatalkan amal shalih yang telah dikerjakan, namun pelakunya tetap berdosa. Wallahu alam.

Read more: http://cafe-islamicculture.blogspot.com/2010/08/hukum-onani-menurutislam.html#ixzz2Me4YEZ9l

Bahaya zina

Seorang perempuan yang dihukum cambuk karena berzina.

Berikut ini adalah beberapa akibat buruk dan bahaya zina:

Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan, yakni berkurangnya agama si pezina, hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, kepribadian buruk, dan hilangnya rasa cemburu. Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang sangat diperdulikan dan perhiasan yang sangat indah dimiliki perempuan. Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.

Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya. Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Allah maupun sesama manusia. Tumbuhnya sifat liar di hati pezina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terarah. Pezina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak dipercaya. Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dideteksi oleh orang-orang yang memiliki hati yang bersih melalui mulut atau badannya. Kesempitan hati dan dada selalu dirasakan para pezina. Apa yang dia dapatkan dalam kehidupan adalah kebalikan dari apa yang diinginkannya. Dikarenakan orang yang mencari kenikmatan hidup dengan cara yang melanggar perintah Allah, maka Allah akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan Allah tidak menjadikan larangannya sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan. Pezina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari di dunia maupun di akhirat. Perzinaan menjadikan terputusnya hubungan persaudaraan, durhaka kepada orang tua, pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan dapat terciptanya pertumpahan darah dan sihir serta dosa-dosa besar yang lain. Zina biasanya berkait dengan dosa dan maksiat yang lain, sehingga pelakunya akan melakukan dosa-dosa yang lainnya. Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya, sehingga membebani kehinaan yang berkepanjangan kepada pezina dan kepada seluruh keluarganya. Kehinaan yang melekat kepada pelaku zina lebih membekas dan mendalam daripada kekafiran. Kafir yang memeluk Islam, maka selesai persoalannya, namun dosa zina akan benar-benar membekas dalam jiwa. Walaupun pelaku zina telah bertaubat dan membersihkan diri, pezina masih merasa berbeda dengan orang yang tidak pernah melakukannya. Jika wanita hamil dari hasil perzinaan, maka untuk menutupi aibnya ia mengugurkan kandungannya. Selain telah berzina, pezina juga telah membunuh jiwa yang tidak berdosa. Jika pezina adalah seorang perempuan yang telah bersuami dan melakukan perselingkuhan sehingga hamil dan membiarkan anak itu lahir, maka pezina telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisan mereka tanpa disadari siapa dia sebenarnya.

Perzinaan akan melahirkan generasi yang tidak memiliki silsilah kekeluargaan menurut hubungan darah (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas. Pezina laki-laki bermakna bahwa telah menodai kesucian dan kehormatan wanita. Zina dapat menimbulkan permusuhan dan menyalakan api dendam pada keluarga wanita dengan lelaki yang telah berzina dengan wanita dari keluarga tersebut. Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa keluarga pezina, mereka akan merasa jatuh martabat di mata masyarakat, sehingga mereka tidak berani untuk mengangkat wajah di hadapan orang lain. Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti AIDS, sifilis, kencing nanah, dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual. Perzinaan adalah penyebab bencana kepada manusia, mereka semua akan dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang menjadi tradisi dan dilakukan secara terang-terangan.

Zina menurut pandangan agama

Islam
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah), sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah. Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah. Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa' 17:32, Al A'raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum rajam. Hukumnya menurut agama Islam untuk para pezina adalah sebagai berikut:

Jika pelakunya sudah menikah melakukannya secara sukarela (tidak dipaksa, tidak diperkosa), mereka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, ini berdasarkan hukuman yang diterapkan Ali bin Abi Thalib. Mereka cukup dirajam tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana hukum yang diterapkan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.

Jika pelakunya belum menikah, maka mereka didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun.[2]

Perzinaan di beberapa negara


Setiap negara yang penduduknya memiliki agama dan penganut suatu kepercayaan secara nyata. Perzinaan adalah ilegal dan diberikan sanksi terhadap pelakunya. Negara yang menerapkan hukum Islam sebagai pedoman hukum negaranya adalah negara yang paling tegas memberi sanksi terhadap pelaku zina.

Indonesia
Perbuatan zina, seperti hubungan seksual di luar nikah, ternyata tidak diatur secara eksplisit dalam aturan hukum di Indonesia. Pelaku perzinaan tidak dianggap melanggar hukum selama tidak ada yang merasa dirugikan.[3] Bagi penganut agama Islam yang memang memahami ilmu agamanya dan norma hukum yang berlaku di Indonesia, mereka merasa dirugikan karena kepercayaan demi menjaga kehormatan manusia dilanggar.

Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, hukum yang berlaku berbeda-beda tergantung perundang-undangan yang berlaku pada setiap negara bagian. Di Pennsylvania, seorang pelaku zina, dapat dijatuhi hukuman selama 2 tahun atau 18 bulan perawatan mental. Di Maryland, perzinaan dikenakan denda sebesar $10. Tetapi walaupun begitu, sekarang perzinaan tidak dianggap ilegal bagi orangorang yang tidak menjaga kehormatan di Amerika Serikat.

Kanada
Hukum di Kanada menggolongkan perzinaan ke dalam Divorce Act of Canada.

India
Berdasarkan hukum di India, berzina berarti hubungan seksual antara seorang pria dan wanita tanpa sepengetahuan dan izin dari suaminya. Si lelaki dapat dijatuhi hukuman selama 5 tahun (walaupun jika dirinya masih bujang), sedangkan si wanita tidak dapat dipenjarakan/dihukum.

Pakistan
Di Pakistan, juga di beberapa negara Islam lainnya, berzina adalah melanggar hukum, dan dapat dijatuhi hukuman mati.

Uni Eropa
Di beberapa negara di Uni Eropa seperti; Austria, Belanda, Belgia, Finlandia atau Swedia tidak menghukum orang yang melakukan zina.

Terlepas dari hukum formal, para pezina tak akan bisa lepas dari penolakan oleh masyarakat terhadap mereka. Perilaku dan pandangan masyarakat sendiri berbeda-beda tergantung dari kebiasaan, agama, dan nilai-nilai yang mereka anut. sung ke: navigasi, cari Sebuah lukisan karya Jules Arsene Garnier yang menggambar kemurkaan masyarakat kepada dua pemuda dan pemudi yang melakukan zina. Zina (bahasa Arab: , bahasa Ibrani: -zanah) adalah perbuatan bersanggama antara lakilaki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan).[1] Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitasaktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.
http://id.wikipedia.org/wiki/Zina

You might also like