Professional Documents
Culture Documents
4.1.1 Pendahuluan
Udara merupakan sumber daya alam dan sangat mudah didapatkan sehingga pada realisasi dan aplikasi teknik sekarang ini udara banyak digunakan sebagai penggerak untuk mengontrol peralatan dan komponen-komponennya yang kita kenal sekarang ini dengan PNEUMATIK. Pneumatik berasal dari kata Yunani: pneuma = udara. Jadi pneumatik adalah ilmu yang berkaitan dengan gerakan maupun kondisi yang berkaitan dengan udara. Perangkat pneumatik bekerja dengan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed air). Dalam hal ini udara yang dimampatkan akan didistribusikan kepada sistem yang ada sehingga kapasitas sistem terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan udara yang dimampatkan kita memerlukan Compressor (pembangkit udara bertekanan). Debit yang diukur adalah m3/menit. Tekanan udara yang dibutuhkan pada alat pengontrol pneumatik seperti silinder, katup serta peralatan lainnya adalah 6 bar, supaya efektif dan efisien dalam penggunaannya (range alat 310 bar). Dan untuk memelihara keawetan peralatan haruslah diperoleh udara kering, yaitu agar tidak terjadi korosi pada pipa saluran udara, pelumasan yang ada tidak terbawa uap air, tidak terjadi kontaminasi bila udara mampat langsung kontak dengan produk yang sensitif seperti cat dan makanan. Pneumatik dewasa ini memegang peranan penting dalam pengembangan dan teknologi otomatisasi, di samping hidraulik dan elektronik/elektrik. Sebelum 1950, pneumatik banyak dipakai sebagai media kerja dalam bentuk energi tersimpan. Tapi setelah 1950 dipakai dan dikembangkan sebagai elemen kerja.
42
43
a. Pressure regulating valve, berfungsi mengatur tekanan udara konstan yang dibutuhkan. Tekanan input harus lebih besar dibandingkan dengan output. b. Pressure limiting valve, biasanya dipakai sebagai katup pengamanan: untuk menjaga tekanan maksimum yang diinginkan tidak akan terlewati. Bila tekanan maksimum pada inlet sudah tercapai maka outlet akan membuka dan tekanan udara yang berlebihan akan dikeluarkan ke udara bebas. c. Katup berangkai (sequence valve), fungsinya juga untuk membatasi tekanan. Biasanya dipakai pada kontrol pneumatik bila tekanan udara yang spesifik dibutuhkan untuk menjalankan operasi/sistem. 5. Combinational valve. Beberapa katup yang fungsinya berbeda dapat digabungkan menjadi satu badan dan disebut katup kombinasi. Jenisnya antara lain: a. Time delay valve b. Air control valve c. 5/4 way valve: yang terdiri dari empat katup 2/2 d. Air operated 8 ways valve: terdiri dari 2 katup 4/2 e. Impulse generator: multi vibrator cycles f. Vacuum generator with ejector
g. Steppler modules: untuk sequential control teste. h. Command memory module: untuk start-up dengan signal input conditions.
44
Double acting cylinder (silinder aksi ganda)
b. Aktuator gerakan berputar: Motor yang digerakkan oleh udara. Motor pneumatik adalah suatu peralatan pneumatik yang menghasilkan gerakan putar yang sudut putarnya tidak terbatas bila terhadap peralatan ini dialiri udara yang dimampatkan. Ada 4 jenis motor pneumatik, yaitu piston motors, sliding vane motors, gear motors, turbin. Aktuator yang berputar/gerakan putar.
4.1.1.3 Indicator
Indicator optik secara visual bisa mewakili status dari sistim pneumatik dan membantu diagnosa. Beberapa semboyan secara visual: indicator optik dengan warna tunggal ataupun majemuk indicator optik dengan pena, untuk display dan sensor sentuh counter penunjukkan resistansi timer
Dengan menggunakan warna, indicator optik mewakili fungsi pada jaringan kerjanya. Di bawah ini tabel arti dari warna-warna indicator optik. Warna Merah Arti Bahaya Catatan Status mesin dalam situasi pertolongan/bantuan dengan segera. Tidak boleh masuk. Pengertian atau minta perhatian Operasi normal membutuh
Penggunaan silinder dan elemen pneumatik yang lain dapat sbb: - pengekleman - pencari orientasi - pemutar, dsb Pada permesinan dapat dipakai sebagai pengoperasian pada: - mesin bor - mesin gergaji - mesin milling - mesin pembentuk - mesin bubut - quality control - pengangkat - pengepak - penepat - pengatur gerakan - pengukur - pengendali
Pengembangan produk dalam pneumatik bisa dibagi dalam: aktuator, sensor, prosesor, sistem kontrol dan perlengkapan.
46
Elemen-elemen tersebut pada penggunaan dalam pneumatik biasanya mempergunakan simbol yang menunjukkan fungsinya. Simbol-simbol itu bisa dikombinasikan/dirangkai untuk
menghasilkan solusi pada diagram jaringan kerja. Diagram kerja harus digambarkan susunannya seperti struktur di bawah ini.
Katup penentu arah dapat mempunyai fungsi sebagai pengontrol sensor, prosesor atau aktuator. Apabila katup penentu arah dipergunakan untuk mengontrol gerakan sebuah silinder maka
katup ini berfungsi sebagai pengontrol aktuator. Apabila dipakai mengolah sinyal maka katup ini berfungsi sebagai prosesor. Bagitu pula bila dipakai sebagai peraba sebuah gerakan maka berfungsi sebagai sensor.
ACTUATING DEVICES
Control signals
CONTROL ELEMENTS
Directional control valves
PROCESSING ELEMENTS
Processor signals
PROCESSOR
Directional control valves Logic elements Pressure control valves
Tapi simbol-simbol tidak bisa menunjukkan karakter seperti: Ukuran dari sebuah komponen Bagian Manufaktur, metoda konstruksi ataupun harga Orientasi dan sambungan komponen Detail fisik
Simbol-simbol pneumatik yang digunakan berdasarkan DIN (Deutche Institut fur Normung) No. 1219 dan sudah dijadikan ISO dengan nomor yang sama. 1. Simbol yang digunakan untuk konversi energi dan preparasi Supply Compressor Air receiver and T junction Service equipment Filter Water separator Lubricator Pressure regulator Separation and filtration of particles Partial water removal Metered quantities of oil passed to the air stream Relieving type vent hole for excess upstream pressure adjustable Fixed capacity
48
Simplified air service unit Pressure source
2. Simbol katup penentu arah (simbol penyeimbangan) Pergantian posisi katup digambarkan dalam kotak bujursangkar (square) Jumlah kotak menunjukkan banyaknya pergantian posisi yang dimiliki katup Garis-garis menunjukkan adanya aliran, panah menandakan arah aliran Posisi tertutup dijelaskan di dalam kotak dengan memberikan garis menyilang tegak lurus (seperti huruf T) Sambungan (inlet dan outlet) digambarkan oleh garis-garis di luar kotak dan digambarkan menurut posisi awal katup 3. Simbol katup pengatur arah, sambungan port dan posisi
Jumlah port Jumlah posisi
2(A)
2/2
3/2
Way directional control valve Normally closed Way directional control valve Normally open Way directional control valve
1(P)
3(R) 2(A)
3/2
1(P) 4(A)
3(R) 2(B)
4/2
1(P)
3(R)
4(A)
2(B)
5/2
5/3
49
4. Simbol/Metoda Aktuasi Mechanical General manual operation Pushbutton Lever operated Detent lever operated Foot pedal Spring return Spring centered Roller operated Idle return, roller Pneumatic Direct pneumatic actuation Indirect pneumatic (piloted) Pressure release Electrical Single solenoid operation Double solenoid operation Combined Double solenoid and pilot operation with manual over-ride actuation
1(P)
3(R)
1(P)
3(R)
2(B) 14(Z)
4(A)
2(B) 12(Y)
3(S)
5(R) 1(P)
3(S)
410
6. Simbol katup searah Check valve Spring loaded check valve Shuttle valve: OR function Two pressure function valve: AND
Quick exhaust valve 7. Simbol Katup pengatur aliran Flow control valve adjustable Oneway flow control valve 8. Simbol katup pengatur tekanan Adjustable pressure regulating valve, non-relieving type Adjustable pressure regulating valve, relieving type (overloads are vented) Sequence valve external source
9. Simbol aktuator linier Single acting cylinder Double acting cylinder Double acting cylinder with double ended piston rod
411
Double acting cylinder with nonadjustable cushioning in one direction Double acting cylinder with single adjustable cushioning Double acting cylinder with adjustable cushioning at both ends
10. Simbol aktuator berputar Air motor, rotation in one direction, fixed capacity Air motor, rotation in one direction, variable capacity Air motor, rotation in directions, variable capacity both
Rotary actuator, limited travel, rotation in both directions 11. Simbol pembantu Exhaust port Exhaust port connection Silencer with treaded
Line connection (fixed) Crossing lines (not connected) Pressure gauge Visual indicator
412
4.2 Elektro-Penumatik
4.2.1 Pendahuluan
Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor ataupun sakelar pembatas yang berfungsi sebagai penyambung ataupun pemutus sinyal. Sinyal yang dikirimkan ke kumparan tadi akan menghasilkan medan elektromagnit dan akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan sistem.
414
Simbol-simbol yang digunakan: Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NO Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara ditarik untuk kontak NC Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara diputar untuk kontak NO
pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi dan simbol sakelar pembatas mekanik:
415
adanya magnet maka buluh kawat akan tersambung atau terputus bila magnet itu mendekati atau menjauhi buluh kawat tersebut. b. Sakelar Pembatas Induktif Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan. Biasa dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam, pada suatu mesin atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi atau terpakai untuk logam. Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari oscillator, pemicu tegangan dan penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi keduanya mempunyai tegangan operasi antara 1030 volts. c. Sakelar Pembatas Kapasitif Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun non-metal. Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan debu logam. d. Sakelar Pembatas Optik Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa sinar.
4.2.2.2.1 Relay
Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan elektromagnet yang dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada peralatan telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang sudah umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun yang lainnya. Pemilihan relay yang sesuai kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain: Perawatan yang minim Kemampuan menyambungkan beberapa saluran secara independent
416
Mudah adaptasi dengan tegangan operasi dan tegangan tinggi Kecepatan operasi tinggi, misalnya waktu yang diperlukan untuk menyambungkan saluran singkat. Cara kerja relay: Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui lilitan kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat yang ada di dekat kumparan akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung ataupun terputus. Hal ini tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak ada arus listrik maka pelat tadi akan kembali ke posisi semula karena ditarik dengan pegas. Simbol Relay:
A1 K1 A2 14 24 21 34 31 44 41 13 23 33 43
A1 A2
11
12
22
32
42
13
23
31
41
14
24
32
42
Kombinasi NO & NC Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut: Angka yang pertama menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua selalu bernomor untuk relay NO dan untuk relay yang NC.
417
Adanya isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama
Oleh karena keuntungan-keuntungan di atas maka penggunaan relay sampai saat ini masih dipertahankan. Kerugian: Khususnya untuk NO, bila akan diaktifkan timbul percikan api Memerlukan tempat yang cukup besar Bila diaktifkan, berbunyi Kontaktor bisa terpengaruh dengan adanya debu Kecepatan menyambung atau memutus saluran terbatas.
4.2.2.2.2 Solenoid
Di lapangan kita bisa menemukan solenoid dengan arus searah (DC) ataupun arus bolak balik (AC). Sedangkan yang sering digunakan pada Electro-pneumatik adalah Solenoid DC. Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari besi lunak. Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu maksudnya agar diperoleh konduktansi optimum pada medan magnet. Bila ada kelonggaran udara, tidak akan mengakibatkan kenaikan temperature operasi, karena temperature operasi hanya akan tergantung pada besarnya tahanan kumparan serta arus listrik yang mengalir. Bila solenoid DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan
menghasilkan gaya yang berlawanan dengan tegangan yang digunakan. Bila solenoid dipasifkan (switched off) maka medan magnet yang pernah terjadi akan hilang dan dapat mengakibatkan tegangan induksi yang besarnya bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan tegangan yang ada pada kumparan. Tegangan induksi ini dapat mengakibatkan rusaknya isolasi pada gulungan koil, selanjutnya bila hal ini terjadi terus akan terjadi percikan api. Untuk mengatasi hal ini maka harus dibuat rangkaian yang meredam percikan api, misalnya dengan memasang tahanan yang dihubungkan secara paralel dengan induktansi. Sehingga bila terjadi
418
pemutusan arus listrik, energi akan tersimpan dalam bentuk medan magnet dan dapat hilang lewat tahanan yang dipasang tadi.
Keuntungan Solenoid DC
- Mudah pengoperasiannya - Usianya lama - Bunyi yang dihasilkan lemah - Tenaga untuk mengoperasikan kecil
- Terjadi tegangan tinggi saat pemutusan arus - Waktu sambung lama - Perlu adaptor bila yang dipakai tegangan AC - Bagian yang kontak cepat aus
419
akan ditentukan oleh arah arus yang disambungkan. Dan bila arus diputus, posisi lengan kembali ke tengah.
420
S Input (S) A1 15
1 15 0 1 Output 0 t A2 16 18 16 18
Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika waktu yang ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan. Sinyal output (keluaran) akan ada selama sinyal input ada. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip.
S A R1 16 A1 K1 A2 15 C R2 P R 18
Proses bekerjanya tunda waktu: Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir melalui tahanan R1, yang besarnya bisa diatur. Arus ini tidak mengalir ke relay K1 melainkan akan mengalir ke terminal K1 NC, yang selanjutnya arus listrik mengalir ke kapasitor C dan menampungnya di sana. Bila kapasitor C tidak bisa menampung arus listrik lagi (tegangan yang diijinkan telah tercapai) maka arus listrik akan mengalir ke relay K1. Lamanya mengisi kapasitor ini tergantung pada besarnya R1. Selanjutnya bila relay K1 sudah aktif maka terminal 18 akan tersambung dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandngkan dengan katup tunda waktu hidup pada rangkaian pneumatik.
421
A1
B1
15 1 Input (S) S 0 1 15
A2
B2
16
18
Output 0 16 18
Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal output akan ada selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka sinyal output tidak akan langsung hilang, melainkan tetap ada sampai batas waktu yang telah ditentukan. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip.
R2
R1 K1 P A1 K1 A2 C R
Proses bekerjanya tunda waktu: Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir ke relay K1 dan relay K1 langsung bekerja. Sebelum relay K1 diaktifkan, arus listrik mengalir ke kapasitor C melalui tahanan R2 dan menampungnya sampai kapasitor mencapai tegangan yang diijinkan. Dengan diaktifkannya relay K1 maka switch K1 aktif sehingga arus listrik yang tertampung di kapasitor C akan mengalir melalui R1 bila sakelar S dinon-aktifkan. Lamanya mengosongkan kapasitor C tergantung pada besaran R1. Bila tegangan di C sudah tidak ada maka terminal 16 akan tersambung lagi dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandingkan dengan katup tunda waktu mati pada rangkaian pneumatik.
Contacts
alat
pengatur
Winding
Armature
Contacts
a. Kontaktor
Rocker arm Armature
yang
U-shaped core
elektromagnetnya dilindungi:
Contacts Core electromagnet contactor
Hinged-armature contactor
b. Kontaktor
dengan
1 A1 K1 A2 2
Simbol kontaktor pada penggambaran rangkaian: Keuntungan mempergunakan kontaktor: Beban tinggi bisa diaktifkan dengan beban rendah
423
Terdapat isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama Sedikit perawatannya Tidak terpengaruh oleh temperature Kerugiannya: Mudah aus Ukurannya besar Menimbulkan suara Kecepatan menyambung terbatas
katup ini mempunyai dua posisi dan dua saluran, konfigurasi katup adalah
Armature
NC. Bila katup ini akan diaktifkan maka arus listrik harus dialirkan ke solenoid yang terpasang pada katup tersebut. Dengan diaktifkannya solenoid maka saluran 1(P) bila dihubungkan dengan sumber energi akan menyalurkan sinyal pneumatik ke saluran 2(A). Sedangkan kembalinya bila arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke posisi semula karena katup
2(A) 1(P) terdorong pegas
2(A)
ataupun saluran 2 (A) kedua-duanya tertutup dan udara yang ada di saluran 2(A) tidak dapat keluar.
424 Katup 3/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas a. Normally Closed 3/2
Katup 3/2 NC bekerja bila arus listrik dialirkan ke solenoid sehingga terbentuk elektromagnet yang mengakibatkan bergesernya armature dan selanjutnya udara dialirkan dari saluran masuk 1(P) ke saluran keluar 2(A). Sedangkan sakuran 3(R) tertutup. Sebaliknya bila arus listrik diputuskan maka elektromagnet yang terbentuk pada solenoid menghilang dan berakibat saluran 1(P) tertutup sedangkan udara yang berada di saluran 2(A) akan dibuang melalui saluran buang
2(A)
3(R)
1(P) 3(R)
3(R)
2(A)
3(R).
1(P)
1(P)
1(P)
3(R)
3(R0)
2(A)
3(R)
2(A)
425
listrik, saluran 1(P) tertutup dan udara dari 2(A) dialirkan langsung ke 3(R).
Katup 3/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol Pneumatik, kembali dengan pegas
Katup ini bila diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan fungsi kumparan ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan demikian gaya elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu besar. Dengan kata lain
2(A)
1(P) 3(R)
Armatur
Manual auxiliar actuation 3(R) 2(A) 1(P) 1(P) Air Channel 3(R) Valve piston
2(A)
arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja saluran yang terdapat pada katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah dibahas di atas.
2(A) 4(B)
1(P) 3(R)
Katup 4/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol pneumatik, kembali dengan pegas
Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan untuk mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup 3/2, berfungsi sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston adalah sinyal kontrol
426
pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran 4(A) tersambungkan sedangkan saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal listrik diputuskan maka katup piston didorong kembali ke posisi semula sehingga saluran 1(P) tersambungkan dengan 2(B) dan saluran 4(A) dengan 3(R).
ditetapkan/distandardisasikan. Diagram rangkaian ini merupakan dokumen yang sangat penting, yang dibutuhkan oleh bagian perawatan, untuk memperbaiki dan merawat sistem kontrol listrik. Ada beberapa cara untuk menampilkan/menggambarkan fungsi, operasi peralatan serta instalasi rangkaian.
427
L1 L2 L3
380 V
50 Hz
F2 380 V 220 V L1 L2 K1 K2 T1
F1
V M 3
L1
L1 L2 F1 L3 F2 S1 Off K1 23 24 K2 23 24 K1
K2
11 K2 12 A1 K1 A2 K2
11 K1 12 A1 A2
F1 U V W
M1
arus listrik mengalir dari atas ke bawah. Di bawah ini ditampilkan gambar dengan fungsi yang sama dengan penggambaran instalasi kabel.
S1 F1 K1 K2
F2 M 3
S1 K1, K2 F1, F2 M3