You are on page 1of 33

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bidang teknik mesin, Praktikum Dasar Mesin adalah salah satu mata kuliah wajib di Prodi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat, sesuai dengan kurikulum yang berlaku sejak 2007. Dengan praktikum ini diharapkan mahasiswa memperoleh dasar-dasar

pengetahuan dan keterampilan tentang cara pengambilan data dan cara menganalisisnya, khususnya dalam hal pengujian prestasi mesin. Praktikum di samping sebagai tempat kerja bengkel juga dapat di pergunakan sebagai tempat penelitian yang berguna untuk menunjang ilmu pengetahuan dan pengembangan pembelajaran. Dalam hal ini praktikum yang dilakukan adalah pengujian motor bensin dan motor diesel. Motor bakar adalah mesin atau pesawat yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik, yaitu dengan cara merubah energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas, dan menggunakan energi tersebut untuk melakukan kerja mekanik. Energi termal diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada mesin itu sendiri. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini (proses pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu motor pembakaran luar dan motor pembakaran dalam. Pada motor pembakaran luar, proses pembakaran bahan bakar terjadi di luar mesin itu, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan mesin tersendiri. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah menjadi tenaga gerak, tetapi terlebih dulu melalui media penghantar, baru kemudian diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya pada ketel uap dan turbin uap.

Sedangkan pada motor pembakaran dalam, proses pembakaran bahan bakar terjadi di dalam mesin itu sendiri, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung bisa diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya pada turbin gas, motor bakar torak dan mesin propulasi pancar gas. Motor bensin termasuk motor pembakaran dalam jenis spark ignition engine (mesin dengan penyalaan busi). Pada motor bensin, yang dihisap masuk kedalam silinder adalah campuran udara dan bahan bakar, maka sebelum terjadi pembakaran suhu gas didalam silinder tidak boleh terlalu tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya detonasi dan pembakaran sendiri (self ignition). Oleh sebab itu perbandingan kompresi pada mesin biasanya dibatasi dibawah 10. Dari segi termodinamis, secra teoretis, siklus motor bensin adalah siklus volume konstan, yaitu proses pemasukan kalor berlangsung pada volume konstan. Namun dalam kenyataannya terjadi penyimpangan dari siklus tersebut. Perhitungan secara teori pada siklus ideal sebagaimana gambar berikut adalah diagram tekanan-volume (P-V) siklus ideal motor 4 langkah volume tetap (siklus Otto).

Gambar 1.1 Siklus Otto

0-1 1-2 2-3

Langkah isap, Langkah pemampatan (kompresi) Pembakaran secara cepat yang menghasilkan pemanasan gas pada volume konstan,

3-4 4-1

Langkah ekspansi gas panas, Turunnya tekanan secara tiba-tiba karena dibukanya katup buang,

1-0

Langkah gas buang.

DIESEL, RUDOLF adalah insinyur Jerman yang mengembangkan sistem pembakaran dalam. Bahan bakar yang digunakan untuk mesin ini adalah solar. Karena berbentuk sederhana dan harganya tergolong murah, maka mesin diesel banyak dipakai dalam bidang industri (generator) dan otomotif (bus, truk, sedan) dan transportasi laut (kapal). Bagian-bagian motor dapat dipisahkan menjadi dua yakni bagian yang bergerak dan bagian yang tak bergerak. Sistem yang ada pada sebuah motor terdiri dari sistem bahan bakar, sistem pelumasan, dan sistem pendingin. Motor dibedakan dari proses kerjanya yaitu motor empat langkah dan motor dua langkah. Pembakaran terjadi tanpa penyalaan oleh busi, melainkan hanya akibat kompresi mesin saja. Bahan bakar yang digunakan juga berbeda, yaitu bahan bakar yang mempunyai bentuk molekul panjang sehingga sangat sensitif terhadap tekanan tinggi dan mudah terbakar sendiri bila bercampur dengan udara tekanan tinggi. Bahan bakar ini disebut minyak diesel atau solar. Motor bakar semacam ini disebut sebagai mesin diesel (compression ignition engine). Mesin ini dipatenkan pada tahun 1892, yang terdiri dari mesin diesel dengan tipe 4 langkah atau 2 langkah dengan efisiensi yang bias mencapai sekitar 40%. Mesin diesel mengalami sebuah siklus yang terdiri dari

pemanfaatan udara di ruang bakar, injeksi bahan bakar, pembakaran,

pemuaian gas-gas panas (langkah tenaga), dan pembuangan sisa-sisa gas buang. Siklus ini kemudian dimulai lagi dengan pengisian baru. Untuk memasukan bahan bakar digunakan pompa bertekanan tinggi. Saat penginjeksian harus tepat, demikian pula jumlah bahan bakarnya. Hal ini yang menyebabkan komponen-komponen injektor menjadi mahal. Gambar diagram tekanan-volume (P-V) siklus ideal motor 4 langkah tekanan tetap (siklus diesel)

Gambar 1.2 Siklus Diesel

0-1 1-2 2-3

Langkah isap, Langkah pemampatan (kompresi) Pembakaran yang menghasilkan pemanasan gas pada tekanan konstan,

3-4 4-1

Langkah ekspansi gas panas, Turunnya tekanan secara tiba-tiba karena dibukanya katup buang,

1-0

Langkah gas buang.

Asumsi yang digunakan pada siklus diesel ini sama dengan pada siklus Otto, kecuali langkah penambahan panas. Pada siklus diesel langkah 2-3 merupakan penambahan panas pada tekanan konstan.

Perbedaan motor bensin dan motor diesel: 1. Gas yang diisap pada langkah motor bensin adalah campuran antara bahan bakar dan udara, sedangkan pada motor diesel adalah udara murni. 2. Bahan bakar pada motor bensin terbakar oleh loncatan bunga api busi, sedangkan pada motor diesel oleh suhu kompresi tinggi. 3. Motor bensin menggunakan busi sedangkan menggunakan injektor (Nozzle) Kelebihan dan kekurangan antar motor bensin dan motor diesel: Kelebihan: Getaran motor bensin lebih halus juga pada ukuran dan kapasitas yang sama mesin motor bensin lebih ringan. Kekurangan: Motor bensin tidak tahan bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, sedangkan diesel sebaliknya. Motor bensin peka pada suhu yang tinggi terutama komponen sistem pengapiannya, sedangkan motor diesel tahan bekerja pada suhu yang tinggi. Bahan bakar bensin harus bermutu baik kaena peka terhadap bahan bakar, beda dengan motor diesel hamper dapat motor diesel

menggunakan bahan

bakar dari berbagai jenis dan mutu. Baik

motor bensin dan motor diesel keduanya bekerj dengan proses 4 tak dan 2 tak.

BAB II DASAR TEORI


2.1. Tujuan percobaan Tujuan praktikum ini adalah untuk menguji kerja motor bensin dalam bentuk genset yang meliputi: 1. Konsumsi bahan bakar sebagai daya output 2. Konsumsi bahan bakar spesifik sebagai daya output 3. Effisiensi sebagai daya output

2.2.

Landasan Teori Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin

yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis. Energi diperoleh dari proses pembakaran, proses pembakaran juga mengubah energi tersebut yang terjadi didalam dan diluar mesin kalor.

Gambar 2.1. Motor Bakar Torak


(Sumber: http://ilmuteknik-kurniatullah.blogspot.com/2009/10/siklus-motorbakar.html)

Motor bakar torak menggunakan silinder tunggal atau beberapa silinder. Salah satu fungsi torak disini adalah sebagai pendukung terjadinya pembakaran pada motor bakar. Tenaga panas yang dihasilkan dari pembakaran diteruskan torak ke batang torak, kemudian diteruskan ke poros engkol yang mana poros engkol nantinya akan diubah menjadi gesekan putar. Motor bakar terbagi menjadi 2 (dua) jenis utama, yaitu motor diesel dan motor bensin. Perbedaan umum terletak pada sistem penyalaan. Penyalaan pada motor bensin terjadi karena loncatan bunga api listrik yang dipercikan oleh busi atau juga sering disebut juga spark ignition engine. Sedangkan pada motor diesel penyalaan terjadi karena kompresi yang tinggi di dalam silinder kemudian bahan bakar disemprotkan oleh nozzle atau juga sering disebut juga Compression Ignition Engine. 2.2.1. Klasifikasi Motor Bakar Motor bakar dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam. Adapun klasifikasi motor bakar adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Sistem Pembakarannya a. Mesin pembakaran dalam Mesin pembakaran dalam atau sering disebut sebagai Internal Combustion Engine (ICE), yaitu dimana proses pembakarannya berlangsung di dalam motor bakar itu sendiri sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja.

b. Mesin pembakaran luar Mesin pembakaran luar atau sering disebut sebagai Eksternal Combustion Engine (ECE) yaitu dimana proses pembakarannya terjadi di luar mesin, energi termal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin.
7

2. Berdasarkan Sistem Penyalaan a. Motor bensin Motor bensin dapat juga disebut sebagai motor otto. Motor tersebut dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi

menghasilkan loncatan bunga api listrik yang membakar campuran bahan bakar dan udara karena motor ini cenderung disebut spark ignition engine. Pembakaran bahan bakar dengan udara ini menghasilkan daya. Di dalam siklus otto (siklus ideal) pembakaran tersebut dimisalkan sebagai

pemasukan panas pada volume konstan.

b. Motor diesel Motor diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengan motor bensin. Proses penyalaannya bukan

menggunakan loncatan bunga api listrik. Pada waktu torak hampir mencapai titik TMA bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar sehingga terjadi pembakaran pada ruang bakar pada saat udara udara dalam silinder sudah bertemperatur tinggi. Persyaratan ini dapat terpenuhi apabila perbandingan kompresi yang digunakan cukup tinggi, yaitu berkisar 12-25.

2.2.2. Sistem Kerja Motor Bakar 1. Motor bensin 4 langkah Motor bensin empat langkah adalah motor yang setiap satu kali pembakaran bahan bakar memerlukan 4 langkah dan 2 kali putaran poros engkol. Adapun prinsip kerja motor 4 langkah dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Skema Gerakan Torak 4 langkah


(Sumber: http://sparepartmotorarif.blogspot.com/2012/03/mesin-motor.html)

Langkah isap: 1. Torak bergerak dari TMA ke TMB. 2. Katup masuk terbuka, katup buang tertutup. 3. Campuran bahan bakar dengan udara yang telah tercampur didalam karburator masuk kedalam silinder melalui katup masuk. 4. Saat torak berada di TMB katup masuk akan tertutup. Langkah kompresi: 1. Torak bergerak dari TMB ke TMA. 2. Katup masuk dan katup buang kedua-duanya tertutup sehingga gas yang telah diisap tidak keluar pada waktu ditekan oleh torak yang mengakibatkan tekanan gas akan naik. 3. Beberapa saat sebelum torak mencapai TMA busi

mengeluarkan bunga api listrik.

4. Gas bahan bakar yang telah mencapai tekanan tinggi terbakar. 5. Akibat pembakaran bahan bakar, tekanannya akan naik menjadi kira-kira tiga kali lipat. Langkah kerja / ekspansi: 1. Saat ini kedua katup masih dalam keadaan tertutup. 2. Gas terbakar dengan tekanan yang tinggi akan mengembang kemudian menekan torak turun kebawah dari TMA ke TMB. 3. Tenaga ini disalurkan melalui batang penggerak, selanjutnya oleh poros engkol diubah menjadi gerak rotasi. Langkah pembuangan: 1. Katup buang terbuka, katup masuk tertutup. 2. torak bergerak dari TMB ke TMA. 3. Gas sisa pembakaran terdorong oleh torak keluar melalui katup buang. 2. Motor Bensin 2 Langkah Motor bensin 2 langkah adalah mesin yang proses pembakarannya lebih sederhana dari motor 4 langkah yaitu dilakukan pada satu kali putaran poros engkol yang berakibat dua kali langkah piston. Adapun prinsip kerja motor 2 langkah dapat dijelaskan pada gambar 2.3.

10

Intake & Transfer

Compression & Power

Gambar 2.3. Skema Gerakan Torak 2 Langkah


(Sumber: http://nanozr.co.id/article/cara-kerja-mesin-2-tak)

Langkah Isap dan Penyaluran 1. Campuran bahan bakar dan udara dihisap masuk ke dalam rumah engkol akibat tekanan vakum yang terjadi pada saat piston bergerak ke atas. 2. Pada saat mendekati posisi titik mati bawah (TMB), saluran masuk terbuka dan campuran bahan bakar dan udara masuk ke dalam silinder. 3. Pada saat yang sama masuknya campuran bahan bakar dan udara tersebut mendorong sisa hasil pembakaran keluar melalui saluran pengeluaran pada sisi yang berlawanan dari lubang pemasukan. Langkah Tekan dan Kerja 1. Selanjutnya piston bergerak ke atas dan menekan campuran bahan bakar dan udara. 2. Pada saat yang sama terjadi langkah masuk yang berikutnya di bagian bawah piston.

11

3. Pada saat mendekati posisi titik mati atas busi akan menyala dan menyundut campuran bahan bakar dan udara sehingga terjadi ledakan yang mendorong piston ke bawah. 2.2.3. Proses Pembakaran Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi persenyawaan bahan bakar oksigen (O2) sebagai oksidan dengan temperaturnya lebih besar dari titik nyala. Mekanisme pembakarannya sangat dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran dimana atom-atom dari komponen yang dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat membentuk produk yang berupa gas. Untuk memperoleh daya maksimum dari suatu operasi hendaknya komposisi gas pembakaran dari silinder (komposisi gas hasil pembakaran) dibuat seideal mungkin, sehingga tekanan gas hasil pembakaran bisa maksimal menekan torak dan mengurangi terjadinya detonasi. Komposisi bahan bakar dan udara dalam silinder akan menentukan kualitas pembakaran dan akan berpengaruh terhadap performance mesin dan emisi gas buang. Sebagaimana telah diketahui bahwa bahan bakar bensin mengandung unsur-unsur karbon dan hidrogen. Terdapat 3 (tiga) teori mengenai pembakaran hidrogen tersebut yaitu : a. Hidrokarbon terbakar bersama-sama dengan oksigen sebelum karbon bergabung dengan oksigen. b. Karbon terbakar lebih dahulu daripada hidrogen. c. Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu bergabung dengan oksigen dan membentuk senyawa (hidrolisasi) yang kemudian dipecah secara terbakar. Dalam sebuah mesin terjadi beberapa tingkatan pembakaran yang digambarkan dalam sebuah grafik dengan hubungan antara tekanan dan

12

perjalanan

engkol.

Berikut

adalah

gambar

dari

grafik

tingkatan

pembakaran :

Gambar 2.4. Tingkat pembakaran dalam sebuah mesin


(Sumber: http://www.asrori.com/2011/10/proses-pembakaran-padamesin.html)

Proses atau tingkatan pembakaran dalam sebuah mesin terbagi menjadi empat tingkat atau periode yang terpisah. Periode-periode tersebut adalah : 1. Keterlambatan pembakaran (Delay Periode) Periode pertama dimulai dari titik 1 yaitu mulai

disemprotkannya bahan bakar sampai masuk kedalam silinder, dan berakhir pada titik 2. perjalanan ini sesuai dengan perjalanan engkol sudut a. Selama periode ini berlangsung tidak terdapat kenaikan tekanan yang melebihi kompresi udara yang dihasilkan oleh torak, dan selanjutnya bahan bakar masuk terus menerus melalui nosel. 2. Pembakaran cepat Pada titik 2 terdapat sejumlah bahan bakar dalam ruang bakar, yang dipecah halus dan sebagian menguap kemudian siap

13

untuk dilakukan pembakaran. Ketika bahan bakar dinyalakan yaitu pada titik 2, akan menyala dengan cepat yang mengakibatkan kenaikan tekanan mendadak sampai pada titik 3 tercapai. Periode ini sesuai dengan perjalanan sudut engkol b. yang membentuk tingkat kedua. 3. Pembakaran Terkendali Setelah titik 3, bahan bakar yang belum terbakar dan bahan bakar yang masih tetap disemprotkan (diinjeksikan) terbakar pada kecepatan yang tergantung pada kecepatan penginjeksian serta jumlah distribusi oksigen yang masih ada dalam udara pengisian. Periode inilah yang disebut dengan periode terkendali atau disebut juga pembakaran sedikit demi sedikit yang akan berakhir pada titik 4 dengan berhentinya injeksi. Selama tingkat ini tekanan dapat naik, konstan ataupun turun. Periode ini sesuai dengan pejalanan engkol sudut c, dimana sudut c tergantung pada beban yang

dibawa beban mesin, semakin besar bebannya semakin besar c. 4. Pembakaran pasca (after burning) Bahan bakar sisa dalam silinder ketika penginjeksian berhenti dan akhirnya terbakar. Pada pembakaran pasca tidak terlihat pada diagram, dikarenakan pemunduran torak mengakibatkan turunnya tekanan meskipun panas ditimbulkan oleh pembakaran bagian akhir bahan bakar. Dalam pembakaran hidrokarbon yang biasa tidak akan terjadi gejala apabila memungkinkan untuk proses hidrolisasi. Hal ini hanya akan terjadi bila pencampuran pendahuluan antara bahan bakar dengan udara mempunyai waktu yang cukup sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke dalam molekul hidrokarbon.

14

Bila oksigen dan hidrokarbon tidak bercampur dengan baik maka terjadi proses cracking dimana akan menimbulkan asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna. Ada 2 (dua) kemungkinan yang terjadi pada pembakaran mesin bensin, yaitu : a. Pembakaran normal Pembakaran normal terjadi bila bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat dan keadaan yang dikehendaki.

Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi, kemudian api membakar gas bakar yang berada di sekitarnya sehingga semua partikelnya terbakar habis. Di dalam pembakaran normal, pembagian nyala api terjadi merata di seluruh bagian. Pada keadaan yang sebenarnya pembakaran bersifat komplek, yang mana berlangsung pada beberapa phase. Dengan timbulnya energi panas, maka tekanan dan temperatur naik secara mendadak, sehingga piston terdorong menuju TMB. b. Pembakaran tidak normal Pembakaran tidak normal terjadi bila bahan bakar tidak ikut terbakar atau tidak terbakar bersamaan pada saat dan keadaan yang dikehendaki. Pembakaran tidak normal dapat menimbulkan detonasi (knocking) yang memungkinkan timbulnya gangguan dan kesulitan-kesulitan pada motor bakar bensin. Fenomenafenomena yang menyertai pembakaran tidak sempurna,

diantaranya : 1. Detonasi Seperti telah diterangkan sebelumnya, pada peristiwa pembakaran normal api menyebar keseluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi berfungsi sebagai
15

pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak oleh gas yang sudah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik sampai mencapai keadaan hampir terbakar. Jika pada saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka akan timbul ledakan (detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan (knocking noise). 2. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya detonasi Pada lapisan yang telah terbakar akan berekspansi. Pada kondisi lapisan yang tidak homogen, lapisan gas tadi akan mendesak lapisan gas lain yang belum terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik. Bersamaan dengan adanya radiasi dari ujung lidah api, lapisan gas yang terdesak akan terbakar tiba-tiba. Peristiwa ini akan menimbulkan letupan mengakibatkan terjadinya gelombang tekanan yang kemudian menumbuk piston dan dinding silinder sehingga terdengarlah suara ketukan (knocking) yaitu yang disebut dengan detonasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya detonasi antara lain sebagai berikut : a) Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan kompresi, suhu pemanasan campuran dan suhu silinder yang tinggi. b) Masa pengapian yang cepat. c) Putaran mesin rendah dan penyebaran api lambat. d) Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar tidak tepat, serta jarak penyebaran api terlampau jauh. Proses terjadinya detonasi dapat ditunjukkan pada gambar 2.5 dibawah :

16

Gambar 2.5. Proses terjadinya detonasi


(Sumber: http://www.asrori.com/2011/10/proses-pembakaran-padamesin.html)

Gambar di atas menjelaskan bahwa detonasi (knocking) terjadi karena bahan bakar terbakar sebelum waktunya. Hal ini terjadi pada saat piston belum mencapai posisi pembakaran, tetapi bahan bakar telah terbakar lebih dahulu. 2.2.4. Bahan Bakar Bahan bakar (fuel) adalah segala sesuatu yang dapat terbakar misalnya: kertas, kain, batubara, minyak tanah, bensin, dan sebagainya. Untuk melalukan pembakaran diperlukan 3 (tiga) unsur, yaitu : a. Bahan bakar b. Udara c. Suhu untuk memulai pembakaran Kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan digunakan dalam motor bakar adalah sebagai berikut: a. Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat mungkin dan panas yang dihasilkan harus tinggi. b. Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan atau deposit setelah pembakaran karena akan menyebabkan kerusakan pada dinding silinder.

17

c. Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepas ke atmosfer. 2.2.5. Bahan Bakar Bensin (Premium) Premium berasal dari bensin yang merupakan salah satu fraksi dari penyulingan minyak bumi yang diberi zat tambahan atau aditif, yaitu Tetra Ethyl Lead (TEL). Premuim mempunyai rumus empiris Ethyl Benzena (C8H18). Premium adalah bahan bakar jenis disilat berwarna kuning akibat adanya zat pewarna tambahan. Premium pada umumnya digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor, dan lain lain. Bahan bakar ini juga sering disebut motor gasoline atau petrol dengan angka oktan adalah 88, dan mempunyai titik didih 300C-2000C. Adapun rumus kimia untuk pembakaran pada bensin premium adalah sebagai berikut: 2 C8H18 + 25 O2 16 CO2 + 18 H2O Pembakaran diatas diasumsikan semua bensin terbakar dengan sempurna. Komposisi bahan bakar bensin, yaitu : a. Bensin (gasoline) C8H18 b. Berat jenis bensin 0,65-0,75 c. Pada suhu 400 bensin menguap 30-65% d. Pada suhu 1000 bensin menguap 80-90% (Sumber: Encyclopedia Of Chemical Technologi, Third Edition, 1981: 399). Bensin premium mempunyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai pada mesin kompresi tinggi pada saat semua kondisi. Sifat-sifat penting yang diperhatikan pada bahan bakar bensin adalah a) Kecepatan menguap (volatility) b) Kualitas pengetukan (kecenderungan berdetonasi) c) Kadar belerang d) Titik beku
18

e) Titik nyala f) Berat jenis 2.3. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: generator set, bola lampu dan berbagai peralatan ukur yang disusun dalam panel. 1. Generator set yang digunakan memiliki spesifikasi: Merk Tipe No. Seri Kode Barang Daya Output Max Daya Penggerak Generator Bahan Bakar Voltase Generator : KRISBOW GENERATOR : gasoline Generator 2,7 Kw : 09110360314 : KW 26 - 03 : 2,7 KW : 6,5 HP : Gasoline : 220 Volt

2. Bola lampu yang digunakan sebanyak 7 buah dengan daya masing-masing 200 Watt dan tegangan 220 Volt. 3. Busi yang digunakan yaitu merek NGK BP5ES. 4. Peralatan ukur yang digunakan: Multitester, gelas ukur, stopwatch dan tachometer.

19

Gambar 2.6. Skema alat yang digunakan dalam praktikum motor bensin Keterangan: 1. Lampu 2. Saklar 3. Ampere meter 4. Volt meter 5. Handle (saklar pemutus) 6. Gelas ukur 7. Filter bahan bakar 8. Generator

20

2.4.

Prosedur Percobaan a. Pemeriksaan awal 1. Pemeriksaan bahan bakar di dalam gelas ukur, tambahkan bahan bakar bilamana diperlukan. 2. Periksa alat-alat ukur, yaitu voltmeter, amperemeter,

laporkan ke petugas bilamana terjadi kerusakan. 3. Periksa lampu-lampu beban. b. Prosedur pengambilan data 1. Isi gelas ukur besar dengan bensin murni. 2. Matikan semua saklar lampu beban. 3. Hidupkan generator set. 4. Tunggu beberapa saat (kira-kira 5 menit), agar mesin panas. 5. Hidupkan stopwatch. 6. Catat kuat arus, tegangan dan putaran genset. 7. Tunggu hingga bahan bakar di dalam gelas ukur turun sampai 1 strip (10 cc). 8. Matikan stopwatch, catat penunjukan waktu di stopwatch. 9. Ulangi langkah 5 s/d 8 sebanyak 3 kali. 10. Tutup saklar beban. 11. Tunggu beberapa saat hingga putaran stabil. 12. Lakukan prosedur seperti pada langkah 5 s/d 8. 13. Lakukan prosedur seperti pada langkah 10 s/d 12 dengan berturut-turut menutup 2 s/d 10 saklar. 14. Ulangi lagi langkah percobaan di atas dengan beban mulai 7 lampu sampai tak berbeban. 15. Bila telah selesai, matikan mesin dan kosongkan gelas ukur. 16. Catat data percobaan dengan format seperti pada lampiran.

21

BAB III HASIL PENGUJIAN


3.1. Hasil Percobaan Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian Mesin Bensin Jumlah Beban Lampu Arus Listrik (Ampere) 0 0 0 0 0,97 1 0,97 0,97 1.85 2 1,84 1,85 2,75 3 2,75 2,75 3,65 4 3,65 3,65 4,49 5 4,5 4,5 5,33 6 5,33 5,34 7 6,18 6,18 6,18 Tegangan (Volt) 223 223 223 224 224 224 223 223 223 223 223 223 222 223 223 222 222 222 221 221 221 221 221 221 Waktu (Sekon) 243,91 243,91 243,91 267 267 267 249,57 249,57 249,57 241,85 241,85 241,85 213,28 213,28 213,28 240,41 240,41 240,41 190,96 190,96 190,96 170,74 170,74 170,74 Putaran (rpm) 3163 3159 3160 3153 3149 3152 3145 3142 3144 3133 3135 3132 3122 3119 3118 3103 3095 3090 3087 3083 3074 3060 3061 3053

22

3.2. Analisis Data Perhitungan Besaran-Besaran dan Konstanta Daya Output adalah daya yang dihasilkan oleh generator, dicari dengan persamaan: Pout = E x I (watt) .................................................................. (4-1) Dengan: E I : tegangan listrik generator (volt) : kuat arus (ampere) Daya input adalah daya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, dicari dengan persamaan: Pin = QbbCb (watt) ................................................................ (4-2) Dengan: Qb : debit aliran bensin (m3/s) b : massa jenis bensin (750 kg/m3) Cb : nilai kalor bensin (40.000.000 J/kg) Debit aliran bahan bakar dicari berdasarkan waktu yang diperlukan untuk pemakaian bahan bakar sebanyak 10 cc pada gelas ukur, atau: 1 Atau, Dengan t adalah waktu yang diperlukan untuk penurunan 10 cc bahan bakar per sekon. Efisiensi dicari dengan persamaan:
n 6

23

Konsumsi bahan bakar: FC Dengan: Qb : debit aliran bahan bakar (cm3/s) 3.3.Hasil Pengolahan Data Untuk Beban Lampu 0 Jumlah beban lampu Arus listrik (ampere) 0 0 0 0 Diketahui : Tegangan (volt) 223 223 223 Waktu (sekon) 243,91 243,91 243,91 Putaran (rpm) 3163 3159 3160 6

waktu rata-rata = trata-rata = 243,91 sekon Kuat arus listrik rata-rata = Irata-rata = 0 ampere Tegangan listrik generator = Erata-rata = 223 volt Pemakaian bahan bakar yang digunakan adalah 10 cc

Ditanyakan : Daya output (Pout) Daya input (Pin) Efisiensi ( ) Konsumsi bahan bakar (SFC) Jawab : a a ee

aa

24

1 1

aa aa

n n n

1 61 a

61

FC FC FC a

e ngga

Perincian/detail perhitungan selanjutnya untuk beban 0 lampu hingga 7 lampu dapat dilihat pada tabel 3.2.

25

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Jumlah beban 0 1 2 3 4 5 6 7 Putaran Mesin (rpm) 3160,67 3151,33 3143,66 3133,33 3119,66 3096 3081 3058 Cb (J/Kg) 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 (kg/ 750 750 750 750 750 750 750 750 P out (watt) 0 217,28 410,32 613,25 810,3 999 1177,93 1365,78 Qb /s) P ln (watt) 6120 5610 6010,33 6202,19 7033 6239,34 7855 8785 SFC /s) Efisiensi (%) 0 3,87 6,82 9,88 11,52 16,01 14,99 15,5

243,91 267 249,57 241,85 213,28 240,41 190,96 170,74

0 0,97 1,84 2,75 3,65 4,5 5,33 6,18

223 224 223 223 222 222 221 221

2,04 x 1,87 x 2x 2,06 x 2,34 x 2,07 x 2,61 x 2,92 x

0,00086 0,00048 0,00033 0,00028 0,000207 0,00022 0,00021

26

3.4.Grafik

1.8 1.6

Grafik Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar (Qb) dengan Daya Output (Pout)
1.6

1.4
1.4 1.2 Qb (x 10-7 m3) 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 200 400 1.23 1.34

1.41

1.45
1.48

1.5 1.57

y = 0.0002x + 1.2723 R = 0.956

600

800 Pout (Watt)

1000

1200

1400

1600

27

Grafik3.1. Hubungan antara Konsumsi Bahan Bakar (Qb)dengan Daya Output (Pout)

80 70 60 50 SFC (x 10-5 cm3/J) 40 30 20 10 0 0

Grafik Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) dengan Daya Output (Pout)

y = 832.85x-0.914 R = 0.9987

3.555
6.584 200 400

2.356 600

1.866 800 1.546 1000

1.333 1200 1.218

1.119 1400 1600

Pout (Watt)

Grafik 3.2. Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) dengan Daya Output (Pout)

28

Grafik Hubungan Antara Efisiensi dengan Daya Output (Pout)


0.35
0.3 0.3 0.25 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 0 200 400 600 800 Pout (Watt) 1000 1200 1400 1600 0.093 0.178 0.273

Efisiensi

0.215

0.141
y = 0,0002x + 0,0093 R = 0,9955

0.05

Grafikr 3.3. Hubungan Antara Efisiensi dengan Daya Output (Pout)

29

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

4.1.

Pembahasan Percobaan kali ini adalah percobaan untuk menguji unjuk kerja

motor bensin dalam bentuk generator set dengan daya output maksimal sebesar kurang lebih 3 kilo watt dan tegangan 220 volt. Pengujian dilakukan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik, daya output, dan efisiensi dari generator set tersebut dengan menggunakan 7 buah lampu sebagai pembebanan. Masing-masing lampu memiliki daya 200 watt dan tegangan 220 volt. Pengujian dilakukan sebanyak dua puluh satu kali atau tiga kali setiap pembebanan lampu, dimulai dari tanpa beban (0 lampu) sampai pembebanan 7 lampu. Hasilnya adalah sebagai berikut: Untuk pembebanan 0 lampu dengan waktu (trata-rata)243,91 detik, tegangan (Erata-rata) 223 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 0 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2,04.10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) tak terhingga,daya input (Pin) sebesar 6120 watt, daya output (Pout) sebesar 0 watt, dan efisiensi sebesar 0. Untuk pembebanan 1 lampu dengan waktu (trata-rata)267 detik, tegangan (Erata-rata) 224 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 0,97 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 1,87.10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,00086 cm3/J,daya input (Pin) sebesar 5610 watt, daya output (Pout) sebesar 217,28 watt, dan efisiensi sebesar 3,87 %. Untuk pembebanan 2 lampu dengan waktu (trata-rata)249,57 detik, tegangan (Erata-rata) 223 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 1,84 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2 .10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,00048 cm3/J,daya input (Pin) sebesar

30

6010,33 watt, daya output (Pout) sebesar 410,32 watt, dan efisiensi sebesar 6,82 %. Untuk pembebanan 3 lampu dengan waktu (trata-rata)241,85 detik, tegangan (Erata-rata) 223 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 2,75 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2,06.10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,00033 cm3/J,daya input (Pin) sebesar 6202,19 watt, daya output (Pout) sebesar 613,25 watt, dan efisiensi sebesar 9,88 %. Untuk pembebanan 4 lampu dengan waktu (trata-rata)213,28 detik, tegangan (Erata-rata) 222 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 3,65 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2,34 .10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,00028 cm3/J,daya input (Pin) sebesar 7033 watt, daya output (Pout) sebesar 810,3 watt, dan efisiensi sebesar 11,52 %. Untuk pembebanan 5 lampu dengan waktu (trata-rata)240,41 detik, tegangan (Erata-rata) 222 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 4,5 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2,07 .10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,000207 cm3/J,daya input (Pin) sebesar 6239,34 watt, daya output (Pout) sebesar 999 watt, dan efisiensi sebesar 16,01 %. Untuk pembebanan 6 lampu dengan waktu (trata-rata)190,96 detik, tegangan (Erata-rata) 221 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 5,33 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2,61 .10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,00022 cm3/J,daya input (Pin) sebesar 7855,04 watt, daya output (Pout) sebesar 1177,93 watt, dan efisiensi sebesar 14,99 %. Untuk pembebanan 7 lampu dengan waktu (trata-rata)170,74 detik, tegangan (Erata-rata) 221 volt, dan kuat arus (Irata-rata) 6,18 ampere, diperoleh konsumsi bahan bakar (Qb) sebesar 2,92 .10-7 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) 0,00021 cm3/J,daya input (Pin) sebesar

31

8785,28 watt, daya output (Pout) sebesar 1365,78 watt, dan efisiensi sebesar 15,5 %. Dari data grafik diperoleh untuk hubungan antara konsumsi bahan bakar (Qb) dengan daya output (Pout) terlihat bahwa semakin besar nilai Qb maka akan semakin besar pula nilai Pout sampai pada batas yang telah dihitung. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar bahan bakar yang dikonsumsi generator, maka akan semakin besar juga daya yang dihasilkan. Untuk grafik hubungan antara efisiensi motor bensin dengan daya output (Pout) terlihat bahwa makin besar nilai efisiensi maka akan semakin besar pula nilai Pout, artinya nilai efisiensi berbanding lurus dengan nilaiPoutsampai pada batas yang telah dihitung. Sedangkan untuk grafik hubungan antara konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) dengan daya output (Pout) terlihat bahwa makin besar nilai SFC maka akan semakin kecil nilai Pout, artinya nilai SFC berbanding terbalik dengan nilaiPout sampai pada batas yang telah dihitung.

4.2.

Kesimpulan Dari praktikum ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Semakin besar nilai konsumsi bahan bakar (Qb) maka akan semakin besar pula nilai daya outputnya (Pout). Artinya nilai Qb berbanding lurus dengan nilai Pout. 2. Semakin besar nilai efisiensi maka akan semakin besar pula nilai daya outputnya (Pout), artinya nilai efisiensi berbanding lurus dengan nilai Pout sampai pada batas yang telah dihitung. 3. Semakin besar nilai konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) maka akan semakin kecil nilai daya outputnya (Pout), artinya nilai SFC berbanding terbalik dengan nilai Pout sampai pada batas yang telah dihitung.

32

BAB V PENUTUP

5.1.

Saran Saran untuk praktikum ini antara lain. 1. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan harus menguasai materi praktikum. 2. Praktikan harus teliti dalam pengambilan data agar dalam perhitungan diperoleh data yang lebih akurat. 3. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya alat diperiksa terlebih dahulu. 4. Berhati-hatilah saat melakukan praktikum untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

33

You might also like