You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Hukum

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehata pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan (informed consent), dan membuat serta memelihara rekam medik.

Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.

Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.

Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/ Asia Tenggara tahun 1995 tentang Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Kemudian WHO SEARO mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan yang kemudian standar ini diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia.

Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang KETENTUAN UMUM pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik.

Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebaiknya dimulai sejak bayi masih berada dalam kandungan ibunya kerena tingkat kecerdasan anak ditentukan oleh status gizi calon ibu dan gizi ibu selama proses kehamilan. Dengan demikian, memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak merupakan langkah yang strategis (Depkes RI 1998).

Indikator terpenting untuk menilai tingkat kesehatan suatu kelompok masyarakat adalah angka kematian (mortality rate). Di Indonesia AKI adalah indikator yang digunakan untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan nifas (Depkes RI 1999).

B. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat, tiap tahunnya sekitar 500 ribu orang perempuan di dunia meninggal karena hamil dan melahirkan. Sedangkan di Indonesia 14.180 orang perempuan pertahun meninggal dan menduduki tingkat teratas Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia Tenggara. Menurut data Depkes terdapat 307 angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002/2003). Data Depkes yang terakhir menunjukkan tingkat AKI di daerah Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat serta Papua merupakan yang tertinggi. Selain itu masalah kuantitas tenaga bidan juga menjadi faktor penyebab tingginya angka AKI dan AKB, desa-desa di Indonesia saat ini membutuhkan 54 ribu bidan, sementara yang tersedia hanya 25,2 ribu atau 53 persen dari yang dibutuhkan.

Menurut Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa persalinan di tolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/ praktek yang membawa resiko infeksi seperti ngolesi (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan, kodok (memasukkan tangan kedalam vagina dan uterus untuk mengeluarkan placenta), atau nyanda (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan pendarahan dan persalinan.

Berdasarkan laporan dari tahun 2003, peringkat Indeks Pembangunan Nasional (Human Development Index) Indonesia turun dari 110 pada tahun 2000 menjadi 112 dari 175 negara di dunia pada tahun 2002. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, dalam acara Seminar Sisitem Kesehatan Nasional di Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2003. Menurutnya, penurunan peringkat tersebut bukan karena penurunan nilai Indeks Pembangunan Manusia, namun karena masuknya dua negara yaitu Bosnia Herzegovina dan Palestina yang nilai Indeks Pembangunan Nasionalnya di atas Indonesia. Meski ia menyangkal ini sebagai akibat dari penurunan kualitas kesehatan, Sujudi mengakui masih ditemukan beberapa masalah kesehatan. Diantaranya soal Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia yang masih menduduki peringkat tertinggi di Indonesia. Selain itu, penurunan Angka Kematian Ibu yang berjalan lambat. Untuk data Indeks Pembangunan Nasional Indonesia tahun 2006 menduduki peringkat ke 108 dari 177 negara sedangkan pada tahun 2007 menduduki peringkat 107. Peringkat ini berbeda sangat jauh dari negara-negara tetangga di Indonesia, antara lain: Malaysia berada di peringkat 63, Thailand 78, dan Singapore 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini yang menduduki peringkat 145 dan Timor Leste pada peringkat 150.

Untuk masalah pelayanan kesehatan, data statistik terbaru dari WHO menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-92 di dunia, tentunya hal ini sangat memprihatinkan karena mengingat kuantitas penduduk Indonesia yang sangat besar tetapi kualitas pelayanan kesehatannya masih sangat minim. Tentunya tidak heran kalau Indeks Pembangunan Nasional Indonesia menduduki peringkat yang terbelakang di dunia.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa derajat kesejahteraan Indonesia masih cukup rendah. Hal itu ditandai dengan peringkat Indeks Pembangunan Nasional Indonesia yang masih cukup rendah pula. Indeks Pembangunan Nasional atau Human Development Indeks ini adalah potret tahunan untuk melihat pembangunan manusia di suatu negara yang merupakan kumpulan dari penilaian tiga ketegori yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

C. Penyebab Kematian Ibu dan Anak

Menurut WHO dan Departemen Kesehatan ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian ibu dan bayi, antara lain: anemia, kurang gizi, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan), faktor budaya, ekonomi, pendidikan, dan kekerasan. Selain itu ibu yang menderita penyakit seperti malaria, hipertensi, tuberkulosis (Tb) maupun HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian ibu. Kemudian terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua (usia lebih dari 35 tahun), terlalu sering hamil (jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan, Komplikasi selama kehamilan.

D. Peran Bidan dalam Kesehatan Ibu dan Anak

Standar pemeriksaan dan pemantauan antenatal adalah standar pelayanan kehamilan yang bertujuan memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan umum dan tumbuh kembang janin, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, deteksi risiko tinggi (anemi, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual), memberikan pendidikan kesehatan serta mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma yang seminimal mungkin (Depkes RI, 2001:4).

Peran profesi bidan, antara lain meliputi:

Counselling (konseling)

Education (pendidikan)

Support (dukungan)

Community mobilization (penggerakan peran serta masyarakat)

Organization (mengorganisir)

Advocacy (membela hak)

Supervisi (pengawasan)

Research (penelitian)

Information (informasi)

Namun secara umum atau secara lebih global, peran bidan dikelompokkan atas:

1.

Peran sebagai pelaksana atau pemberi asuhan atau Care Giver (ada juga yang menyebutkan sebagai Care Provider). Sesuai namanya, peran ini adalah peran dimana bidan malkukan asuhan kebidanan langsung kepada kliennya.

1. -

Peran sebagai pengelola (Manager) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus

dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien.

Berpartisipasi di dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui

peningkatan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbimbingan dalam wilayah kerjanya.

1. -

Peran sebagai pendidik (Teacher atau Educator) Peran sebagai pendidik antara lain memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait, KIA dan KB.

Melatih dan membimbing kader termasuk mahasiswa kebidanan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah

kerjanya.

1.

Peran sebagai peneliti (Researcher) Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara berkelompok. Peran-peran seperti ini diatur dalam Peraturan Pemerintah no.32 tentang Tenaga Kesehatan yang merupakan pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik, demikian juga dalam kode etik maupun standar profesi yang disusun oleh profesi tenaga kesehatan itu, termasuk dalam hal ini profesi bidan. Standar profesi kebidanan antara lain meliputi: (1) Standar Pelayanan Kebidanan, (2) Standar Praktik Kebidanan, (3) Standar Pendidikan Bidan, dan (4) Standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan

BAB II

TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

A. Tujuan

1. 1. Tujuan Umum: Menurunkan prevalensi Angka Kematian Ibu (AKI) setinggi-tingginya 10% dan prevalensi Angka Kematian Bayi (AKB) setinggi-tingginya 15% di Indonesia pada tahun 2010. 2. Tujuan Khusus:

Meningkatnya pelayanan dan kunjungan ante natal care

Meningkatnya status gizi pasangan usia subur (PUS) terutama istri

Meningkatnya pengetahuan PUS terhadap kesehatan reproduksi

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memanfaatkan sarana kesehatan

Perubahan paradigma yang salah di masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak

B. Sasaran

Sasaran dibagi menjadi 2, yaitu:

1. -

Sasaran Dampak Prevalensi angka kematian ibu turun menjadi setinggi-tingginya 10%

Prevalensi angka kematian bayi turun menjadi setinggi-tingginya 15%

1. -

Sasaran Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan ante natal care minimal 4 kali selama kehamilannya

Persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan (bidan) atau dukun yang telah di latih

Masyarakat dapat merubah pola hidupnya menjadi lebih sehat

Pemanfaatan KB untuk mengatur kehamilan agar dapat memperkecil angka kematian ibu dan bayi

Semua pasangan usia subur memperoleh peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

C. Indikator Keberhasilan

1. 1. Indikator dampak Prevalensi angka kematian ibu

Prevalensi angka kematian bayi

1. -

Indikator keluaran Jumlah pengguna KB meningkat

Jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan ante natal care meningkat

Jumlah ibu hamil yang mengalami permasalahan dengan kandungannya menurun

1. -

Indikator masukan Jumlah tenaga kesehatan (bidan dan dukun / kader terlatih)

Jumlah sarana dan prasarana kesehatan

BAB III

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan

Mengingat besarnya jumlah dan penyebaran kasus kematian ibu dan bayi di wilayah Indonesia dan dampaknya

terhadap kualitas sumber daya manusia, pencegahan dan penanggulangan kematian ibu dan anak merupakan program nasional, sehingga perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusan dan daerah.

Penanggulangan masalah kesehatan ibu dan bayi dilaksanakan oleh seluruh kabupaten / kota dan dilakukan secara terus

menerus dengan koordinasi lintas instansi / dinas dan organisasi masyarakat.

Penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak dilakukan dengan pendekatan kemitraan dan pemberdayaan

masyarakat.

B. Strategi

Penanggulangan masalah kesehatan ibu dan bayi dilaksanakan diseluruk kabupaten / kota di Indonesia secara

berkesinambungan.

Meningkatkan fungsi dan pelayanan fasilitas kesehatan

Meningkatkan kepercayaan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan

Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam memanajemen fasilitas kesehatan.

Menggalang kerja sama dan kemitraan lintas sektor

BAB IV

POKOK KEGIATAN

A. Penyuluhan

Penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang berbagai seluk beluk kesehatan reproduksi yaitu tentang bagaimana bereproduksi yang sehat, mengenali gejala ada tanda-tanda awal terjadinya penyakit serta langkah penanggulangannya.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1. 2. 3.

Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi beserta penjelasan dampak-dampak buruk yang dapat timbul dari bereprodusi Penyuluhan mengenai pentingnya peranan keluarga semasa ibu hami, melahirkan dan pasca melahirkan. Penyuluhan mengenai mitos atau kepercayaan buruk yang berkembang di masyarakat , disini dilakukan pengarahan kepada masyarakat agar masyarakat mampu membedakan antara mitos yang baik dan mitos yang buruk bagi kesehatan ibu dan anak.

4.

Penyuluhan mengenai program KB. Program KB dapat meminimalisir terjadinya kematian ibu dan anak sehingga perlu diadakan sosialisasi ke masyarakat akan pentingnya ber-KB. B. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan pelayanan kesehatan bertujuan agar masyarakat memiliki kedekatan dan kenyamanan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1. 2.

Pelayanan yang ramah kepada pengunjung fasilitas kesehatan sehingga memunculkan kenyamanan bagi pengunjung. Pengutamaan kesehatan tanpa mengesampingkan biaya kesehatan maksudnya fasilitas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan segera pada kondisi darurat tanpa mempermasalahkan biaya karena sampai saat ini masih banyak ditemukan kasus hilangnya nyawa karena terlambat mendapatkan penanganan medis.

3.

Biaya pelayanan kesehatan yang murah sehingga dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. C. Meningkatkan Jumlah Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan sangat berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, dalam hal ini ketersediaan tenaga bidan berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu dan bayi, terlebih masih banyak daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh tenaga kesehatan sehingga masyarakat masih menggunakan tenaga dukun yang tidak terlatih dalam persalinan. Dari data yang diperoleh desa-desa di Indonesia saat ini membutuhkan 54 ribu bidan, sementara yang tersedia hanya 25,2 ribu atau 53 persen dari yang dibutuhkan dan tidak tersebar merata diseluruh Indonesia karena masih banyak bidan yang tidak mau di tempatkan pada daerah-daerah terpencil.

Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan bertujuan agar rasio antara jumlah tenaga kesehatan dan jumlah penduduk dapat seimbang sehingga dengan tercukupinya jumlah tenaga kesehatan ini diharapkan tenaga kesehatan dapat menjangkau daerah-daerah yang terpencil atau terisolasi.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1. 2.

Peningkatan jumlah bidan dengan menyekolahkan atau meningkatkan mutu pendidikan kebidanan Pelatihan untuk dukun dan kader kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil biaya operasional dari pengadaan tenaga bidan. Dengan adanya dukun dan keder terlatih maka kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil atau terisolasi dapat dipenuhi karena biasanya dukun atau kader ini merupakan penduduk daerah setempat. D. Meningkatkan Jumlah Fasilitas Kesehatan

Meningkatkan jumlah dan fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk kemudahan akses masyarakat menuju tempat pelayanan kesehatan.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1. 2. 3. 4.

Peningkatan jumlah puskesmas yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan Pembangunan atau pembentukan poskesdes di tiap desa yang tidak mempunyai puskesmas Peningkatan jumlah posyandu yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Peningkatan jumlah tempat praktek bidan sehingga jika terdapat kondisi darurat seperti akan melahirkan di tengah malam, masyarakat dapat dengan mudah menjangkau tempat persalinan.

BAB V

KOORDINASI DAN PERAN LINTAS SEKTOR

Masalah kematian ibu dan anak merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan banyak pihak. Tingginya angka kematian bu dan bayi di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia menjadi tolak ukur masih rendahnya kualitas hidup dan masih gagalnya pemerintah dalam menangani permasalahan ini.

Dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi dibutuhkan kerjasama yang terkoordinasi dari berbagai lintas sektor, yaitu dari pihak pemerintah, swasta dan dari masyarakat sendiri. Jika ketiga sektor ini dapat bekerja sama maka akan lebih mempermudah untuk segera menuntaskan permasalahan ini.

BAB VI

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi adalah sebuah komponen fundamental dari seluruh program kesehatan. Kegiatannya meliputi pengumpulan data yang berhubungan dengan tujuan program, operasional dan analisa dari setiap data dalam periode waktu tertentu sepanjang implementasi program, untuk memastikan bahwa program tersebut berjalan dengan baik.

Pemantauan dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan sistem informasi yang telah ada. Indikator pemantauan disesuaikan dengan tujuan, sasaran dan pentahapan pencapaian kegiatan yang telah ditetapkan.

Sedangkan evaluasi merupakan upaya untuk mengetahui keberhasilan dari tujuan umum yang telah ditetapkan yaitu Menurunkan prevalensi Angka Kematian Ibu (AKI) setinggi-tingginya 10% dan prevalensi Angka Kematian Bayi (AKB) setinggi-tingginya 15% di Indonesia pada tahun 2010. Evaluasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:

Evaluasi Pertengahan direncanakan pada pertengahan periode perencanaan program dengan adanya evaluasi ini maka

dapat dideteksi kegiatan apa saja yang telah berjalan dengan optimal dan belum kemudian mengacu pada hasil evaluasi maka dapat dilakukan perubahan strategi, kebijakan, dan pokok-pokok kegiatan agar program ini dapat berjalan dengan maksimal.

Evaluasi akhir dilaksankan pada akhir periode program, yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari program yang

telah dijalankan selama satu tahun ini kemudian merencanakan program-program yang sesuai untuk tahun-tahun berikutnya.

BAB VII

PENUTUP

Masalah kesehatan ibu dan anak mempunyai ruang lingkup yang luas, baik dari konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia maupun faktor penyebab. Tingginya angka kenmatian ibu dan anak menyebabkan rendahnya indeks pembangunan nasional Indonesia di bandingkan negara-negara tetangga Indonesia. Dari aspek penyebab, kematian ibu dan bayi kebanyakan sangat terkait dengan 4T dan 3L (terlalu dini hamil, terlalu tua hamil, terlalu sering hamil dan melahirkan,

terlalu banyak anak, lambat memutuskan dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan, lambat dibawa ketempat pelayanan kesehatan, dan lambat memperoleh pelayanan kesehatan).

Program penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga diperlukan peran lintas sektor baik dari pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memudahkan terlaksananya program ini.

Masalah kesehatan ibu dan anak terjadi secara berkesinambungan karena setiap waktu kegiatan reproduksi terus berlangsung dan tidak depat dihentikan oleh karena itu program penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak ini juga harus berkesinambungan.

You might also like